Anda di halaman 1dari 36

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia kesehatan mengenal tiga pilar utama dalam meningkatkan kesehatan


masyarakat yaitu preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Melalui upaya
pencegahan penularan dan transmisi penyakit infeksi yang berbahaya akan
mengurangi morbiditas dan mortalitas penyakit infeksi pada anak., terutama
kelompok dibawah umur lima tahun. Penyediaan air bersih, nutrisi yang
seimbang, pemberian air susu ibu eksklusif, menghindari pencemaran udara
didalam rumah, keluarga berencana, dan vaksinasi (atau sering juga disebut
imunisasi) merupakan unsur utama dalam upaya pencegahan. Penyakit infeksi
yang berbahaya berarti penyakit tersebut dapat menyebabkan kematian dan
kecacatan seumur hidup dan akan menyebabkan beban masyarakat dikemudian
hari. Sampai akhirnya kini telah dikenal secara luas adanya vaksin sebagai alat
yang efektif dan murah untuk perbaikan kesehatan manusia.

Dalam lingkup pelayanan kesehatan, bidang preventif merupakan prioritas


utama dalam melaksanakan Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Imunisasi
merupakan salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam
upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Penularan insiden penyakit
menular telah terjadi berpuluh-puluh tahun yang lampau di negara negara
maju yang telah melakukan imunisasi dengan teratur dengan cakupan luas
(I.G.N Ranuh, dkk, 2008).

Anak-anak disemua negara secara rutin telah mendapat imunisasi untuk


mencegah penyakit berbahaya sehingga imunisasi merupakan dasar kesehatan
masyarakat. Namun disayangkan masih banyak negara berkembang yang
masih belum dapat mencapai Universal Child Immunization (UCI) karena
cakupan imunisasi yang rendah. Apabila UCI dapat dicapai maka kita dapat
menyelamatkan tiga juta anak yang meninggal akibat penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi setiap tahun.Upaya imunisasi di Indonesia dapat
2

dikatakan telah mencapai tingkat yang memuaskan. Namun dari Survei


Kesehatan dan Demografi Indonesia (SKDI) cakupan imunisasi dan kualitas
vaksinasi tampak menurun.

Imunisasi merupakan memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap


berbagai penyakit, sehingga bayi dan anak tumbuh dalam keadaan sehat
(Hidayat, 2008). Pemberian imunisasi merupakan tindakan pencegahan agar
tubuh tidak terjangkit penyakit infeksi tertentu seperti tetanus, batuk rejan
(pertusis), polio dan tuberkulosis atau seandainya terkena pun, tidak
memberikan hal yang fatal bagi tubuh (Rukiyah & Yulianti, 2010). Imunisasi
sangat dibutuhkan dalam upaya pencegahan penyakit. Hal ini sesuai dengan
peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia no 42 tahun 2013. Peraturan
tersebut menyatakan tentang penyelenggaraan imunisasi bahwa untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan mempertahankan status
kesehatan seluruh rakyat diperlukan tindakan imunisasi sebagai tindakan
preventif (Kemenkes/Depkes, 2013). Imunisasi dasar lengkap pada anak terdiri
dari BCG satu kali, DPT tiga kali, Hib tiga kali, polio empat kali, HB empat
kali, dan campak satu kali (Peraturan Kementrian Kesehatan RI, 2013).
Imunisasi sangat diperlukan demi memberikan perlindungan, pencegahan
sekaligus membangun kekebalan tubuh anak terhadap berbagai penyakit
menular maupun penyakit berbahaya yang dapat menimbulkan kecacatan
tubuh atau kematian (Mahayu, 2014).

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan


kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu
saat terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau mengalami sakit
ringan. Anak yang telah diberi imunisasi akan terlindung dari berbagai
penyakit berbahaya seperti TBC, difteri , tetanus, hepatitis B, campak dan polio
yang dapat menimbulkan kecacatan atau kematian (Kemenkes RI, 2015).

Meskipun cakupan secara nasional sudah mencapai target, kesenjangan


cakupan di beberapa daerah masih ada. Masih terdapat anak-anak yang sama
sekali belum mendapatkan imunisasi atau belum lengkap imunisasinya.
Menurut angka estimasi yang dikeluarkan oleh WHO/UNICEF tahun 2015,
3

hampir satu juta anak Indonesia tidak mendapatkan imunisasi sama sekali atau
tidak lengkap status imunisasinya. Cakupan imunisasi di wilayah Asia
Tenggara baru mencapai 52%. Cakupan imunisasi anak di negara negara
anggota WHO (World Health Organization) telah mencapai 90%, diperkirakan
86% dari bayi di seluruh dunia telah mendapat imunisasi dan masih terdapat
19,3% juta bayi dan anak – anak belum sepenuhnya mendapatkan vaksinasi
dan tetap beresiko terkena penyakit (WHO Global Immunization Data, 2011).

Cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia periode tahun 2012-2015


mengalami penurunan dibandingkan dengan periode tahun 2008-2011.
Cakupan imunisasi dasar lengkap berdasarkan data rutin pada tahun 2010-2013
mencapai target rencana strategi (Renstra) Kementrian Kesehatan., namun
pada tahun 2014 dan 2015 cakupan imunisasi tidak mencapai target renstra
yang diharapkan. Kementrian kesehatan menargetkan pada tahun 2014 seluruh
desa/kelurahan tersebut memperoleh imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari
Bcg, Hepatitis B, Dpt-Hib, polio dan campak. Pencapaian presentasi
desa/kelurahan UCI di Indonesia sembilan tahun terahir mengalami
peningkatan secara perlahan meskipun pernah turun pada tahun 2008, namun
kemudian kembali meningkat. Capaian sementara tahun 2015 sebesar 82,2%
sedikit lebih rendah dibanding tahun sebelumnya dikarenakan belum semua
provinsi menyampaikan datanya hingga analisis ini dibuat. Walaupun
meningkat, cakupan desa/kelurahan UCI tidak pernah mencapai target renstra
tahun 2010-2014.

