Oleh :
Nama : Gevin Tabaru
Nim : 1490123117
B. Pengertian
Fraktur merupakan rusaknya kontinuitas struktur tulang yang menyebabkan
pergeseran fragmen tulang hingga deformitas. Pada luka fraktur dan luka insisi dapat
terjadi edema dan nyeri yang mengakibatkan keterbatasan lingkup gerak sendi,dan
keterbatasan klien dalam menumpu berat badannya sehingga seringkali klien
mengalami gangguan mobilitas fisik (Çelik et al., 2018).
Ada beberapa macam fraktur berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan di
sekitarnya dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur terbuka
merupakan fraktur yang merusak jaringan kulit sehingga terdapat hubungan fragmen
tulang dengan dunia luar,sedangkan fraktur tertutup merupakan fraktur tanpa
hubungan antara fragmen tulang dan dunia luar. fraktur yang disebabkan oleh
peristiwa trauma (traumatic fracture) dapat terjadi pada kecelakaan lalu lintas maupun
non lalu lintas (Ramadhani et al., 2019)
C. Anatomi fisiologi
a) Anatomi tulang
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan menjadi
tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan tubuh. Tulang
adalh jaringan terstruktur dengan baik dan mempunyai 5 fungsi utama:
Membentuk rangka badan
Sebagai pengumpil dan tempat melekat otot
Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-
alat dalam (otot, sumsum tulang belakang, jantung, dan paru-paru)
Sebagai tempat mengatur dan deposit kalsium, fosfat, magnesium dan
garam.
Ruang ditengah tulang tertentu sebagai organ yang mempunyai fungsi
tambahan lain, yaitu sebagai jaringan hemopoetik untuk memproduksi
sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.
Tulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luarnya yang
disebutdengan korteks dan bagian luarnya dilapisi periosteum
b) Fisiologi tulang
Tulang terdiri dari 3 jenis sel :
a. Osteoblast
Membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan
sebagai matriks tulang atau jaringan osteosid melaluisuatu proses yangh
disebut osifikasi.
b. Osteosit
Adalah sel tulang dewasa yng bertindak sebagai suatu lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat
c. Osteoklas
Adalah sel besar yang berinti banyak yang memungkinkan mineral
danmatriks tulang dapat di absorbsi. Sel ini menghasilkan enzim
proteolitik, yang memecah matriks dan beberapa asam yangmelarutklan
mineral tulang sehingga kalsium dan fosfat terlepas kedalam aliran darah.
c) Os Femur
Merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar yang terhubung
denganasetabulum membentuk kepala sendi yang disebut kaput femoris.
Disebelahatas dan bawah kolumna femoris terdapat taju yang disebut trokanter
mayordan trokanter minor. Di bagian ujung membentuk persendian lutut,
terdapatdua buah tonjolan yang disebut kondilus medialis dan kondilus
lateralis. Diantara kedua kondilus ini terdapat lekukan tempat letaknya tulang
tempurunglutut (patela) yang disebut dengan fosa kondilus.
Os tibialis dan fibularis merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang
paha yang membentuk persendian dengan os femur. Pada bagian ujungnya
terdapat tonjolan yang disebut maleolus lateralis atau mata kaki luar. Os tibia
bentuknya lebih kecil, pada pangklal melekat os fibula, pada bagian
ujungmembentuk persendian dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju
yangdisebut os maleolus medialis.
D. Etiologi
Menurut (Yelda H, 2019) Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih
besar dari yang dapat diabsorbsinya, yang disebabkan oleh pukulan langsung, gaya
meremuk, gerakan mendadak dan kontaksi otot ekster. Penyebab fraktur menurut
(Nur Hidayat et al., 2022).
1) Faktor Predisposisi
a. Trauma langsung, yang diakibatkan oleh benturan pada tulang yang patah;
b. Trauma tidak langsung, yang terjadi di berbagai area tulang dari
tempat benturan;
c. Gangguan patologis (kanker tulang dan penyakit degeneratif)
diakibatkan oleh penyakit tulang.
2) Faktor Presipitasi
a. Proliferasi jaringan baru yang tidak diatur menyebabkan tumor tulang;
b. Osteomielitis, misalnya, adalah infeksi yang diakibatkan oleh infeksi
akut atau mungkin akibat proses bertahap;
c. Rakhitis;
d. Spontan akibat tekanan tulang yang sedang berlangsung.
