Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jaringan dalam biologi adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan
fungsi yang sama. Jaringan-jaringan yang berbeda dapat bekerja sama untuk suatu
fungsi fisiologi yang sama membentuk organ. Jaringan dipelajari dalam cabang
biologi yang dinamakan histologi, sedangkan cabang biologi yang mempelajari
berubahnya bentuk dan fungsi jaringan dalam hubungannya dengan penyakit
adala histopatologi.
Ada empat kelompok jaringan dasar yang membentuk tubuh semua
hewan, termasuk manusia dan organisme multiseluler tingkat rendah seperti
artropoda: jaringan epitelium, jaringan pengikat, jaringan penyokong, dan
jaringan saraf.
Jaringan penyokong adalah jaringan yang terdiri dari jaringan tulang
rawan dan jaringan tulang yang berfungsi untuk memberi bentuk
tubuh,melindungi tubuh,dan menguatkan bentuk tubuh
Alat gerak pada vertebrata meliputi alat gerak pasif berupa tulang dan alat
gerak aktif berupa otot. Gerak adalah hasil interaksi antara tulang, otot, dan
persendian tulang.Tulang atau kerangka adalah penopang tubuh Vertebrata. Tanpa
tulang, pasti tubuh kita tidak bisa tegak berdiri.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui struktur
tulang, macam-macam tipe tulang serta hubungan tulang dengan proses
bergeraknya tubuh.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tulang
Secara umum jaringan penyokong terdiri atas dua jenis yaitu tulang rawan
(rawan) dan tulang sejati (tulang). Tulang rawan dan tulang merupakan jaringan
ikat khusus, dan seperti halnya semua jaringan ikat, terdiri atas unsur sel, serabut,
dan subtansi dasar. Serabut dan subtansi dasar bersama-sama membentuk subtansi
intersel atau matriks. Seperti jaringan ikat lain, tulang rawan berkembang dari
jaringan mesenkim yang diturunkan dari mesoderem embrional.
Tulang adalah jaringan yang tersusun oleh sel dan didominasi oleh matriks
kolagen ekstraselular (type I collagen) yang disebut sebagai osteoid. Osteoid ini
termineralisasi oleh deposit kalsium hydroxyapatite, sehingga tulang menjadi
kaku dan kuat.
Jaringan tulang terdiri dari sel-sel tulang atau osteon yang tersimpan di
dalam matriks, matriksnya terdiri dari zat perekat kolagen dan endapan garam-
garam mineral terutama garam kalsium (kapur). Tulang merupakan komponen
utama dari kerangka tubuh dan berperan untuk melindungi alat-alat tubuh dan
tempat melekatnya otot kerangka.
Tulang merupakan jaringan terkeras dalam tubuh manusia yang berfungsi :
 Menyusun kerangka tubuh manusia.
 Menyokong struktur-struktur berdaging.
 Melindungi sistem tuas yang melipat gandakan kekuatan selama kontraksi
otot rangka dan mengubahnya menjadi gerakan tubuh.

2.1.1 Sel-sel Pada Tulang


a) Osteoblast : Sel ini bertanggung jawab atas pembentukan matriks
tulang, oleh karena itu banyak ditemukan pada tulang yang sedang
tumbuh. Selnya berbentuk kuboid atau silindris pendek, dengan inti
terdapat pada bagian puncak sel dengan kompleks Golgi di bagian
basal. Sitoplasma tampak basofil karena banyak mengandung
ribonukleoprotein yang menandakan aktif mensintesis protein. Pada