Status kelengkapan imunisasi dasar lengkap pada anak di provinsi Banten pada
tahun 2013 sebanyak 45,8%, dengan jenis imunisasi 76,9% HB-O, 83,6%
BCG, 63,3% DPT-HB3, 64,0 % Polio 4, dan 66,7% campak. Dengan nilai rata
kelengkapan imunisasi di Indonesia adalah 59,2% (Riskesdes, 2013). Cakupan
imunisasi sampai sekarang masih belum 100% hal ini disebabkan karena ibu
yang belum mengetahui tentang imunisasi dasar terutama pada jadwal
imunisasi, salah faham mengenai kontra indikasi dan kerisauan tentang efek
samping sehingga menyebabkan banyak anak-anak yang tidak diberikan
imunisasi (Marimbi, 2010).
4

Dampak positif diberikan imunisasi bagi kesehatan bayi adalah untuk


menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi, yang terdiri dari penyakit Difteri Tetanus dan Pertusis (batuk
rejan), Polio dan Tuberkulosis. Adapun dampak negatif bagi bayi yang tidak
mendapatkan imunisasi lengkap adalah bayi yang beresiko terjangkit atau
terserang penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti yang telah
disebutkan diatas, selain itu bayi juga beresiko cacat setelah sakit dan berakibat
fatal.

Melalui momen Pekan Imunisasi Dunia yang dilaksanakan pada akhir April
setiap tahunnya, Ibu Menteri Kesehatan RI melalui surat edarannya
menghimbau kepada seluruh Gubernur agar melakukan upaya pendekatan
keluarga dalam meningkatkan kesadaran para orang tua dan masyarakat untuk
melengkapi status imunisasi anaknya, melakukan sosialisasi dalam rangka
menyikapi isu-isu negatif tentang imunisasi, melakukan identifikasi
permasalahan program imunisasi dan menetapkan langkah untuk
mengatasinya, memperkuat kemitraan antara sektor pemerintah dan swasta,
serta memperkuat dukungan pemerintah daerah, DPRD, partai politik,
organisasi keagamaan maupun organisasi kemasyarakatan.

Ibu adalah orang yang berperan besar dalam merawat anak dan dalam
pengambilan keputusan di rumah tangga untuk kelengkapan imunisasi anak.
Wanita yang mempunyai motivasi dan kepercayaan diri dapat berperan dalam
pengambilan keputusan berkaitan dengan pengelolaan sumber daya di rumah
tangga. Ibu yang punya motivasi agar anak hidup sehat, meningkatkan akses
dalam perawatan dan kesehatan anak-anaknya, khusunya pelayanan imunisasi.
Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting, karena pada
umumnya tanggung jawab untuk mengasuh anak diberikan pada orang tua
khusunya ibu. Walaupun imunisasi sudah diberikan gratis oleh pemerintah,
namun masih banyak anak yang belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap.

Berdasarkan survey awal peneliti diketahui bahwa ibu yang memiliki balita
yang berobat ke Mayapada Hospital Tangerang pada bulan Juni 2017 adalah
sebanyak 311 orang. Berdasarkan buku KIA terdapat 15 orang ibu tidak
5

lengkap memberikan imunisasi dasar pada anaknya dengan berbagai macam


alasan yaitu terdapat 6 orang (40%) mengatakan takut anak nya sakit, 7 orang
(46%) mengatakan tidak tahu jadwal pemberian imunisasi, 3 orang (20%)
mengatakan imunisasi itu tidak diperlukan, 2 orang (13%) mengatakan takut
lumpuh. Selain itu, hasil wawancara dari beberapa ibu menyatakan bahwa
masih banyak ibu yang tidak mengetahui manfaat, waktu pemberian dan jenis
dari masing masing imunisasi yang diberikan kepada anaknya. Adapun salah
satu kasus yang ditemukan oleh peneliti di poli ibu dan anak yaitu terdapat
kasus campak pada anak dengan status imunisasi tidak lengkap. Oleh karena
itu perlu diadakan suatu penelitian tentang kelengkapan imunisasi dasar pada
anak.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar
Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Anak Di Poli Ibu Dan Anak
Mayapada Hospital Tangerang”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka rumusan
masalah pada penelitian ini yaitu “ Adakah Hubungan Tingkat Pengetahuan
Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Anak
di Poli Ibu dan Anak Mayapada Hospital Tangerang “?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Iminisasi
Dasar Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Anak i Poli Ibu dan Anak
Mayapada Hospital Tangerang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden terdiri atas usia, pendidikan,
pekerjaan dan informasi.
b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan responden di poli ibu dan anak
Mayapada Hospital Tangerang.
6

c. Mengidentifikasi kelengkapan Imunisasi dasar pada anak di poli ibu


dan anak Mayapada Hospital Tangerang.
d. Menganalisa hubungan tingkat pengetahuan responden tentang
imunisasi dasar dengan kelengkapan imunisasi dasar pada anak di poli
ibu dan anak Mayapada Hospital Tangerang.
D. Manfaat Penelitian
1. Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa informasi
dan masukan terhadap petugas kesehatan dalam melakukan imunisasi dan
meningkatkan program kesehatan anak khususnya imunisasi dasar pada
anak.
2. Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tambahan
bagi pendidikan keperawatan dalam meningkatkan ilmu pengetahuan
khusunya yang berkaitan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada anak.
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Imunisasi

a. Pengertian Imunisasi

Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukan


antigen lemah agar merangsang anti body keluar sehingga tubuh dapat
resisten terhadap penyakit tertentu. Sistem imun tubuh mempunyai suatu
sistem memori (daya ingat), ketika vaksin masuk ke dalam tubuh, maka
akan dibentuk antibody untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori
akan menyimpannya sebagai suatu pengalaman. Jika nantinya tubuh
terpapar dua atau tuga kali oleh antigen yang sama dengan vaksin, maka
antibody akan tercipta lebih cepat dan banyak walaupun antigen bersifat
lebuh kuat dari vaksin yang pernah dihadapi sebelumnya. Oleh karena itu
imunisasi efektif mencegah penyakit infeksius (Proverawati, 2010).

Imunisasi merupakan suatu program yang digunakan untuk menurunkan


angka kesakitan, kematian dan kecacatan bayi serta anak balita, program
ini dilaksanakan untuk penyakit-penyakit yang yang dapat dicegah dengan
imunisasi seperti penyakit TBC, Firteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B,
Polio dan Campak. Idealnya bayi harus mendapat imunisasi dasar lengkap
yang terdiri dari BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, HB 3 kali dan
campak 1 kali. (Yusmi, 2011).

