Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

PADA KLIEN DENGAN


“TONSILITIS”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1

YAYA ALFIAH : (1830702030)


MUSLAN : (1830702014)
HESTI : (1830702048)
ADE RINDIANI : (1830702002)
IBIT BADRA : (1830702044)
JUSTINA MUTAKABBIR : (1830702008)

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmat,
Karunia dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Tonsilitis”.
Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Najihah,
S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III yang sudah
memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini. Kami sangat berharap
makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan juga wawasan mengenai
penyakit “Tonsilitis”.
Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran
demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya
bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang
kurang berkenan.

Tarakan, 10 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah.............................................................................................. 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 3


A. KONSEP MEDIS.......................................................................................... 3
a. Definisi..................................................................................................... 3
b. Klasifikasi................................................................................................ 3
c. Etiologi..................................................................................................... 4
d. Patofisiologi............................................................................................. 4
e. Manifestasi Klinis.................................................................................... 5
f. Pemeriksaan Penunjang........................................................................... 6
g. Penatalaksanaan....................................................................................... 7
h. Pencegahan.............................................................................................. 8
i. Pathway.................................................................................................... 9
B. KONSEP KEPERAWATAN......................................................................... 10
a. Pengkajian................................................................................................ 10
b. Pemeriksaan............................................................................................. 11
c. Diagnosa Keperawatan............................................................................ 11
d. Rencana Keperawatan.............................................................................. 12

BAB 3 PENUTUP.................................................................................................... 15
A. Kesimpulan.................................................................................................... 15
B. Saran.............................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tonsilitis adalah massa jaringan limfoid yang terletak di rongga faring. Tonsil
menyaring dan melindungi saluran pernafasan serta saluran pencernaan dari invasi
organisme patogen dan berperan dalam pembentukan antibodi. Meskipun ukuran tonsil
bervariasi, anak-anak umumnya memiliki tonsil yang lebih besar daripada remaja atau
orang dewasa. Perbedaan ini dianggap sebagai mekanisme perlindungan karena anak
kecil rentan terutama terhadap ISPA. (Wong, 2008 : 940)
Jika sering trinfeksi, tonsil dapat menjadi sumber infeksi. Dengan berulangnya
infeksi, jaringan limfoid dapat menjadi hipertrofi atau mengecil dan fibrotik. Karena itu
tonsil pada anak yang lebih tua dapat besar atau kecil. Dengan adanya tonsilitis berulang,
seringkali jaringan limfoid tonsil membesar. Kadang-kadang, meskipun jarang,
pembesaran tonsil menyebabkan obstruksi pada waktu bernapas, terutama malam hari.
Kemudian terjadi serangan apnea yang dapat berlanjut terus. Juga terjadi pembesaran
adenoid. Pada keadaan ini, aliran udara tersumbat dan anak kemudian bernapas dengan
mulut. Juga, karena tuba Eustasius tersumbat, dapat terjadi otitis media atau glue
ear,menyebabkan tuli. (Jhon Rendle-Short, 1994 :205)
Infeksi akut saluran nafas bagian atas pada anak-anak merupakan hal yang sering
dijumpai oleh dokter umum. banyak terdapat antara pengobatan dengan operasi dan
pengobatan medikamentosa pada penyakit-penyakit ini, karena baik pengobatan
medikamentosa ataupun pengobatan dengan operasi ditentukan oleh perubahan fisiologis
yang terjadi selama masa pertumbuhan anak. Sangat diketahui lebih dalam mengenai
fisiologi tonsil dan adenoid. Tonsil dan adenoid membentuk cincin jaringan limfe pada
pintu masuk saluran nafas dan saluran pencernaan yang dikenal sebagai cincin waldeyer.
Bagian-bagian lain cincin ini dibentuk oleh tonsil lidah dan jaringan limfe di mulut tuba
eustachii. Kumpulan jaringan ini pada pintu masuk saluran nafas dan saluran pencernaan,
melindungi anak terhadap  infeksi melalui udara dan makanan. Seperti halnya jaringan-
jaringan limfe yang lain, jaringan limfe pada cincin waldeyer menjadi hipertrofi pada
masa anak-anak dan menjadi atrofi pada masa pubertas. Karena kumpulan jaringan ini
berfungsi sebagai suatukesatuan, maka pada fase aktifnya, pengangkatan suatu bagian
jaringan tersebut menyebabkan hipertrofi sisa jaringan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Buatlah konsep teori penyakit meliputi pengertian, klasifikasi, etiologi, patofisiologi,
WOC, manifestasi klinis, komplikasi dan penatalaksanaan medis ?
2. Buatlah proses keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaa,
implementasi dan evaluasi ?