2
pengamatan dengan M.E tampak jelas bahwa sel-sel tersebut memang
aktif mensintesis protein, karena banyak terlihat RE dalam
sitoplasmanya. Selain itu terlihat pula adanya lisosom.
b) Osteosit : Merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang.
Pada sediaan gosok terlihat bahwa bentuk osteosit yang gepeng
mempunyai tonjolan-tonjolan yang bercabang-cabang. Bentuk ini
dapat diduga dari bentuk lacuna yang ditempati oleh osteosit bersama
tonjolan-tonjolannya dalam canaliculi. Dari pengamatan dengan M.E
dapat diungkapkan bahwa kompleks Golgi tidak jelas, walaupun
masih terlihat adanya aktivitas sintesis protein dalam sitoplasmanya.
Ujung-ujung tonjolan dari osteosit yang berdekatan saling
berhubungan melalui gap junction. Hal-hal ini menunjukkan bahwa
kemungkinan adanya pertukaran ion-ion di antara osteosit yang
berdekatan. Osteosit yang terlepas dari lacunanya akan mempunyai
kemampuan menjadi sel osteoprogenitor yang pada gilirannya tentu
saja dapat berubah menjadi osteosit lagi atau osteoklas.
c) Osteoklas : Merupakan sel multinukleat raksasa dengan ukuran
berkisar antara 20 μm-100μm dengan inti sampai mencapai 50 buah.
Sel ini ditemukan untuk pertama kali oleh Köllicker dalam tahun
1873 yang telah menduga bahwa terdapat hubungan sel osteoklas (O)
dengan resorpsi tulang. Hal tersebut misalnya dihubungkan dengan
keberadaan sel-sel osteoklas dalam suatu lekukan jaringan tulang
yang dinamakan Lacuna Howship (H). keberadaan osteoklas ini
secara khas terlihat dengan adanya microvilli halus yang membentuk
batas yang berkerut-kerut (ruffled border). Gambaran ini dapat dilihat
dengan mroskop electron. Ruffled border ini dapat mensekresikan
beberapa asam organik yang dapat melarutkan komponen mineral
pada enzim proteolitik lisosom untuk kemudian bertugas
menghancurkan matriks organic. Pada proses persiapan dekalsifikasi
(a), osteoklas cenderung menyusut dan memisahkan diri dari
permukaan tulang. Relasi yang baik dari osteoklas dan tulang terlihat
pada gambar (b). resorpsi osteoklatik berperan pada proses

3
remodeling tulang sebagai respon dari pertumbuhan atau perubahan
tekanan mekanikal pada tulang. Osteoklas juga berpartisipasi pada
pemeliharaan homeostasis darah jangka panjang.Selain pendapat di
atas, ada sebagian peneliti berpendapat bahwa keberadaan osteoklas
merupakan akibat dari penghancuran tulang. Adanya penghancuran
tulang osteosit yang terlepas akan bergabung menjadi osteoklas.
Tetapi akhir-akhir ini pendapat tersebut sudah banyak ditinggalkan
dan beralih pada pendapat bahwa sel-sel osteoklas-lah yang
menyebabkan terjadinya penghancuran jaringan tulang.

2.1.2 Struktur Makroskopik


Pada potongan tulang terdapat 2 macam struktur yaitu Substantia
spongiosa (berongga) dan Substantia compacta (padat).Bagian diaphysis
tulang panjang yang berbentuk sebagai pipa dindingnya merupakan tulang
padat, sedang ujung-ujungnya sebagian besar merupakan tulang berongga
yang dilapisi oleh tulang padat yang tipis. Ruangan dari tulang berongga
saling berhubungan dan juga dengan rongga sumsum tulang.

2.1.3 Jenis Jaringan Tulang


Secara histologis tulang dibedakan menjadi 2 komponen utama,
yaitu :
 Tulang muda/tulang primer
 Tulang dewasa/tulang sekunder
Kedua jenis ini memiliki komponen yang sama, tetapi tulang primer
mempunyai serabut-serabut kolagen yang tersusun secara acak, sedang
tulang sekunder tersusun secara teratur.