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan bayi dan anak dengan


memasukan vaksin kedalam tubuh agar tubuh dapat membuat zat anti
untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud
dengan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang zat
pembentukan anti yang dimasukan kedalam tubuh melalui suntikan
(misalnya vaksin BCG, DPT dan campak) dan melalui mulut (misalnya
vaksin Polio)(Sarimin, 2013).
8

b. Tujuan Imunisasi

Menurut Muslihatun (2010) ada tiga tujuan utama pemberian imunisasi


pada seseorang yaitu mencegah terjadinya penyakit tertentu pada
seseorang, menghilangkan penyakit tertentu pada kelompok masyarakat
(populasi) serta menghilangkan pengakit tertentu dari dunia, hanya
mungkin pada penyakit yang ditularkan pada manusia. Untuk tujuan
mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang ditempuh dengan
cara memberikan infeksi ringan yang tidak berbahaya namun cukup untuk
menyiapkan respon imun apabila terjangkit penyakit tersebut, anak tidak
sakit karena tubuh cepat membentuk anti bodi dan mematikan antigen
yang masuk tersebut.

Program imunisasi juga bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi


agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi atau anak disebabkan
oleh penyakit yang sering berjangkit. Secara umum tujuan imunisasi
antara lain melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit
menular, imunisasi sangat efektif untuk mencegah penyakit menular, dan
imunisasi dapat menurunkan angka morbiditas (angka kesakitan) dan
mortalitas (angka kematian) pada balita (Proverawati, 2010).

Tujuan Pemberian Imunisasi adalah untuk melindungi individu dan


masyarakat terhadap serangan penyakit infeksi dengan menggunkan
vaksin yang aman. Namun sebagian orang dapat mengalami reaksi setelah
imunisasi yang bersifat ringan (demam) kejang dan kelumpuhan (Diana,
2013).

c. Manfaat Imunisasi

Menurut Marimbi (2010) manfaat imunisasi antara lain :

1). Untuk anak yaitu mencegah penderita yang disebabkan oleh penyakit
dan kemungkinan cacat atau kematian.
2). Untuk keluarga yaitu menghilangkan kecemasan dan psikologi
pengobatan bila anak sakit dan mendorong pembentukan keluarga
9

apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-
kanak yang nyaman.
3). Untuk negara yaitu memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan
bangsa yang kuat dan berakal utuk melanjutkan pembanguna negara.

d. Jenis-Jenis Imunisasi

1). Imunisasi Pasif

Imunisasi pasif adalah pemberian antibody kepada resipien,


dimaksudkan untuk memberikan imunitas secara langsung tanpa harus
memproduksi sendiri zat aktif tersebut untuk kekebalan tubuhnya.
Antibody yang diberikan ditujukan untuk upaya pencegahan atau
pengobatan terhadap infeksi, baik untuk infeksi bakteri maupun virus.
Proteksi bersifat sementara selama antibody masih aktif didalam tubuh
resipien dan perlindungannya singkat karena tubuh tidak membentuk
memori terhadap patogen atau antigen spesifik (I.G.N Ranuh, 2008).

Imunisasi pasif yang diperoleh secara alami adalah transfer antibody


(imunoglobulin G) dari ibu kepada janin pada trimester kehamilan
ketiga melalui plasenta, atau transfer antibody (imunoglobulin A)
melalui kolostrum.

Imunisasi pasif yang diperoleh secara buatan adalah pemberian


imunoglobulin pada infeksi akut seperti tetanus, difteri, rabies,
pemberian HBIg pada bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg positif.

2). Imunisasi Aktif

Imunisasi aktif adalah imunisasi yang dilakukan dengan cara


memasukkan virus yang sudah dilemahkan atau dimatikan kedalam
tubuh dengan tujuan untuk merangsang tubuh membentuk antibody
sendiri.
Imunisasi aktif dapat diperoleh secara alamiah melelui pajanan kuman
patogen yng mengakibatkan infeksi subklinis atau klinis, selanjutnya
menimbulkan respon imun protektif terhadap kuman patogen bila
terpajan kembali di kemuadia hari.
10

Imunisasi aktif dapat diperoleh secara buatan melalui pemberian vaksin


yang mengandung kuman hidup yang dilemahkan atau inaktif atau
komponen kuman tersebut.

e. Kelengkapan Imunisasi Dasar

Program imunisasi nasional berubah dengan adanya Peraturan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 tentang
Penyelengggaraan Imunisasi, yaitu dengan dimasukkannya vaksin Hib
dalam program imunisasi nasional. Dengan demikian enam imunisasi
dasar dalam program imunisasi nasional, adalah imunisasi Hepatitis B,
BCG, DTP, Hib, Polio dan campak.

1). Hepatitis B

Imunisasi hepatitis merupakan imunisasi yang digunakan untuk


mencegah terjadinya penyakit hepatitis. Kandungan vaksin ini adalah
HbsAg dalam bentuk cair. Imunisasi hepatitis ini diberikan melalui
intra muskuler. Efek samping sistemik jarang terjadi, kadang dapat
timbul demam ringan selama 1-2 hari.

2). BCG

Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah


terjadinya penyakit TBC yang primer atau ringan, vaksin BCG
diberikan melalui intrademal. Efek samping pemberian imunisasi BCG
adalah terjadinya ulkus pada daerah suntikan, limfadenitis regionalis
dan reaksi panas.

3). DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)

Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tatanus) merupakan imunisasi yang


digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difetri, partusis dan
tetanus. Vaksin DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun
kuman Difetri yang telah dihilangkan sifat racunnya namun masih
dapat merangsang pembentukan zat anti bodi. Imunisasi DPT dapat
dilakukan melalui intra muskuler. Pemberian DPT dapat berefek
11

samping ringan ataupun berat. Efek ringan misalnya terjadi


pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan dan demam. Efek berat
misalnya terjadi menangis hebat, kesakitan kurang lebih empat jam dan
syok.

4). Hib (Haemophilus Influenzae tipe b)

Imunisasi Hib merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah


penyakit Hib yang serius. Imunisasi Hib aman dan efektif jika diberikan
pada masa bayi. Pembengkakan, kemerahan, atau nyeri dilaorkan
dalam 5%-30% kasus dan biasanya hilang dalam 12-24 jam. Demam
jarang terjadi. Cara disuntikkan secara intramusluler

5). Polio

Imunisasi Polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah


terjadinya penyakit poliomielitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan
pada anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan dan
dimatikan. Terdapat 2 macam vaksin polio yaitu inactifed polio vacinne
dan oral poliom vacinne. Cara pemberian bisa dilkukan dalam bentuk
cairan/tetes atau suntikan. Pada umumnya imunisasi polio tidak
terdapat efek samping.