C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan konsep teori penyakit meliputi pengertian, klasifikasi, etiologi,
patofisiologi, WOC, manifestasi klinis, komplikasi dan penatalaksanaan medis.
2. mengetahui dan menjelaskan proses keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa,
perencanaa, implementasi dan evaluasi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP MEDIS
a. Definisi
Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh bakteri atau kuman
streptococcus beta hemolitikus grup A, streptococcus viridans dan pyogenes dan
dapat disebabkan oleh virus. Faktor predisposisi adanya rangsangan kronik (misalnya
karena merokok atau makanan), pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak
adekuat tidak higienis, mulut yang tidak bersih. (Megantara, Imam, 2006).
Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan. Radang
tonsil pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi pada
faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis.
(Ngastiyah,1997 ).
Tonsilitis Kronik terjadi karena proses radang berulang, maka epitel mukosa dan
jaringan limfoid terkikis sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti
oleh jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga ruang antara kelompok
melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas hingga meluas
menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan sekitar fossa
tonsilaris. Jadi, tonsil meradang dan membengkak, terdapat bercak abu-
abu/kekuningan pada permukaan dan berkumpul membentuk membran. (Sacharin, R.M.
1993).

b. Klasifikasi
Macam-macam tonsillitis menurut Imam Megantara (2006) :
1. Tonsillitis akut, Disebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus, streptococcus viridians, dan
streptococcus piogynes, dapat juga disebabkan oleh virus.
2. Tonsilitis falikularis, Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudatdiliputi
bercak putih yang mengisi kiptitonsil yang disebut detritus. Detritus ini terdapat leukosit, epitel
yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisamakanan yang tersangkut.
3. Tonsilitis Lakunaris, bila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk)
permukaan tonsil.

3
4. Tonsilitis Membranosa (Septis Sore Troat), Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang
membengkak tersebut menyerupai membran. membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang
dan berwarna putih kekuning-kuningan.
5. Tonsil Kronik, Tonsilitis yang berulang, faktor predisposisi : rangsangan kronik (rokok, makanan)
pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan hygiene mulut yang buruk.

c. Etiologi
Menurut Adams George (1999), tonsilitis bakterialis supuralis akut paling sering disebabkan oleh
streptokokus beta hemolitikus grup A.
1. Pneumococcus
2. Staphilococcus
3. Haemalphilus influenza
4. Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.
Menurut Iskandar N (1993). Bakteri merupakan penyebab pada 50% kasus.
1. Streptococcus B hemoliticus grup A
2. Streptococcus viridens
3. Streptococcus pyogenes
4. Staphilococcus
5. Virus
6. Adenovirus
7. ECHO
8. Virus influenza serta herpes
Menurut Firman S (2006), penyebabnya adala infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus.
Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan
pencegaan terhadap infeksi. Tonsil bila dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga membengkak
dan meradang, menyebabkan tonsillitis.