2.1.4 Jaringan Tulang Primer


Dalam pembentukan tulang atau juga dalam proses penyembuhan
kerusakan tulang, maka tulang yang tumbuh tersebut bersifat muda atau
tulang primer yang bersifat sementara karena nantinya akan diganti dengan
tulang sekunder. Jaringan tulang ini berupa anyaman, sehingga disebut
sebagai woven bone. Merupakan komponen muda yang tersusun dari serat

4
kolagen yang tidak teratur pada osteoid. Woven bone terbentuk pada saat
osteoblast membentuk osteoid secara cepat seperti pada pembentukan
tulang bayi dan pada dewasa ketika terjadi pembentukan susunan tulang
baru akibat keadaan patologis.
Selain tidak teraturnya serabut-serabut kolagen, terdapat ciri lain
untuk jaringan tulang primer, yaitu sedikitnya kandungan garam mineral
sehingga mudah ditembus oleh sinar-X dan lebih banyak jumlah osteosit
kalau dibandingkan dengan jaringan tulang sekunder.
Jaringan tulang primer akhirnya akan mengalami remodeling
menjadi tulang sekunder (lamellar bone) yang secara fisik lebih kuat dan
resilien. Karena itu pada tulang orang dewasa yang sehat itu hanya
terdapat lamella saja.

2.1.5 Jaringan Tulang Sekunder


Jenis ini biasa terdapat pada kerangka orang dewasa. Dikenal juga
sebagai lamellar bone karena jaringan tulang sekunder terdiri dari ikatan
paralel kolagen yang tersusun dalam lembaran-lembaran lamella. Ciri
khasnya : serabut-serabut kolagen yang tersusun dalam lamellae(lapisan)
setebal 3-7μm yang sejajar satu sama lain dan melingkari konsentris
saluran di tengah yang dinamakan Canalis Haversi. Dalam Canalis Haversi
ini berjalan pembuluh darah, serabut saraf dan diisi oleh jaringan pengikat
longgar. Keseluruhan struktur konsentris ini dinamai Systema Haversi atau
osteon.
Sel-sel tulang yang dinamakan osteosit berada di antara lamellae
atau kadang-kadang di dalam lamella. Di dalam setiap lamella, serabut-
serabut kolagen berjalan sejajar secara spiral meliliti sumbu osteon, tetapi
serabut-serabut kolagen yang berada dalam lamellae di dekatnya arahnya
menyilang. Di antara masing-masing osteon seringkali terdapat substansi
amorf yang merupakan bahan perekat.

5
2.2 Mekanisme Kalsifikasi Dan Reabsorpsi Tulang
Proses kalsifikasi tulang yang kompleks belum diketahui secara pasti,
namun disini akan dibahas garis besarnya. Kalsifikasi dalam tulang tidak terlepas
dari proses metabolisme kalsium dan fosfat. Bahan-bahan mineral yang akan
diendapkan semula berada dalam aliran darah. Osteoblas berperan dalam
mensekresikan enzim alkali fosfatase. Dalam keadaan biasa, darah dan cairan
jaringan mengandung cukup ion fosfat dan kalsium untuk pengendapan kalsium
Ca3(PO4)2 apabila terjadi penambahan ion fosfat dan kalsium. Penambahan ion-
ion tersebut diperoleh dari pengaruh enzim alkali fosfatase dari osteoblas. Hal
tersebut juga dapat diperoleh dari pengaruh hormone parathyreoid dan pemberian
vitamin D atau pengaruh makanan yang mengandung garam kalsium tinggi.
Faktor lain yang harus diperhitungkan yaitu keadaan pH karena kondisi
yang agak asam lebih menjurus ke pembentukan garam CaHPO4 daripada
Ca3(PO4)2. Karena CaHPO4 lebih mudah larut, maka untuk mengendapkannya
dibutuhkan kadar fosfat dan kalsium yang lebih tinggi daripada dalam kondisi
alkali untuk mengendapkan Ca3(PO4)2 yang kurang dapat larut. Kenaikan kadar
ion kalsium dan fosfat setempat sekitar osteoblast dan khondrosit hipertrofi
disebabkan sekresi alkali fosfatase yang akan melepaskan fosfat dari senyawa
organik yang ada di sekitarnya. Serabut kolagen yang ada di sekitar osteoblast
akan merupakan inti pengendapan, sehingga kristal-kristal kalsium akan tersusun
sepanjang serabut. Resorpsi tulang sama pentingnya dengan proses kalsifikasinya,
karena tulang akan dapat tumbuh membesar dengan cara menambah jaringan
tulang baru dari permukaan luarnya yang dibarengi dengan pengikisan tulang dari
permukaan dalamnya.
2.2.1 Pertumbuhan Tulang
Perkembangan tulang pada embrio terjadi melalui dua cara, yaitu
osteogenesis desmalis dan osteogenesis enchondralis. Keduanya
menyebabkan jaringan pendukung kolagen primitive diganti oleh tulang, atau
jaringan kartilago yang selanjutnya akan diganti pula menjadi jaringan tulang.
Hasil kedua proses osteogenesis tersebut adalah anyaman tulang yang
selanjutnya akan mengalami remodeling oleh proses resorpsi dan aposisi
untuk membentuk tulang dewasa yang tersusun dari lamella tulang.

