PROFIL PANTI
Kelompok kami memilih Panti Wreda Karitas di Cimahi sebagai tempat kegiatan
exposure pelajaran agama katolik UNPAR. Profil panti jompo yang kami kunjungi adalah
sebagai berikut :
Staff total berjumlah 18 orang sudah termasuk hierarki, dibagi 3 shift, terkadang ada
beberapa yang datang selain shiftnya. Pembagian tugasnya yaitu bagian perdapuran (memasak,
mencuci),
bagian kebersihan (mengepel, menyapu), dan bagian perawatan oma dan opa (mandi, toilet,
mendorong kursi roda, menyuapi).
Setiap staff memang sudah diberi masing masing jobdesc tetapi ada kalanya mereka
melakukan jobdesc staff lain karena staff tersebut sedang sibuk atau tidak hadir.
Latar belakang :
Suster Philomina menjelaskan, lahirnya Panti Wreda Karitas berangkat dari keprihatinan
Suster Philomena OP terhadap kehidupan para lansia yang kurang diperhatikan. Ia akhirnya
memutuskan untuk mendirikan panti itu pada tahun 1980. Hanya berselang enam tahun kemudian,
dirintis pendirian panti tahap kedua.
1
Panti Wreda Karitas ini pada awalnya menerima lansia perempuan. Namun setelah 22
tahun melayani, tepat pada tahun 2002, panti ini menerima lansia pria. Terbukanya pintu bagi para
opa diprakarsai oleh Suster Edmunda OP. Ia tergerak menerima lansia pria setelah dilihatnya
seorang lelaki renta sedang mengais-ngais makanan di tempat sampah.
Penghuni Panti Wreda Karitas berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Selain itu panti
ini juga terbuka untuk umum tanpa terkecuali. Beberapa dari mereka diantar oleh keluarga sendiri
untuk tinggal di sini. Selain itu, ada juga yang dibawa oleh umat atau siapa saja yang mengenal
fasilitas panti ini
Kegiatan sehari-hari :
Setelah bangun tidur pada pk 04.00, mereka mandi, doa pagi dan makan pagi lalu senam
sederhana untuk mencegah pengkakuan sendi-sendi, itu pun hanya beberapa oma dan opa yang
masih bisa dibawa menggunakan kursi roda. Setelah itu, mereka beristirahat di kamar masing-
masing sembari snack pagi. Lalu pukul 09.00 mereka membaca bacaan rohani bersama. Makan
siang pada pukul 12.00 lalu kembali istirahat di kamar masing-masing hingga waktu mandi sore.
Setelah itu doa bersama, makan malam, dan tidur pukul 18.00.
Suasana di panti tenang, tidak ada aktivitas lain selain istirahat di kamar atau duduk di luar.
Berbeda jika ada kunjungan dari donatur atau sekolah profesi ners. Kunjungan donatur biasanya
oma dan opa dibawa ke ruang utama untuk bertemu dengan donatur yang mengadakan acara kecil
lalu memberi bingkisan pada oma opa. Kunjungan profesi ners biasanya dengan mengecek
kesehatan oma opa secara berkala, mengukur tensi, memberi makan, mengantar ke toilet, atau
hanya sekedar mengobrol.
2
BAB II
TOOLS PENGUMPULAN DATA
a. Nama : Rudatiningsih
Panggilan : Ning
Umur : 77 tahun
Asal : Klaten
Latar belakang : Mantan perawat RS. Borromeus Bandung. Sekolah perawat di
Borromeus, sampai pensiun lalu masuk ke panti.
b. Nama : Tanti
Umur : 81 tahun
Asal : Wonogiri (pindah-pindah)
Latar belakang : Pekerja sosial, ke Sulawesi Utara, Poso, Irian di zaman Soeharto.
- Mengurus anak-anak panti asuhan yang gedungnya dibakar.
- Sehari-hari menghabiskan waktu dengan nonton TV atau membuat kerajinan tangan.
- Salah satu yang masih dapat berjalan dengan tegap dan baik.
