Berpikir Kritis
Diajukan sebagai tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar
Jurusan S1 Keperawatan
SETIKES MUHAMMADIYAH KUDUS
2017-2018
Website : http;//www.stikesmuhkudus.ac.id Email : secretariat @ stikesmuhkudus.ac.id
PENDAHULUAN
Berpikir kritis semakin dipandang perlu, setiap detik kita dituntut untuk
berpikir kritis. Kita dituntut untuk tidak menerima sesuatu hanya dengan meng
iya kan sesuatu, kita harus mencari sebab dan bukti-bukti yang mendukung dari
data-data yang kita terima setiap waktu.Dulu sebagian orang jarang berpikir secara
kritis dalam mengambil sebuah keputusan dan menyelesaikan masalah. Namun
sekarang kita dituntut untuk berfikir secara krtis, terutama seorang perawat.
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Berpikir yang ditampilkan dalam berpikir kritis sangat tertib dan sistematis.
Ketertiban berpikir dalam berpikir kritis diungkapkan MCC General Education
Iniatives. Menurutnya, berpikir kritis ialah sebuah proses yang menekankan kepada
sikap penentuan keputusan yang sementara, memberdayakan logika yang
berdasarkan inkuiri dan pemecahan masalah yang menjadi dasar dalam menilai
sebuah perbuatan atau pengambilan keputusan.
Berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat
digunakan dalam pembentukan sistem konseptual siswa. Menurut Ennis (1985: 54),
berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar
yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan.
1. Percaya diri : yakin akan kemampuan seseorang untuk membuat alasan yang
masuk akal.
2. Perspektif kontekstual : mewmpertimbangankan keseluruhan situasi, termasuk
hubungan, latar belakang, dan lingkungan yang relevan dengan beberapa kejadian
atau peristiwa.
3. Fleksibilitas : kemampuan untuk beradaptasi,mengakomodasi, memodifikasi,
mengubah fikiran, ide dan perilaku.
4. Kreativitas : daya cipta intelektual yang digunakan untuk menghasilkan,
menentukan atau merestrukturisasi ide; membayangkan alternative.
5. Rasa ingin tahu : hasrat untuk mengetahui segala seuatu dengan mencari
pengetahuan dan pemahaman melalui observasi dan pengajuan pertanyaan yang
telah dipikirkan dengan baik untuk mengeksplorasi beberapa kemungkinan dan
alternative
6. Integritas intelektual : mencari kebenaran melalui proses yang tulus dan jujur,
meski jika hasilnya bertentangan dengan asumsi dan keyakinan seseorang.
7. Intuisi : rasa mengetahui sesuatu secara naluri atau alamiah tanpa memiliki alasan
secara sadar.
8. Berpikiran terbuka: suatu sudut pandang yang dicirikan dengan bersikap
menerima terhadap berbagai pandangan yang berbeda dan sensitive terhadap bias
yang dimiliki oleh seseorang.
9. Tekun : bekerja keras menjalani suatu proses dengan kebulatan tekad untuk
mengatasi berbagai rintangan.
10. Refleksi : kontemplasi atau perenungan tentang suatu subjek terutama asumsi dan
pemikiran seseorang dengan tujuan untuk memiliki pemahaman yang lebih dalam
dan utuk mengevaluasi diri.
Pada dasarnya semua manusia memiliki hati yang baik sejauh kepentingan
pribadinya tidak diusik atau dirugikan.perubahan pola ukir perlu suatu daya ungkit
untuk memicu kesadaran terhadap sesuatu, seperti kata-kata, nyanyian, konsentrasi
pikiran, atau buku-buku filsafat. Tetapi bagi orang yang suka menganalisa, agak
sulit menerima daya ungkit dan lebih membutuhkan daya ungkit yang kasat mata
yang dapat dilihat langsung sebagai penggugah otak bawah sadar. Perubahan pola
pikir yang cepat akan menjadi jalan tol untuk mencapai tujuan-tujuan yang dicita-
citakan. Perubahan ini tentu akan membawa dampak terhadap lingkungan
sekitarnya. Baik lingkungan alam, ataupun lingkungan sosial. Bagi seorang
ilmuwan yang banyak menggunakan otak kiri atau selalu menganalisa apa,
mengapa, siapa , bagaimana dengan mengubah pola piker kita dapat membangun
Sense of Reality tidak pandang bulu, sehingga dapat menggali potensi bawah sadar
kita yang dapat menghasilkan suatu seni baru yaitu The Art Of Survival artinya
kita tidak sendiri tetapi membuat seni baru yang secara bersama-sama keluar dari
kemelut secara nyata.
Beberapa hal yang menjadi ciri khas dari pemikir kritis itu sendiri adalah :
1. Mampu membuat simpulan dan solusi yang akurat, jelas, dan relevan terhadap
kondisi yang ada.
1. Mulailah dengan berpikir apa dan kenapa, lalu carilah arah yang tepat untuk
jawaban dari pertanyaan tersebut.
Beberapa kriteria yang dapat kita jadikan standar dalam proses berpikir
kritis ini adalah kejelasan (clarity), tingkat akurasi (accuracy), tingkat kepresisian
(precision) relevansi (relevance), logika berpikir yang digunakan (logic), keluasan
sudut pandang (breadth), kedalaman berpikir (depth), kejujuran (honesty),
kelengkapan informasi (information) dan bagaimana implikasi dari solusi yang kita
kemukakan (implication).
Semakin sering kita berlatih berpikir kritis secara ilmiah, maka kita akan
semakin berkembang menjadi tidak hanya sebagai pemikir kritis yang ulung,
namun juga sebagai pemecah masalah yang ada di lingkungan. Khususnya
pemecah masalah bangsa Indonesia ini.
1. Mampu membedakan antara fakta yang bisa diverifikasi dengan tuntutan nilai.
2. Mampu membedakan antara informasi, alasan, dan tuntutan-tuntutan yang
relevan dengan yang tidak relevan.
3. Mampu menetapkan fakta yang akurat.
4. Mampu menetapkan sumber yang memiliki kredibilitas.
5. Mampu mengidentifikasi tuntutan dan argumen-argumen yang ambiguistik.
6. Mampu mengidentifikasi asumsi-asumsi yang tidak diungkapkan.
7. Mampu menditeksi bias.
8. Mampu mengidentifikasi logika-logika yang keliru.
9. Mampu mengenali logika yang tidak konsisten.
10. Mampu menetapkan argumentasi atau tuntutan yang paling kuat.
1. Fisik: berdasakan pada rasa yang dialami oleh tubuh seperi rasa nyaman, tidak
nyaman,senang atau sebaliknya.