6
Kemudian, resorpsi dan deposisi tulang terjadi pada rasio yang jauh lebih
kecil untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi karena fungsi dan untuk
mempengaruhi homeostasis kalsium. Perkembangan tulang ini diatur oleh
hormone pertumbuhan, hormone tyroid, dan hormone sex.
Osteogenesis Desmalis merupakan nama lain dari penulangan ini yaitu
Osteogenesis intramembranosa, karena terjadinya dalam membrane jaringan.
Tulang yang terbentuk selanjutnya dinamakan tulang desmal. Yang
mengalami penulangan desmal ini yaitu tulang atap tengkorak.
Mula-mula jaringan mesenkim mengalami kondensasi menjadi
lembaran jaringan pengikat yang banyak mengandung pembuluh darah. Sel-
sel mesenkimal saling berhubungan melalui tonjolan-tonjolannya. Dalam
substansi interselulernya terbentuk serabut-serabut kolagen halus yang
terpendam dalam substansi dasar yang sangat padat.
Tanda-tanda pertama yang dapat dilihat adanya pembentukan tulang
yaitu matriks yang terwarna eosinofil di antara 2 pembuluh darah yang
berdekatan. Oleh karena di daerah yang akan menjadi atap tengkorak tersebut
terdapat anyaman pembuluh darah, maka matriks yang terbentuk pun akan
berupa anyaman. Tempat perubahan awal tersebut dinamakan Pusat
penulangan primer.

2.2.2 Osteogenesis Enchondralis


Awal dari penulangan enkhondralis ditandai oleh pembesaran
khondrosit di tengah-tengah diaphysis yang dinamakan sebagai pusat
penulangan primer. Sel – sel khondrosit di daerah pusat penulangan primer
mengalami hypertrophy, sehingga matriks kartilago akan terdesak mejadi
sekat – sekat tipis. Dalam sitoplasma khondrosit terdapat penimbunan
glikogen. Pada saat ini matriks kartilago siap menerima pengendapan garam –
garam kalsium yang pada gilirannya akan membawa kemunduran sel – sel
kartilago yang terperangkap karena terganggu nutrisinya. Kemunduran sel –
sel tersebut akan berakhir dengan kematian., sehingga rongga – rongga yang
saling berhubungan sebagai sisa – sisa lacuna. Proses kerusakan ini akan
mengurangi kekuatan kerangka kalau tidak diperkuat oleh pembentukan
tulang disekelilingnya. Pada saat yang bersamaan, perikhondrium di

7
sekeliling pusat penulangan memiliki potensi osteogenik sehingga di
bawahnya terbentuk tulang. Pada hakekatnya pembentukan tulang ini melalui
penulangan desmal karena jaringan pengikat berubah menjadi tulang. Tulang
yang terbentuk merupakan pipa yang mengelilingi pusat penulangan yang
masih berongga – rongga sehingga bertindeak sebagai penopang agar model
bentuk kerangka tidak terganggu. Lapisan tipis tulang tersebut dinamakan
pipa periosteal.