6). Campak

Imunisasi Campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk


mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena termasuk
penyakit menular, kandungan vaksin ini adalah virus yang telah
dilemahkan. Imunisasi campak diberikan melalui subkutan. Imunisasi
ini memiliki efek samping seperti terjadinya ruam pada tempat suntikan
dan panas.
12

f. Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar

Tabel 2.1 Jadwal Imunisasi Dasar


Imunisasi Usia
Bulan
Lahir 1 2 3 4 5 6 9

Hepatitis B 1 2 3 4
Polio 0 1 2 3
BCG 1 kali
DTP 1 2 3
Hib 1 2 3
Campak 1
(Sumber : IDAI, 2017)

g. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi

Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007) yang mengatakan


bahwa kesehatanindividu/masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok
yaitu faktor perilaku dan faktor -faktor di luar perilaku.

Perilaku seseorang ditentukan oleh 3 faktor yaitu:

1). Faktor predisposisi (Predisposing Faktors)

Faktor-faktor ini mempermudah atau mempredisposisi terjadinya


perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan,
kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya.

2) Faktor pemungkin (Enabling Faktors)

Faktor pemungkin atau pendukung adalah faktor-faktor yang


memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor
pemungkin adalah sarana dan prasarana atas pasilitias untuk terjadinya
perilaku kesehatan, misalnya puskesmas, posyandu, rumah sakit,
kelengkapan alat imunisasi dan sebagainya.
13

3). Faktor pendorong (Reinforcing Faktors)

Faktor ini meliputi faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat


terjadinya perilaku. Kadang-kadang meskipun seseorang tahu dan
mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Sikap dan
perilaku para petugas menurut laurent ketersediaan dan
keterjangkauan sumber daya kesehatan termasuk tenaga kesehatan
yang ada dan mudah dijangkau merupakan salah satu faktor yang
memberi kontribusi terhadap perilaku sehat dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan.

Secara sistematis, perilaku menurut Lawrence Green ini dapat


digambarkan sebagai berikut:

B=F (pf, EG er, RF)

Keterangan:
B : Behaviour
F : Fungsi
Pf : Predisposisi Factor
RF: Reinforcing
2. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Dalam kamus besar bahasa indonesia (2011) pengetahuan adalah sesuatu
yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini
dipengaruhi berbagai faktor dari dalam, seperti motivasi dan faktor luar
berupa sarana informasi yang tersedia, serta keadaan sosial budaya.

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang


terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan
sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas
perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan
seseorang diperoleh melalui indera pendengaran yaitu telinga dan indera
penglihatan yaitu mata (Notoatmojo, 2012).
14

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari


oleh seseorang (Agus, 2013).

b. Proses Mengadopsi Pengetahuan


Sebelum seseorang mengadopsi pengetahuan yang didapatkan menjadi
perilaku terjadi proses berurutan. Menurut Dewi dan Wawan (2011) proses
berurutan tersebut yakni :
1) Awarenes (kesadaran) yaitu orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi (objek).
2) Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian dan
tertarik pada stimulasi.
3) Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan mempertimbangkan
baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini
berarti sikap responden sudah baik lagi.
4) Trial, dimana individu mencoba perilaku baru.
5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikap terhadap stimulus.
c. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012) Pengetahuan yang dicakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
1). Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, pada tingkatan ini reccal (mengingat kembali) terhadap
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang
yang diterima. Oleh sebab itu tingkatan ini adalah tingkatan paling
rendah.
2). Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui. Dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan. Contoh : menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
15

terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa


harus makan makan bergizi.
3). Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi
disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-
hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam kontak atau
situasi yang lain.
4). Analisis (analisys)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau
objek kedalam komponen-komponen tetapi masih diadalam suati
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaaan kata kerja
dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokan
dan sebagainya.
5). Sintesis (Synthesys)
Sintesis menunjukan pada sutu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk
menyusun, dapat merencanakan, meringkas, menyesuaikan terhadap
suatu teori atau rumusan yang telah ada.
6). Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek penilaian-penilaian itu berdasarkan
suatu kriteria-kriteria yang telah ada.
d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi


pengetahuan adalah sebagai berikut:

1). Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan


kemampuan didalam dan diluar sekolah (baik formal maupun Non
16

formal), berlangusng seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses


pengubahan sikap melalui upaya pengajaran dan npelatihan.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan
seseorang semakin mudah orang tersebut menerima informasi. Dengan
pendidikan tinggi, maka seseorang akan semakin cenderung untuk
mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa.
Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat mengenai kesehatan. Peningkatan
pengetahuan tidak mutlakdiperoleh di pendidikan formal, akan tetapi
juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan
seseorang terhadap suatu objek juga mengandung dua aspek yaitu apek
porsitif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah akhirnya akan
menentukan sikap seseorang terhadap objek yang diketahui, maka akan
menumbuhkan sikap makin porsitif terhadap objek tersebut.

2). Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non


formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan
(Riyanto, 2013).

Informasi adalah suatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang
menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Berkembangnya
teknologi akan menyedikan bermacam-macam media masa yang dapat
mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sehingga
sarana komunikasi , berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,
surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan opini seseorang, adanya informasi baru mengenai suatu
hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan
terhadap hal tersebut.
17

3). Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk


menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Bekerja umumnya
merupakan kegiatan yang menyita waktu serta dapat memberikan
pengalaman maupun pengetahuan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Seseorang yang bekerja disektor formal memiliki akses yang
lebih baik terhadap berbagai informasi termasuk ksesehatan
(Notoatmojo, 2012).

4). Sosial, budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang biasa dilakukan orang-orang tidak melalui


penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial
ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

5). Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik


lingkungan fisik, biologis maupun sosial, lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan keadalam individu yang berada
dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interkasi
timbal balik ataupun tidak, yang akan direspon sebagai pengetahuan
oleh setiap individu.

6). Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara


memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang dioperoleh dalam memecahkan masalah yang
dihadapi masa lalu. Pengetahuan belajar dalam bekerja yang
dikembangkan akan memberikan pengetahuan dan keterampilan
profesional, serta dapat mengembangkan kemampuan dalam
mengambil keputusan yang meruoakan manipestasi dari keterpaduan
18

menlar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam
bidang kerja.

7). Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin


bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktifdalam
masyarakat dan kehidupan sosial, serta lebih banyak melakukan
persiapan demi susksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia
tua. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah dan kemampuan
verbal dailaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dan
sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup
adalah sebagai berikut:

a) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi


yang dijumpai semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga
menambah pengetahuan.
b) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang
sudah tua karena telah mengalami kemunduran fisik maupun
mental. Dapat diperkirakan IQ akan menurun sejalan dengan
bertambahnya usia. Khusunya pada beberapa kemampua yang
lain, seperti kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori
berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat
sejalan dengan bertambahnya usia (Agus, 2013).

d. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang


menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau
responden. Dalam mengukur pengetahuan harus diperhatikan rumusan
kalimat pertanyaan menurut tahapan pengetahuan.(Agus, 2013).

Skala ini menggunakan data kuantitatif yang berbentuk angka yang


menggunakan alternatif jawaban serta menggunakan peningkatan yaitu
19

kolom-kolom jawabana menunjukan nilai tertentu. Dengan demikian


analiasa data dilakukan dengan mencermati banyaknya centangan dalam
setiap kolom yang berbeda nilainya lalu mengalihkan frekuansi pada
masing-masing kolom yang bersangkutan. Disini penelitia hanya
menggunakan dua pilihan yaitu Benar (B) dan Salah (S).
Menurut Nursalam (2008) :
1). Pengetahuan baik, jika persentase jawaban benar 76%-100%.
2). Pengetahuan cukup, jika persentase jawaban benar 51%-75%.
3). Pengetahuan kurang, jika persentase jawaban benar ≤50%.
Menurut Skinner (2007) didalam buku Agus (2013) pengukuran tingkat
pengetahuan dilakukan bila seseorang mampu menjawab mengenai materi
tertentu baik secara lisan maupun tulisan. Maka dikatakan seseorang
tersebut mengetahui bidang tersebut. Sekumpulan jawaban yang diberikan
tersebut dinamakan pengetahuan.

3. Penelitian Terkait
a. Penelitian terkait yang dilakukan oleh Jannah tahun 2009 dengan judul
“Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Imunisasi Dasar Pada
Beliata Usia 12-23 Bulan Diwilayah Kerja Puskesmas Padarincang
Kabupaten Serang Tahun 2009”. skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2009, jenis penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross cestional. Sampel
pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki balita usia 12-23 bulan
sebanyak 282 orang dengan menggunakan teknik cluster sampling. Untuk
mengetahui adanya hubungan antara variabel digunakan uji statistik Chi
Square dan correlation regresi logistic. Dari hasil uji statistik didapatkan
nilai (value= 0,004, 0,001, 0,038, 0,039) sehingga dapat disebutkan ada
hubungan antara pengetahuan ibu, pendidikan ibu, sikap ibu dan dukungan
keluarga denga status imunisasi dasar. Sedangkan tidak terdapat hubungan
antarta pekerjaaan ibu, jarak kepelayanan imunisasi, sikap kader posyandu
dan sikap petugas kesehatan (Value = 0,0778, 0,705, 1, 0,645) dengan
status imunisasi dasar.
20

b. Penelitian yang dilakukan oleh Astrianzah tahun 2011 dengan judul


“Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu, Tingkat Sosial Ekonmi
Dangan Status Imunisasi Dasar Lengkap Pada Balita”. Skripsi program
pendidikan sarjana kedokteran fakultas kedokteran Universitas
Diponegoro 2011. Penelitan yang digunakan adalah observasional dengan
pendekatan study cross sectional, sampel berjumah 50 orang dengan
kriteria semua ibu yanvg memiliki anak balitas usia 1-2 tahun diwilayah
kerja puskesmas Manyaran. Hasil yang dioperoleh dengan analisis bivariat
yaitu tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan status
imunisasi dasar lengkap pada balita (p= 1.000) dan tidak ada hubungan
antara tingkat sosial ekonomi dengan status imunisasi dasar lengkap pada
balita (p=1, 368).

c. Penelitan yang dilakukan oleh Triana 2016 dengan judul “Faktor Yang
Berhubungan Dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi
Tahun 2015”. Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang
mempengaruhi pemberian imunisas dasar lengkap. Desain penelitian ini
adalah crossectional yang dilaksanakan di kecamatan Kuranji. Sampel
penelitian 80 orang diambil secara accidental sampling. Pengumpulan
data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Analisis data secara
univariat, bivariat, dan multivariat hasil analisis univariat diperoleh
47,50% responden memiliki satatus imunisasi tidak lengkap,
berpendidikan rendah 5%, bekerja 30% berpengetahuan rendah 48,75%,
sikap negatif 50%, pelayayan kesehatan kurang 10%, hambatan 18, 75%,
dan motivasi kurang 40%, hasil analisis bivariat diperoleh p-value
pengetahuan (0,007), sikap (0,014), motivasi (0,001), informasi (0,04),
pendidikan (0,43), pekerjaan (0,66), pelayayan kesehatan (0.47) dan
hambatan (0.43) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan
pemberian imunisasi. Hasil analisis multivariat diperoleh p-value variabel
motivasi= 0,0001. Pengetahuan, sikap dan motivasi orang tua serta
informasi tentang imunisasi merupakan faktor yang mempengaruhi
kelengkapan pemberian imunisasi dasar pada bayi.
21

B. Kerangka Teori

Mengacu pada tinjauan pustaka yang telah dipaparkan, kerangka teori dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :

Skema 2.1 Kerangka Teori Penelitian

Predisposising Pengetahuan Kelengkapan Imunisasi


Faktor: tentang Dasar :
1. Pengetahuan imunisasi 1. Lengkap : Sesuai
2. Sikap dasar standar (BCG 1 X, HB 4
3. Keyakinan x, DPT 3 x, Hib 3x, Polio
Enabling Faktor: 4 X, campak 1 X).
1. Fasilitas 2. Tidak Lengkap : Tidak
Kesehatan sesuai standar (BCG 1
Reinforcing Factor: X, HB 4 x, DPT 3 x, Hib
1. Petugas 3x, Polio 4 X, campak 1
Kesehatan X).