- Rutin ke gereja Baros tiap Minggu sendiri.
c. Nama : Poniyem
Umur : 74 tahun
Asal : Purworejo
Latar belakang : Tidak mempunyai keluarga lagi
- Tinggal di panti karena diantar umat
- Sudah harus menggunakan kursi roda
- Hobi merajut, hasil rajutan sering diperjualkan
3
Umur : 87 tahun
Asal : Bandung
Latar belakang : kurang lebih 5 tahun tinggal di panti
- Sudah harus menggunakan kursi roda
- Dulu tinggal di Kopo Permai, diantar anak ke panti
- Anaknya suka menjenguk tetapi waktu tidak tentu
4
7. Kebiasaan panti dan kunjungan pihak-pihak
8. Hobi
5
BAB III
DATA-DATA DAN PROSES PENGOLAHAN DATA
- Apa yang membuat para lansia tinggal di Panti Jompo Wreda Karitas?
Tidak mempunyai keluarga lagi; merasa tidak dianggap di dalam keluarga;
atas kemauan sendiri.
Apakah Panti Wreda Karitas ini memiliki pusat atau cabang? Apakah ada
pimpinan lebih tinggi?
- Panti ini milik sendiri dari susteran baros sehingga pimpinan utama ada di
susteran baros. Panti Wreda Karitas juga tidak memiliki cabang.
6
Bagaimana mendapatkan dana untuk merawat oma dan opa di Panti Wreda Karitas?
- Semua berasal dari kebaikan orang dan donasi. Ada yang mendonasikan
makanan, kebanyakan adalah beras. Ada juga yang memberi kursi roda
dan tempat tidur.
3.1.2 Hasil wawancara dari lansia yang tinggal di Panti Jompo Wreda Karitas
3.1.2.1 Opa Antonius Chandra (Toni)
- Sudah berapa lama opa tinggal disini?
Opa Toni Sudah 3 tahun tinggal di panti
- Apakah opa merasa nyaman disini? Apakah ada teman satu kamar?
7
Sejauh ini nyaman di panti dan merasa lebih diperhatikan. Dulu ada teman
satu kamar, orangnya dari Flores. Tetapi sekarang sudah tidak lagi.
- Apakah opa punya anak? Apakah anak opa datang berkunjung kesini?
Punya 2 anak, anak pertama perempuan dan yang kedua laki-laki. Anak
pertama ambil jurusan HI dan yang kedua jurusan Hukum. Kemarin anak
laki-laki opa datang berkunjung.
8
Kalau bosan sih bosan ya, tapi saya suka merajut untuk menghabiskan
waktu. Saya bikin selendang, topi anak kecil, ayam - ayaman, ada bunga -
bungaan juga. Ada beberapa yang saya buat sudah dibeli oleh mahasiswa
lain yang berkunjung. Ada juga buatan suster, yang ini katanya jangan
dibuang, disimpan aja.
Oma dulu masih bisa jalan, tapi jatuh di kamar mandi, makanya sekarang
pakai kursi roda.
9
Saya malas kalau diajak ngobrol, namanya oma - oma kan ngomongnya
banyak ya, saya mending diam di dalam kamar, tidur, tenang.
*oma saat tau kami dari Unpar*
Oh oma juga lulusan Unpar. Dulu lulus tahun 70-an dari ekonomi.
10
11
Dari hasil yang didapatkan, kelompok kami memilih untuk membuat program kerja dengan
diadakannya senam pagi, memijat, bernyanyi bersama dan mendengarkan lagu rohani dan
juga lagu anak-anak dengan tujuan membuat para lansia merasa bahagia dan kembali
merasa seperti masa mudanya.
12
BAB IV
PEMBUATAN NARASI DAN PERUMUSAN MASALAH
Apakah opa oma merasa fasilitas yang ada di panti sudah memenuhi
kebutuhan yang ada?
Pertanyaan ini kami tujukan kepada para penghuni dan juga para pengelola, kami
bertujuan jikalau ada kebutuhan yang belum terpenuhi kami berencana membuka acara
donasi untuk berusaha memenuhi kebutuhan fasilitas penunjang kenyamanan tinggal opa
oma.
Apakah opa oma masih sering dikunjungi oleh keluarga?
Pertanyaan ini kami tujukan kepada opa oma yang tinggal di Panti Wreda Karitas,
kami bertujuan untuk mencari tau apakah opa oma ini masih diperhatikan oleh keluarganya
masing-masing. Jika menemukannya kami berencana untuk mengadakan acara temu opa
oma, dimana kami akan mengundang keluarga-keluarga opa oma untuk datang kembali
menjenguk mereka.