2.2.3 Pertumbuhan Memanjang Tulang Pipa


Setelah berlangsung penulangan pada pusat penulangan sekunder
di daerah epiphysis, maka teradapatlah sisa – sisa sel khondrosit diantara
epiphysis dan diaphysis. Sel – sel tersebut tersusun bederet –deret memanjang
sejajar sumbu panjang tulang. Masing – masing deretan sel kartilago
dipisahkan oleh matriks tebal kartilago, sedangkan sel –sel kartilago dalam
masing – masing deretan dipisahkan oleh matriks tipis. Jaringan kartilago
yang memisahkan epiphysis dan diaphysis berbentuk lempeng atau cakram
sehingga dinamakan Discus epiphysealis.
Sel –sel dalam masing – masing deretan tidak sama penampilannya. Hal
ini disebabkan karena ke arah diaphysis sel – sel kartilago berkembang yang
sesuai dengan perubahan – perubahan yang terjadi pada pusat penulangan.
Karena perubahan sel –sel dalam setiap deret seirama, maka discus tersebut
menunjukan gambaran yang dibedakan dalam daerah – daerah
perkembangan.

2.2.4 Pembesaran Diameter Tulang Pipa


Pertumbuhan tulang pipa selain memanjang melalui discus
epiphysealis juga mengalami pertambahan diameter dengan cara pertambahan
jeringan tulang melalui penulangan oleh periosteum lapisan dalam yang
dibarengi dengan pengikisan jaringan tulang dari permukaan dalamnya.
Dengan adanya proses pengikisan jaringan tulang ini, walau pun
diameter tulang bertambah namun ketebalannya tetap dipertahankan. Hal ini
penting,karena tanpa pengikisan,berat tulang akan bertambah terus sehingga
mengganggu fungsinya.

8
2.2.5 Perubahan Struktur Jaringan Tulang
Pada mulanya, dari perkembangan trabekula tulang terbentuk semacam
sistem harvers yang tidak teratur polanya yang dinamakan sistem Havers primitif.
Untuk membentuk sistem Havers dengan pola teratur, perlulah sistem Havers
primitif mengalami perubahan sehingga terjadilah tulang sekunder. Perubahan
dimulai pada beberapa tempat yang terletak tersebar dalam bentuk rongga –
rongga yang disebabkan erosi tulang oleh sel-sel osteoklas. Rongga – rongga
tersebut meluas sehingga terbentuk silindris yang memanjang, disusul oleh
masuknya pembuluh darah bersama jeringan sumsum tulang kedalam rongga –
rongga tersebut. Apabila rongga sudah cukup besar, erosi akan berhenti dalm
mulailah pembentukn tulang oleh osteoblas yang diletakan oleh darah pada
dinding rongga. Pembentukan tulang berlangsung sebagai lembaran – lembaran
yang dimulai dari dinding rongga yang makin lama makin mengecilkan rongga
sehingga akhirnya pembuluh darah dikelilingi penuh oleh lembaran – lembaran
tulang. Dengan demikian terbentuklah sistem harvers dengan pembuluh darah di
tengahnya. Pada perbatasan luar setiap sistem harvers terdapat substansi perekat
yang merupakan sisa matriks tulang.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah dapat diketahui bahwa tulang
merupakan salah satu bagian terpenting dari tubuh hewan/manusia. Tulang terdiri
dari 4 macam sel serta matriks penyusun tulang. Pembagian jenis tulang
didasarkan pada 3 macam, yakni bentuknya. Jenis penyusunya, dan histologinya.
Sehingga dapat memudahkan kita untuk lebih memahami dan mengetahui materi
tersebut.

3.2 Saran
Penyusun yakin makalah ini tidak lebih dari sempurna. Maka dari itu
penyusun berharap kritik dan saran yang membangun akan lebih sempurnahnya
makalah ini. Dan tak pula penyusun banyak terima kasih dari berbagai sumber
karena telah membantu penyusun untuk menyelesaikan makalah ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Budi, 2011. Histologi tulang. http://www. HISTOLOGI/JARINGAN


TULANG.htm. diakses tanggal 30 Juni 2015.
Campbell, dkk. 2002. Biologi. Erlangga. Jakarta.
Irawan, 2009. Tulang rawan dan keras. http://www. HISTOLOGI/My School
Tulang Rawan dan Tulang Keras.htm. diakses tanggal 30 Juni 2015.
Uwais, 2010. Histologi. http://www. HISTOLOGITULANG.htm. diakses tanggal
30 Juni 2015

11

Anda mungkin juga menyukai