Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


FRAKTUR

Oleh :
Nama : Gevin Tabaru
Nim : 1490123117

PROGAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXI


INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG
TAHUN 2023
A. Pendahuluan
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia
dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis, yang tentunya
bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar manusia
menurut Maslow bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu kebutuhan
fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Abdul & Wahid, 2016).
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan primer dan mutlak harus dipenuhi untuk
memelihara homeostasis biologis dan kelangsungan kehidupan bagi tiap manusia.
Kebutuhan ini merupakan syarat dasar, apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi maka
dapat mempengaruhi kebutuhan yang lain. Pemenuhan kebutuhan fisiologis bersifat
lebih utama didahulukan dari pada kebutuhan-kebutuhan lain. Kebutuhan fisiologis
meliputi oksigen, cairan, nutrisi, eliminasi, istirahat dan tidur, terbebas dari rasa nyeri,
pengaturan suhu tubuh, seksual dan lainnya (Asmadi, 2013). Istirahat dan tidur
merupakan kebutuhan dasar manusia yang diperlukan setiap orang untuk
mempertahankan status kesehatan pada tingkat yang optimal. Proses tidur dapat
memperbaiki berbagai sel dalam tubuh. Hal ini yang sangat penting bagi setiap orang
yang sedang sakit agar lebih cepat sembuh, memperbaiki kerusakan pada sel. Jika
kebutuhan istirahat dan tidur tersebut cukup, maka akan terkumpul sejumlah energi
yang dapat memulihkan status kesehatan dan menjalankan kegiatan sehari-hari. (Sutanto
& Fitriana, 2017).
Fraktur merupakan istilah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang
bersifat total maupun sebagian (Helmi, 2012). Fraktur atau patah tulang adalah suatu
kondisi dimana kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan terputus secara
sempurna atau sebagian yang pada disebabkan oleh rudapaksa atau osteoporosis
(Smeltzer & Bare, 2016). Dampak yang terjadi pada pasien fraktur apabila kebutuhan
istirahat dan tidur tidak terpenuhi maka pasien sering kali menjadi irritable, depresi,
letih atau lelah dan mempunyai kemampuan pengendalian yang buruk terhadap
emosinya. Dari segi fisik, pasien tampak lemah, muka pucat, mata tampak sayu dan
kemerahan juga pasien tampak gelisah (Kozier, 2011). Penanganan gangguan istirahat
tidur merupakan tujuan penting perawat. Agar dapat membantu pasien mendapatkan
kebutuhan istirahat dan tidur, maka perawat harus memahami sifat alamiah dari tidur,
faktor yang mempengaruhi dan kebiasaan tidur pasien. Pasien membutuhkan
pendekatan individual yang berdasarkan kebiasaan pribadi mereka sendiri dan pola tidur
serta masalah khusus yang mempengaruhi tidur mereka (Ambarwati, 2014).

B. Pengertian
Fraktur merupakan rusaknya kontinuitas struktur tulang yang menyebabkan
pergeseran fragmen tulang hingga deformitas. Pada luka fraktur dan luka insisi dapat
terjadi edema dan nyeri yang mengakibatkan keterbatasan lingkup gerak sendi,dan
keterbatasan klien dalam menumpu berat badannya sehingga seringkali klien
mengalami gangguan mobilitas fisik (Çelik et al., 2018).
Ada beberapa macam fraktur berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan di
sekitarnya dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur terbuka
merupakan fraktur yang merusak jaringan kulit sehingga terdapat hubungan fragmen
tulang dengan dunia luar,sedangkan fraktur tertutup merupakan fraktur tanpa
hubungan antara fragmen tulang dan dunia luar. fraktur yang disebabkan oleh
peristiwa trauma (traumatic fracture) dapat terjadi pada kecelakaan lalu lintas maupun
non lalu lintas (Ramadhani et al., 2019)

C. Anatomi fisiologi
a) Anatomi tulang
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan menjadi
tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan tubuh. Tulang
adalh jaringan terstruktur dengan baik dan mempunyai 5 fungsi utama:
 Membentuk rangka badan
 Sebagai pengumpil dan tempat melekat otot
 Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-
alat dalam (otot, sumsum tulang belakang, jantung, dan paru-paru)
 Sebagai tempat mengatur dan deposit kalsium, fosfat, magnesium dan
garam.
 Ruang ditengah tulang tertentu sebagai organ yang mempunyai fungsi
tambahan lain, yaitu sebagai jaringan hemopoetik untuk memproduksi
sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.

