LAPORAN PENDAHULUAN
disusun guna memenuhi tugas pada Program Pendidikan Profesi Ners (P3N)
Stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
oleh
NIM 112311101017
B. OSTEOPOROSIS
1. Definisi
Secara harfiah kata osteo berarti tulang dan kata porosis berarti berlubang atau
dalam istilah populer adalah tulang keropos. Zat kapur, kalsium adalah mineral
terbanyak dalam tubuh kurang lebih 98% kalsium dalam tubuh terdapat di dalam
tulang. Osteoporosis adalah penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan mudah
patah dimana biasanya yang sering mengalami kerusakan adalah pinggul, tulang
belakang, dan pergelangan tangan (National Institute of Arthritis and
Musculoskeletal and Skin Disease, 2014). Keadaan tersebut tidak memberikan
keluhan klinis kecuali apabila telah terjadi fraktur (Thief in the night).
Osteoporosis adalah hilangnya massa tulang dan bukan perubahan
kandungan-kandungannya. Keadaan ini ditandai oleh meningkatnya risiko fraktur
akibat kerapuhan tulang (Rubenstein et al, 2007). Osteoporosis adalah densitas
tulang 2,5 standar deviasi di bawah rata-rata bagi wanita dewasa kulit putih
(WHO dalam Rubenstein et al, 2007).
Osteoporosis adalah hal yang sering dijumpai dan menjadi predisposisi untuk
terjadinya fraktur tulang akibat adanya penurunan kuantitatif dan kedua
komponen matriks tulang yaitu osteoid dan hidroksipati (Davey, 2005).
Osteoporosis adalah penurunan massa tulang disebabkan karena peningkatan
resorbsi tulang yang melebihi yang melebihi pembentukan tulang (Price &
Wilson, 2005).
Definisi osteoporosis dapat disimpulkan dari beberapa definisi tersebut adalah
penyakit hilangnya massa tulang akibat adanya penurunan kuantitatif dan kedua
matriks tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah dan meningkatnya
risiko terjadi fraktur.
Gambar 3. Sebelah kiri adalah Gambar tulang normal dan sebelah kanan adalah
gambar tulang dengan osteoporosis
2. Faktor Risiko
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab atau faktor-faktor yang berisiko
terkena osteoporosis, antara lain:
a. Riwayat Keluarga
Seseorang termasuk berisiko tinggi bila orang tuanya juga menderita
osteoporosis. Faktor genetik ini terutama berpengaruh pada ukuran dan
densitas tulang. Wanita yang mempunyai ibu pernah mengalami patah
tulang panggul, dalam usia tua akan dua kali lebih mudah terkena patah
tulang yang sama. Disamping itu keluarga juga berpengaruh dalam hal
kebiasaan makan dan aktifitas fisik.
b. Jenis Kelamin
Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan
pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh
sejak usia 35 tahun. Selain itu, wanita pun mengalami menopause yang
dapat terjadi pada usia 45 tahun. Pada wanita postmenopause kerapuhan
tulang terjadi lebih cepat dibandingkan dengan pembentukkan tulang.
c. Usia
Kehilangan masa tulang meningkat seiring dengan meningkatnya usia.
Semakin bertambah usia, semakin besar risiko mengalami osteoporosis
karena tulang menjadi berkurang kekuatan dan kepadatannya.
Berkurangnya massa tulang mulai terjadi setelah usia antara 30 sampai
35 tahun. Patah tulang meningkat pada wanita usia >45 tahun, sedangkan
pada laki-laki patah tulang baru meningkat pada usia >75 tahun.
Penyusutan massa tulang sampai 3-6% pertahun terjadi pada 5-10 tahun
pertama pascamenopause. Pada usia lanjut penyusutan terjadi sebanyak
1% per tahun. Namun, pada wanita yang memiliki faktor risiko
penyusutan dapat terjadi hingga 3% per tahun. Selain itu, pada usia lanjut
juga terjadi penurunan kadar 1,25 (OH)2D yang disebabkan oleh
kurangnya masukan vitamin D dalam diet, gangguan absorpsi vitamin D,
dan berkurangnya vitamin D dalam kulit.
d. Aktifitas Fisik
Kurang kegiatan fisik menyebabkan sekresi Ca yang tinggi dan
pembentukan tulang tidak maksimum. Namun aktifitas fisik yang terlalu
berat pada usia menjelang menopause justru dapat menyebabkan
penyusutan tulang. Kurang berolahraga juga dapat menghambat proses
pembentukan tulang sehingga kepadatan massa tulang akan berkurang.