E. Patofisiologi
Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya
gaya tubuh yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolik, dan patologik. Tulang
bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan
apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar maka terjadi trauma yang
mengakibatkan terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur periosteum dan
pembuluh darah serta saraf korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus
tulang akan rusak. Sewaktu patah tulang biasanya terjadi perdarahan disekitar tempat
patah kedalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya
mengalami kerusakan.
Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Infusiensi pembuluh darah
atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan pembengkakan yang tidak dapat
ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas danmengakibatkan kerusakan
saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan akan mengakibatkan peningkatan
tekanan jaringan. faktor yang mempengaruhi fraktur yaitu tekanan dari luar tergantung
besar kecilnya tekanan dan daya tahan tulang seperti kepadatan atau kekerasan tulang.
PHATWAY
Fraktur (terbuka
atau tertutup)
Kerusakaan
neuromuskuler
Gangguan fungsi
organ distal
Gangguan
mobilitas fisik
F. Pemeriksaan Diagnostik
X-ray: untuk menentukan luas/lokasi fraktur.
Scan tulang: untuk memperlihatkan fraktur dengan jelas, mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak.
Hitung darah lengkap: hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada
perdarahan, peningkatan leukosit sebagai respon terhadap peradangan.
Kreatinin: trauma otot dapat meningkatkan beban kreatinin untuk
klirensginjal.
Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfusidarah atau cedera hati.(Dongoes, 2002 dalam Wijaya Putri, 2013 :
2014)
G. Penatalaksanaan
a. Penatalakasanaan Konservatif
Proteksi adalah proteksi fraktur yang mencegah trauma lebih lanjutdengan
cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atautongkat apada
anggota gerak bawah.
Imobilisasi dengan bidang eksterna. Imobilisasi pada fraktur dengan bidai
eksterna hanya memberikan imobilisasi. Biasanya menggunakangips atau
macam-macam bidai dari plastik atau metal.
Reduksi tertutup dengan menggunakan manipulasi dan imobilisasiekterna
dengan menggunakan gips. Reduksi tertutup yang diartikanmanipulasi
dilakukan dengan pembiusan umum dan lokal.
Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi, tindakan
inimempunyai tujuan utama, yaitu beberapa reduksi yang bertahapimobilisasi.
b. Penatalaksanaan Pembedahana.
Reduksi tertutup dengan fiksasi perkuatan atau K-Wire.
Reduksi terbuka dengan fiksasi internal dan fiksasi eksternal tulang
yaitu:
Open Reduction and Internal Fixation atau reduksi terbuka dengan
fiksasiinternal. Orif akan mengimobilisasi fraktur dengan melakukan
pembedahan dengan memasukkan paku, skrup atau pen kedalam
tempatfraktur untuk mengfiksasi bagian tulang pada fraktur secara
bersamaan.Fiksasi internal sering digunakan untuk merawat fraktur
pada tulang pinggul yang sering terjadi pada orang tua.
Open Reduction Terbuka dengan Fiksasi Eksternal. Tindakan
inimerupakan pilihan bagi sebagian besar fraktur. Fiksasi eksternal
dapatmenggunakan konselosascrew atau dengan metilmetaklirat
(aklirik gigi)atau fiksasi eksterna dengan jenis-jenis lain seperti gips.
(Muttaqin, 2008
H. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
1. Identintas klien
Meliputi: nama, jenis kelamin, agama, suku, bangsa, Pendidikan, pekerjaan,
tempat tinggal lahir, umur, alamat, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa
media, nomor registrasi
2. Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri
tersebut bisa akut atau kronik tergantung dengan lamanya serangan. Biasanya
pasien dengan gangguan istrahat dan tidur mengelu pola tidurnya yang tidak
teratur, ketidakmampuan memejakan mata, ketidakmampuan tidur dengan
nyenyak (tarwoto & wartonah, 2015)
3. Riwayat Kesehatan sekarang
Pada umumnya pasien dengan fraktur disebabkan oleh trauma atau
kecelakaan, degenerative dan patologis yang didahului dengan perdarahan,
kerusakan jaringan sekitar yang menyebabkan gangguan istrahat dan tidur
pada pasien. Biasanya pasien mengeluh badan terasa lemas karna kurang tidur,
mengalami kesulitan untuk tidur, tidur tidak nyenyak dikarnakan lingkungan
yang tidak mendukungu untuk tidur dan sering terganggu oleh Tindakan medis
dan perawatan.