Oma Poniyem dan Djumini menjawab pertanyaan kami, keluarga kami sudah
mendahului kami. Kebanyakan opa oma disini sudah tidak memiliki keluarga, kalau pun
ada mereka sibuk dengan hidup mereka masing-masing.
4.2 Rumusan masalah
1. Apa yang menjadi masalah utama di Panti Wreda Karitas?
2. Apa saja yang dibutuhkan oleh penghuni Panti Wreda Karitas?
3. Bagaimana cara menyikapi kebutuhan-kebutuhan tersebut?
4.3 Prioritas masalah dan alasan yang mendasarinya
1. Kesepian karena jarang yang menjenguk dan antar anggota panti jarang berinteraksi
sehingga tidak memiliki tempat untuk bercerita
2. Keterbatasan kondisi fisik menyebabkan mereka tidak bisa beraktivitas dengan
leluasa sehingga bosan dan kesepian
3. Murung akibat faktor usia tua dan jarangnya penghiburan dari pihak luar
13
BAB V
BENTUK KEGIATAN
14
2. a. Hari/tanggal/jam : Rabu, 30 Oktober 2019 pk.15.00
15
5.2 Laporan kegiatan solutif
16
- 10.00 - 11.00 bernyanyi bersama
- 11.00 - 11.30 penutupan (foto bersama)
- 11.30 pulang
d. Pihak panti yang terlibat dalam kegiatan (nama opa, nama oma, suster)
- Oma Vonny
- Oma Amoy
- Oma Maria Biauw
- Oma Ho Kiem Giok Nio
- Pak Toni
- Bu Nur
- Suster Philomina
- Suster Hilda
17
e. Uraian lengkap alur kegiatan
- 07.30 tiba di Panti Jompo Wreda Karitas
- 07.30 - 08.00 persiapan barang-barang
- 08.00 - 08.30 mengumpulkan oma opa
- 08.30 - 09.30 mulai acara di halaman depan (berjemur pagi dan
membersihkan kaki)
- 09.30 - 10.00 mengunjungi oma dan opa satu per satu dan bermain besama
- 10.00 - 11.00 bernyanyi bersama
- 11.00 - 11.30 penutupan (foto bersama)
- 11.30- 13.00 mengunjungi makam para suster pendiri panti dan penghuni
panti yang telah meninggal dunia.
- 13.00 pulang
18
BAB VI
REFLEKSI
19
B. Pandangan Gereja Mengenai Kerjasama antarumat Beragama untuk Membangun
Persaudaraan Sejati
Gereja berpedoman pada sikap Yesus. Semasa hidup-Nya di bumi ini Yesus ternyata
menyapa dan bersahabat dengan siapa saja apa pun keyakinan dan agamanya. Misalnya, Ia
menyapa dan berdialog tentang keselamatan dengan wanita Samaria itu (Yoh. 4:1-42). Oleh orang-
orang Yahudi, bangsa Samaria dianggap bangsa yang setengah kafir. Yesus menolong perwira
Romawi dari Kapernaun yang hambanya sakit (Mat 8:5-13). Bangsa Romawi adalah bangsa
penyembah dewa-dewa. Yesus juga mendengarkan permohonan wanita Siro-Fenesia yang anak
perempuannya kerasukan roh jahat. Wanita ini adalah orang asing dari suku-suku penyembah
berhala (Mrk 7:24-30) Yesus rupanya tidak mempersoalkan agama, tetapi belas kasih dan
persaudaraan.
Jika Yesus mau menolong dan membantu orang-orang yang agama dan asal-usulnya tidak
memiliki kesamaan dengan diri-Nya, seperti yang disebutkan di atas, maka kita sebagai pengikut-
Nya pun harus mengikuti tindakan yang dilakukan oleh Yesus tersebut. Melalui kegiatan exposure
ini, dapat dikatakan kami sudah mengikuti apa yang dilakukan oleh Yesus, yaitu menolong dan
membantu sesama dengan tidak memandang agama dan asal-usul mereka. Di Panti Wreda Karitas
tersebut, opa dan oma di sana mayoritas beragama Katolik, namun ada juga yang beragama selain
Katolik, seperti Islam, Buddha, dan Kristen. Asal-usul opa dan oma juga berbeda-beda, ada yang
berasal dari Bandung, Semarang, dan sebagainya. Kami tidak memandang semua itu. Tujuan kami
hanyalah ingin menolong dan membantu oma opa yang ada di sana.