d. Patofisiologi
Saat bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut, amandel
berperan sebagai filter, menyelimuti organism yang berbahaya tersebut sel-sel darah
putih ini akan menyebabkan infeksi ringan pada amandel.Hal ini akan memicu tubuh
untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang akan tetapi kadang-
kadang amandel sudah kelelahan menahan infeksi atau virus. Infeksi bakteri dari virus
inilah yang menyebabkan tonsillitis.
4
Bakteri atau virus menginfeksi lapisan epitel tonsil-tonsil epitel menjadikan
terkikis dan terjadi peradangan serta infeksi pada tonsil.Infeksi tonsil jarang
menampilkan gejala tetapi dalam kasus yang ekstrim pembesaran ini dapat
menimbulkan gejala menelan.Infeksi tonsil yang ini adalah peradangan di
tenggorokan terutama dengan tonsil yang abses (abses peritonsiler). Abses besar yang
terbentuk dibelakang tonsil menimbulkan rasa sakit yang intens dan demam tinggi
(39C-40C).abses secara perlahan-lahan mendorong tonsil menyeberang ke tengah
tenggorokan.
Dimulai dengan sakit tenggorokan ringan sehingga menjadi parah.pasien hanya
mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga berhenti makan.Tonsilitis dapat
menyebabkan kesukaran menelan, panas, bengkak, dan kelenjar getah bening
melemah didalam daerah submandibuler, sakit pada sendi dan otot, kedinginan,
seluruh tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga. Sekresi yang
berlebih membuat pasien mengeluh sukar menelan,belakang tenggorokan akan terasa
mengental. Hal-hal yang tidak menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72
jam. (Edward,2001 Reeves, Charlene J.Roux,Gayle dkk,2001 ).

e. Manifestasi Klinis
Menurut Megantara, Imam 2006, gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semangkin parah jika
penderita menelan) nyeri sering kali dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki
persyarafan yang sama).
Gejala lain ;
1. Demam
2. Tidak enak badan
3. Sakit kepala
4. Muntah
Menurut Mansjoer, A (1999) gejala tonsilitis antara lain :
1. Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan
2. Tenggorokan terasa kering
3. Persafarafan bau
4. Pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus membesar dan terisi
detritus
5. Tidak nafsu makan
6. Mudah lelah
5
7. Nyeri abdomen
8. Pucat
9. Letargi
10. Nyeri kepala
11. Disfagia (Sakit saat menelan)
12. Mual dan muntah
Gejala pada tonsilitis akut :
1. Rasa gatal/ kering di tenggorokan
2. Lesu
3. Nyeri sendi
4. Odinafagia
5. Anoreksia
6. Otalgia
7. Suara serak (bila laring terkena)
8. Tonsil membengkak
Menurut smelizer, Suzanne (2000) Gejala yang timbul sakit tenggorokan, demam, ngorok, dan
kesulitan menelan.
Menurut Hembing, (2002) :
1. Dimulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi parah, sakit saat menelan, kadang-
kadang muntah.
2. Tonsil bengkak, panas, gatal, sakit pada otot dan sendi, nyeri pada seluruh badan, kedinginan, sakit
kepala, dan sakit pada telinga.
3. Pada tonsilitis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit tenggorokan dan keluar nanah pada
lekukan tonsil.

f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa
tonsilitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :
1. Leukosit : terjadi peningkatan
2. Hemoglobin : terjadi penurunan
3. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat.

6
Pemeriksaan penunjang menurut Firman S (2006), yaitu :
1. Tes Laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam tubuh pasien
merupakan akteri grup A, karena grup ini disertai dengan demam renmatik, glomerulnefritis, dan
demam jengkering
2. Pemeriksaan penunjang
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.
3. Terapi
Dengan menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide, antipiretik, dan obat kumur yang
mengandung desinfektan.

g. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien tonsilitis secara umum :
1. Jika penyebab bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama 10 hari,
jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
2. Pengangkatan tonsil (Tonsilektomi) dilakukan jika:
a. Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.
b. Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2
tahun.
c. Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3
tahun. Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.
Penatalaksanaan pasien tonsilitis menurut Mansjoer (2000) adalah :
1. Penatalaksanaan tonsilitis akut :
a. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat
kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan
eritromisin atau klidomisin.
b. Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid
untuk mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik.
c. Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari
komplikasi kantung selama 2 sampai 3 minggu atau sampai hasil usapan
tenggorok 3 kali negatif.
d. Pemberian antipiretik