Komponen utama jaringan tulang adalah mineral dan jaringan


organik(kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk suatu
kristalgaram (hidroksiapatit), yang tertimbun pada matriks kolagen dan
proteoglikan.Matriks organik tulang juga disebut osteosid. Sekitar 70% dari
osteosid adalahkolagen tipe I yang kaku dan memberi tinggi pada tulang.
Materi organik lainyang juga menyusun tulang berupa proteoglikan.
Secara garis besar, tulang dibagi menjadi 6 :

1) Tulang panjang (long bone): femur, tibia, fibula, ulna, humerus.


2) Tulang pendek (short bone): tulang-tulang karpal
3) Tulang pipih (flat bone): tulang parietal, iga, skapula, dan pelvis.
4) Tulang tak beraturan (irregular bone): tulang vertebra
5) Tulang Sesmoid: tulang patella
6) Tulang Sutura: atap tengkorak

Tulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luarnya yang
disebutdengan korteks dan bagian luarnya dilapisi periosteum
b) Fisiologi tulang
Tulang terdiri dari 3 jenis sel :
a. Osteoblast
Membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan
sebagai matriks tulang atau jaringan osteosid melaluisuatu proses yangh
disebut osifikasi.
b. Osteosit
Adalah sel tulang dewasa yng bertindak sebagai suatu lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat
c. Osteoklas
Adalah sel besar yang berinti banyak yang memungkinkan mineral
danmatriks tulang dapat di absorbsi. Sel ini menghasilkan enzim
proteolitik, yang memecah matriks dan beberapa asam yangmelarutklan
mineral tulang sehingga kalsium dan fosfat terlepas kedalam aliran darah.
c) Os Femur
Merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar yang terhubung
denganasetabulum membentuk kepala sendi yang disebut kaput femoris.
Disebelahatas dan bawah kolumna femoris terdapat taju yang disebut trokanter
mayordan trokanter minor. Di bagian ujung membentuk persendian lutut,
terdapatdua buah tonjolan yang disebut kondilus medialis dan kondilus
lateralis. Diantara kedua kondilus ini terdapat lekukan tempat letaknya tulang
tempurunglutut (patela) yang disebut dengan fosa kondilus.
Os tibialis dan fibularis merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang
paha yang membentuk persendian dengan os femur. Pada bagian ujungnya
terdapat tonjolan yang disebut maleolus lateralis atau mata kaki luar. Os tibia
bentuknya lebih kecil, pada pangklal melekat os fibula, pada bagian
ujungmembentuk persendian dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju
yangdisebut os maleolus medialis.
D. Etiologi
Menurut (Yelda H, 2019) Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih
besar dari yang dapat diabsorbsinya, yang disebabkan oleh pukulan langsung, gaya
meremuk, gerakan mendadak dan kontaksi otot ekster. Penyebab fraktur menurut
(Nur Hidayat et al., 2022).
1) Faktor Predisposisi
a. Trauma langsung, yang diakibatkan oleh benturan pada tulang yang patah;
b. Trauma tidak langsung, yang terjadi di berbagai area tulang dari
tempat benturan;
c. Gangguan patologis (kanker tulang dan penyakit degeneratif)
diakibatkan oleh penyakit tulang.
2) Faktor Presipitasi
a. Proliferasi jaringan baru yang tidak diatur menyebabkan tumor tulang;
b. Osteomielitis, misalnya, adalah infeksi yang diakibatkan oleh infeksi
akut atau mungkin akibat proses bertahap;
c. Rakhitis;
d. Spontan akibat tekanan tulang yang sedang berlangsung.