C. Pelayanan (Diakonia)
Yesus datang untuk melayani bukan dilayani. Sebagai murid Kristus, kita juga harus
mengambil sikap untuk melayani, bukan dilayani. Saling melayani, prinsip dasar kehidupan gereja,
itulah panggilan gereja menurut hidup Kristus. Pelayanan dalam perwujudan iman kristiani adalah
dengan mengikuti jejak Kristus. Pelayanan dalam hal ini adalah kerjasama, tolong menolong,
saling membantu, menyadari, dan menghayati bahwa kemerdekaan adalah kesempatan untuk
melayani sesama yang tercapai dalam kebersamaan dan persaudaraan.
Ciri-ciri pelayanan :
1. Ciri religius, pelayanan mempunyai dasar dalam ketaatan kepada Allah Sang Pencipta
(HK. Kasih 1). ”Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati.”
20
2. Kesetiaan pada Kristus sebagai Tuhan dan Guru, pelayanan merupakan wujud konkrit
untuk memberi teladan bahwa kita adalah murid Kristus.
Di Panti Wreda Karitas, kami datang ke sana untuk melayani dan bukan untuk dilayani.
Kami ke sana untuk membahagiakan oma dan opa yang ada di sana. Ini merupakan salah satu
bentuk pelayanan yang dapat kami lakukan sebagai pengikut Yesus.
Dari para pengurus panti dan pegawai di panti tersebut, juga terlihat sikap pelayanan ini.
Para suster di sana sangat sabar dalam melayani oma dan opa di sana. Begitu pula dengan pengurus
yang lain dan para pegawai di sana, mereka dengan sangat sabar melayani kebutuhan yang
diperlukan oleh oma dan opa.
21
Aquinas, The Aquinas Catechism : A Simple Explanation of the Catholic Faith by the Church’s
Greatest Theologian (Manchester N.H.: Sophia Institute Press, 2000), p.249-250). Untuk
mengasihi Allah, kita harus melakukan tiga hal, yaitu:
1. Tidak boleh mempunyai Allah lain, yang dituliskan: Jangan menyembah berhala,
berbaktilah kepada-Ku saja, dan cintailah Aku lebih dari segala Sesuatu;
2. Harus memberikan kepada Allah penghormatan, yang dituliskan: Jangan menyebut
nama Tuhan Allahmu dengan tidak hormat;
3. Kita harus beristirahat di dalam Tuhan, yang dituliskan: Kuduskanlah hari Tuhan.
Dan untuk membuktikan kasih kita kepada Allah, maka kita harus mengasihi sesama
seperti yang dijabarkan dalam perintah yang keempat sampai dengan yang kesepuluh, yaitu:
1. Kita harus mengasihi orang tua kita, yang dituliskan: Hormatilah ibu-bapamu;
2. Kita tidak boleh melukai sesama kita dengan perbuatan – baik dengan melukai
seseorang, yang dituliskan: jangan membunuh; atau merusak perkawinan seseorang,
yang dituliskan: Jangan berzinah; atau mengambil barang atau harta milik sesama, yang
dituliskan: Jangan mencuri;
3. Kita tidak boleh melukai sesama kita dengan perkataan dan pikiran – melukai dengan
perkataan, yang dituliskan: Jangan bersaksi dusta tentang sesamamu; melukai sesama
dengan pikiran, yang dituliskan: Jangan mengingini istri sesamamu dan Jangan
mengingini milik sesamamu secara tidak adil.
Sepuluh Perintah Allah diberikan secara khusus dan ditulis di atas dua loh batu kepada
bangsa Israel. Namun, perintah ini sesungguhnya bukan hanya dituliskan di atas dua loh batu,
namun dituliskan juga oleh Tuhan di dalam setiap hati manusia, baik bangsa Israel maupun bangsa
lain. Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, rasul Paulus menegaskannya demikian “Apabila
bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa
yang dituntut hukum Taurat, maka walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka
menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa
isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran
mereka saling menuduh atau saling membela.” (Rom 2:14-15) Ayat ini menunjukkan bahwa
semua orang, baik orang Yahudi maupun non-Yahudi sebenarnya terikat oleh hukum taurat, yang
intinya adalah mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama. Dan memang itulah kodrat manusia.