Semakin banyak bergerak dan olah raga, maka otot akan memacu tulang
untuk membentuk massa. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
akivitas fisik seperti berjalan kaki pada dasarnya memberikan pengaruh
melindungi tulang dan menurunkan demineralisasi tulang karena
pertambahan umur. Hasil penelitian Recker et.al dalam Groff dan
Gropper (2000), membuktikan bahwa aktifitas fisik berhubungan dengan
penambahan kepadatan tulang spinal[19,20]. Aktivitas fisik harus
mempunyai unsur pembebanan pada tubuh atau anggota gerak dan
penekanan pada aksis tulang untuk meningkatkan respon osteogenik dari
estrogen.
e. Status Gizi
Zat gizi dan gaya hidup juga mempengaruhi kondisi tulang, meskipun hal
ini mungkin lebih berhubungan dengan variabel luar seperti zat gizi dan
aktifitas fisik yang tidak teratur. Perawakan kurus cenderung memiliki
bobot tubuh cenderung ringan merupakan faktor risiko terjadinya
kepadatan tulang yang rendah. Hubungan positif terjadi bila berat badan
meningkat dan kepadatan tulang juga meningkat.
f. Kebiasaan Konsumsi Asupan Kalsium
Kalsium (Ca), fosfor (P), dan magnesium (Mg) merupakan komponen
utama pembentuk tulang. Sebagai mineral terbanyak, berat Ca yang
terdapat pada kerangka tulang orang dewasa kurang lebih 1 kilogram.
Penyimpanan mineral dalam tulang akan mencapai puncaknya (Peak
Bone Mass atau PBM) sekitar umur 20-30 tahun. Pada priode PBM ini
jika massa tulang tercapai dengan kondisi maksimal akan dapat
menghindari terjadinya osteoporosis pada usia berikutnya. Pencapaian
PBM menjadi rendah jika individu kurang berolahraga, konsumsi Ca
rendah, merokok, dan minum alkohol. Kalsium dan vitamin D
dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang yang kuat. Kalsium juga sangat
penting untuk mengatur kerja jantung, otot, dan fungsi saraf. Semakin
bertambahnya usia, tubuh akan semakin berkurang pula kemampuan
menyerap kalsium dan zat gizi lain. Oleh karena itu, pria dan wanita
lanjut usia membutuhkan konsumsi kalsium yang lebih banyak.
Konsumsi Ca yang dianjurkan National Osteoporosis Foundation (NOF)
adalah 1000 mg untuk usia 19-50 th dan 1200mg untuk usia 50th keatas.
Sumber - sumber kalsium terdapat pada susu, keju, mentega, es krim,
yoghurt dan lain – lain.
g. Kebiasaan Merokok
Wanita yang mempunyai kebiasaan merokok sangat rentan terkena
osteoporosis karena zat nikotin di dalamnya mempercepat penyerapan
tulang dan juga membuat kadar dan aktivitas hormon estrogen dalam
tubuh berkurang sehingga susunan sel tulang tidak kuat dalam
menghadapi proses pembentukan tulang.
h. Penyakit Diabetes Mellitus
Orang yang mengidap DM lebih mudah mengalami osteoporosis.
Pemakaian insulin merangsang pengambilan asam amino ke sel tulang
sehingga meningkatkan pembentukkan kolagen tulang, akibatnya orang
yang kekurangan insulin atau resistensi insulin akan mudah terkena
osteoporosis. Kontrol gula yang buruk juga akan memperberat
metabolisme vitamin D dan osteoporosis.
3. Etiologi
Menurut etiologinya osteoporosis dapat dikelompokkan dalam osteoporosis
primer dan osteoporosis sekunder (Rubenstein, 2007). Osteoporosis primer terjadi
akibat kekurangan massa tulang yang terjadi karena faktor usia secara alami.
