Oleh :
C1221027
A. DEFINISI
Fraktur adalah suatu kondisi yang terjadi ketika keutuhan dan kekuatan dari
tulang mengalami kerusakan yang disebabkan oleh penyakit invasif atau suatu proses
biologis yang merusak (Kenneth et al., 2015).
Fraktur adalah terputusnya kontiunitas tulang, retak atau patah pada tulang
yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik yang ditentukan
jenis dan luasnya trauma (Lukman & Ningsih, 2012).
Fraktur atau patah tulang disebabkan karena trauma atau tenaga fisik,
kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang dan jaringan lunak disekitar
tulang merupakan penentu apakah fraktur terjadi lengkap atau tidak lengkap (Astanti,
2017).
B. ANATOMI FISIOLOGI
a) Anatomi Tulang
Secara garis besar, tulang dibagi menjadi enam (Abdul Wahid, 2013) :
C. ETIOLOGI
a) Trauma langsung
Terjadi benturan pada tulang yang menyebabkan fraktur.
b) Trauma tidak langsung
Tidak terjadi pada tempat benturan tetapi ditempat lain,oleh karena itu
kekuatan trauma diteruskan oleh sumbu tulang ke tempat lain.
c) Kondisi patologis
Terjadi karena penyakit pada tulang (degeneratif dan kanker tulang).
D. KLASIFIKASI
Menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) fraktur diklasifikasikan menjadi beberapa yaitu :
1. Berdasarkan komplet atau fraktur tidak komplit :
a. Fraktur komplet, yaitu patah pada seluruh garis tengah tulang dan
biasanya mengalami pergeseran.
b. Fraktur inkomplet, yaitu patah hanya terjadi pada sebagian dari garis
tengah tulang.
2. Berdasarkan sifat fraktur :
a. Fraktur simple/tertutup, tidak menyebabkan robeknya kulit.
b. Fraktur kompleks/terbuka, dimana fraktur dengan luka pada kulit atau
membrane mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur terbuka digradasi
menjadi :
1) Grade I dengan luka bersih, panjangnya ≤ 1 cm.
2) Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak.
3) Grade III yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan
jaringan yang paling berat.
3. Berdasarkan bentuk garis patah :
a. Fraktur Greenstick : fraktur salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya
membengkok.
b. Fraktur Tranversal : fraktur sepanjang garis tengah tulang.
c. Fraktur Oblik : fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
d. Fraktur Spiral : fraktur memuntir seputar batang tulang.
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri secara terus menerus akan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan fragmen tulang.
2. Setelah terjadi fraktur bagian yang tidak dapat digunakan cenderung bergerak
secara alamiah (gerakan luar biasa) membukanya tetap rigid seperti normalnya.
Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas
(terlihat maupun teraba) ekstermitas dapat diketahui dengan membandingkan
ekstermitas normal. Ekstermitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi
normal otot tergantung pada integritas tempat melengketnya otot.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat pada atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering
saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sama 5 cm (1 sampai 2 inchi).
4. Saat ekstermitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang
dinamakan krepitusakibat gesekan antara fragmen 1 dengan yang lainnya (uji
krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat).
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit dapat terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah
beberapa jam atau hari setelah terjadi cidera.
F. PATOFISIOLOGI
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila
tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena
perlukaan di kulit. Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi disekitar tempat
patah ke dalam jaringan lunak disekitar tulang tersebut, jaringan lunak yang biasanya
mengalami kerusakan. Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat di sekitar fraktur.
Sel-sel darah putih dan sel-sel anast berkamulasi mengakibatkan peningkatan aliran
darah ketempat tersebut aktifitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang
baruamatir yang disebut callus. Bekuan fibrin di reabsorbsi dan sel-sel tulang baru
mengalami remodelling untuk membentuk tulang sejati. Insufisiensi pembuluh darah
atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan pembengkakan yang tidak
ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstermitas dan mengakibatkan
kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan akan mengakibatkan
peningkatan tekanan jaringan, oklusa darah total dan berakibat anoreksia
mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini
dinamakan syndrom compartment (Wijaya, 2015).