Faktor yang mempengaruhi


pengetahuan:

1. Pendidikan
2. Informasi
3. Pekerjaan
4. Sosial, budaya, ekonomi
5. Lingkungan
6. Pengalaman
7. Usia

Sumber : modifikasi dari (Notoatmodjo, 2012), (Sarimin, 2013),


(IDAI, 2017)
22

BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan atau
kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati atau
diukur melalui penelitian yang akan dilakukan ( Notoatmodjo, 2012).
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep
pengertian tertentu.
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu :
1. Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel bebas, sebab dan mempengaruhi
variabel terikat. Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat
pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar.
2. Variabel dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas atau
variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
kelengkapan imunisasi dasar.
Maka untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi
Dasar Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Anak Di Poli Ibu Dan Anak
Mayapada Hospital dapat digambarkan pada suatu kerangka konsep seperti pada
gambar berikut ini :
23

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel independen Variabel dependen


Pengetahuan Ibu
tentang imunisasi
Kelengkapan
dasar
Imunisasi Dasar
1. Pengertian
Pada Anak
imunisasi.
1. Lengkap
2. Manfaat
2. Tidak Lengkap
imunisas.
3. Jenis Imunisasi.
4. Waktu pemberian
imunisasi.
5. Cara Pemberian
Imunisasi. Karakteristik responden
6. Efek samping 1. Usia
Imunisasi. 2. Pendidikan
3. Pekerjaan
4. Informasi

Keterangan:
: Tidak diteliti
: Diteliti

B. Hipotesis :
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian. Biasanya
hipotesis dirumuskan dalam bentuk hubungan antara kedua variabel, yakni
variabel independen dan dependen (Notoatmodjo, 2012).

Berdasarkan kerangka konsep yang telah dibuat, maka hipotesis Hipotesis


Alternatif (HA) dalam penelitian ini adalah :

Hi: Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar
dengan kelengkapan imunisasi dasar pada anak di Poli Ibu dan Anak
Mayapada Hospital Tangerang.
24

Ho: Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar
dengan kelengkapan imunisasi dasar pada anak di Poli Ibu dan Anak
Mayapada Hospital Tangerang.

C. Definisi Operasional :
Definisi Operasional adalah uraian mengenai batasan variabel yang dimaksud,
atau mengenai apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo,
2012). Sedangkan Swarjana (2012) mengatakan, definisi operasional penelitian
adalah definisi terhadap variabel berdasarkan konsep teori namun bersifat
operasional agar variabel tersebut dapat diukur atau dapat diuji baik oleh peneliti
maupun peneliti lain. Dan menurut Nursalam (2013) definisi operasional
merupakan definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang
didefinisikan tersebut.

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Kelengkapan Imunisasi
Dasar Pada Anak Di Poli Ibu Dan Anak Mayapada Hospital
Variabel Definisi Cara Alat Hasil Ukur Skala
Penelitian Operasional Ukur Ukur Ukur
Karakteristik
Usia Lamanya Mengisi Kuesioner 1. Masa akhir Ordinal
hidup ibu kuesioner remaja (17-25
yang tahun)
dihitung 2. Masa dewasa
dalam tahun awal (26-35
sejak lahir tahun)
sampai saat 3. Masa dewasa
penelitian akhir (36-45
berlangsung tahun)
(Depkes RI,
2009)
Pendidikan Pencapaian Mengisi Kuesioner 1. Pendidikan Ordinal
tingkat kuesioner rendah (SD
pendidikan dan sederajat)
formal yang 2. Menengah
diselesaikan (SMP, SMA,
oleh ibu dan sederajat)
3. Pendidikan
tinggi
(diploma dan
sarjana)
(UU No
20/2003)
25

Pekerjaan Segala Mengisi Kuesioner 1. Bekerja Nominal


kegiatan kuesioner 2. Tidak bekerja
yang
dilaksanakan
oleh ibu, di
luar kegiatan
rumah
tangga yang
menghasilka
n sumber
pendapatan
atau uang
Informasi Segala Mengisi Kuesioner 1. Pernah jika Nominal
informasi kuesioner responden
yang berasal mendapatkan
dari media informasi
cetak dan 2. Tidak pernah
elektronik jika
atau sumber responden
lainnya yang tidak
berhubungan mendapatkan
dengan informasi.
informasi
imunisasi
dasar
lengkap
Variabel Dependen
Kelengkapa Kelengkapan Melihat Buku 1. Lengkap Nominal
n imunisasi imunisasi buku KIA (Bila bayi
dasar yang dilihat KIA. sudah
dari sudut mendapatkan
lengkap imunisasi
tidaknya BCG 1x,
imunsasi Hepatitis B
dasar dengan 3x, DPT 3x,
ketentuan Hib 3x, Polio
bayi telah 4x, campak
mendapatkan 1x sebelum
vaksin BCG bayi berusia
1x, Hepatitis 1 tahun).
B 3x, DPT 2. Tidak
3x, Hib 3x lengkap
Polio 4x, (Bila bayi
campak 1x belum
sebelum bayi mendapatkan
berusia 1 imunisasi
tahun BCG 1x,
26

Hepatitis B
3x, DPT 3x,
Hib 3x, Polio
4x, campak
1x sebelum
bayi berusia
1 tahun)
Variabel independen
Tingkat Tingkat Mengisi Kuesioner 1. Baik = jika Ordinal
Pengetahua pengetahuan kuesioner mengenai persentase
n ibu tentang pengetahu jawaban
imunisasi an benar 76%-
dasar imunisasi 100%;
lengkap dasar 2. Cukup, jika
meliputi dengan 30 persentase
definisi, soal jawaban
tujuan, sesuai benar 51%-
manfaat, dengan 75%
kelengkapan, petunjuk, 3. Kurang, jika
dan tempaat mengguna persentase
pelayanan kan skala jawaban
imunisasi Gutman : benar ≤50%
1. Benar (Nursalam, 2008)
2. Salah
(Siregar,
2013)
27

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yakni menggambarkan tingkat keadaan


suatu objek dalam hal ini pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi dasar
pada bayi (Nursalam, 2016). Penelitian ini menggunakan desain penelitian
deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang
menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan
dependen dinilai secara simultan pada suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut.
Jenis penelitian ini tujuannya untuk menemukan ada atau tidak adanya
hubungan. Tidak semua subjek penelitian harus diobservasi pada hari atau waktu
yang sama, akan tetapi baik variabel independen maupun variabel dependen
dinilai hanya satu kali saja. Dengan studi ini, akan diperoleh prevalensi atau
efek suatu fenomena (variabel dependen) dihubungkan dengan penyebab/
variabel dependen (Nursalam, 2008).

B. Populasi, Sample, dan Teknik Pengambilan Sample

1. Populasi

Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.