Osteoporosis primer ini terdiri dari dua bagian:
1. Tipe I (Post Menopausal)
Terjadi 15-20 tahun setelah menopause (usia 53-75 tahun). Ditandai oleh
fraktur tulang belakang tipe crush, Colles’fracture, dan berkurangnya gigi
geligi. Hal ini disebabkan luasnya jaringan trabekular pada tempat
tersebut, dimana jaringan trabekular lebih responsif terhadap defisiensi
estrogen.
2. Tipe II (Senile)
Terjadi pada pria dan wanita usia ≥70 tahun. Ditandai oleh fraktur panggul
dan tulang belakang tipe wedge. Hilangnya massa tulang kortikal terbesar
terjadi pada usia tersebut.
3. Osteoporosis sekunder dapat terjadi pada tiap kelompok umur yang
disebabkan oleh penyakit atau kelainan tertentu, atau dapat pula akibat
pemberian obat yang mempercepat pengeroposan tulang. Contoh
penyebab osteoporosis sekunder antara lain gagal ginjal kronis,
hiperparatiroidisme (hormon paratiroid yang meningkat), hipertirodisme
(kelebihan horman gondok), hipogonadisme (kekurangan horman seks),
multiple mieloma, malnutrisi, faktor genetik, dan obat-obatan.
4. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang
penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa
muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin
yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang
( Junaidi, 2007).
4. Stadium Osteoporosis
Ada beberapa stadium osteoporosis menurut Waluyo (2009) diantaranya:
a. Pada stadium 1, tulang bertumbuh cepat, yang dibentuk masih lebih banyak
dan lebih cepat daripada tulang yang dihancurkan. Ini biasanya terjadi pada
usia 30-35 tahun.
b. Pada stadium 2, umumnya pada usia 35-45 tahun, kepadatan tulang mulai
turun (osteopenia).
c. Pada stadium 3, usia 45-55 tahun, fraktur bisa timbul sekalipun hanya dengan
sentuhan atau benturan ringan.
d. Pada stadium 4, biasanya diatas 55 tahun, rasa nyeri yang hebat akan timbul
akibat patah tulang. Klien tidak bisa bekerja, bergerak, bahkan mengalami
stres dan depresi
5. Manifestasi Klinik
Tanda khas dari osteoporosis adalah fraktur yang terjadi akibat trauma ringan
(pada tulang radius distal, fraktur colles, atau kolum femur) atau bahkan tanpa
trauma sama sekali, misalnya fraktur (baji atau crush) pada vertebra daerah
torakal, menyebabkan berkurangnya tinggi badan, kifosis tulang punggung yang
berlebih (punuk janda), dan nyeri (Davey, 2005).
Jadi, seseorang dengan osteoporosis biasanya akan memberikan keluhan atau
gejala sebagai berikut:
1. Tinggi badan berkurang
2. Bungkuk atau bentuk tubuh berubah
3. Patah tulang
4. Nyeri bila ada patah tulang (Tandra, 2009).
6. Patofisiologi
Tulang tidak hanya berfungsi sebagai stabilitator, tetapi juga sebagai
cadangan kalsium, fosfat, magnesium, natrium, kalium, laktat, dan sitrat. Kalsium
merupakan mineral yang sangat penting bagi tubuh. Bila terjadi kekurangan
kalsium tubuh, kadar kalsium dapat dipertahankan stabil melalui mobilisasi
kalsium dari tulang (Price & Wilson, 2005).
Tulang mengalami proses resorpsi dan formasi secara terus menerus yang
disebut sebagai remodelling tulang. Proses remodelling tulang merupakan proses
mengganti tulang yang sudah tua atau rusak, diawali dengan resorpsi atau
penyerapan tulang oleh osteoklas dan diikuti oleh formasi atau pembentukan
tulang oleh osteoblas.
Proses remodelling diawali dengan pengaktifan osteoklast oleh sitokin
tertentu. Sitokin yang berasal dari monosit-monosit dan yang berasal sel-sel
osteoblast (sel induk) itu sendiri sangat berperan pada aktivitas osteoklas.
Estrogen mengurangi aktivitas osteoklas, sedangkan bila kekurangan estrogen
meningkatkan aktivitas osteoklas. Enzim proteolitik, seperti kolagen membantu
osteoklas dalam proses pembentukkan tulang (Guyton, 20007).