G. PATHWAY
Trauma Tidak
Trauma Langsung Kondisi Patologis
Langsung
FRAKTUR
Pengeluaran Pemasangan
Fraktur Histamin Fiksasi Eksternal
Fraktur
Terbuka Terutup
Reaksi Gangguan
Nosiseptor Fungsi Tulang
Perubahan
Fragmen Tulang Respon Reflek Hambatan
Protektif Pada Mobilitas
Tulang Fisik
Spasme Otot, Ruptur
Vena/Arteri
Nyeri Akut
Penekanan
Pembuluh Darah
Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan
Perifer
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada kasus fraktur antara lain (Rasjad
Chairuddin, 2012) :
1. Komplikasi Awal
a. Shock Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini
biasanya terjadi pada fraktur.
b. Osteomyelitis Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum
dan korteks tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh)
atau hematogenous (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Patogen dapat
masuk melalui luka fraktur terbuka, luka tembus, atau selama operasi.
c. Infeksi System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke
dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga
karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
2. Komplikasi Dalam Waktu Lama
a. Penyatuan tertunda merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai
dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan
karena penurunan supai darah ke tulang.
b. Tak menyatu, artinya Penyatuan tulang tidak terjadi yang disebabkan
karena tidak adanya imobilisasi.
c. Malunion, Kelainanpenyatuan tulang karena penyerasian yang buruk
menimbulkan pergeseran.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK
J. PENATALAKSANAAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin,agama, alamat, bangsa, pendidikan,
pekerjaaan tanggal MRS, diagnosa medis, nomor registrasi.
2. Keluhan utama
Keluhan utama pada masalah fraktur yaitu nyeri. Nyeri akut atau kronik
tergantung berapa lamanya serangan. Unit memperoleh data pengkajian
yang yang lengkap mengenai data pasien di gunakan :
a) Proboking insiden : apa ada peristiwa faktor nyeri.
b) Quality of pain : bagaimana rasanya nyeri saat dirasakan pasien. Apakah
panas, berdenyut / menusuk.
c) Region Radiation of pain : apakah sakitbisa reda dalam sekejap, apa
terasa sakit menjalar, dan dimana posisi sakitnya.
d) Severity/scale of pain : seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan pasien
berdasarkan skala nyeri.
e) Time : berapakah waktu nyeri berlangsung, apa bertambah buruk pada
waktu malam hari atau pagi hari.
3. Riwayat penyakit sekarang Pada pasien patah tulang disebabkan karena
trauma / kecelakaan, dapat secara degenerative/patologis yang disebabkan
awalnya pendarahan, kerusakan jaringan di sekitar tulang yang
mengakibatkan nyeri, bengkak, pucat/perubahan warna kulit dan terasa
kesemutan.
4. Setelah pasien sampai di UGD yang pertama kali harus dilakukan adalah
mengamankan dan mengaplikasikan prinsip ABCDE (Airway,
Breathing, Circulation, Disability Limitation, Exposure)
1) A : Airway, dengan kontrol servikal.
Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan nafas. Ini meliputi
pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas oleh adanya benda asing atau
fraktus di bagian wajah. Usaha untuk membebaskan jalan nafas 6 harus
memproteksi tulang cervikal, karena itu teknik Jaw Thrust dapat
digunakan. Pasien dengan gangguan kesadaran atau GCS kurang dari 8
biasanya memerlukan pemasangan airway definitif.
2) B : Breathing.
Setelah mengamankan airway maka selanjutnya kita harus menjamin
ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik meliputi fungsi dari paru paru
yang baik, dinding dada dan diafragma. Beberapa sumber mengatakan
pasien dengan fraktur ektrimitas bawah yang signifikan sebaiknya
diberi high flow oxygen 15 l/m lewat non-rebreathing mask dengan
reservoir bag.
3) C : Circulation.