Populasi dibagi menjadi dua yaitu populasi target dan populasi terjangkau .
Popilasi target adalah populasi yang memenuhi kriteria sampling dan menjadi
sasaran akhir penelitian. Sedangkan populasi terjangkau adalah populasi yang
memenuhi kriteria penelitian dan biasanya dapat dijangkau oleh peneliti dari
kelompoknya (Nursalam 2008).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak usia 1-5
tahun dengan rata-rata kunjungan selama 3 bulan terakhir yaitu 631 orang
yang berkunjung ke poli ibu dan anak Mayapada Hospital Tangerang.
28

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Nursalam, 2016). Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia 1-5 tahun
yang berkunjung ke poli ibu dan anak Mayapada Hospital Tangerang.

a. Kriteria Sampel
Dalam penelitian keperawatan, membuat kriteria sampel berdasarkan pada
kriteria inklusi dan eklusi (Hidayat, 2008). Sampel penelitian responden
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yaitu sebagai berikut :
1). Kriteria Inklusi
Merupakan kriteria dimana subjek penelitian mewakili sampel
penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. Pada penelitian ini
yang menjadi kriteria inklusi adalah :
a). Ibu yang membawa anak 1-5 tahun ke poli ibu dan anak mayapada
Hospital Tangerang.
b). Bersedia menjadi responden.
c). Respoden yang waktu penelitian berada di tempat penelitian.
d). Responden memiliki buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak).
2). Kriteria eksklusi
Merupakan kriteris dimana objek penelitian tidak dapat mewakili
sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian.
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :
a). Saat penelitian tidak berada di poli ibu dan anak Mayapada Hospital
Tangerang.
b). Responden tidak dapat diwakilkan oleh orang lain.
b. Teknik Pengambilan Sample
Teknik sampling adalah cara yang digunakan dalam pengambilan sampel
(Arikunto, 2010).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Purposive Sampling yaitu suatu teknik penetapan sample dengan cara
memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti
29

berdasarkan tujuan peneliti berdasarkan tujuan penelitian, melalui kriteria


inklusi dan eksklusi.
c. Besar Sampel

Rumus Slovin:
𝑁
𝑛=
(1 + 𝑁(𝑑 2 ))
Keterangan:
n : Jumlah Sampel.
N: Jumlah Populasi.
d: Tingkat signifikansi (5%, 10%).
631
𝑛=
(1 + 631(0,12 ))
631
=
1 + 6,31
631
=
7,3
= 86
86 + 10% = 94,6 = 95
Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebanyak 86
sampel di tambah 10% menjadi 95 sampel.
C. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di poli ibu dan anak Mayapada Hospital
Tangerang. Rumah Sakit ini tepat untuk dijadikan penelitian karena wilayah nya
yang strategis. Selain itu masih ada ibu yang tidak melengkapi status imunisasi
dasar pada anaknya dan belum ada peneliatan tentang imunisasi, sehingga
memudahkan peneliti dalam pelaksanaan penelitian dan peneliti tertarik untuk
meneliti serta memilih sampel di Mayapada Hospital Tangerang.

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Mayapada Hospital Tangerang terdiri dari waktu
persiapan, pelaksanaan dan penyusunan laporan yang dilaksanakan pada bulan
November-Desember 2017. Sedangkan penelitian akan dilaksanakan pada bulan
Desember 2017.
30

E. Etika Penelitian

Penelitian ini melibatkan objek manusia maka tidak boleh bertentangan dengan
etika agar responden dapar terlindungi, untuk itu perlu adanya ijin dari tempat
penelitian, dan rekomendasi dari Ketua STIKES Pertamedika Jakarta. Setelah
mendapatkan persetujuan penelitian dapat dilakukan. Menurut Hidayat (2010),
etika yang diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Lembaran Inform Consent

Informed consent merupakan lembar persetujuan antara peneliti dengan


responden. Lembar ini diberikan kepada ibu sebelum penelitian agar dapat
mengetahui maksud penelitian. Informed consent juga bermanfaat sebagi
bukti bahwa penelitian ini valid serta mendapat persetujuan dari responden.
Dalam penelitian ini lembar informed consent diberikan kepada responden
sebelum memberikan kuesioner penelitian.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau


mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan
kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin


kerahasiaan oleh peneliti, hal ini juga sangat bermanfaat untuk menjaga
privasi responden sebagai objek penelitian. Dalam penelitian ini hasil
pengisian kuesioner responden dirahasiakan dimana tidak ada orang lain yang
mengetahui selain peneliti.

F. Instrumen Penelitian dan Uji Instrumen

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah pedoman tertulis tentang wawancara, atau


pengamatan atau daftar pertanyan yang dipersiapkan untuk memperolaeh
informasi dari responden dan metode yang dipergunakan oleh peneliti.
31

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan buku
KIA. Kuesioner adalah alat ukur yang terstruktur, dimana dalam penelitian
ini untuk mengukur tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar.
Kuesioner pada penelitian ini berupa pertanyaan tertutup dimana responden
hanya memilih jawaban yang telah disediakan. Kuesioner terdiri dari 30 soal
dengan menggunakan skala Gutman (Benar/Salah). Buku KIA adalah buku
kesehatan Ibu dan Anak, dimana dalam penelitian ini untuk mengetahui
kelengkapan imunisasi dasar.

2. Uji Instrumen

Sebelum penelitian dilakukan, instrumen yang digunakan untuk mengambil


data yang sebenarnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba intrumen, untuk
mengetahui tingkat kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas). Data
yang sesui dengan kenyatannya disebut data valid dan data yang dipercaya
disebut dengan data reliabel.
Data dalam penelitian ini akan dilakukan uji coba instrumen berupa kuesioner
kepada 30 orang yang bukan responden tetapi memiliki kriteria yang sama
dan akan dilaksanakan di Mayapada Hospital Jakarta Selatan.

a. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan
kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2010). Dalam
penelitian ini, untuk mengetahui validitas instrumen menggunakan rumus
Pearson Product Moment serta taraf kesalahan yang digunakan 5%.

Rumus Pearson Product Moment yang digunakan sebagai berikut :

𝑁∑𝑥𝑦 − (∑𝑥)(∑𝑦)
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑁∑𝑥 2 − (∑𝑥)2 }{𝑁∑𝑦 2 − (∑𝑦)2

Keterangan :
𝑟𝑥𝑦 : Koefisien Korelasi antara variabel X dan Variabel Y.
∑𝑥𝑦 : Jumlah perkalian X dan Y.
𝑋 : Nilai hasil uji coba hasil per item.
32

𝑦 : Total Skor angket per responden.