Gambar 5. Figure 1 menunjukkan tes densitas tulang pada wanita tua yang sehat, dimana
angka pada grafik menunjukkan di zona hijau (normal), sedangkan Figure 2 menunjukkan
tes densitas tulang pada wanita tua dengan oseteoporosis, dimana angka pada grafik
menunjukkan di zona merah (osteoporosis)
b. Z-score.
Z-score menilai kepadatan tulang yang diperoleh dibandingkan dengan hasil
yang lain dari kelompok orang yang mempunyai umur, jenis kelamin dan ras yang
sama. Nilai Z-score hasil pengukuran kepadatan tulang diberikan dalam standar
deviasi (SD) dari nilai rata-rata kelompoknya. Nilai kepadatan mineral tulang
selanjutnya dilaporkan sebagai standar deviasi dari mean kelompok yang
direferensikan.
1. Nilai negatif (-) mengindikasikan bahwa tulang mempunyai kepadatan
yang lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata kepadatan tulang yang lain
dalam kelompoknya.
2. Nilai positif (+) mengindikasikan bahwa tulang mempunyai kepadatan
mineral lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kepadatan tulang yang
lain dalam kelompoknya.
Z-score direkomendasikan bagi pria dan wanita yang berusia muda serta anak-
anak. Penilaian kepadatan tulang dengan menggunakan Z-score disajikan menurut
International Society for Clinical Densitometry (ISCD) sebagaimana pada tabel 2.
9. Pencegahan
Pencegahan penyakit osteoporosis sebaiknya dilakukan pada usia muda
maupun masa reproduksi. Berikut ini hal-hal yang dapat mencegah osteoporosis,
yaitu:
a. Asupan kalsium cukup
Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dapat dilakukan
dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup. Minum 2 gelas susu dan vitamin
D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya
yang sebelumya tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya konsumsi
kalsium setiap hari. Dosis yang dianjurkan untuk usia produktif adalah 1000
mg kalsium per hari, sedangkan untuk lansia 1200 mg per hari. Kebutuhan
kalsium dapat terpenuhi dari makanan sehari-hari yang kaya kalsium seperti
ikan teri, brokoli, tempe, tahu, keju dan kacang-kacangan.
Berikut adalah rekomendasi nutrisi kalsium dan vitamin D untuk
dikonsumsi setiap hari menurut National Academy of Sciences (2010) dalam
National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Disease (2014) :
Penurunan tonus otot Perubahan bentuk Perubahan tulang Kurang terpapar SSP
tulang punggung informasi
B1 Breathing
Inspeksi : ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang
Palpasi : traktil fremitus seimbang kanan dan kiri
Perkusi : cuaca resonan pada seluruh lapang paru
Auskultasi : pada usia lanjut biasanya didapatkan suara ronki
B2 Blood
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik sering terjadi keringat dingin dan
pusing, adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh
darah atau edema yang berkaitan dengan efek obat.
B3 Brain
Kesadaran biasanya kompos mentis, pada kasus yang lebih parah klien dapat
mengeluh pusing dan gelisah.
B4 Bladder
Produksi urine dalam batas normal dan tidak ada keluhan padasistem
perkemihan
B5 Bowel
Untuk kasus osteoporosis tidak ada gangguan eleminasi namun perlu dikaji
juga frekuensi, konsistensi, warna serta bau feses.
B6 Bone
Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis, klien osteoporosis
sering menunjukkan kifosis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan
tinggi badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length
inequality dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang terjadi adalah antara vertebra
torakalis 8 dan lumbalis 3.