Ketika mengevaluasi sirkulasi maka yang harus diperhatikan di sini
adalah volume darah, pendarahan, dan cardiac output. Pendarahan
sering menjadi permasalahan utama pada kasus patah tulang, terutama
patah tulang terbuka. Patah tulang femur dapat menyebabkan
kehilangan darah dalam paha 3 – 4 unit darah dan membuat syok kelas
III. Menghentikan pendarahan yang terbaik adalah menggunakan
penekanan langsung dan meninggikan lokasi atau ekstrimitas yang
mengalami pendarahan di atas level tubuh. Pemasangan bidai yang
baik dapat menurunkan pendarahan secara nyata dengan mengurangi
gerakan dan meningkatkan pengaruh tamponade otot sekitar
patahan. Pada patah tulang terbuka, penggunaan balut tekan steril
umumnya dapat menghentikan pendarahan. Penggantian cairan yang
agresif merupakan hal penting disamping usaha menghentikan
pendarahan
4) D : Disability.
menjelang akhir survey primer maka dilakukan evaluasi singkat
terhadap keadaan neurologis. yang dinilai disini adalah tingkat
kesadaran, ukuran dan reaksi pupil, tanda-tanda lateralisasi dan tingkat
cedera spinal
5) E : Exposure.
pasien harus dibuka keseluruhan pakaiannya, seiring dengan cara
menggunting, guna memeriksa dan evaluasi pasien. setelah pakaian
dibuka, penting bahwa pasien diselimuti agar pasien tidak hipotermia.
5. Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien patah tulang disebabkan karena trauma / kecelakaan, dapat
secara degenerative/patologis yang disebabkan awalnya pendarahan,
kerusakan jaringan di sekitar tulang yang mengakibatkan nyeri, bengkak,
pucat/perubahan warna kulit dan terasa kesemutan.
6. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien mengalami patah tulang paha atau pasien pernah punya
penyakit menurun sebelumnya. Memiliki penyakit osteoporosis/arthritis atau
penyakit lain yang sifatnya menurun atau menular.
7. Pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi hidup sehat
Klien fraktur apakah akan mengalami perubahan atau gangguan
pada personal hygiene atau mandi.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Klien fraktur tidak ada perubahan nafsu makan, walaupun menu makanan
disesuakan dari rumah sakit.
c) Pola eliminasi
Perubahan BAK/BAB dalam sehari, apakah mengalami kesulitan waktu
BAB di kaenakan imobilisasi, feses warna kuning, pada pasien fraktur
tidak ada gangguan BAK.
d) Pola istirahat dan tidur
Kebiasaan pada pola tidur apakah ada gangguan yang disebabkan karena
nyeri, misalnya nyeri karena fraktur.
e) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas pada klien yang mengalami gangguan karena fraktur
mengakibatkan kebutuhan pasien perlu dibantu oleh perawat atau
keluarga.
f) Pola persepsi dan konsep diri
Klien mengalami gangguan percaya diri sebab tubuhnya perubahan
pasien takut cacat / tidak dapat bekerja lagi.
g) Pola sensori kognitif
Adanya nyeri yang disebabkan kerusakan jaringan, jika pada pola
kognotif atau pola berfikir tidak ada gangguan.
h) Pola hubungan peran
Terjadi hubungan peran interpersonal yaitu klien merasa tidak berguna
sehingga menarik diri
i) Pola penggulangan stress
Penting ditanyakan apakah membuat pasien menjadi depresi /
kepikiran mengenai kondisinya.
j) Pola reproduksi seksual
Jika pasien sudah berkeluarga maka mengalami perubahan pola seksual
dan reproduksi, jika pasien belum berkeluarga pasien tidak mengalami
gangguan pola reproduksi seksual
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Terjadi kecemasan/stress untuk pertahanan klien meminta mendekatakan
diri pada tuhan
8. Pemeriksaan fisik
Menurut (Muttaqin 2017) ada dua macam pemeriksaan fisik yaitu
pemeriksaan fisik secara umum (status general)untuk mendapatkan gambaran
umum dan pemeriksaan setempat (local). Hal ini diperlukan untuk dapat
melaksanakan perawatan total (total care). Pemeriksaan fisik secara umum :
a. Keluhan utama: Kesadaran klien : apatis, sopor, koma, gelisah,
komposmentis yang bergantung pada klien
b. Kedaaan penyakit : akut, kronis, ringan, sedang, berat. Tanda-tanda vital
tidak normal terdapat gangguan lokal, baik fungsi maupun bentuk.
c. Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan,baik fungsi
maupun bentuk.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agens Cedera Fisik (trauma)
2. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Kerusakan Struktur Tulang
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan Faktor Pemberat
(imobilitas)
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
b. Memberikan penjelasan
b. Beritahukan pasien mengenai jenis kepada pasien mengenai
obat, alasan pemberian obat, hasil yang obat yang di dapat
diharapkan dan efek lanjutan yang
akan terjadi sebelum pemberian obat
c. Pemberian obat yang sesuai
c. Berikan obat – obatan sesuai dengan dengan rute agar obat dapat
teknik dan cara yang tepat bekerja dengan baik
2 Hambatan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan asuhan NIC Label : Terapi Latihan Ambulasi NIC Label : Terapi Latihan
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 60 Ambulasi
Kerusakan Struktur Tulang menit diharapkan mobilitas a. Bantu pasien untuk berdiri dan ambulasi a. Membantu kemampuan
fisik pasien teratasi dengan
tujuan dan kriteria hasil : dengan jarak tertentu pasien untuk berdiri
NOC Label : Ambulasi b. Dorong pasien untuk bangkit sebanyak b. Memotivasi pasien dalam
1. Berjalan dengan pelan dan sesering mungkin latihan ambulasi
dipertahankan pada skala 2
(banyak terganggu) c. Identifikasi keamanan lingkungan pasien c. Untuk memastikan
ditingkatkan ke skala 4 keamanan lingkungan
(sedikit terganggu) sekitar pasien
2. Berjalan dengan jarak dekat
NIC Label : Terapi Aktivitas
dipertahankan pada skala 2 NIC Label : Terapi Aktivitas
a. Memberi pasien
(banyak terganggu) a. Bantu klien untuk menentukan aktivitas
kesempatan untuk
ditingkatkan ke skala 4 yang diinginkan
menentukan aktivitas yang
(sedikit terganggu)
diinginkan
NOC Label : Toleransi
Terhadap Aktivitas
b. Untuk menjalankan terapi
1. Kemudahan dalam b. Bantu akitivitas fisik dengan teratur
aktivitas pasien secara
beraktivitas dipertahankan
teratur
pada skala 2 (banyak
terganggu) ditingkatkan ke
c. Agar keluarga dapat
skala 4 (sedikit terganggu) c. Libatkan keluarga dalam aktivitas pasien
berpartisipasi implementasi
terapi kepada pasien
3 Ketidakefektifan Perfusi Setelah dilakukan asuhan NIC Label : Monitor TTV NIC Label : Monitor TTV
Jaringan Perifer keperawatan selama 1 x 60 a. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan a. Untuk mengetahui status
berhubungan dengan Faktor menit diharapkan perfusi status pernafasan secara tepat kesehatan pasien
Pemberat (imobilitas) jaringan perifer teratasi dengan
tujuan & kriteria hasil : b. Identifikasi kemungkinan penyebab b. Untuk mengetahui
NOC Label : Tanda-Tanda perubahan tanda-tanda vital kemungkinan yang dapat
Vital menyebabkan perubahan
a. Tekanan darah sistolik dan TTV
diastolik dipertahankan
pada skala 2 (berat) c. Monitor warna, suhu dan kelembaban c. Untuk mengetahui adanya
ditingkatkan ke skala 4 kulit perubahan warna, suhu dan
(ringan) kelembaban kulit
b. Nadi dipertahakan pada
skala 3 (sedang)
NIC Label : Terapi Oksigen
ditingkatkan ke skala 4 NIC Label : Terapi Oksigen
a. Memberikan terapi oksigen
(ringan) a. Berikan oksigen seperti yang
sesuai peresepan
c. Suhu tubuh dipertahankan diperintahkan
pada skala 3 (sedang)
ditingkatkan ke skala 4
(ringan) b. Pertahankan kepatenan jalan nafas b. Untuk tetap menjaga
d. Pernafasan dipertahankan kepatenan jalan nafas
pada skala 3 (sedang)
ditingkatkan ke skala 4 c. Monitor aliran oksigen c. Monitoring aliran oksigen
(ringan) sesuai terapi yang pasien
dapatkan
NOC Label : Status Sirkulasi
a. Wajah pucat dipertahankan
pada skala 3 (sedang)
ditingkatkan ke skala 4
(ringan)
D. EVALUASI
Menurut Nursalam (2013) evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
1. Evaluasi formatif Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana
evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai.
2. Evaluasi somatif Merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi
ini menggunakan SOAP (Subyektif, Obyektif, Assesment, Planning).
DAFTAR PUSTAKA