7
2. Penatalaksanaan tonsillitis kronik
a. Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur atau hisap.
b. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi
konservatif tidak berhasil. (Soepardi, 2007).

h. Pencegahan
a. Selalu jaga kondisi badan dengan pola makan sehat, konsumsi multivitamin,
istirahat yang cukup serta olahraga teratur dan tidak merokok.
b. Menjaga kebersihan mulut seperti sikat gigi teratur 2 kali sehari (pagi dan sebelum
tidur) atau waspada terhadap gigi berlubang atau sisa gigi yang hitam.
c. Menghindari risiko penularan infeksi saluran nafas atas (tertular atau menularkan)
dari atau ke orang-orang sekitar kita. Contoh orang tua yang sedang sakit batuk
pilek tidak kontak intensif dengan bayi atau anak kecil bahkan orang dewasa
sekalipun, begitupula antara anak-anak sepermainan, alat makan minum terpisah,
menutup saat batuk atau bersin, tidak membuang ludah sembarangan.
d. Mengurangi atau menghindari makanan atau minuman yang bersifat iritatif
terhadap saluran makan atau nafas atas. Secara empiris makanan yang berminyak,
tinggi kandungan bumbu rasa penyedap atau pengawet, terlalu manis, dingin
berpotensi iritasi.
e. Banyak minum air putih jika mengkonsumsi makanan minuman seperti di atas.
f. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan (tenaga kesehatan 5 waktu cuci
tangan).
g. Mengurangi konsumsi jajanan bagi anak dan dewasa dengan menyediakan
makanan bekal sehat atau kantin dengan menu sehat dan bersih.
h. Bagi anak-anak yang ingin jajan, orang tua harap mengganti jenis makanan
minuman yang disebut diatas dengan jenis lain yang relative lebih aman dan sehat.
Atau kebiasaan jajan makanan minuman diganti dengan membeli benda-benda
lain yang lebih bermanfaat (mainan mendidik, alat tulis dan gambar, buku).
i. Membiasakan makan teratur di rumah disertai inovasi para ibu dalam memilih
makanan sehat serta menyajikannya dengan menarik untuk keluarga terutama
anak-anak.
j. Berilah pujian dan hadiah bagi anak-anak, cucu, adik atau keponakan kita yang
mengikuti nasehat kita dalam menghindari jajanan tidak sehat atau tidak merokok
bagi orang dewasa.
8
i. Pathway

Invasi kuman patogen (bakteri/virus)

Penyebaran limfogen

Faring dan Tonsil

Proses Inflamasi

Tonsilitis Akut Hipertermi

Edem tonsil Tonsil & adenoid membesar

Nyeri Akut
Obstruksi pada tubaeustachi

Sulit makan & minum

Kurangnya Infeksi Sekunder


Risiko Defisit Kelemahan Pendengaran
Nutrisi
Otitis Media
Intoleransi
Aktivitas

Gangguan Persepsi
Sensori

9
B. KONSEP KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dll.
2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
1. Riwayat kelahiran
2. Riwayat imunisasi
3. Penyakit yang pernah diderita ( faringitis berulang, ISPA, otitis media )
4. Riwayat hospitalisasi
3. Pengumpulan Data
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : - Kelemahan
- Kelelahan (fatigue)
b. Sirkulasi
Tanda : - Takikardia
- Hiperfentilasi (respons terhadap aktivitas)
c. Integritas Ego
Gejala : - Stress
- Perasaan tidak berdaya
Tanda : - Tanda- tanda ansietas, mual : gelisah, pucat, berkeringat, 
perhatian menyempit.
d. Eliminasi
Gejala : - Perubahan pola berkemih
Tanda : - Warna urine mungkin pekat
e. Maknan / cairan
Gejala : - Anoreksia
- Masalah menelan
- Penurunan menelan
Tanda : - Membran mukosa kering
- Turgor kulit jelek
f. Nyeri / kenyamanan
Gejala : - Nyeri pada daerah tenggorokan saat digunakan untuk menelan.
- Nyeri tekan pada daerah sub mandibula.