E. Patofisiologi
Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya
gaya tubuh yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolik, dan patologik. Tulang
bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan
apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar maka terjadi trauma yang
mengakibatkan terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur periosteum dan
pembuluh darah serta saraf korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus
tulang akan rusak. Sewaktu patah tulang biasanya terjadi perdarahan disekitar tempat
patah kedalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya
mengalami kerusakan.
Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Infusiensi pembuluh darah
atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan pembengkakan yang tidak dapat
ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas danmengakibatkan kerusakan
saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan akan mengakibatkan peningkatan
tekanan jaringan. faktor yang mempengaruhi fraktur yaitu tekanan dari luar tergantung
besar kecilnya tekanan dan daya tahan tulang seperti kepadatan atau kekerasan tulang.
PHATWAY

Trauma (Langsung atau tidak


langsung), patologi

Fraktur (terbuka
atau tertutup)

Kehilangan Perubahan fragmen Fraktur terbuka


integritas tulang tulang kerusakan tulang menembus
pada jaringan otot dan kulit
pembuluh darah
Ketidakstabilan
posisi fraktur Luka
apabila ogan fraktur Perdarahan lokal
di gerakkan
Gangguan
Hematoma pada integritas
Fragmen tulang kulit/jaringan
yang patah menusuk daerah fraktur
organ sekitar

Aliran darah ke daerah distal Kuman


berkurang atau terhambat mudah masuk
Nyeri akut

Warna jaringan pucat, nadi Risiko infeksi


lemas, cianosis, kecemasan)

Kerusakaan
neuromuskuler

Gangguan fungsi
organ distal

Gangguan
mobilitas fisik
F. Pemeriksaan Diagnostik
 X-ray: untuk menentukan luas/lokasi fraktur.
 Scan tulang: untuk memperlihatkan fraktur dengan jelas, mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak.
 Hitung darah lengkap: hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada
perdarahan, peningkatan leukosit sebagai respon terhadap peradangan.
 Kreatinin: trauma otot dapat meningkatkan beban kreatinin untuk
klirensginjal.
 Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfusidarah atau cedera hati.(Dongoes, 2002 dalam Wijaya Putri, 2013 :
2014)