2. Emosional: didasarkan pada perasaan atau sikap, orang akan bereaksi pada
suatu situasi secara subjektiv. Rasional didasarkan pada pengetahuan orang
mendapatkan informasi ,memahami situasi dan berbagai konsekkuensinya.
3. Pratikal: berdasrkan pada keterampilan individu dan kemampuan
melaksanakannya.
4. Interpersonal; berdasarkan pengaruh pada jaringan sosial yang ada.
5. Struktural: berdasarkan pada lingkup social ,ekonomi dan politik.
a. Klinisi :
b. Pendidik :
Siapa pun yang masuk dalam tipe pendidik yang menghadapi masalah
kompleks yang mempengaruhi cara Anda melihat diri Anda sebagai seorang
pemikirdan bagaimana Anda akan mampu mempromosikan bimbingan kepada
siswa dan staff diharuskan untuk lebih berpikir kritis karena sebagai pendidik
dituntut untuk cepat tanggap apabila mengadapi para siswa nya.
2.8.1 Mengapa berpikir kritis begitu penting bagi pasien dan orang
terdekatnya
Penutup
3.1 Kesimpulan
Orang yang bekerja didunia kesehatan dituntut untuk sigap,siap, cepat dan
tangkas dalam menangani permasalahan yang ada disekitarnya. Contohnya perawat
yang dituntut mempunyai sifat berpikir kritis karena berpikir kritis merupakan
referensi yang mudah digunakan yang berfokus pada realitas sehari-hari dalam
mempelajari, mengimplementasikan, dan mengevaluasi berpikir kritis dalam
keperawatan. Karena sebagai perawat hubungannya manusia dengan manusia,
pasien itu sendiri yang karakter, sifat juga wataknya berbeda. Dan setiap kejadian
dilapangan masalahnya berbeda beda sehingga berpikir kritis wajib digunakan oleh
setiap perawat.
Paul, Richard and Linda Elder. 2005. The Miniature Guide to Critical Thinking
CONCEPTS & TOOLS. The Foundation of Critical Thinking. California
http://gurupembaharu.com/home/berpikir-kritis/
http://pasca.tp.ac.id/site/pengembangan-kemampuan-berpikir-kritis-dan-kreatif-
dalam-pembelajaran
www.wikipedia.com
Makalah Ilmu Keperawatan Dasar
Sejarah Keperawatan
Diajukan sebagai tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar
Jurusan S1 Keperawatan
SETIKES MUHAMMADIYAH KUDUS
Website : http;//www.stikesmuhkudus.ac.id Email : secretariat @ stikesmuhkudus.ac.id
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui bagaimana sejarah keperawatan internasional,
2. Mengetahui bagaimana sejarah keperawatan nasional, dan
3. Mengetahui bagaimana hubungan dari sejarah keperawatan yang ada dengan
keperawatan saat ini.
C. Metode Penulisan
Dalam makalah ini kami membahas tentang Sejarah Keperawatan Nasional dan
Internasional, yang terdiri dari 3 bab utama. Pada bab I berisi tentang latar belakang dari
penulisan makalah ini, tujuan di adakannya penulisan, dan metode penulisan makalah ini.
Bab II merupakan bagian yang berisi penjelasan tentang tinjauan pustaka, yang membahas
materi/pokok bahasan makalah ini,yakni, Sejarah Keperawatan Internasional, Perawatan
pada beberapa Bangsa dan Negara, Sejarah Keperawatan Nasional dan Dampak Sejarah
pada Profil Perawat Indonesia. Bab III merupakan bagian terakhir yang berisi kesimpulan
dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah Keperawatan Internasional
Keperawatan sebagai suatu pekerjaan sudah ada sejak manusia ada di bumi ini,
keperawatan terus berkembang sesuai dengan kemajuan peradaban teknologi dan
kebudayaan. Konsep keperawatan dari abad ke abad terus berkembang, berikut adalah
perkembangan keperawatan di dunia.
3. Zaman masehi
Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani, di mana pada
saat itu banyak membentuk diakones (deaconesses), suatu organisasi wanita yang
bertujuan mengunjungi orang sakit sedangkan orang laki-laki di berikan tugas dalam
membrikan perawatan untuk mengubur bagi orang yang meninggal, sehingga pada saat itu
berdirilah rumah sakit di Roma seperti Monastic Hospital. Pada saat itu rumah sakit di
gunakan sebagai tempat merawat orang sakit,orang cacat,miskin dan yatim piatu. Pada saat
itu pula di daratan benua Asia, khususnya di Timur Tengah, perkembangan keperawatan
mulai maju seiring dengan perkembangan agama Islam. Keberhasilan Nabi Muhammad
SAW dalam menyebarkan agama islam di ikuti dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi seperti ilmu pasti, kimia, kesehatan dan obat-obatan. Sebagaimana dalam
AlQuran di tuliskan pentingnya menjaga kebersihan diri, makanan, lingkungan dan lain-
lain. Perkembangan tersebut melahirkan tokoh Islam dalam keperawatan yang di kenal
dengan nama Rufaidah.
c . Yahudi kuno
Ilmu pengetahuan bangsa Yahudi banyak di peroleh dari bangsa Mesir. Misalnya :
cara-cara memberi pengobatan orang yang terkenal adalah Musa. Ia juga dikenal sebagai
seorang ahli hygiene. Dibawah pimpinannya bangsa Yahgudi memajukan minatnya yang
besar terhadap kebersihan umum dan kebersihan diri.
Undang-undang kesehatan bangsa Yahudi menjadi dasar bagi hygiene modern dimana
cara-cara dan peraturannya sesuai dengan bakteriologi zaman sekarang, misalnya :
1. Pemeriksaan dan peminilah bahan makanan yang akan di makan
2. Mengadakan cara pembuangan kotoran manusia
3. Pelarangan makan daging babi karena dapat menimbulkan suatu penyakit
4. Memberitahukan kepada yang berwajib bila ada penyakit yang berbahaya, sehingga
dapat diambil tindakan
c. India
Bangsa India (Hindu) di zaman purba telah memeluk agama Brahmana, disamping
memuja dan meminta pertolongan kepada dewa (dikuil) untuk menyembuhkan orang sakit.