10
- Faktor pencetus : menelan ; makanan dan minuman yang
dimasukkan melalui oral, obat-obatan.
Tanda : - Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,
berkeringat, perhatian menyempit.

b. Pemerikasaan
1. Pengkajian umum
Usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda – tanda vital dll
2. Pernapasan
- Kesulitan bernafas, batuk
- Ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan :
 T0 : Bila sudah dioperasi
 T1 : Ukuran yang normal ada
 T2 : Pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
 T3 : Pembesaran mencapai garis tengah
 T4 : Pembesaran melewati garis tengah
3. Nutrisi
Sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak makan dan
minum, turgor kurang.
4. Aktivitas / istirahat
Anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise.
5. Keamanan / Kenyamanan
Kecemasan anak terhadap hospitalisasi.

c. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada Tonsilitis akut adalah :
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
3. Risiko defisit nutrisi dibuktika dengan ketidakmampuan menelan makanan
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
5. Gangguan persepsi sensori : pendengaran berhubungan dengan adanya obstruksi
pada tuba eustaki.

11
d. Rencana Keperawatan

Diagnosa Perencanaan
No Tujuan
keperawatan
Intervensi Rasional
1. Hipertermi Tupan : Setelah dilakukan 1. Pantau 1. Menentukan intervensi
berhubungan tindakan keperawatan suhu tubuh anak selanjutnya.

dengan selama 3 hari hipertermi ( derajat dan pola ), 2. Suhu lingkungan


teratasi. perhatikan menggigil mempengaruhi suhu tubuh.
proses
Tupen : Setelah atau tidak. 3. Agar badan klien
penyakit
dilakukan tindakan 2. Pantau terasa hangat.
keperawatan selama 1 suhu lingkungan. 4. Kompres hangat akan
hari hipertermi 3. Batasi meringankan demam yang
berangsur–angsur teratasi. penggunaan linen, terjadi dan sebagai
Dengan criteria hasil : pakaian yang kompensasi tubuh.
Suhu badan turun. dikenakan klien. 5. Cairan menurunkan
4. Berikan resiko deficit cairan.
kompres hangat. 6. Anti pireutik dapat
5. Berikan meringankan rasa sakit
cairan yang banyak yang ada.
( 1500 – 2000
cc/hari ).
6. Kolaboras
i pemberian
antipiretik.
2. Nyeri akut Tupan : Setelah dilakukan 1. K 1. Menentukan intervensi
berhubungan tindakan keperawatan aji Tanda-tanda Vital. selanjutnya.

dengan agen selama 7 hari Gangguan 2. Pa 2. Untuk menentukan nyeri


pola tidurteratasi. ntau nyeri klien (skala, klien.
pencedera
Tupen : Setelah dilakukan intensitas, kedalaman, P : Nyeri Q : Hilang
fisiologis
tindakan keperawatan frekuensi). timbul
selama 3 hari Gangguan 3. B R : Faring S : 2 (0 – 5 ).
pola tidur berangsu – erikan posisi yang T : Saat makan dan minum
angsur teratasi. Dengan nyaman. atau saat menelan.
kriteria hasil : 4. B 3. Posisi yang baik dapat
- Pola tidur teratur erikan tehnik relaksasi memberikan rasa nyaman.
dengan tarik nafas 4. Dengan relaksasi dapat

12
panjang melalui meringankan rasa nyeri.
hidung dan
mengeluarkannya
pelan – pelan melalui
mulut.

12
3. Risiko defisit Tupan : Setelah dilakukan 1. Timbang BB tiap hari. 1. Pengukuran BB untuk
nutrisi tindakan keperawatan 2. Berikan makanan menilai perkembagna dan

dibuktika selama 4 hari Nutrisi dalam keadaan hangat. terpenuhinya kebutuhan.