G. Penatalaksanaan
a. Penatalakasanaan Konservatif
 Proteksi adalah proteksi fraktur yang mencegah trauma lebih lanjutdengan
cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atautongkat apada
anggota gerak bawah.
 Imobilisasi dengan bidang eksterna. Imobilisasi pada fraktur dengan bidai
eksterna hanya memberikan imobilisasi. Biasanya menggunakangips atau
macam-macam bidai dari plastik atau metal.
 Reduksi tertutup dengan menggunakan manipulasi dan imobilisasiekterna
dengan menggunakan gips. Reduksi tertutup yang diartikanmanipulasi
dilakukan dengan pembiusan umum dan lokal.
 Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi, tindakan
inimempunyai tujuan utama, yaitu beberapa reduksi yang bertahapimobilisasi.
b. Penatalaksanaan Pembedahana.
 Reduksi tertutup dengan fiksasi perkuatan atau K-Wire.
Reduksi terbuka dengan fiksasi internal dan fiksasi eksternal tulang
yaitu:
 Open Reduction and Internal Fixation atau reduksi terbuka dengan
fiksasiinternal. Orif akan mengimobilisasi fraktur dengan melakukan
pembedahan dengan memasukkan paku, skrup atau pen kedalam
tempatfraktur untuk mengfiksasi bagian tulang pada fraktur secara
bersamaan.Fiksasi internal sering digunakan untuk merawat fraktur
pada tulang pinggul yang sering terjadi pada orang tua.
 Open Reduction Terbuka dengan Fiksasi Eksternal. Tindakan
inimerupakan pilihan bagi sebagian besar fraktur. Fiksasi eksternal
dapatmenggunakan konselosascrew atau dengan metilmetaklirat
(aklirik gigi)atau fiksasi eksterna dengan jenis-jenis lain seperti gips.
(Muttaqin, 2008
H. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
1. Identintas klien
Meliputi: nama, jenis kelamin, agama, suku, bangsa, Pendidikan, pekerjaan,
tempat tinggal lahir, umur, alamat, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa
media, nomor registrasi
2. Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri
tersebut bisa akut atau kronik tergantung dengan lamanya serangan. Biasanya
pasien dengan gangguan istrahat dan tidur mengelu pola tidurnya yang tidak
teratur, ketidakmampuan memejakan mata, ketidakmampuan tidur dengan
nyenyak (tarwoto & wartonah, 2015)
3. Riwayat Kesehatan sekarang
Pada umumnya pasien dengan fraktur disebabkan oleh trauma atau
kecelakaan, degenerative dan patologis yang didahului dengan perdarahan,
kerusakan jaringan sekitar yang menyebabkan gangguan istrahat dan tidur
pada pasien. Biasanya pasien mengeluh badan terasa lemas karna kurang tidur,
mengalami kesulitan untuk tidur, tidur tidak nyenyak dikarnakan lingkungan
yang tidak mendukungu untuk tidur dan sering terganggu oleh Tindakan medis
dan perawatan.
4. Riwayat Kesehatan dahulu
Riwayat Kesehatan dahulu biasanya gangguan pola tidur terganggu sebelum
klien mengalami terjadinya fraktur, apakah pasien perna atau sedang
mengkomsumsi obat tidur, adanya Riwayat insomnia, gaya hidup atau
rutunitas harian pasien. Biasanya tidak ada Riwayat Kesehatan dahulu pada
fraktur, kecuali ada fraktur patologis seperti adanya diagnose sebelumnya
yaitu osteoporosis, kanker tulang, artheritis dan lainya.
5. Riwayat Kesehatan keluarga
Pada keluarga biasanya ada atau tidaknya keluarga yang mengalami gangguan
pola tidur dan atau tidaknya menderita tuberculosis atau penyakit lain yang
sifatnya menurun atau menular, diabetes melitus, hipertensi dan hemofilia,
insomnia.
6. Pola fungsi Kesehatan
 Pola presepsi dan tata laksanaan hidup sehat
Biasanya pasien mengalami pola personal hygiene seperti kebiasaan
mandi, ganti pakaian, BAB dan BA, pasien tampat lebih bermalas
malas, tidak bersemangat, merasa letih dan lesu karna kurang tidur.
 Pola nutrisi
Pada pasien fraktur biasanya tidak perna mengalami penurunan napsu
makan. Pada pasien fraktur harus mengkomsumsi nutrisi melebihi
kebutuhan sehari harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit C, dan
lainya untuk membantu proses penyembuhan tulang
 Pola tidur dan istrahat
Kebiasaan pola tidur dan istrahat pada pasien fraktur akan mengalami
gangguan yang disebabkan oleh timbulnya rasa nyeri. Selain itu juga,
pengkajian yang dilaksanaan pada lamanya tidur, suasana lingkungan,
kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur.
Istrahat tidur akan terganggu karna adanya perubahan pada pola
kognitif atau cara berfikir pasien
 Pola eleminasi
Kebiasaan miksi atau defikasi sehari-hari, kesulitan waktu defikasi
dikarnakan imobilisasi, fases warna kuning dan konstistensi defiksasi
pada miksi pasien mengalami gangguan. Kebiasaan miksi atau defikasi
yang terganggu akan memperlambat istrahat dan tidur pasien.
 Pola aktivitas dan Latihan
Aktivitas atau Latihan mengalami perubahan atau gangguan yang
disebabkan oleh fraktur sehingga kebutuhan pasien perlu di bantu oleh
perawat atau keluarga. Selain itu badan menjadi rasa lemah, letih dan
lesu karna kurang tidur yang menyebabkan untuk lebih malas
melakukan aktivitas.
 Pola presepsi dan konsep diri
Biasanya pasien tampak menarik diri, kebingunan, kurang koordinasi,
kurang perhatian. Pada fraktur akan mengalami gangguan diri karna
terjadi perubahan dirinya pasien takut cacat seumue hidup tau tidak
dapat bekerja lagi
 Pola sensori kognitif
Pada pola kognetif atau cara berfkir pasien dengan gangguan istrahat
dan tidak akan mengalami penurunan karna apabila seorang kurang
tidur akan memberi efek pada pola elektris di otak dan akibatnya otak
tidak bisa berfungsi secara optimal.
 Pola hubungan peran
Perubahan peran yang dapat terganggu hubungan interpersonal yaitu
paisen merasa tidak berguna lagi dan menarik diri
 Pola penangulangan stress
Perlu ditanyakan apa yang membuat pasien stress dan biasanya
masalah yang dipendam sendiri atau dirundingkan dengan keluarga.
 Pola reproduksi seksual
Bila pasien sudah berkeluarga dan mempunyai anak, maka akan
mengalami gangguan pola seksual dan reproduksi, jika belum
berkeluarga pasien tidak akan mengalami gangguan.
7. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dibagi atas dua, yaitu pemeriksaan umum (status
generalisata) untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat
(lokalis) hal ini perlu untuk dapat melaksanaan total care karna ada
kecenderungan dimana spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang lebih
sempit tetapi lebih mendalam.
 Keadaan umu : pasien dalam kondisi lemah, letih, lesu dan gelisa
 GCS :14-15 (compos mentis)
 TTV (tekanan darah, biasanya meningkat, nadi, frekuensi nadi
meningkat, pernafasan normal atau biasanya meningkat, suhu dalam
rentang normal).
 System integument : terdapat erythema suhu sekitar daerah trauma
meningkat bengkak oedema, nyeri tekan.
 Kepala : tidak ada gangguan yaitu normo cephalic,simetris, tidak ada
benjolan, tidak ada nyeri kepala
 Leher : tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada benjolan , refleks
menekan positif kadang ditemukan pembesaran kelenjar getah bening.
 Muka : wajah terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi atau
bentuk, tidak ada lesi, simetris dan tidak ada eodema, wajah tampak
lesu
 Mata : biasanya terdapat konjungtiva kemerahan, mata sayu dan
adanya lingkaran hitam disekitar mata yang menandakan pasien kurang
tidur dan istrahat
 Telinga : tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal, tidak ada
lesi atau nyeri tekan.
 Hidung : pada pemeriksaan idung secara umum tidak tanpakkelainan
pada hidung, tidak adadeformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung
 Mulut dan faring : tidak ada pemberasan tonsil, gusi tidak terjadi
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat
 Thpraks : tidak ada pergerakan otot intercostae, Gerakan dada simetris
 Paru : pada pemeriksaan paru didapatkan:
 Inpeksi
Pernafasan meningkat, regular atau tidaknya tergantung pada
Riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru
 Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fremitus raba sama
 Perkusi
Suara ketok sonor, tidak ada radup atau suara tambahan lainnya
 Auskultasi
 Suara nafas nomal, tidak ada wheezing atau tambahan lainya
seperti stridor dan ronchi
 Jantung
Pemeriksaan jantung didapatkan:
 Inpeksi pada jantung
Tidak tampak ictus cordis
 Palpasi
Nadi meningkat, ictus tidak teraba
 Perkusi
Suara ketok redup pada jantung

 Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen didapatkan:
 Inpeksi
Bentuk datar. Simetris, tidak ada distensi
 Palpasi
Didapatkan turgor baik, tidak ada defands muskuler, hepar
tidak teraba, tidak ada nyeri tekan
 Perkusi
Suara thympani
 Auskultasi
Didapatkan parstiltik usus normal lebih dari 20x/menit.
 Ekstermitas
Terdapat lusa, perbedaan ukuran pada ekstermitas bawah kiri dan
kanan, teraba tulang yang patah, terdapat nyeri pada ekstermitas yang
fraktur.
 Iuginal genitalia anus
Tidak ada hernia, tidak ada pembesaran iymphe, tidak ada kesulitan
BAB
 Program pengobatan
 Terapi cairan (infus)
 Antibiotic untuk mengobati berbagai macam infkesi bakteri
 Analgetic untuk mengatasi nyeri yang dirasakan
b. Analisa Data

Data Etiologic Masalah


Data Subjektif : Trauma (Langsung atau tidak Nyeri Akut (D.0077)
- pasien mengatakan nyeri, pada langsung), patologi
betis sebelah kiri karena patah
Fraktur (terbuka atau tertutup)
Data Objektif
- klien tampak lemah Kehilangan integritas tulang
- skla nyeri 4
- tampak edema dibagian fraktur Ketidakstabilan posisi fraktur
- nyeri bertambah jika di apabila ogan fraktur di gerakkan
gerakkan
Fragmen tulang yang patah
menusuk organ sekitar

Nyeri akut

Data Subjektif : Trauma (Langsung atau tidak Gangguan Mobilitas Fisik


langsung), patologi (D.0054)
- keluarga pasien mengatakan
aktivitas pasien selalu dibantu Fraktur (terbuka atau tertutup)
oleh keluarganya.
Perubahan fragmen tulang
kerusakan pada jaringan pembuluh
darah
Data Objektif :
Perdarahan lokal
- pasien tampak selalu dibantu
oleh keluarga dan perawat Hematoma pada daerah fraktur
dalam melakukan aktivitas
Aliran darah ke daerah distal
berkurang atau terhambat
- fraktur pada 1/3 tibia fibula
sinistra Warna jaringan pucat, nadi lemas,
cianosis, kecemasan)

Kerusakaan neuromuskuler

Gangguan fungsi organ distal

Gangguan mobilitas fisik

Data subjektif : Trauma (Langsung atau tidak Gangguan Integritas


- Pasien menngatakan nyeri langsung), patologi Kulit/Jaringan
(D.0129)
Data objektif Fraktur (terbuka atau tertutup)
- Terdapat edema, kemerahan
Fraktur terbuka tulang menembus
- Kerusakan jaringan atau otot dan kulit
lapisan kulit
Luka

Gangguan integritas kulit

Data subjektif Trauma (Langsung atau tidak Risiko Infeksi


- pasien mengatakan luka sedikit langsung), patologi (D.0142)
basah
Fraktur (terbuka atau tertutup)
Data objektif
- luka tampak sedikit basah dan Fraktur terbuka tulang menembus
tidak ada PUS dan darah otot dan kulit

Luka

Gangguan integritas kulit

Kuman mudah masuk

Risiko infeksi

c. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Akut
2. Gangguan Mobilitas Fisik
3. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
4. Risiko Infeksi
d. Perencanaan dan Intervensi Keperawatan

NO Dx. Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Nyeri Akut Tupan : 1. Manajemen Nyeri Observasi
Setelah dilakukan Observasi : 1. Untuk mengatahui
tindakan keperawatan - Identifikasi lokasi, karakteristik
1x24 jam klien tidak lokasi, durasi frekuensi kualitas
mengeluh nyeri karakteristik, dan itensintas nyeri
durasi, frekuensi, 2. Agar kita mengetahui
Tupen : kualitas, tingkat cedera yang
Setelah dilakukan intensitas nyeri dirasakan oleh pasien
tindakan 3x24 jam - Identifikasi skala 3. Agar kita mengetahui
diharapakn nyeri akut nyeri tingkat nyeri yang
berkurang dengan - Identifikasi sebenarnya yang
Kriteria hasil : respon nyeri non dirasakan pasien
1. Skala nyeri verbal 4. Agar kita dapat
membaik - Identifikasi faktor mengurangi factor
2. Meringis yang factor yang dapat
membaik memperberat dan memperparah nyeri
3. Sikap protektif memperingan yang dirasakan oleh
membaik nyeri pasien
4. Tidak gelisah lagi - Identifikasi 5. Agar kita mengetahui
5. Kesulitan tidur pengetahuan dan sejauh mana
membaik keyakinan tentang pemahaman dan
nyeri pengetahuan pasien
Terapeutik : terhadap nyeri yang
- Berikan teknik dirasakan
nonfarmakologis Terapeutik
untuk mengurangi 1. Agar pasien juga
rasa nyeri mengetahui kondisinya
( mis. TENS, dan mempermudah
hipnosis. perawatan
Akupresur, terapi 2. Agar dapat mengurangi
musik, rasa nyeri yang dirsakan
biofeedback, terapi oleh pasien dengan
pijat, aroma terapi, mengunakan cara
teknik imajinasi nonfarmokologis
terbimbing, 3. Agar nyeri yang
kompres dirasakan oleh pasien
hangat/dingin, tidak menjadi lebih
terapi bermain) buruk
- Kontrol Edukasi
lingkungan yang 1. Agar pasien dapat
memperberat rasa menghindari penyebab
nyeri (mis. suhu dari nyeri yang
dirasakan
ruangan, 2. Agar pasien dapat
pencahayaan, meredakan nyeri secara
kebisingan) mandiri ketika sudah
- Fasilitasi istirahat pulang dari rumah sakit
yang cukup 3. Agar ketika nyeri yang
Edukasi : dirasakan klien mulai
- Jelaskan penyebab, parah dan dapat
periode, dan memberi tahu keluarga
pemicu nyeri bahkan tenaga medis
- Jelaskan strategi agar mendapat
meredakan nyeri penanganan segera
- Anjurkan monitor 4. Agar pasien dapat
nyeri secara menghilangkan rasa
mandiri nyri itu dengan
- Anjurkan menggunakan obat
menggunakan analgestik yang sesuai
analgetik secara dengan nyeri yang
tepat dirasakan pasien
Kolaborasi : Kolaborasi
- Kolaborasi 1. Agar rasa nyeri yang
pemberian dirasakan pasien dapat
analgetik, jika dihilangkan atau
perlu dikurangi