𝑥2 : Kuadrat dari X (X x X).
N : Jumlah Objek.
Keputusan uji :
a. Jika nilai r memiliki tingkat signifikansi kurang dari 5% dikatakan
valid.
b. Jika nilai r memiliki tingkat signifikansi lebih dari 5% dikatakan tidak
valid (Ghozali, 2012).
b. Uji Reliabilitas

Setelah mengukur validitas perlu mengukur reliabilitas data apakah alat


ukur dapat digunakan atau tidak (Hidayat, 2010). Reliabilitas
menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut
sudah baik (Arikunto, 2010). Untuk itu diperlukan uji reliabilitas
menggunakan Alpha Cronbach (Riwidikdo, 2012). Suatu variabel
dikatakan realibel jika memberikan nilai Alpha Cronbach >0,6
(Budiman, 2013).

Rumus alpha Cronbach adalah sebagai berikut :

𝐾 ∑𝑆𝑖2
𝑟11 = 𝐾−1 {− }
𝑆𝑖2

Dimana:
K : Banyaknya butir pertanyaan atau benyaknya soal.
∑𝑆𝑖2 : Jumlah Varians butir.
𝑆𝑖2 : Varian total.
Keputusan Uji :

1) Jika nilai cronbach’s alpha adalah diatas 0,6 dikatakan reliabel.


2) Jika nilai cronbach’s alpha adalah dibawah 0,6 dikatakan tidak
reliabel (Ghozali, 2012).
33

G. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan prose
pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian
(Nursalam, 2013).

1. Prosedur Administratif
a. Setelah proposal disetujui oleh pembimbing, maka dilanjutkan dengan
pengajuan surat izin penelitian ke pihak STIKes PERTAMEDIKA untuk
melakukan penelitian dan pengambilan data.
b. Setelah surat permohonan penelitian dikeluarkan oleh ketua STIKes
PERTAMEDIKA, peneliti mengajukan surat tersebut ke Mayapada
Hospital Tangerang.
c. Setelah surat izin penelitian telah dikeluarkan dari Mayapada Hospital
Tangerang akan digunakan peneliti untuk melakukan pengambilan data
penelitian.
2. Prosedur teknis
a. Mengidentifikasi ibu apakah memiliki anak usia 1-5 tahun.
b. Setelah responden didapatkan, peneliti memperkenalkan diri kepada
responden kemudian menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.
c. Peneliti didampingi oleh perawat poli ibu dan anak.
d. Peneliti memberikan lembar permohonan untuk menjadi responden,
setelah responden membaca lembar permohonan menjadi responden,
responden diberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden dan
ditanda tangani.
e. Peneliti membagikan lembar kuesioner kepada responden dan menjelaskan
cara pengisian kuesioner.
f. Responden mengisi lembar kuesioner
g. Responden diberi waktu untuk menjawab seluruh pertanyaan dengan
lengkap.
h. Peneliti melihat buku KIA yang dimiliki olah responden.
34

H. Prosedur Pengolahan Data

Menurut Hastono (2007), langkah terakhir dari suatu penelitin adalah adalah
melakukan analisa data. Anaisa data dilakukan secara bertahap dan dilakukan
melalui proses komputerisasi. Semua observasi yang telah dilakukan dan
selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan langkah sebagai berikut :

1. Editing

Editing adalah kegiatan untuk melakukan pengecekan atau validitas dan


reabilitas atas kelengkapan pengisian isian formulir atau kuesioner sudah
sesuai dengan diharapkan atau tidak, lengkap, jelas, releven, dan konsisten.

2. Coding

Coding adalah kegiatan untuk mengklarifikasikan data jawaban menurut


kategori masing-masing. Selain itu juga, kegiatan merubah data berbentuk
huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan. Untuk mempermudah
peneliti dalam analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data.

3. Entry Data

Entry data adalah kegiatan untk memasukkan data ke dalam alat elektronik
yaitu komputer. Dalam penelitian ini peneliti melakukan secara manual
dengan early method dibantu kalkulator, namun dapat juga dilakukan dengan
program komputer.

4. Cleaning Data

Cleaning data adalah kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry
apakah ada kesalahan atau tidak dengan melihat missing, variasi, dan
konsistensi

I. Teknik Analisa Data

Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisa dengan menggunakan program


komputer dan manual, analisa data meliputi :

1. Analisa Univariat
35

Penelitian ini bersifat deskriptif, maka dalam analisanya menggunakan


perhitungan-perhitungan statistik secara sederhana berdasarkan hasil
penyebaran data menurut frekuensi antar kategori. Analisis dilakukan
terhadap tiap-tiap variabel dan hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisi
ini hanya menghasilkan distribusi dan persentasi dari tiap variabel. Kemudian
ditentukan persentase (P) dengan menentukan rurmus sebagai berikut.
𝑓
𝑝= 𝑥100%
𝑛
Keterangan :
P = Persentase
N = Sampel
F = Frekuensi teramati
2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang menunjukkan hubungan antara satu


variabel indevenden dengan salah satu variabel dependen (Lapau, 2012)
Dasar uji kuadrat (Chi square) adalah membandingkan antara frekuensi yang
diharapkan (Sabri & Hastono, 2014). Dalam penelitian ini, untuk
membuktikan adanya hubungan antara variabel yang diteliti, peneliti
menggunakan uji kai kuadrat (chi Square) sebagai metode analisa data.
Tujuan dari digunakan uji ini adalah untuk menguji perbedaan
porposi/presentase antara beberapa kelompok data.

Proses pengujian kai kuadrat adalah dengan membandingkan frekuensi yang


terjadi (observasi) dan frekuensi harapan (ekspetasi). Bila nilai frekuensi
observasi dengan nilai frekuensi harapan sama, dikatakan tidak ada
perbedaan yang bermakna (signifikan). Sebaliknya, bila nilai frekuensi
observasi dan frekuensi harapan berbeda, maka dikatakan ada perbedaan
yang bermakna (Hastono, 2007)

Nilai chi square dikatakan signifikan bila lebih besar daripada nilai chi square
yang diestimasi dalam df (degree of freedom) yang diamati dan memiliki
tingkat signifikansi yang kurang dari 5%. Artinya, keputusan uji kemaknaan
digunakan batas signifikansi 5% (α=0,05)
36

∑(𝑂−𝐸 2
Rumus : 𝑋 2 = 𝐸

df = (k-1)(b-1)
Keterangan :
X2 : Kai kuadrat.
O : Nilai observasi/pengamatan.
E : Nilai ekspektasi/harapan.
df: Derajat bebas (degree of freedom).
k : Jumlah Kolom.
b : Jumlah Baris.

Keputusan Uji :
1) Bila p value < α maka Ho ditolak artinya ada hubungan signifikan.
2) Bila p value > α maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan signifikan.

Anda mungkin juga menyukai