22
Pada kegiatan exposure kami, kami menerapkan perintah Allah yang keempat, yang
berbunyi “Hormatilah ibu-bapamu.” Kami melayani oma dan opa di sana dengan penuh hormat.
Kedatangan kami di sana bertujuan untuk mengasihi oma dan opa, yang artinya kami mengasihi
sesama kami. Dan dengan mengasihi sesama tersebutlah, kami juga mengasihi Tuhan.
E. Hukum Kasih
Hukum Kasih atau Hukum yang terutama adalah inti ajaran Yesus Kristus yang terdapat
pada ketiga Injil Sinoptik: Matius 22:37-40, Markus 12:28-34, dan Lukas 10:25-28.
Hukum ini diungkapkan Yesus ketika ada orang-orang Farisi yang ingin mencobai Yesus
dan menanyakan "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Jawab Yesus
kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan
dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang
kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada
kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."(Mat 22:37-40)
Para pengikut Kristus dipanggil oleh Allah bukan berdasarkan perbuatan mereka,
melainkan berdasarkan rencana dan rahmat-Nya. Mereka dibenarkan dalam Tuhan Yesus, dan
dalam baptis iman sungguh-sungguh dijadikan anak-anak Allah dan ikut serta dalam kodrat ilahi,
maka sungguh menjadi suci. Maka dengan bantuan Allah mereka wajib mempertahankan dan
mengembangkan dalam hidup mereka kesucian yang telah mereka terima. Oleh rasul mereka
dinasihati, supaya hidup “sebagaimana layak bagi orang-orang kudus” (Ef 5:3); supaya “sebagai
kaum pilihan Allah, sebagai orang-orang Kudus yang tercinta, mengenakan sikap belas kasihan,
kemurahan, kerendahan hati, kelemah-lembutan dan kesabaran” (Kol 3:12); dan supaya
menghasilkan buah-buah Roh yang membawa kepada kesucian (lih. Gal 5:22; Rom 6:22). Akan
tetapi karena dalam banyak hal kita semua bersalah (lih. Yak 3:2), kita terus-menerus
membutuhkan belaskasihan Allah dan wajib berdoa setiap hari: “Dan ampunilah kesalahan kami”
(Mat 6:12).
Jadi bagi semua jelaslah, bahwa semua orang Kristiani, bagaimanapun status atau corak
hidup mereka, dipanggil untuk mencapai kepenuhan hidup Kristiani dan kesempurnaan cinta
kasih. Dengan kesucian sedemikian ini sebuah kehidupan yang lebih manusiawi dapat dimajukan
di dalam kehidupan masyarakat di dunia ini. Untuk memperoleh kesempurnaan itu hendaklah
kaum beriman mengerahkan tenaga yang mereka terima menurut ukuran yang dikurniakan oleh
23
Kristus, supaya dengan mengikuti jejak-Nya dan merupai citra-Nya, dengan melaksanakan
kehendak Bapa dalam segalanya, mereka dengan segenap jiwa membaktikan diri kepada
kemuliaan Allah dan pengabdian terhadap sesama. Begitulah kesucian Umat Allah akan
bertumbuh dan menghasilkan buah berlimpah, seperti dalam sejarah Gereja telah terbukti dengan
cemerlang melalui hidup sekian banyak orang kudus.” (Konsili Vatikan II, Lumen Gentium 40)
Hukum kasih ini dapat terlihat dari para pegawai dan pengurus Panti Wreda Karitas.
Mereka melayani opa dan oma dengan penuh kasih. Mereka mengasihi oma dan opa seperti yang
mereka lakukan terhadap diri mereka sendiri.
Tindakan mengasihi juga dapat dilihat dalam kegiatan exposure yang kami laksanakan.
Dalam kegiatan tersebut, kami mengasihi sesama kami, mengasihi oma dan opa yang ada di Panti
Wreda Karitas, dengan melayani dan membuat mereka bahagia. Dan dari sinilah mencerminkan
hukum kasih yang kedua, yang berbunyi: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Harapan kami selanjutnya setelah melakukan kegiatan exposure ini adalah kami dapat
membagikan kebahagiaan ke ranah yang lebih luas, yaitu kepada semua orang yang hidup
berdampingan bersama kami. Karena dengan mengikuti dan melaksanakan kehendak Allah untuk
membaktikan diri kepada kemuliaan Allah dan pengabdian terhadap sesama, manusia dapat
berkembang menuju ke arah yang lebih baik.
24