Di India telah terdapat RS khususnya di Utara saat pemerintahan Rasa Asoka, 8 RS
dimana sebagian kemudian dijadikan sekolah-sekolah pengobatan dan perawatan
d . Tiongkok
Bangsa Tiongkok telah mengenal penyakit kelamin diantaranya gonorhoea dan
syphilis. Pencacaran juga telah dilakukan sejak 1000 SM ilmu urut dan psikoterapi.
Orang-orang yang terkenal dalam ketabiban :
1. Seng Lung Dikenal sebagai "Bapak Pengobatan, yang ahli penyakit dalam dan
telah menggunakan obat-obat dari tumbuh-tumbuhan dan mineral (garam-
garaman). Semboyannya yang terkenal adalah Lihat, Dengar, Tanya, Rasa.
2. Chang Chung Ching 200 Sm telah mengerjakan lavement dengan menggunakan
bamboo.
e . Yunani
Bangsa Yunani zaman purba memuja dan memuliakan banyak dewa (polytheisme)
dewa yang terkenal adalah dewa yang dianggap sebagai dewa pengobatan putri dan dewa
yang bernama hygiene sebagai Dewi kesehatan, maka timbullah perkataan higyene. Untuk
pemujaan terhadap para dewa didirikan kuil (1134 SM) yang juga berfungsi sebagai
pengobatan orang sakit dan perawatan dikerjakan oleh para budak-budak.
Orang-orang ternama dalam ketabiban antara lain:
1. Hippocrates (hidup 400 SM) adalah bapak pengobatan
2. Plato ahli filsafat Yunani, otak sebagai pusat kesadaran
3. Aristoteles ahli filsafat, ahli jiwa dan ilmu hayat.
G. Roma
Rumah sakit Roma zaman purba di sebut valentrumdinari Roma yang terdapat di
swiss ditemukan alat-alat perawatan ex. Peralatan untuk huknah pot-pot tempat selep. Juga
ditemukan instrument untuk keperluan pembedahan ex : pisau, pincet, klem arteri,
speculum. Tokoh terkenal Julius Caesar (101-44 SM). Seorang wali Negara yang pertama-
tama mengakui guru-guru hygiene dan menganjurkan tentang kesehatan dan kebersihan.
H. Irlandia
Pengetahuan tentang pengobatan telah diketahui lama SM. Tentang Rumah sakit,
Seorang putri raja bernama Macha (abad ke 3) mendirikan rumah sakit untuk orang-orang
miskin yang sakit. Nama RS tersebut Broin Beargh rumah kesusahan
I. Amerika
Antara revolusi Amerika dan Perang Sipil, keperawatan di Amerika mungkin dapat
disejajarkan dengan keperawtan di Eropa. Rumah sakit umum yang awal didirikan dalam
koloni termasuk Philadelphia Almshouse dan Bellevue Hospital di New York. Rumah
sakit yang awal didirikan ini memberikan perawatan bagi orang yang sakit, fakir miskin,
gila, lemah, tahanan, dan anak yatim piatu. Pemberi perawatan atau pemberi layanan
digambarkan sebagai orang miskin atau tahanan yang sering mabuk.
Pada tahun 1639, Augustinian Sisters bermigrasi ke Kanada dan pada akhirnya
membangun rumah sakit pertama, Hotel Dieu, di Quebec city. Pada tahun 1809 di
Amerika Serikat, Bunda Elizabeth Seton mendirikan perkumpulan Sisters of Charity of St.
Joseph yang pertama di Amerika, tepatnya di Maryland. Pada akhirnya, perkumpulan lain
atau cabang dari perkumpulan lain dalam Gereja Katolik Roma berkembang di bawah
Sisters of Charity di seluruh wilayah Timur Amerika Serikat dan Kanada. Perkumpulan
religious ini mengembangkan program pendidikan keperawatan dan memberikan layanan
keperawatan. Setelah ekspansi kea rah barat Amerika Serikat, perkumpulan religious
Katolik Roma membangun rumah sakit di New Orleans, Chicago, dan San Fransisco.
Perkumpulan religious dari gereja protestan, termasuk Episcopal Sisterhood of Holy
Communion dan English Lutheran Church, juga membangun rumah sakit dan memberikan
asuhan keperawatan.
Kebanyakan perkembangan keperawatan dikaitkan dengan kebutuhan untuk
memberikan perawatan bagi orang yang sakit dan serdadu yang terluka selama masa-masa
perang. Fakta ini terbukti benar dalam perkembangan keperawatan di Amerika Serikat.
Selama Perang Sipil, Dorothea Dix di tunjuk sebagai pimpinan korps perawat pertama
angkatan darat Amerika Serikat. Dia hanya merekrut wanita yang berusia lebih dari 30
tahun dan memiliki tampang biasa-biasa saja. Dia mampu merekrut 2000 wanita untuk
merawat pasukan bersenjata. Para perawat ini membalut luka, memberikan obat, dan
membantu memberikan makan. Selain luka perang, para serdadu menderita disentri dan
cacar, dan banyak perawat meninggal karena penyakit yang ditularkan saat menjalankan
tugas.
Sama seperti Nightingale di Crimea, perawat di perang sipil mendapatkan banyak
pertentangan dari dokter pria. Kapal rumah sakkit digunakan untuk memindahkan orang
yang terluka ke rumah sakit, dan perawat memberikan perawatan bersama asisten medis.
Banyak wanita asertif, yang dikenal tidak hanya karena kemampuan merawat mereka
tetapi juga karena pengaruh mereka di bidang lain, memberikan layanan keperawatan
selama perang sipil. Beberapa dari mereka yang paling berpengaruh adalah Louisa May
Alcott, yang pada akhirnya menjadi figur penting kesusastraan, Harriet Tubman, yang
sebagai perawat dan anggota pergerakan penghapusan perbudakan memberikan perawatan
dan kenyamanan untuk rekan-rekan Amerika-Afrika di Underground Railroad; dan
Sojourner Truth, perawat Amerika-Afrika lainnya yang memberikan perawatan untuk
serdadu Union Army yang terluka dan aktif dalam akar awal pergerakan wanita.
Rumah sakit sederhana telah didirikan dikota besar oleh bangsa Asteken di
Amerika Utara, sedang RS yang baik dan merupakan RS pertama didirikan pada tahun
1521 oleh cortez dari Mexico yaitu RS san Jesu Nazareno.