2. Gangguan Tupan : Dukungan Mobilisasi Observasi


Mobilitas Fisik Setelah dilakukan Observasi : 1. Memeriksa adanya
tindakan keperawatan - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
1x24 jam diharapkan nyeri atau keluhan lainnya
gangguan mobilitasi fisik fisik lainnya 2. Mengidentifikasi
dapat teratasi - Identifikasi toleransi fisik
toleransi fisik melakukan pergerakan
Tupen : melakukan 3. Memantau frekuensi
Setelah dilakukan pergerakan jantung dan tekanan
tindakan keperawatan - Monitor frekuensi darah sebelum memulai
3x24 jam diharapkan jantung dan mobilisasi
mobilitasi fisik tekanan darah 4. Memantau kondisi
meningkat sebelum memulai umum selama
Kriteria hasil : ambulasi melakukan mobilisasi
1. Pergerakan - Monitor kondisi
ekstremitas umum selama
meningkat melakukan Terapeutik
2. Kekuatan otot ambulasi 1. Memberikan pasien
membaik Terapeutik : aktivitas mobilisasi
3. Rentang gerak - Fasilitasi aktivitas dengan alat bantu (mis.
membaik mobilisasi dengan pagar tempat tidur)
4. Sendi tidak kaku alat bantu (mis. 2. Memfasilitasi
5. Gerakan pagar tempat tidur) melakukan pergerakan,
terkoordinasi - Fasilitasi jika perlu
membaik
6. Fisik membaik melakukan 3. Melibatkan keluarga
mobilisasi fisik, untuk membantu pasien
jika perlu dalam meningkatkan
- Libatkan keluarga pergerakan
untuk membantu
pasien dalam Edukasi
meningkatkan 1. menjelaskan tujuan dan
pergerakan prosedur mobilisasi ada
Edukasi : pasien
- Jelaskan tujuan 2. menganjurkan
dan prosedur melakukan mobilisasi
mobilisasi dini
- Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis. duduk di
tempat tidur,
duduk di sisi
tempat tidur,
pindah dari tempat
tidur ke kursi)
3. Gangguan Tupan : Perawatan Integritas 1. Untuk mengetahui
Integritas Setelah dilakukan Kulit penyebab integritas
Kulit/Jaringan tindakan keperawatan Observasi : kulit
selama 1x24 jam - Identifikasi 2. Untuk mengetahui
diharapkan integritas penyebab posisi 2 jam jika tirah
kulit kembali seperti gangguan baring
semula integritas kulit 3. Agar pasien mengetahui
(mis. Perubahan produk berbahan
Tupen : sirkulasi, ringan/alami dan
Setelah dilakukan asuhan perubahan status hipoalergik pada kulit
keperawatan selama nutrisi, penurunan sensitif
3x24 jam diharapkan kelembaban, suhu 4. Agar pasien
integritas kulit/jaringan lingkungan menghindari produk
meningkat ekstrem, berbahan dasar alkohol
dengan penurunan pada kulit kering
Kriteria hasil : mobilitas) 5. Agar pasien
1. Perfusi jaringan Terapeutik : menggunakan pelembab
meningkat - Ubah posisi tiap 2 6. Agar pasien minum air
2. Kerusakan jam jika tirah yang cukup
jaringan menurun baring 7. Agar pasien
3. Kerusakan - Gunakan produk meningkatkan asupan
lapisan kulit berbahan nutris
menurun ringan/alami dan 8. Agar pasien
4. Hematoma hipoalergik pada meningkatkan asupan
menurun kulit sensitif buah dan sayur
5. Tekstur membaik
-Hindari produk
berbahan dasar
alkohol pada kulit
kering
Edukasi :
- Anjurkan
menggunakan
pelembab (mis.
Lotion, serum)
- Anjurkan minum
air yang cukup
- Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan
meningkatkan
asupan buah dan
sayur