4. Riwayat Kesehatan dahulu
Riwayat Kesehatan dahulu biasanya gangguan pola tidur terganggu sebelum
klien mengalami terjadinya fraktur, apakah pasien perna atau sedang
mengkomsumsi obat tidur, adanya Riwayat insomnia, gaya hidup atau
rutunitas harian pasien. Biasanya tidak ada Riwayat Kesehatan dahulu pada
fraktur, kecuali ada fraktur patologis seperti adanya diagnose sebelumnya
yaitu osteoporosis, kanker tulang, artheritis dan lainya.
5. Riwayat Kesehatan keluarga
Pada keluarga biasanya ada atau tidaknya keluarga yang mengalami gangguan
pola tidur dan atau tidaknya menderita tuberculosis atau penyakit lain yang
sifatnya menurun atau menular, diabetes melitus, hipertensi dan hemofilia,
insomnia.
6. Pola fungsi Kesehatan
Pola presepsi dan tata laksanaan hidup sehat
Biasanya pasien mengalami pola personal hygiene seperti kebiasaan
mandi, ganti pakaian, BAB dan BA, pasien tampat lebih bermalas
malas, tidak bersemangat, merasa letih dan lesu karna kurang tidur.
Pola nutrisi
Pada pasien fraktur biasanya tidak perna mengalami penurunan napsu
makan. Pada pasien fraktur harus mengkomsumsi nutrisi melebihi
kebutuhan sehari harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit C, dan
lainya untuk membantu proses penyembuhan tulang
Pola tidur dan istrahat
Kebiasaan pola tidur dan istrahat pada pasien fraktur akan mengalami
gangguan yang disebabkan oleh timbulnya rasa nyeri. Selain itu juga,
pengkajian yang dilaksanaan pada lamanya tidur, suasana lingkungan,
kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur.
Istrahat tidur akan terganggu karna adanya perubahan pada pola
kognitif atau cara berfikir pasien
Pola eleminasi
Kebiasaan miksi atau defikasi sehari-hari, kesulitan waktu defikasi
dikarnakan imobilisasi, fases warna kuning dan konstistensi defiksasi
pada miksi pasien mengalami gangguan. Kebiasaan miksi atau defikasi
yang terganggu akan memperlambat istrahat dan tidur pasien.
Pola aktivitas dan Latihan
Aktivitas atau Latihan mengalami perubahan atau gangguan yang
disebabkan oleh fraktur sehingga kebutuhan pasien perlu di bantu oleh
perawat atau keluarga. Selain itu badan menjadi rasa lemah, letih dan
lesu karna kurang tidur yang menyebabkan untuk lebih malas
melakukan aktivitas.
Pola presepsi dan konsep diri
Biasanya pasien tampak menarik diri, kebingunan, kurang koordinasi,
kurang perhatian. Pada fraktur akan mengalami gangguan diri karna
terjadi perubahan dirinya pasien takut cacat seumue hidup tau tidak
dapat bekerja lagi
Pola sensori kognitif
Pada pola kognetif atau cara berfkir pasien dengan gangguan istrahat
dan tidak akan mengalami penurunan karna apabila seorang kurang
tidur akan memberi efek pada pola elektris di otak dan akibatnya otak
tidak bisa berfungsi secara optimal.
Pola hubungan peran
Perubahan peran yang dapat terganggu hubungan interpersonal yaitu
paisen merasa tidak berguna lagi dan menarik diri
Pola penangulangan stress
Perlu ditanyakan apa yang membuat pasien stress dan biasanya
masalah yang dipendam sendiri atau dirundingkan dengan keluarga.
Pola reproduksi seksual
Bila pasien sudah berkeluarga dan mempunyai anak, maka akan
mengalami gangguan pola seksual dan reproduksi, jika belum
berkeluarga pasien tidak akan mengalami gangguan.
7. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dibagi atas dua, yaitu pemeriksaan umum (status
generalisata) untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat
(lokalis) hal ini perlu untuk dapat melaksanaan total care karna ada
kecenderungan dimana spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang lebih
sempit tetapi lebih mendalam.
Keadaan umu : pasien dalam kondisi lemah, letih, lesu dan gelisa
GCS :14-15 (compos mentis)
TTV (tekanan darah, biasanya meningkat, nadi, frekuensi nadi
meningkat, pernafasan normal atau biasanya meningkat, suhu dalam
rentang normal).
System integument : terdapat erythema suhu sekitar daerah trauma
meningkat bengkak oedema, nyeri tekan.
Kepala : tidak ada gangguan yaitu normo cephalic,simetris, tidak ada
benjolan, tidak ada nyeri kepala
Leher : tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada benjolan , refleks
menekan positif kadang ditemukan pembesaran kelenjar getah bening.
Muka : wajah terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi atau
bentuk, tidak ada lesi, simetris dan tidak ada eodema, wajah tampak
lesu
Mata : biasanya terdapat konjungtiva kemerahan, mata sayu dan
adanya lingkaran hitam disekitar mata yang menandakan pasien kurang
tidur dan istrahat
Telinga : tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal, tidak ada
lesi atau nyeri tekan.
Hidung : pada pemeriksaan idung secara umum tidak tanpakkelainan
pada hidung, tidak adadeformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung
Mulut dan faring : tidak ada pemberasan tonsil, gusi tidak terjadi
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat
Thpraks : tidak ada pergerakan otot intercostae, Gerakan dada simetris
Paru : pada pemeriksaan paru didapatkan:
Inpeksi
Pernafasan meningkat, regular atau tidaknya tergantung pada
Riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru
Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fremitus raba sama
Perkusi
Suara ketok sonor, tidak ada radup atau suara tambahan lainnya
Auskultasi
Suara nafas nomal, tidak ada wheezing atau tambahan lainya
seperti stridor dan ronchi
Jantung
Pemeriksaan jantung didapatkan:
Inpeksi pada jantung
Tidak tampak ictus cordis
Palpasi
Nadi meningkat, ictus tidak teraba
Perkusi
Suara ketok redup pada jantung
Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen didapatkan:
Inpeksi
Bentuk datar. Simetris, tidak ada distensi
Palpasi
Didapatkan turgor baik, tidak ada defands muskuler, hepar
tidak teraba, tidak ada nyeri tekan
Perkusi
Suara thympani
Auskultasi
Didapatkan parstiltik usus normal lebih dari 20x/menit.
Ekstermitas
Terdapat lusa, perbedaan ukuran pada ekstermitas bawah kiri dan
kanan, teraba tulang yang patah, terdapat nyeri pada ekstermitas yang
fraktur.
Iuginal genitalia anus
Tidak ada hernia, tidak ada pembesaran iymphe, tidak ada kesulitan
BAB
Program pengobatan
Terapi cairan (infus)
Antibiotic untuk mengobati berbagai macam infkesi bakteri
Analgetic untuk mengatasi nyeri yang dirasakan
b. Analisa Data
Nyeri akut
Kerusakaan neuromuskuler
Luka
Risiko infeksi
c. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut
2. Gangguan Mobilitas Fisik
3. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
4. Risiko Infeksi
d. Perencanaan dan Intervensi Keperawatan
4. Menganjurkan
meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
1. Berkolaborasi
dengan dokter
pemberian
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapajauh diagnose keperawatan, rencana Tindakan, dan
penatalaksanaan sudah berbahas dicapai berdasarkan tujuan yang telah dibuat
dalam perencanaan keperawatan. Evaluasi yang digunakan berbentuk formatif
berapa respon klien dan evaluasi sumatif yaitu respon perkembangan dengan
komponen S (subjektif) O (objektif) A (analisis) P (perencanaan terhadap analisis)
(Pooter & perry,2013)
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 12. Jakarta:
EGCGloria M. Bulechek, et al. 2013.
Nursing Interventions Classifications (NIC), Edisi Keenam
. Missouri: Mosby Elsevier.Morhedd, dkk. 2013.
Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi Kelima
.Missouri: Mosby Elsevier.Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.