Kedua, masa setelah kemerdekaan, pada tahun 1949 telah banyak rumah sakit
yang didirikan serta balai pengobatan dan dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga
kesehatan pada tahun 1952 didirikan sekolah perawat, kemudian pada tahun 1962
telah dibuka pendidikan keperawatan setara dengan diploma. Pada tahun 1985 untuk
pertama kalinya dibuka pendidikan keperawatan setingkat dengan sarjana yang
dilaksanakan di Universitas Indonesia dengan nama Program Studi Ilmu Keperawatan
dan akhirnya dengan berkembangnya Ilmu Keperawatan, maka menjadi sebuah
Fakultas Ilmu keperawatan dan beberapa tahun kemudian diikuti berdirinya pendidikan
keperawatan setingkat S1 di berbagai univeisitas di Indonesia seperti di Bandung,
Yogyakarta, Surabaya dan lain-lain.
A. Kesimpulan
Keperawatan merupakan sebuah ilmu dan profesi yang memberikan pelayanan
kesehatan guna untuk meningkatkan kesehatan bagi masyarakat. Keperawatan ternyata
sudah ada sejak manusia itu ada dan hingga saat ini Profesi keperawatan berkembang
dengan pesat. Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia tidak hanya
berlangsung di tatanan praktik, dalam hal ini layanan keperawatan, tetapi juga
di dunia pendidikan keperawatan. Tidak asing lagi, pendidikan keperawatan memberi
pengaruh yang besar terhadap kualitas la yanan keperawatan. Karenanya,
perawat harus terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya melalui
pendidikan keperawatan yang berkelanjutan.
B. Saran
Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai perawat atau calon perawat
harus terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya melalui pendidikan
keperawatan yang berkelanjutan, sehingga kita tidak mengalami ketertinggalan dari
keperawatan internasional. Selain itu, sebagai calon perawat dan/atau perawat kita
sebaiknya mempelajari bagaimana sejarah perkembangan dunia keperawatan yang
ada, sehingga kita lebih mengenal bagaimana profesi keperawatan dan melalui hal
itu kita bisa belajar mengharga profesi yang kita jalani.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat A. Aziz Alimul. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Eds 2. Salemba
Medika: Jakarta
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Blasis,Ka
Anonim. 2009. sejarah perkembangan keperawatan di dunia, dalam
Makalah Ilmu Keperawatan Dasar
Sejarah Keperawatan Nasional dan Internasional
Diajukan sebagai tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar
Jurusan S1 Keperawatan
SETIKES MUHAMMADIYAH KUDUS
Website : http;//www.stikesmuhkudus.ac.id Email : secretariat @ stikesmuhkudus.ac.id
A. Latar Belakang
Masalah Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan professional
yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yangberdasarkan pada ilmu dan
etika keperawatan.Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan,ikut
menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.Tenaga keperawatan secara keseluruhan
jumlahnya mendominasi tenaga kesehatan yang ada,dimana keperawatan memberikan
kontribusi yang unik terhadap bentuk pelayanan kesehatan sebagai satu kesatuan yang
relative,berkelanjutan,koordinatif dan advokatif.Keperawatan sebagai suatu profesi
menekankan kepada bentuk pelayanan professional yang sesuai dengan standar dengan
memperhatikan kaidah etik dan moral sehingga pelayanan yang diberikan dapat diterima
oleh masyarakat dengan baik dan berkelanjutan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui
bagaimana ilmu keperawatan dapat berkembang dengan peralatan yang sangat
terbatas pada zaman dahulu hingga dengan peralatan yang sangat lengkap pada zaman
sekarang.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mengetahui,memahami,dan menjelaskan tentang sejarah keperawatan
nasional dan internasional.
b. Mahasiswa mampu menjabarkan perkembangan ilmu keperawatan,mulai dari
zaman dahulu hingga zaman sekarang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Permulaan Masehi
Pada permulaan masehi, agama Kristen mulai berkembang. Pada masa ini
keperawatan mengalami kemajuan yang berarti seiring dengan kepesatan
perkembangan agama Kristen. Organisasi wanita pertama yang dibentuk pada saat itu
dinamakan Deaconesses, mengunjungi orang-orang sakit dan anggota keagamaan
laki-laki memberikan perawatan serta mengubur orang mati. Pada perang salib
perawat laki-laki dan perempuan bertugas merawat orang-orang yang luka dalam
peperangan tersebut.
Kemajuan profesi keperawatan pada masa ini juga terlihat jelas dengan
berdirinya rumah sakit terkenal di Roma yang bernama Monastik hospital. Rumah
sakit ini dilengkapi dengan fasilitas bangsal-bangsal perawatan untuk merawat orang
sakit serta bangsal-bangsal lain sebagai tempat merawat orang cacat, miskin dan
yatim piatu.
Seperti halnya di Eropa, pada pertengahan abad VI masehi keperawatan juga
berkembang di benua Asia. Tepatnya di timur tengah seiring dengan perkembangan
agama Islam. Tokoh keperawatan yang terkenal di dunia Arab pada masa ini adalah
Rafidah.
4. Permulaan Abad XVI
Struktur dan orientasi masyarakat berubah dari orientasi keagamaan menjadi
orientasi pada kekuasaan, yaitu perang, eksplorasi kekayaan alam, serta
perkembangan pengetahuan. Akibatnya banyak gereja dan tempat ibadah ditutup,
padahal tempat ini digunakan oleh ordo-ordo keagamaan untuk merawat orang sakit.
Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan keperawatan. Untuk
memenuhi kebutuhan perawat, wanita yang pernah melakukan kejahatan dan telah
berobat dapat diterima bekerja sebagai perawat. Akibat reputasi yang jelek ini,
perawat menerima gaji yang rendah dengan jam kerja lama pada kondisi yang buruk
(Taylor C.,dkk, 1989)
5. Masa Sebelum Perang Dunia II
Florence Nightingale (1820-1910) merupakan tokoh pembaharu perawatan
pada saat itu dan bahkan sering disebut Ibu Perawatan. Pada waktu itu, Florence
Nightingale sudah menyadari pentingnya suatu sekolah untuk mendidik para calon
perawat, agar dapat diberikan pengetahuan, keterampilan dan pembinaan mental
sehingga dihasilkan tenaga perawatan yang berbudi luhur, berpengetahuan luas dan
terampil dalam melaksanakan perawatan. Beliau menetapkan struktur dasar sebagai
prasyarat dalam pendidikan perawat :
a. Mendirikan sekolah perawat
b. Menentukan tujuan pendidikan perawat
c. Menetapkan pengetahuan yang harus dimiliki para calon sebagai dasar perawatan
Di samping itu, Florence Nightingale telah berpendapat bahwa.
a. Perlu persiapan pendidikan yang berlainan bagi perawat pelaksana dan perawat
administrator atau supervisor.
b. Perlu diperhatikan bahwa harus ada perubahan tentang jam kerja perawat yang
waktu itu berlangsung 12 jam/hari dan 7 hari/minggu.
c. Perlu diperhatikan peningkatan pendapatan perawat setiap 6 bulan, mengingat
beban dan tanggung jawab mereka.
Namun, secara menyeluruh perkembangan perawat dari zaman Florence
Nightingale sampai pecah perang dunia II dinilai sangat kecil atau hampir tidak ada
perubahan. Oleh Karena itu, masa ini sering disebut sebagai masa pemeliharaan.
6. Masa Selama Perang Dunia II
Selama perang, banyak kejadian yang merupakan tekanan bagi setiap
bangsa di dunia. Tekanan perang ini mendorong manusia mengadakan perubahan-
perubahan. Kemajuan teknologi dimaksudkan untuk berlomba menaklukan dunia.
Penerapan teknologi modern dalam bidang pelayanan orang sakit telah mulai
diperkenalkan waktu itu sebagai jawaban atas kebutuhan pelayanan kesehatan akibat
penderitaan sakit selama perang. Timbulnya penyakit akibat perang, menyebabkan
dibutuhkannya peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga medis maupun
perawat. Kemampuan satu bidang profesi tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan waktu itu. Inipun merupakan tantangan
baru bagi perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan bersama dengan profesi
lain.
7. Masa Pasca Perang Dunia II
Akibat Perang dunia II yang mengakibatkan banyaknya penderitaan bagi
penduduk dunia telah menggugah semua pihak untuk memperbaiki keadaan dunia.
Dasar pemikiran semula, the nurse must give total patient care dalam arti sempit
telah berkembang, dalam arti luas perawat lebih menyadari atas makna totality of the
individual client dari sebelumnya. Oleh karena itu terjadi perubahan dari perawat
bekerja sendiri menjadi bekerja team.
Dalam dekade ini telah dilancarkan perjuangan untuk pengakuan keperawatan
sebagai profesi. Lucille Brown (1948) menulis sebuah laporan tentang pengakuan
perawat sebagai profesi merupakan titik tolak yang besar untuk kehidupan perawat
dan profesi perawat. Ia memperhatikan penghargaan pada perawat dalam kaitannya
dengan tanggung jawab sebagai penyelenggara pelayanan perawatan yang bermutu.
Untuk itu disadari perlunya suatu pengelolaan pelayanan keperwatan yang baik untuk
menjamin mutu dan sekaligus tersedia alat evaluasi keperawatan tersebut.
8. Sejak Tahun 1950
Dalam mengacu proses profesionalisme, perlu pengembangan pendidikan
keperawatan. Sebenarnya pendidikan keperawatan di tingkat universitas sudah ada
sejak tahun 1909 di Universitas Minesota Amerika. Namun, pengakuan perawat
sebagai profesi, baru terjadi tahun 1950, inipun baru pengakuan saja, belum memnuhi
karakteristik profesi.
Pendidikan perawat pada tingkat Bachelor dimulai tahun 1919. Pada tahun
1977 telah terdapat 3830 orang lulusan master di bidang keperawatan dan pada tahun
1972 terdapat 9 institusi yang melaksanakan program Doktor di bidang keperawatan.
Di Thailand pendidikan keperawatan pada tingkat Bachelor dimulai tahun 1966,
dan pada tingkat Master dimulai tahun 1986.
Proses keperawatan yang dimulai tahun 1950 dianggap sebagai stadium
embrio. Pada saat itu proses keperawatan belum dipahami dan juga belum bisa
diterima, tetapi sudah dilakukan sehari-hari. Baru pada tahun 1955 Lydia Hall
memberikan presentasinya tentang Perawatan adalah suatu proses. Pada hakikatnya
keperawatan menyangkut empat hal pokok yaitu :
a. Nursing at the patient
b. Nursing to the patient
c. Nursing for the patient
d. Nursing with the patient
Fase dalam proses keperawatn diidentifikasi oleh para dosen keperawatan
Universitas Katolik Amerika pada tahun 1967 meliputi : pengkajian, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi.
Pengertian keperawatan menurut International Council of Nurses (ICN) pada
tahun 1973 adalah, Fungsi yang unik dari perawat adalah menolong sesorang yang
sakit atau sehat dalam usaha-usaha menjaga kesehatan atau penyembuhan atau untuk
menghadapi sakaratul maut dengan tenang, yaitu usaha yang dapat dilakukan oleh
pasien sendiri apabila dia cukup kuat, berkemampuan atau sadar dan melakukannya
sedemikian rupa sehingga si pasien dalam waktu singkat dapat mandiri.
Untuk memperoleh pengakuan sebagai suatu profesi, menurut Taylor C, et al. (1997)
keperawatan harus memiliki:
a. Perumusan body of knowledge yang baik
b. Berorientasi pada pelayanan yang kuat
c. Pengakuan keahlian oleh sebuah kelompok profesional
d. Kode etik
e. Organisasi profesi yang menetapkan standar
f. Pengembangan diri secara terus menerus
g. Otonomi
Selaras dengan perkembangan ilmu dan teknologi, pendidikan keperawatan tahap demi tahap
mengalami peningkatan baik jenjang maupun mutu pendidikan. Pendidikan keperawatan
yang dahulu hanya merupakan pendidikan dasar atau menengah, kini telah ditingkatkan pada
jenjang pendidikan tinggi. Variasi jenjang pendidikan keperawatan yang ada saat ini
seringkali membingungkan masyarakat, perawat, maupun para pejabat. Jenjang utama
pendidikan keperawatan di Indonesia saat ini adalah Sekolah Perawat Kesehatan, Akademi
atau Pendidikan Ahli Madya Keperawatan/Politeknik Kesehatan dengan tiga tahun program
diploma keperawatan, dan Program strata satu keperawatan dan program S2 yang terkait
dengan keperawatan.
Walaupun jumlah perawat dari pendidikan tinggi telah meningkat, namun kita perlu mencatat
bahwa sebagian besar perawat berlatar belakang pendidikan menengah. Jumlah perawat di
Indonesia menurut data dari Depkes RI (Republika, 2004) adalah sekitar 180 ribu orang
dengan latar belakang pendidikan: 76,65 persen lulusan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK),
22 persen perawat lulusan D3 Keperawatan, dan 2,35 persen lulusan S-1. Jumlah bidan
adalah sekitar 70.600 orang dan 98 persen di antaranya adalah lulusan Program Pendidikan
Bidan.
Perkembangan pendidikan keperawatan pada saat ini dipengaruhi berbagai faktor nasional
maupun internasional. Dari kaca mata nasional, situasi politik di tanah air dan kesadaran
masyarakat terhadap hak-haknya telah memicu reformasi di berbagai bidang termasuk
pendidikan. Maraknya ide desentralisasi/otonomi daerah juga telah memengaruhi bagaimana
pengelolaan pendidikan keperawatan dan penempatan kerja lulusan harus diselenggarakan.
Sementara tantangan dari kaca mat internasional telah mendorong kesadaran kita dalam
upaya menyiapkan tenaga keperawatan yang handal dengan kompetisi global. Untuk ini
undang-undang harus disesuaikan di antaranya undang-undang tentang registrasi dan praktik
keperawatan dan penyesuaian pendidikan sesuai dengan sistem pendidikan nasional yang
baru (Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003).
Bagian berikut akan membahas jenis pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia, yaitu:
Sekolah Perawat Kesehatan, Pendidikan Ahli Madya Keperawatan (Politeknik Kesehatan),
Program Sarjana, dan Pasca- Sarjana Keperawatan.
b. Fase identifikasi
Fase ini fokusnya memilih bantuan profesional yang sesuai. Pada fase ini pasien
merespon secara selektif ke orang-orang yang dapat memenuhi kebutuhannya, setiap
pasien mempunyai respons berbeda-beda pada fase ini. Respons pasien terhadap
keperawatan adalah :
1) Berpartisipasi dan interdependen dengan perawat,
2) Otonomi dan independen dari perawat,
3) Pasif dan dependen pada perawat.
c. Fase ekploitasi
Fase ini fokusnya adalah menggunakan bantuan profesional untuk alternatif
pemecahan masalah. Pelayanan yang diberikan berdasarkan minat dan kebutuhan dari
pasien, pasien mulai merasa sebagai bagian integral dari lingkungan pelayanan. Pada
fase ini pasien mulai menerima informasi-informasi yang diberikan padanya tentang
penyembuhannya, mungkin berdiskusi atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada
perawat, mendengarkan penjelasan-penjelasan dari perawat, mendengarkan
penjelasan-penjelasan dari perawat dan sebagainya.
d. Fase resolusi
Fokusnya adalah mengakhiri hubungan profesional. Pasien dan perawat dalam fase ini
perlu untuk mengakhiri hubungan therapeutik mereka.
2. Florence Nightingale (1959)
Nightingale sebagai pioner era modern dalam pengembangan keperawatan,
mengembangkan teori keperawatan yang sangat dipengaruhi oleh pandangan filosofinya
tentang interaksi manusia/klien dengan lingkungannya. Ia melihat penyakit sebagai proses
pergantian atau perbaikan (reparative process). Upaya membantu proses perbaikan atau
pergantian tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan manipulasi lingkungan
eksternal. Manusia mempunyai kemampuan alamiah terhadap proses penyembuhan.
3. Faye G. Abdellah (1960)
Abdella mendefinisikan keperawatan (nursing) sebagai pelayanan kepada individu dan
keluarga serta masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang
membentuk/menciptakan sikap dan kemampuan intelektual serta keterampilan teknik dari
individu sehingga mempunyai keinginan yang dalam dan kemampuan untuk menolong
manusia, baik sakit maupun sehat agar mampu menangani kebutuhan kesehatan.
b. Pencegahan penyakit
Aktivitas pencegahan penyakit secara objektif untuk mengurangi risiko penyakit,
untuk meningkatkan kebiasaan kesehatan yang baik dan untuk mempertahankan
fungsi individu secara optimal.
c. Pemeliharaan kesehatan (Health Maintenance)
Kegiatan keperawatan dalam pemeliharaan kesehatan adalah kegiatan yang
membantu klien memelihara status kesehatan mereka. Perawat melakukan aktivitas
untuk membantu masyarakat mempertahankan status kesehatannya.
d. Pemulihan kesehatan (Health Restoration)
Pemulihan kesehatan berarti perawat membantu pasien meningkatkan kesehatan
setelah pasien memiliki masalah kesehatan atau penyakit.
e. Perawatan pasien menjelang ajal
Area praktik keperawatan ini mencakup perawat memberikan rasa nyaman dan
merawat orang dalam keadaan menjelang ajal. Kegiatan dapat dilakukan di rumah
sakit, rumah, dan fasilitas kesehatan lainnya.
c. Aspek komunikasi
Aspek ini meliputi sikap perawat yang harus bisa melakukan komunikasi yang baik
dengan pasien, dan keluarga pasien. Adanya komunikasi yang saling berinteraksi
antara pasien dengan perawat, dan adanya hubungan yang baik dengan keluarga
pasien.
d. Aspek kerjasama
Aspek ini meliputi sikap perawat yang harus mampu melakukan kerjasama yang baik
dengan pasien dan keluarga pasien.
e. Aspek tanggung jawab
Aspek ini meliputi sikap perawat yang jujur, tekun dalam tugas, mampu mencurahkan
waktu dan perhatian, sportif dalam tugas, konsisten serta tepat dalam bertindak.
Joewono (2003) menyebutkan adanya delapan aspek yang perlu diperhatikan dalam
pelayanan yaitu:
a. Kepedulian, seberapa jauh perusahaan memperhatikan emosi atau perasaan
konsumen.
b. Lingkungan fisik, aspek ini menunjukkan tingkat kebersihan dari lingkungan yang
akan dinikmati konsumen, ketika mereka menggunakan produk.
c. Cepat tanggap, aspek yang menunjukkan kecepatan perusahaan dalam menanggapi
kebutuhan konsumen.
d. Kemudahan bertransaksi, seberapa mudah konsumen melakukan transaksi dengan
pemberi servis.
e. Kemudahan memperoleh informasi, seberapa besar perhatian perusahaan untuk
menyajikan informasi siap saji.
f. Kemudahan mengakses, seberapa mudah konsumen dapat mengakses penyedia servis
pada saat konsumen memerlukannya.
g. Prosedur, seberapa baik prosedur yang harus dijalankan oleh konsumen saat
berurusan dengan perusahaan.
h. Harga, aspek yang menentukan nilai pengalaman servis yang dirasakan oleh
konsumen saat berinteraksi dengan perusahaan.
Sedangkan Soegiarto (1999) menyebutkan lima aspek yang harus dimiliki Industri jasa
pelayanan, yaitu :
a. Cepat, waktu yang digunakan dalam melayani tamu minimal sama dengan batas
waktu standar. Merupakan batas waktu kunjung dirumah sakit yang sudah ditentukan
waktunya.
b. Tepat, kecepatan tanpa ketepatan dalam bekerja tidak menjamin kepuasan konsumen.
Bagaimana perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien yaitu tepat
memberikan bantuan dengan keluhan-keluhan dari pasien.
c. Aman, rasa aman meliputi aman secara fisik dan psikis selama pengkonsumsian suatu
poduk atau. Dalam memberikan pelayanan jasa yaitu memperhatikan keamanan
pasien dan memberikan keyakinan dan kepercayaan kepada pasien sehingga
memberikan rasa aman kepada pasien.
d. Ramah tamah, menghargai dan menghormati konsumen, bahkan pada saat pelanggan
menyampaikan keluhan. Perawat selalu ramah dalam menerima keluhan tanpa emosi
yang tinggi sehingga pasien akan merasa senang dan menyukai pelayanan dari
perawat.
e. Nyaman, rasa nyaman timbul jika seseorang merasa diterima apa adanya. Pasien yang
membutuhkan kenyaman baik dari ruang rawat inap maupun situasi dan kondisi yang
nyaman sehingga pasien akan merasakan kenyamanan dalam proses
penyembuhannya.
Berdasarkan pandangan beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek
kualitas pelayanan keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Penerimaan meliputi sikap perawat yang selalu ramah, periang, selalu tersenyum,
menyapa semua pasien. Perawat perlu memiliki minat terhadap orang lain, menerima
pasien tanpa membedakan golongan, pangkat, latar belakang sosial ekonomi dan
budaya, sehingga pribadi utuh. Agar dapat melakukan pelayanan sesuai aspek
penerimaan perawat harus memiliki minat terhadap orang lain dan memiliki wawasan
luas.
b. Perhatian, meliputi sikap perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan perlu
bersikap sabar, murah hati dalam arti bersedia memberikan bantuan dan pertolongan
kepada pasien dengan sukarela tanpa mengharapkan imbalan, memiliki sensitivitas
dan peka terhadap setiap perubahan pasien, mau mengerti terhadap kecemasan dan
ketakutan pasien.
c. Komunikasi, meliputi sikap perawat yang harus bisa melakukan komunikasi yang
baik dengan pasien, dan keluarga pasien. Adanya komunikasi yang saling berinteraksi
antara pasien dengan perawat, dan adanya hubungan yang baik dengan keluarga
pasien.
d. Kerjasama, meliputi sikap perawat yang harus mampu melakukan kerjasama yang
baik dengan pasien dan keluarga pasien.
e. Tanggung jawab, meliputi sikap perawat yang jujur, tekun dalam tugas, mampu
mencurahkan waktu dan perhatian, sportif dalam tugas, konsisten serta tepat dalam
bertindak.
Pertama, Perawat masih dijadikan warga kelas dua dinegeri sendiri dengan bukti masih
banyaknya tenaga perawat yang menjalani tenaga Honorer atau tenaga kontrak
(PKWT).cobalah anda Check sendiri fakta ini di rumah-rumah sakit, poliklinik, tambang-
tambang, pengeboran minyak, puskesmas dan sarana-sarana Agency penyedia jasa tenaga
kerja ( outsourching ) yang nota bene penyalur perawat di berbagai kota besar di
Indonesia.masih saja menjalani praktek praktek tak senonoh berbentuk perbudakan moden (
modern slavery ) ini jelas melanggar konstitusi kita, amanat UU No.13 tahun 2003 dan
KepMenakerTrans No.100 tahun 2004 melarang untuk melakukan tindakan kontrak/honor
atau bahkan PHL ( Pekerja Harian Lepas ). Tenaga kontrak sesungguhnya hanya
diperuntukkan bagi buruh yang melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru,
kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan itu pun
hanya berlaku 2 tahun plus satu tahun sedangkan tenaga harian lepas untuk pekerjaan tertentu
yang berubah-ubah dalam waktu dan volume pekerjaan serta upah didasarkan pada
kehadiran. Praktek-praktek ini masih banyak menimpa para perawat Indonesia karena
lemahnya posisi tawar (bargaining position ) perlu diketahui bahwa perawat haram
hukumnya untuk dikontrak terlebih menggunakan pihak ketiga, perawat secara tupoksi
mengerjakan pekerjaan tetap dengan frekwensi terus-menerus dan bukan mengerjakan barang
yang sedang diuji cobakan.perawat adalah seorang yang telah menempuh serta lulus
pendidikan formal dalam bidang keperawatan yang program pendidikannya telah disyahkan
oleh pemerintah. (AD/ART PPNI/INNA Munas VII manado) ia adalah tenaga professional
dibidang perawatan kesehatan, ia bertanggung jawab atas perawatan, perlindungan dan
pemulihan, ia berperan dalam pemeliharaan pasien gawat darurat yang mengancam nyawa,
dan ia terlibat dalam riset medis dan perawatan sementara keperawatan adalah bentuk
pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan. Ini adalah bentuk bantuan karena adanya kelemahan
fisik dan atau mental dan bantuan atas ketidakmampuan melakukan kegiatan sehari-hari.
Kedua, Harga diri perawat kian hari kian diinjak-injak tanpa pengakuan sama sekali, perawat
bekerja secara terus-menerus 24 Jam dengan 2-3 Shift dengan segala resiko yang
mengancam, norma-norma kesehatan dan keselamatan kerja ( UU 13/2003 pasal 85/86 ) tidak
dijalankan oleh pemerintah melalui instansi-instansi yang mempekerjakan perawat hal ini
diperparah lagi dengan sistem jaminan sosial yang tidak pernah merata, antara resiko dan
pendapatan tidak berimbang, penghasilan/financial perawat dari dahulu hingga kini tak
banyak mengalami suatu perubahan yang signifikan. Ini artinya professi perawat Indonesia
lagi-lagi termarginalkan. Jika kita ingat kembali memori lama kita tentang peristiwa bencana
alam / korban masal yang silih berganti menimpa bangsa kita justru tenaga Perawatlah yang
dijadikan ujung tombak dalam garda medis bencana alam, berapa juta kasus yang sudah
perawat tangani hinggi kini tak pernah dilihat oleh pemerintah namun mereka rasakan,
mereka merasakan ketika keluarga mereka sedang dirawat, mereka rasakan ketika suatu
beban pekerjaan mereka dapat terselesaikan oleh perawat sehingga tak jarang karir dan
jabatan mereka meroket karena jasa perawat. Berapa banyak pula kasus-kasus yang diangkat
dipermukaan menyangkut kesejahteraan perawat di Rumah-rumah sakit, di Jakarta sudah
terjadi Di RSU UKI, RS HAJI, RS Mata, AGD 118, RS DUREN SAWIT dan masih banyak
lagi ibarat fenomena gunung es, yang menyoalkan masalah kesejahteraan, kejadian ini akan
terus berlanjut sampai kapanpun sebelum nasib perawat dan keluarganya diperhatikan dan
dibuatkan suatu aturan secara definitive untuk kesejahteraan para perawat.suatu perbandingan
perawat Indonesia dengan perawat Kuwait yang mendapat gaji berkisar antara Rp.10 juta s/d
14 juta perbulan, sedangkan rekan sejawat yang bekerja di Indonesia maksimum hanya
Rp.800.000 s/d 1,5 jt perbulan ( data ketua PPNI yang bekerja dikuwait ),sekarang marilah
kita tengok perbandingan gaji DPR disenayan, mereka sudah seringkali meneriakkan
persetaraan gaji / study dengan DPR di jepang dan korea padahal gaji mereka sudah melebihi
dari kebutuhan hidup, mengapa kita para perawat Indonesia tidak meneriakkan hal yang
serupa?? Mungkin ini salah satu penyebab mengapa profesi lain memandang sebelah mata
profesi perawat, selayaknya sesama tenaga kesehatan dengan standart pendidikan yang setara
harus bersanding berdiri sejajar dengan profesi lain, kalau mereka bisa kenapa perawat tidak?
ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut harus ada upaya kuat dan sama-sama kita perjuangkan
dengan beberapa cara diantaranya dengan menggulirkan Upah Minimum sector Provinsi (
UMSP ) dibidang keperawatan, UU Ketenangakerjaan nomor 13 tahun 2003 telah
mengamanatkan bahwa upah minimum harus didasarkan pada Kebutuhan Hidup Layak
(KHL). Justru pemerintah telah melanggar ketentuan ini. Melalui Peraturan Menteri Nomor
17, tahun 2005 PER-17/MEN/VIII/2005, komponen KHL hampir tidak pernah diterapkan di
keperawatan,bahkan masih banyak perawat dengan gaji dibawah rata-rata UMP/R/S
Akhirnya Kepmen 17/2005 menjadikan UPAH LAYAK bagi perawat, hanyalah omong
kosong belaka. Perawat Indonesia harus mendapatkan kesejahteraan yang sama Seperti
halnya upah PNS, TNI dan Polri, Upah Layak ini berlaku secara nasional. Pengabdian
perawat sama dengan mereka bahkan lebih berat dari mereka. Upah Layak perawat selain
memenuhi kebutuhan sandang dan pangan, Apakah tuntutan ini berlebihan? TIDAK!!.
Kemudian segera bentuk unit-unit organisasi yang efektif untuk melakukan perlawanan yang
serius.selain dari pada itu standart kompetensi melalui pengesahan UU praktik
keperawatan.kemudian dibuka pintu eksodus selebar-lebarnya keluar negeri bagi perawat,
dengan eksodus maka profesi perawat akan dipandang unggul dan dibutuhkan Negara ,
sebagaimana yang telah terjadi di Philipine dimana seorang dokter spesialis, pengacara,
arsitek, profesi lainya berbondong-bondong kuliah keperawatan karena profesi ini pandang
unggul dan terhormat (data PPNI) maka dari itu ayo bangkit dan lawan ketidak adilan ini.
Ketiga, Lemahnya perlindungan Hukum dan persamaan pengakuan profesi dimata Publik.
UU No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan menegaskan bahwa ada pengakuan profesi
keperawatan, ada suatu perbedaan kewenangan profesi antara dokter dan perawat. Hal ini
seyogyanya menjadi acuan dalam penguatan Legal aspek profesi perawat dimata publik,
namun rasanya UU dan keputusan menteri kesehatan tersebut belum lah cukup menjawab
semua tantangan global yang saat ini mengancam sendi kehidupan segenap anak bangsa,
perawat memberikan kontribusi yang begitu besar terhadap bangsa ini,tokoh keperawatan
Dunia Florence nightingle dan Siti Rufaidah telah merubah dunia dengan konsep kasih
sayangnya secara holistic ditengah-tengah kecamuk perang dunia ke II waktu itu. Lemahnya
perlindungan Hukum terhadap perawat Indonesia sangat jelas terlihat ketika para tenaga
peawat yang sedang mengalami gugatan Hukum tak terbela, misalnya perawat AGD Dinkes
DKI Jakarta yang sedang menjalankan tugas kemanusiaan dini hari ( 1-6-08 ) di tabrak oleh
oknum artis ibukota dan hingga kini kasusnya gantung di Pengadilan tinggi negeri jaksel
tanpa ada advokasi dari pemerintah, itu adalah contoh kecil yang terjadi dan barangkali masih
banyak kasus baik di dalam maupun diluar negri yang tak terungkap akibat sikap kelalaian
pemerintah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan merupakan sebuah ilmu dan profesi yang memberikan pelayanan
kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat.Keperawatan ternyata sudah ada
sejak manusia ada dan hingga saat ini profesi keperawatan berkembang dengan
pesat.Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia tidak hanya berlangsung di tatanan
praktik,dalam hal ini layanan keperawatan,tetapi juga di dunia pendidikan
keperawatan.Tidak asing lagi pendidikan keperawatan memberi pengaruh yang besar
terhadap kualitas layanan keperawatan.Karenanya,perawat harus terus meningkatkan
kompetensi dirinya,salah satunya melalui pendidikan keperawatan yang berkelanjutan.
B. Saran
Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai calon perawat atau perawat harus
terus meningkatkan kompetensi dirinya.Salah satunya melalui pendidikan keperawatan
yang berkelanjutan,sehingga kita tidak mengalami ketertinggalan dari keperawatan
internasional. Selain itu, sebagai calon perawat dan/atau perawat kita sebaiknya
mempelajari bagaimana sejarah perkembangan dunia keperawatan yang ada,
sehingga kita lebih mengenal bagaimana profesi keperawatan dan melalui hal itu
kita bisa belajar mengharga profesi yang kita jalani.
DAFTAR PUSTAKA