Diagnosis Keperawatan
1. Resiko cedera : fraktur yang berhubungan dengan tulang oestoporotik
2. Kerusakan mobilisasi fisik berhubungan dengan penurunan tonus otot
3. Nyeri berhubungan dengan spasme otot
4. Kurangnya pengetahuan mengenai osteoporosis dan proses terapi
5. Ansietas berhubungan dengan ketakutan akan fraktur
6. Konstipasi berhubungan dengan imobilisasi atau ileus
7. Ketidak efektifan koping individu berhubungan dengan body image
Rencana tindakan keperawatan
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Risiko cedera : fraktur Tujuan : Setelah diberikan asuhan NIC Label >> Environmental
yang berhubungan keperawatan selama 1x15 menit, management
dengan tulang diharapkan pasien tidak mengalami 1. Ciptakan lingkungan yang seaman 1. Ciptakan lingkungan yang
cedera dengan criteria hasil : mungkin untuk pasien seaman mungkin untuk pasien
oestoporotik
2. Identifikasi kebutuhan akan keamanan 2. Identifikasi kebutuhan akan
a. NOC Label >> Risk control
pasien berdasarkan tingkat fungsi fisik keamanan pasien berdasarkan
1) Monitor factor risiko
dan kognitif dan riwayat atau tingkat fungsi fisik dan kognitif
lingkungan secara konsisten
kebiasaan dan riwayat atau kebiasaan
2) Monitor factor risiko personal
3. Singkirkan lingkungan yang 3. Singkirkan lingkungan yang
behavior secara konsisten
berbahaya,benda-benda yang berbahaya,benda-benda yang
3) Mengembangkan strategi
berbahaya dari lingkungan berbahaya dari lingkungan
efektif mengontrol risiko
4. Amankan dengan side-rails/ lapisan 4. Amankan dengan side-rails/
4) Berkomitmen terhadap
side-rail lapisan side-rail
strategi control risiko
5. Sediakan tempat tidur ketinggian 5. Sediakan tempat tidur ketinggian
5) Menghindari eksposure yang
rendah dan alat-alat adaptive rendah dan alat-alat adaptive
mengancam kesehatan secara
6. Tempatkan benda yang sering 6. Tempatkan benda yang sering
konsisten
digunakan dalam jangkauan digunakan dalam jangkauan
6) Pasien berpartisipasi dalam
7. Sediakan tempat tidur dan lingkungan 7. Sediakan tempat tidur dan
memantau yang berhubungan
yang nyaman dan bersih lingkungan yang nyaman dan
dengan masalah kesehatan
7) Menyadari perubahan status 8. Tempatkan tombol pengatur tempat bersih
kesehatan secara konsisten tidur dalam jangkauan 8. Tempatkan tombol pengatur
b. NOC Label >> Seizure 9. Singkirkan material yang digunakan tempat tidur dalam jangkauan
control saat mengganti pakaian dan eliminasi, 9. Singkirkan material yang
1) Menjelaskan factor pencetus serta bahan-bahan residual lainnya digunakan saat mengganti
serangan secara konsisten ketika kunjungan dan waktu makan pakaian dan eliminasi, serta
2) Secara konsisten 10. Kurangi stimulus lingkungan bahan-bahan residual lainnya
menunjukkan melapor pada 11. Hindari pajanan yang tidak diperlukan ketika kunjungan dan waktu
petugas kesehatan ketika efek 12. Manipulasi cahaya untuk keuntungan makan
samping pengobatan muncul terapi 10. Kurangi stimulus lingkungan
3) Secara konsisten 13. Tingkatkan keamanan kebakaran 11. Hindari pajanan yang tidak
menunjukkan menghindari 14. Kontrol lingkungan hama diperlukan
factor risiko serangan 12. Manipulasi cahaya untuk
4) Secara konsisten keuntungan terapi
menunjukkan menggunakan 13. Tingkatkan keamanan kebakaran
teknik pereduksi stress yang 14. Kontrol lingkungan hama
efektif untuk menurunkan
aktivitas serangan
5) Secara konsisten
menunjukkan
mempertahankan pola tidur-
bangun
6) Secara konsisten
menunjukkan mengikuti
program latihan fisik yang
ditentukan
7) Secara konsisten
menunjukkan implementasi
praktek yang aman di
lingkungan
2 Kerusakan mobilisasi NOC : NIC :
fisik berhubungan Joint Movement :
Exercise therapy : ambulation
dengan penurunan tonus Active
1. Monitoring vital sign
Mobility Level 1. Mengetahui kondisi
otot sebelum/sesudah latihan dan lihat
Self care : ADLs tubuh klien saat melakukan
respon pasien saat latihan
Transfer ativitas fisik
2. Konsultasikan dengan terapi fisik
performance 2. Menyesuaikan
tentang rencana ambulasi sesuai
Setelah dilakukan tindakan dengan kondisi klien untuk
dengan kebutuhan
keperawatan selama….gangguan melakukan aktifitas fisik
3. Bantu klien untuk menggunakan
mobilitas fisik teratasi dengan 3. Menghindari
tongkat saat berjalan dan cegah
kriteria hasil: terjadinya fraktur yang lain
terhadap cedera
Klien meningkat 4. Membantu
dalam aktivitas fisik 4. Ajarkan pasien atau tenaga mempercepat proses
Mengerti tujuan kesehatan lain tentang teknik penyembuhan
dari peningkatan mobilitas ambulasi 5. Mengetahui
Memverbalisasik 5. Kaji kemampuan pasien dalam kemampuan klien menentukan
an perasaan dalam mobilisasi teknik terapi selanjutnya
meningkatkan kekuatan dan 6. Latih pasien dalam pemenuhan 6. Melatih klien untuk
kemampuan berpindah kebutuhan ADLs secara mandiri mandiri
Memperagakan sesuai kemampuan 7. Membantu klien
penggunaan alat Bantu untuk 7. Dampingi dan Bantu pasien saat melatih kemampuan diri
mobilisasi (walker) mobilisasi dan bantu penuhi 8. Membantu klien
kebutuhan ADLs ps. melakukan aktivitas
8. Berikan alat Bantu jika klien 9. Membantu
memerlukan. mengawali latihan
9. Ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
3 Nyeri berhubungan NOC : NIC: 1. Mengetahui gambaran klinis nyeri
dengan spasme otot - Pain Level, Pain Management yang dirasakan
- pain control, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
- comfort level komprehensif termasuk lokasi,
Setelah dilakukan tinfakan karakteristik, durasi, frekuensi, 2. Memvalidasi ketidaknyamanan
keperawatan selama 2 x 24 jam kualitas dan faktor presipitasi klien melalui subjektif dan
Pasien tidak mengalami nyeri, 2. Observasi reaksi nonverbal dari objektif
dengan kriteria hasil: ketidaknyamanan 3. Dukungan untuk kesembuhan
a. Mampu klien
mengontrol nyeri (tahu 3. Bantu pasien dan keluarga untuk 4. Memberikan kenyamanan klien
penyebab nyeri, mampu mencari dan menemukan dukungan agar tidak fokus pada nyeri
menggunakan tehnik 4. Kontrol lingkungan yang dapat
nonfarmakologi untuk mempengaruhi nyeri seperti suhu 5. Menghindari timbulnya nyeri
mengurangi nyeri, mencari ruangan, pencahayaan dan kebisingan 6. Untuk menentukan intervensi
bantuan) 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri 7. Memberikan kenyamanan klien
b. Melaporkan 6. Kaji tipe dan sumber nyeri agar tidak fokus pada nyeri
bahwa nyeri berkurang dengan 7. Ajarkan tentang teknik non
menggunakan manajemen nyeri farmakologi: napas dada, relaksasi, 8. Bantuan farmakologis dasar
c. Mampu distraksi, kompres hangat/ dingin
mengenali nyeri (skala, 8. Berikan analgetik untuk mengurangi 9. Mengurangi timbulnya nyeri
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri: ……... Meningkatkan koping diri klien
nyeri) 9. Tingkatkan istirahat
d. Menyatakan rasa 10. Berikan informasi tentang nyeri
nyaman setelah nyeri berkurang seperti penyebab nyeri, berapa lama
e. Tanda vital nyeri akan berkurang dan antisipasi
dalam rentang normal ketidaknyamanan dari prosedur
f. Tidak mengalami
gangguan tidur
4 Kurangnya pengetahuan NOC: 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
mengenai osteoporosis Kowlwdge : disease process keluarga dan keluarga
dan proses terapi Kowledge : health Behavior 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit 2. Jelaskan patofisiologi dari
Setelah dilakukan tindakan dan bagaimana hal ini berhubungan penyakit dan bagaimana hal ini
keperawatan selama …. pasien dengan anatomi dan fisiologi, dengan berhubungan dengan anatomi dan
menunjukkan pengetahuan tentang cara yang tepat. fisiologi, dengan cara yang tepat.
proses penyakit dengan kriteria 3. Gambarkan tanda dan gejala yang 3. Gambarkan tanda dan gejala yang
hasil: biasa muncul pada penyakit, dengan biasa muncul pada penyakit,
Pasien dan keluarga cara yang tepat dengan cara yang tepat
menyatakan pemahaman 4. Gambarkan proses penyakit, dengan 4. Gambarkan proses penyakit,
tentang penyakit, kondisi, cara yang tepat dengan cara yang tepat
prognosis dan program 5. Identifikasi kemungkinan penyebab, 5. Identifikasi kemungkinan
pengobatan dengan cara yang tepat penyebab, dengan cara yang tepat
Pasien dan keluarga mampu 6. Sediakan informasi pada pasien 6. Sediakan informasi pada pasien
melaksanakan prosedur yang tentang kondisi, dengan cara yang tentang kondisi, dengan cara yang
dijelaskan secara benar tepat tepat
Pasien dan keluarga mampu 7. Sediakan bagi keluarga informasi 7. Sediakan bagi keluarga informasi
menjelaskan kembali apa yang tentang kemajuan pasien dengan cara tentang kemajuan pasien dengan
dijelaskan perawat/tim yang tepat cara yang tepat
kesehatan lainnya 8. Diskusikan pilihan terapi atau 8. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan penanganan
9. Dukung pasien untuk mengeksplorasi 9. Dukung pasien untuk
atau mendapatkan second opinion mengeksplorasi atau
dengan cara yang tepat atau mendapatkan second opinion
diindikasikan dengan cara yang tepat atau
10. Eksplorasi kemungkinan sumber atau diindikasikan
dukungan, dengan cara yang tepat 10. Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan cara yang
tepat
5 Ansietas berhubungan NOC : NIC :
dengan ketakutan akan - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan
dengan body image Self esteem 1. Kaji secara verbal dan nonverbal 1. Menilai gambaran diri klien
Setelah dilakukan tindakan respon klien terhadap tubuhnya 2. Menilai seberapa besar
keperawatan selama …. gangguan 2. Monitor frekuensi mengkritik gangguan yang terjadi
body image dirinya 3. Meningkatkan kepercayaan
pasien teratasi dengan kriteria hasil: 3. Jelaskan tentang pengobatan, diri klien
Body image positif perawatan, kemajuan dan prognosis 4. Membantu mengungkapkan
Mampu mengidentifikasi penyakit apa yang dirasakan
kekuatan personal 4. Dorong klien mengungkapkan 5. Memberikan pengertian
Mendiskripsikan secara faktual perasaannya kepada klien
perubahan fungsi tubuh 5. Identifikasi arti pengurangan 6. Membangun kepercayaan diri
Mempertahankan interaksi melalui pemakaian alat bantu klien
sosial 6. Fasilitasi kontak dengan individu
lain dalam kelompok kecil
Discharge Planning (NIC: 150)
a. Kaji kemampuan klien untuk
meninggalkan RS
b. Kolaborasikan dengan
terapis, dokter, ahli gizi, atau petugas kesehatan lain tentang kebelanjutan
perawatan klien di rumah
c. Identifikasi bahwa pelayanan
kesehatan tingkat pertama (puskesmas atau petugas kesehatan di rumah
klien) mengetahui keadaan klien
d. Identifikasi pendidikan
kesehatan apa yang dibutuhkan oleh klien yaitu hindari penyebab
kambuhnya pneumonia, cara penularan, dan pencegahan kekambuhan,
melakukan gaya hidup sehat.
e. Komunikasikan dengan klien
tentang perencanaan pulang
f. Dokumentasikan
perencanaan pulang
g. Anjurkan klien untuk
melakukan pengontrolan kesehatan secara rutin
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, D.C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku untuk Brunner
dan Suddarth. Jakarta: EGC.
Bulecked, G.M, et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). United
Sates of America: Elsevier.
Moorhead, S., et al. 2013. Nursing Outcome Classification (NOC). United Sates
of America: Elsevier.
NANDA. 2014. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2015-2017.
Jakarta: EGC.
National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and skin Disease. 2014. What
is Osteoporosis?. [serial online] http://www.niams.nih.gov/health_info/bone/osteo
porosis/osteoporosis_ff.pdf [05 November 2015].
Pearce, E.C. 2013. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT.
Gramedia. Jakarta: Erlangga.