4. Risiko Infeksi Tupan : Pencegahan Infeksi Observasi


Setelah dilakukan Observasi : 1. Memeriksa adanya
tindakan keperawatan - Monitor tanda dan tanda dan gejala
1x24 jam diharapkan gejala infeksi lokal infeksi lokal dan
tidak terjadi infeksi dan sistemik sistemik
Terapeutik :
Tupen : - Batasi jumlah Terapeutik
Setelah dilakukan pengunjung
tindakan keperawatan 1. Memberikan
- Berikan perawatan
3x24 jam diharapkan kulit pada area perawatan kulit pada
derajat infeksi menurun edema area edema
dengan - Cuci tangan
Kriteria hasil : sebelum dan 2. Anjurkan mencuci
1. Kebersihan sesudah kontak
tangan tangan sebelum dan
dengan pasien dan
meningkat lingkungan pasien sesudah kontak
2. Kebersihan - Pertahankan teknik dengan pasien dan
badan meningkat aseptik pada pasien
3. Nafsu makan berisiko tinggi lingkungan pasien
meningkat Edukasi : 3. Mempertahankan
4. Demam menurun - Jelaskan tanda dan
5. Kemerahan teknik aseptik pada
gejala infeksi
menurun - Ajarkan cara pasien berisiko tinggi
6. Nyeri menurun mencuci tangan
7. Bengkak Edukasi
dengan benar
menurun 1. Menjelaskan pada
- Ajarkan cara
8. Cairan berbau
memeriksa kondisi pasien tanda dan
busuk menurun
luka atau luka
9. Kultrur area luka gejala infeksi
operasi
membaik
- Anjurkan
2. Mengajarkan cara
meningkatkan
memeriksa kondisi
asupan nutrisi
Kolaborasi : luka atau luka operasi
- Kolaborasi
pemberian 3. Menganjurkan
imunisasi, jika meningkatkan asupan
perlu
nutrisi

4. Menganjurkan
meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
1. Berkolaborasi
dengan dokter
pemberian

2. Imunisasi, jika perlu

e. Evaluasi
Evaluasi merupakan Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapajauh diagnose keperawatan, rencana Tindakan, dan
penatalaksanaan sudah berbahas dicapai berdasarkan tujuan yang telah dibuat
dalam perencanaan keperawatan. Evaluasi yang digunakan berbentuk formatif
berapa respon klien dan evaluasi sumatif yaitu respon perkembangan dengan
komponen S (subjektif) O (objektif) A (analisis) P (perencanaan terhadap analisis)
(Pooter & perry,2013)
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 12. Jakarta:
EGCGloria M. Bulechek, et al. 2013.
Nursing Interventions Classifications (NIC), Edisi Keenam
. Missouri: Mosby Elsevier.Morhedd, dkk. 2013.
Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi Kelima
.Missouri: Mosby Elsevier.Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai