Puji syukur kepada tuhan yang maha kuasa atas segala limpahan berkat dan
rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dalam
bentuk maupun isisnya yang sangat ederhana semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan,petunjuk,maupun pedoman bagi pembaca.
Makalah ini merupakan tugas akhir matakuliah Histologi yang di ampu oleh : drh.
Olan Rahayu M.Vet Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan oleh sebab itu
kami berharap masukan yang bersifat membangun
TTD
Histologi
Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
Histologi
Page 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tulang
Secara umum jaringan penyokong terdiri atas dua jenis yaitu tulang rawan
(rawan) dan tulang sejati (tulang). Tulang rawan dan tulang merupakan jaringan ikat
khusus, dan seperti halnya semua jaringan ikat, terdiri atas unsur sel, serabut, dan
subtansi dasar. Serabut dan subtansi dasar bersama-sama membentuk subtansi
intersel atau matriks. Seperti jaringan ikat lain, tulang rawan berkembang dari
jaringan mesenkim yang diturunkan dari mesoderem embrional.
Tulang adalah jaringan yang tersusun oleh sel dan didominasi oleh matriks
kolagen ekstraselular (type I collagen) yang disebut sebagai osteoid. Osteoid ini
termineralisasi oleh deposit kalsium hydroxyapatite, sehingga tulang menjadi kaku
dan kuat.
Jaringan tulang terdiri dari sel-sel tulang atau osteon yang tersimpan di dalam
matriks, matriksnya terdiri dari zat perekat kolagen dan endapan garam-garam
mineral terutama garam kalsium (kapur). Tulang merupakan komponen utama dari
kerangka tubuh dan berperan untuk melindungi alat-alat tubuh dan tempat
melekatnya otot kerangka.
Tulang merupakan jaringan terkeras dalam tubuh manusia yang berfungsi :
Page 3
protein.
Pada pengamatan dengan M.E tampak jelas bahwa sel-sel tersebut memang
aktif mensintesis protein, karena banyak terlihat RE dalam sitoplasmanya.
Selain itu terlihat pula adanya lisosom.
b) Osteosit : Merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Pada
sediaan gosok terlihat bahwa bentuk osteosit yang gepeng mempunyai
tonjolan-tonjolan yang bercabang-cabang. Bentuk ini dapat diduga dari
bentuk lacuna yang ditempati oleh osteosit bersama tonjolan-tonjolannya
dalam canaliculi. Dari pengamatan dengan M.E dapat diungkapkan bahwa
kompleks Golgi tidak jelas, walaupun masih terlihat adanya aktivitas sintesis
protein dalam sitoplasmanya. Ujung-ujung tonjolan dari osteosit yang
berdekatan saling berhubungan melalui gap junction. Hal-hal ini menunjukkan
bahwa kemungkinan adanya pertukaran ion-ion di antara osteosit yang
berdekatan.
Osteosit yang terlepas dari lacunanya akan mempunyai kemampuan menjadi
sel osteoprogenitor yang pada gilirannya tentu saja dapat berubah menjadi
osteosit lagi atau osteoklas.
c) Osteoklas : Merupakan sel multinukleat raksasa dengan ukuran berkisar
antara 20 m-100m dengan inti sampai mencapai 50 buah. Sel ini
ditemukan untuk pertama kali oleh Kllicker dalam tahun 1873 yang telah
menduga bahwa terdapat hubungan sel osteoklas (O) dengan resorpsi tulang.
Hal tersebut misalnya dihubungkan dengan keberadaan sel-sel osteoklas
dalam suatu lekukan jaringan tulang yang dinamakan Lacuna Howship (H).
keberadaan osteoklas ini secara khas terlihat dengan adanya microvilli halus
yang membentuk batas yang berkerut-kerut (ruffled border). Gambaran ini
dapat
dilihat
dengan
mroskop
electron.
Ruffled
border
ini
dapat
pada
enzim
proteolitik
lisosom
untuk
kemudian
bertugas
Page 4
merupakan
akibat
dari
penghancuran
tulang.
Adanya
Histologi
Page 5
susunan
tulang
baru
akibat
keadaan
patologis.
tulang
sekunder.
Page 6
oleh jaringan pengikat longgar. Keseluruhan struktur konsentris ini dinamai Systema
Haversi
atau
osteon.
fibrosa yang mengandung sedikit sel. Pembuluh darah yang terdapat di bagian
periosteum luar akan bercabang-cabang dan menembus ke bagian dalam
periosteum yang selanjutnya samapai ke dalam Canalis Volkmanni. Bagian dalam
periosteum ini disebut pula lapisan osteogenik karena memiliki potensi membentuk
tulang. Oleh karena itu lapisan osteogenik sangat penting dalam proses
penyembuhan tulang.
2.1.7 Endosteum
Endosteum merupakan lapisan sel-sel berbentuk gepeng yang membatasi
rongga sumsum tulang dan melanjutkan diri ke seluruh rongga-rongga dalam
jaringan tulang termasuk Canalis Haversi dan Canalis Volkmanni. Sebenarnya
endosteum berasal dari jaringan sumsum tulang yang berubah potensinya menjadi
osteogenik.
Histologi
Page 7
dari
70%
garam
anorganik
dan
30%
matriks
organic.
95% komponen organic dibentuk dari kolagen, sisanya terdiri dari substansi dasar
proteoglycan dan molekul-molekul non kolagen yang tampaknya terlibat dalam
pengaturan mineralisasi tulang. Kolagen yang dimiliki oleh tulang adalah kurang
lebih setengah dari total kolagen tubuh, strukturnya pun sama dengan kolagen pada
jaringan pengikat lainnya. Hampir seluruhnya adalah fiber tipe I. Ruang pada struktur
tiga dimensinya yang disebut sebagai hole zones, merupakan tempat bagi deposit
mineral.
Kontribusi substansi dasar proteoglycan pada tulang memiliki proporsi yang
jauh lebih kecil dibandingkan pada kartilago, terutama terdiri atas chondroitin
sulphate dan asam hyaluronic. Substansi dasar mengontrol kandungan air dalam
tulang, dan kemungkinan terlibat dalam pengaturan pembentukan fiber kolagen.
Materi organik non kolagen terdiri dari osteocalcin (Osla protein) yang terlibat dalam
pengikatan kalsium selama proses mineralisasi, osteonectin yang berfungsi sebagai
jembatan antara kolagen dan komponen mineral, sialoprotein (kaya akan asam
salisilat)
dan
beberapa
protein.
Matriks anorganik merupakan bahan mineral yang sebagian besar terdiri dari
kalsium dan fosfat dalam bentuk kristal-kristal hydroxyapatite. Kristal kristal
tersebut tersusun sepanjang serabut kolagen. Bahan mineral lain : ion sitrat,
karbonat,
magnesium,
natrium,
dan
potassium.
Kekerasan tulang tergantung dari kadar bahan anorganik dalam matriks, sedangkan
dalam kekuatannya tergantung dari bahan-bahan organik khususnya serabut
kolagen.
2.2 Mekanisme Kalsifikasi Dan Reabsorpsi Tulang
Proses kalsifikasi tulang yang kompleks belum diketahui secara pasti, namun
disini akan dibahas garis besarnya. Kalsifikasi dalam tulang tidak terlepas dari
proses metabolisme kalsium dan fosfat. Bahan-bahan mineral yang akan
diendapkan semula berada dalam aliran darah. Osteoblas berperan dalam
mensekresikan enzim alkali fosfatase. Dalam keadaan biasa, darah dan cairan
jaringan mengandung cukup ion fosfat dan kalsium untuk pengendapan kalsium
Histologi
Page 8
Ca3(PO4)2 apabila terjadi penambahan ion fosfat dan kalsium. Penambahan ion-ion
tersebut diperoleh dari pengaruh enzim alkali fosfatase dari osteoblas. Hal tersebut
juga dapat diperoleh dari pengaruh hormone parathyreoid dan pemberian vitamin D
atau
pengaruh
makanan
yang
mengandung
garam
kalsium
tinggi.
Faktor lain yang harus diperhitungkan yaitu keadaan pH karena kondisi yang
agak asam lebih menjurus ke pembentukan garam CaHPO4 daripada Ca3(PO4)2.
Karena CaHPO4 lebih mudah larut, maka untuk mengendapkannya dibutuhkan
kadar fosfat dan kalsium yang lebih tinggi daripada dalam kondisi alkali untuk
mengendapkan Ca3(PO4)2 yang kurang dapat larut. Kenaikan kadar ion kalsium
dan fosfat setempat sekitar osteoblast dan khondrosit hipertrofi disebabkan sekresi
alkali fosfatase yang akan melepaskan fosfat dari senyawa organik yang ada di
sekitarnya.
Serabut kolagen yang ada di sekitar osteoblast akan merupakan inti pengendapan,
sehingga
kristal-kristal
kalsium
akan
tersusun
sepanjang
serabut.
osteoklas bertindak primer dengan cara melepaskan mineral yang disusul dengan
depolimerisasi
molekul-molekul
organic,
mineral
osteoklas
yang
melekat
berpengaruh
kepada
menjadi
bebas,
serabut
kolagen
Rupanya, cara yang paling mudah untuk osteoklas dalam membersihkan garam
mineral yaitu dengan menyediakan suasana setempat yang cukup asam pada
permukaan kasarnya. Bagaimana cara osteoklas membuat suasana asam belum
dapat dijelaskan. Perlu pula dipertimbangkan adanya lisosom dalam sitoplasma
osteoklas yang pernah dibuktikan.
Histologi
Page 9
desmal
ini
yaitu
tulang
atap
tengkorak.
sangat
padat.
awal
tersebut
dinamakan
Pusat
penulangan
primer.
glikoprotein.
selapis
tipis
matriks
Page 10
osteoid
sekeliling
osteoblas.
Lapisan
tipis
tulang
tersebut
dinamakan
pipa
periosteal.
Page 11
yang mengalami klasifikasi. Darah membawa sel sel yang diletakan pada dinding
matriks. Sel sel tersebut memiliki potensi hemopoetik dan osteogenik. Sel sel
yang diletakan pada matriks kartilago akan bertindak sebagai osteoblast. Osteoblas
ini akan mensekresikan matriks osteoid dan melapiskan pada matriks kartilago yang
mengapur. Selanjutnya trabekula yang terbentuk oleh matriks kartilago yang
mengapur dan dilapisi matriks osteoid akan mengalami pengapuran pula sehingga
akhirnya jaringan osteoid berubah menjadi jaringan tulang yang masih mengandung
matriks kartilago yang mengapur di bagian tengahnya. Pusat penulangan primer
yang terjadi dalam diaphysis akan disusun oleh pusat penulangan sekunder yang
berlangsung di ujung ujung model kerangka kartilago.
2.2.3 Pertumbuhan Memanjang Tulang Pipa
Setelah berlangsung penulangan pada pusat penulangan sekunder di daerah
epiphysis, maka teradapatlah sisa sisa sel khondrosit diantara epiphysis dan
diaphysis. Sel sel tersebut tersusun bederet deret memanjang sejajar sumbu
panjang tulang. Masing masing deretan sel kartilago dipisahkan oleh matriks tebal
kartilago, sedangkan sel sel kartilago dalam masing masing deretan dipisahkan
oleh matriks tipis. Jaringan kartilago yang memisahkan epiphysis dan diaphysis
berbentuk lempeng atau cakram sehingga dinamakan Discus epiphysealis.
Sel sel dalam masing masing deretan tidak sama penampilannya. Hal ini
disebabkan karena ke arah diaphysis sel sel kartilago berkembang yang sesuai
dengan perubahan perubahan yang terjadi pada pusat penulangan. Karena
perubahan sel sel dalam setiap deret seirama, maka discus tersebut menunjukan
gambaran yang dibedakan dalam daerah daerah perkembangan.
Daerah daerah perkembangan :
1) Zona Proliferasi : sel kartilago membelah diri menjadi deretan sel sel
gepeng.
2) Zona Maturasi : sel kartilago tidak lagi membelah diri,tapi bertambah besar.
3) Zona hypertrophy : sel sel membesar dan bervakuola.
4) Zona kalsifikasi : matriks cartlago mengalami kalsifikasi.
Histologi
Page 12
selanjutnya
akan
melanjutkan
penulangan.
tulang
dari
permukaan
dalamnya.
Dengan adanya proses pengikisan jaringan tulang ini, walau pun diameter
tulang bertambah namun ketebalannya tetap dipertahankan. Hal ini penting,karena
tanpa pengikisan,berat tulang akan bertambah terus sehingga mengganggu
fungsinya.
2.2.5 Perubahan Struktur Jaringan Tulang
Pada mulanya, dari perkembangan trabekula tulang terbentuk semacam
sistem harvers yang tidak teratur polanya yang dinamakan sistem Havers primitif.
Untuk membentuk sistem Havers dengan pola teratur, perlulah sistem Havers primitif
mengalami perubahan sehingga terjadilah tulang sekunder. Perubahan dimulai pada
beberapa tempat yang terletak tersebar dalam bentuk rongga rongga yang
disebabkan erosi tulang oleh sel-sel osteoklas. Rongga rongga tersebut meluas
sehingga terbentuk silindris yang memanjang, disusul oleh masuknya pembuluh
darah bersama jeringan sumsum tulang kedalam rongga rongga tersebut. Apabila
rongga sudah cukup besar, erosi akan berhenti dalm mulailah pembentukn tulang
oleh osteoblas yang diletakan oleh darah pada dinding rongga. Pembentukan tulang
berlangsung sebagai lembaran lembaran yang dimulai dari dinding rongga yang
makin lama makin mengecilkan rongga sehingga akhirnya pembuluh darah dikelilingi
penuh oleh lembaran lembaran tulang. Dengan demikian terbentuklah sistem
Histologi
Page 13
harvers dengan pembuluh darah di tengahnya. Pada perbatasan luar setiap sistem
harvers terdapat substansi perekat yang merupakan sisa matriks tulang.
Pembentukan sistem Havers tidak berhenti estela proses di atas, namun
akan terjadi pula erosi lagi yang diikuti pembentukan sistem harvers baru seperti
semula. Proses tersebut terjadi berulang-ulang sehingga pada potongan melintang
tulang pipa akan dapat dibedakan beberapa struktur :
1. Sistem Havers yang lama
2. Sistem Havers yang sedang dibentuk
3. Ruang-ruang karena erosi
4. Sisa sisa sistem harvers sebagai lamela intersitiil.
2.2.6 persendian dan membrana synovialis
Tulang tulang dihubungkan satu ama lain melalui persendian. Berdasarkan
strukturnya terdapat berbagai bentuk sendi yang juga menentukan keluasan gerakan
bagian bagian tulang yang terlibat.Berdasarkan keluasan gerakannya dibedakan :
1. Synathrosis : gerakan terbatas.
2. Diathrosis : gerakan luas.
Karena luasnya gerakan dari diarthrosis maka diantara ujung ujung tulang
berdekatan terdapat rongga yang dinamakan Cavum artikularis. Rongga ini
berdinding jaringan ikat padat.Kapsel pada sendi tersebut terdiri atas dua lapisan,
yaitu :
1. Lapisan fibrosa (di sebelah luar)
2. Lapisan sinovial (disebelah dalam)
Cairan yang berada di dalam cavum synoviale dihasilkan oleh sel sel
sinovial. Permukaan dalam dari lapisan sinovial biasanya dibatasi oleh sel sel
berbentuk gepeng atau kuboid. Di bawah lapisan ini terdapat jaringan pengikat
longgar atau padat dan jaringan lemak. Sel sel membran sinovial berasal dari
jaringan mesenkhim yang dipisahkan oleh substansi dasar.
Histologi
Page 14
Histologi
Page 15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah dapat diketahui bahwa tulang merupakan
salah satu bagian terpenting dari tubuh hewan/manusia. Tulang terdiri dari 4 macam
sel serta matriks penyusun tulang. Pembagian jenis tulang didasarkan pada 3
macam, yakni bentuknya. Jenis penyusunya, dan histologinya. Sehingga dapat
memudahkan kita untuk lebih memahami dan mengetahui materi tersebut.
Histologi
Page 16
DAFTAR PUSTAKA
Histologi
Page 17