terpenuhi sesuai dengan 3. Berikan makanan 2. Makanan yang hangat
dengan
kebutuhan tubuh. dalam porsi sedikit membuat pembuluh darah
ketidakmamp
Tupen : Setelah dilakukan tapi sering sajikan melebar.
uan menelan
tindakan keperawatan makanan dalam bentuk 3. Makanan yang menarik
makanan
selama 2 hari kebutuhan yang menarik. bentuknya akan
nutrisi tubuh berangsur – 4. Tingkatkan menambah selera amakan
angsur teratasi. Dengan kenyamanan klien.
criteria hasil : lingkungan saat 4. Lingkungan yang bersih
- Nafsu makan makan. memberi rasa nyaman dan
meningkat 5. Kolaborasi pemberian meningkatkan. keinginan
- Kebutuhan tubuh vitamin penambah makan.
terpenuhi. nafsu makan. 5. Vitamin dapat
meningkatkan daya tahan
tubuh.
4. Intoleransi Tupan : Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat toleransi 1. Untuk melakukan
aktivitas tindakan keperawatan aktivitas klien. intervensi selanjutnya.

berhubungan selama 7 hari intoleransi 2. Observasi adanya 2. Kelelahan dapat


teratasi. kelelahan dalam mengakibatkan tingkat
dengan
Tupen :Setelah dilakukan melakukan aktifitas. aktivitas terbatas.
kelemahan
tindakan keperawatan 3. Monitor Tanda-tanda 3. Pemantauan TTV
selama 3 hari intoleransi Vital sebelum, selama untuk mengukur sejauh
aktivitas berangsu – dan sesudah mana perkembangan
angsur teratasi. Dengan melakukan aktifitas. kesehatan.
kriteria hasil : 4. Berikan lingkungan 4. Lingkungan yang
Klien beraktivitas dapat yang tenang. tenang dapat merilekskan
beraktivitas sesuai tingkat 5. Tingkatkan aktifitas tubuh.
toleransinya. sesuai toleransi klien 5. Melakukan aktivitas
dapat meningkatkan
ketahanan dalam
melakukan kegiatan.

13
5. Gangguan Tupan : Setelah dilakukan 1. Kaji ulang gangguan 1. Untuk menentukan
persepsi tindakan keperawatan pendengaran yang tingkat keparahan

sensori : selama 7 hari gangguan dialami klien. pendengaran.


persepsi sensori teratasi. 2. Lakukan irigasi telinga. 2. Irigasi dapat
pendengaran
Tupen : Setelah dilakukan 3. Berbicaralah dengan meningkatkan
berhubungan
tindakan keperawatan jelas dan pelan. pengeluaran kotorang
dengan
selama 3 hari gangguan 4. Gunakan papan tulis / (serumen).
adanya
persepsi sensori aktivitas kertas untuk 3. Untuk melatih
obstruksi berangsu – angsur berkomunikasi jika pendengaran.
pada tuba teratasi. Dengan kriteria terdapat kesulitan 4. Agar komunikasi dapat
eustakii. hasil : dalam berkomunikasi berjalan.
Klien dapat mendengar 5. Kolaborasi pemberian 5. Obat tetets telinga dapat
dengan normal. tetes telinga menyembuhkan
obstruksi dan
membersihkan serumen.

14
BAB II
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan. Diagnosa
atau masalah keperawatannya :
1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada faring dan tonsil
2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada tonsil
3. Resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
adanya anoreksia
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
5. Gangguan persepsi sensori : pendengaran berhubungan dengan adanya obstruksi
pada tuba eustakii

B. SARAN
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis
dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis Edisi 9.
Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta :
EGC;1999
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC
www.google.co.id
Amarudin T, Christanto A. Kajian Manfaat Tonsilektomi. Dalam: Riyanto WB. Cermin
Dunia Kedokteran No. 155 (THT). Jakarta: 2007;34(2)
Rusmarjono. 2003. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT Kepala Leher Edisi 5. Jakarta: FKUI.
Sakka I, Sedjawidada R., Kodrat L., Rahardjo SP. 2009. Kadar Imunoglobulin A Sekretori
pada Penderita Tonsilitis Kronik Sebelum dan Setelah Tonsilektomi. Bagian Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar – Indonesia. Diakses: http://www.cusabio.com/wenxian/206.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai