Anda di halaman 1dari 4

KONSEP PANCASILA

Pengertian Pancasila Secara Etimologis, Historis, & Terminologis

1. Pengertian Pancasila secara etimologis

Untuk memahami Pancasila secara kronologis baik menyangkut rumusannya


maupun peristilahannya maka pengertian Pancasila tersebut meliputi lingkup
pengertian sebagai berikut :

Secara etimologis istilah “Pancasila” berasal dari Sansekerta dari India


(bahasa kasta Brahmana) yaitu penggalan kata Panca yang berarti “Lima”
dan Sila yang berarti “Dasar“. Berarti secara harfiah kata Pancasila bisa
diartikan sebagai Lima Dasar. Adapun bahasa rakyat biasa adalah bahasa
Prakerta. Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa sansekerta perkataan
“Pancasila” memilki dua macam arti secara leksikal yaitu :
“panca” artinya “lima”

“syila” vokal I pendek artinya “batu sendi”, “alas”, atau “dasar”

“syiila” vokal i pendek artinya “peraturan tingkah laku yang baik, yang penting
atau yang senonoh”

Kata-kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia terutama bahasa Jawa


diartikan “susila “ yang memilki hubungan dengan moralitas. Oleh karena itu
secara etimologis kata “Pancasila” yang dimaksudkan adalah adalah istilah
“Panca Syilla” dengan vokal i pendek yang memilki makna leksikal “berbatu
sendi lima” atau secara harfiah “dasar yang memiliki lima unsur”. Adapun istilah
“Panca Syiila” dengan huruf Dewanagari i bermakna 5 aturan tingkah laku yang
penting.

Istilah Pancasila, yaitu mulai dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan


Sriwijaya dimana sila-sila yang terdapat di dalam Pancasila sudah diterapkan
di dalam kehidupan masyarakat maupun kerajaan meski ke 5 sila itu belum
dirumuskan secara konkrit.
Dalam kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular, Pancasila mempunyai arti
“berbantu sendi yang lima” atau “pelaksanaan kesusilaan lima”.

Dalam agama Budha terdapat juga istilah Pancasila yang ditulis dalam bahasa
Pali yaitu “Pancha Sila” yang artinya lima pantangan atau larangan. Yaitu:

1. Tidak boleh mencuri.


2. Tidak boleh berbohong.
3. Tidak boleh berjiwa dengki.
4. Tidak boleh melakukan kekerasan.
5. Tidak boleh minum minuman keras atau mengkonsumsi obat terlarang.

2. Pengertian Pancasila secara Historis


Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI
pertama dr. Radjiman Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah,
khususnya akan dibahas pada sidang tersebut. Masalah tersebut adalah
tentang suatu calon rumusan dasar negara Indonesia yang akan dibentuk.
Kemudian tampilah pada sidang tersebut tiga orang pembicara yaitu
Mohammad Yamin, Soepomo dan Soekarno.
Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam sidang tersebut Ir. Soekarno
berpidato secara lisan (tanpa teks) mengenai calon rumusan dasar negara
Indonesia. Kemudian untuk memberikan nama “Pancasila” yang artinya lima
dasar, hal ini menurut Soekarno atas saran dari salah seorang temannya
yaitu seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan namanya.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan
kemerdekaannya, kemudian keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945
disahkannya Undang-Undang Dasar 1945 termasuk Pembukaan UUD 1945
di mana didalamnya termuat isi rumusan lima prinsip atau lima prinsip
sebagai satu dasar negara yang diberi nama Pancasila.
Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan
merupakan istilah umum. Walaupun dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945
tidak termuat istilah “Pancasila”, namun yang dimaksudkan Dasar Negara
Republik Indonesia adalah disebut dengan istilah “Pancasila”. Hal ini
didasarkan atas interpretasi historis terutama dalam rangka pembentukan
calon rumusan dasar negara, yang secara spontan diterima oleh peserta
sidang secara bulat.

3. Pengertian Pancasila secara Terminologis


Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 itu telah melahirkan
negara Republik Indonesia. Untuk melengkapi alat-alat perlengkapan negara
sebagaimana lazimnya negara-negara yang merdeka, maka panitia Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) segera mengadakan sidang.
Dalam sidangnya tanggal 18 Agustus 1945 telah berhasil mengesahkan UUD
negara Republik Indonesia yang dikenal dengan UUD 1945. Adapun UUD
1945 terdiri atas dua bagian yaitu Pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasal
UUD 1945 yang berisi 37 pasal, 1 aturan Aturan Peralihan yang terdiri atas 4
pasal dan 1 Aturan Tambahan terdiri atas 2 ayat.
Dalam bagian pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alinea
tersebut tercantum rumusan Pancasila sebagai berikut :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan

5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia

Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD


1945 inilah yang secara konstisional sah dan benar sebagai dasar negara
Republik Indonesia, yang disahkan oleh PPKI yang mewakili seluruh rakyat
Indonesia.
Pengertian Pancasila Menurut Para Ahli :

Menurut Ir Sukarno:

Bahwa pancasila adalah isi jiwa Bangsa Indonesia yang turun-temurun


sekian abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan Barat.

Dengan demikian, pancasila bukan hanya falsafah negara, melainkan lebih


luas lagi yakni falsafah Bangsa Indonesia.

Menurut Muhammad Yamin:

Pancasila berasal dari kata Panca yang artinya Lima dan Sila yang artinya
Sendi, Atas, Dasar atau peraturan tingkah laku yang baik dan penting.

Berarti pancasila merupakan lima dasar yang mengandung pedoman atau


aturan mengenai tingkah laku yang baik dan penting.

Menurut Notonegoro:

Pancasila merupakan dasar falsafah Negara Indonesia, dapat disimpulkan


bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang
diharapkan dapat menjadi pandangan hidup Bangsa Indonesia sebagai dasar
pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan serta pertahanan Bangsa dan
Negara Indonesia.

Daftar Pustaka

Dwiyatmi, Sri Harini, dkk, 2012, Pendidikan Kewarganegaraan, ed. Sri Harini Dwiyatmi,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. I

Erwin, Muhammad, 2010, Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia, Bandung: PT.


Refika Aditama, Cet. I

Febriansyah, Ferry Irawan, 2016, Keadilan Berdasarkan Pencasila, Yogyakarta: CV. Busi
Utama, Cet. I

Marsudi, Subandi Al, 2008, Pancasila dan UUD 45 dalam Paradigma Reformasi, Jakarta:
RajaGrafindo.

Bahan Tayang Materi Sosialisasi Empat Pilar MPR RI, edisi Revisi, Jakarta: MPR RI, Cet.
Ketujuhbelas MPR RI, Pimpinan MPR dan Badan Sosialisasi Periode 2014-2019, 2017,
Empat Pilar MPR RI, Jakarta: MPR RI, Cet. Ketujuh

Anda mungkin juga menyukai