Oleh
Rega Estu Kusumawati, S.Kep
NIM 192311101133
Hari :
Tanggal :
Mahasiswa
NIM 192311101133
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya
terdiri atas 3 jenis dasar, yaitu : osteoblast, osteosit dan osteoklast. Osteoblast
berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang.
Adapun matrik tersusun atas 98% kolagen dan 2% subtansi dasar
(glukosaminoglikan, asam polisakardia) dan proteoglikan. Matriks merupakan
kerangka dimana garam-garam mineral anorganik ditimbun.
Selanjutnya, osteofit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan
fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang). Sementara
osteoklas adalah sel multinuclear (berinti banyak) yang berperan dalam
penghancuran, resorpsi dan remosdeling tulang.
Osteon merupakan unik fungsional mikrokopis tulang dewasa. Di tengah
osteon terdapat kapiler. Di kelilingi kapiler tersebut merupakan matriks
tulangyang di namakan lamella. Di dalam lamella terdapat osteosit, yang
memperoleh nutrisi melalui prosesus yang berlanjut kedalam kanalikuli yang
halus (menghubungkan pembuluh darah sejauh kurang dari 0,1 mili miter).
Tulang diselimuti oleh membrane fibrous padat yang dinamakan
periosteum. Periosteum member nutrisi ketulang dan memungkinkannya
tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan tendon dan ligament. Periosteum
mengandung saraf, pembuluh darah, dan limfatik. Lapisan yang paling dekat
dengan tulang mengandung osteoblast, yang merupakan sel pembentuk tulang.
Endosteum adalah membrane vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum
tulang panjang dan rongga-rongga dalm tulang kanselus. Osteoklast, yang
elarutkan tulang untuk memlihara tulang sumsum, terletak rongga endosteum
dan dalam lacuna hoeship (cekungan pada permukaan tulang).
Struktur tulang dewasa terdiri dari 30% bahan organic (hidup) dan 70%
endapan garam. Bahan organic disebut matriks, dan terdiri dari lebih dari 90%
serat kolagen dan kurang dari 10% proteoglikan (protein plus sakarida).
Deposit garam terutama adalah kalsium dan fosfat, dengan sedikit natrium,
kalium karbonat, dan ion magnesium. Garam-garam menutupi matriks dan
berkaitan dengan serat kolagen melalui proteoglikan. Adanya bahan organic
menyebabkan tulang memiliki kekuatan tensif (resistensi terhadap tarikan yang
meregangkan). Sedangkan garam-garam menyebabkan tulang memiliki
kekuatan kompresi (kemampuan menahan tekanan).
Pembentukan tulang berlangsung secara terus menerus dan dapat berupa
pemanjangan dan penebalan tulang. Kecepatan pembentukan tulang berubah
selama hidup. Pembentukan tulang ditentukan oleh rangsangan hormone,
factor makanan, dan jumlah sters yang dibebankan pada suatu tulang, dan
terjadi akibat aktivitas sel-sel pembentuk tulang yaitu osteoblast.
Osteoblas dijumpai di permukaan luar dan dalam tulang. Osteoblas
berespon terhadap berbagai sinyal kimiawi untuk menghasilkan matriks tulang.
Sewaktu pertama kali dibentuk, matriks tulang disebut osteoid. Dalam
beberapa hari garam-garam kalsium mulai mengendap pada osteoid dan
mengeras selama beberapa minggu atau bulan berikutnya. Sebagian osteoblast
tetap menjadi bagian dari osteoid, dan disebut osteosit atau sel tulang sejati.
Seiring dengan terbentuknya tulang, osteosit di matriks membentuk tonjolan-
tonjolan yang menghubungkan osteosit satu dengan osteosit lainnya
membentuk suatu sistem saluran mikroskopik di tulang.
Kalsium adalah salah satu komponen yang berperan terhadap tulang,
sebagian ion kalsium di tulang tidak mengalami kristalisasi. Garam non Kristal
ini dianggap sebagai kalsium yang dapat di pertukarkan, yaitu dapat di
pindahkan dengan cepat antara tulang, cairan interstisium, dan darah.
Sedangkan penguraian tulang disebut absorpsi, terjadi secara bersamaan
dengan pembentukan tulang. Penyerapan tulang teradi karena aktivitas sel-sel
yang disebut osteoklast. Osteoklast adalah sel fagositik multinukleus besar
yang berasal dari sel-sel mirip monosit yang terdapat di tulang. Osteoklast
tampaknya mengeluarkan berbagai asam dan enzim yang mencerna tulang dan
memudahkan fogositosis. Osteoklas biasanya terdapat pada hanya sebagian
kecil dari potongan tulang, dan memfagosit tulang sedikit demi sedikit. Setelah
selesai disuatu daerah, osteoklas menghilang dan muncul osteoblast. Osteoblast
mulai mengisi daerah yang kosong tersebut dengan tulang baru. Proses ini
memungkinkan tulang tua yang telah melemah diganti dengan tulang baru yang
lebih kuat.
Keseimbangan antara aktivitas osteoblast dan osteoklas menyebabkan
tulang terus menerus diperbarui atau mengalami remodeling. Pada anak dan
remaja, aktivitas osteoblast melebihi osteoklas, sehingga kerangka menjadi
paling panjang dan menebal. Aktivitas osteoklas juga melebihi aktivitas
osteoklas pada tulang yang pulih dari fraktur. Pada orang dewasa muda,
aktivitas osteoblast dan osteoklas biasanya setara, sehingga jumlah total masa
tulang konstan. Pada pertengahan, aktivitas osteoblast melebihi osteoklas dan
kepadatan tulang mulai berkurang. Aktivitas osteoklas juga meningkat pada
tulang-tulang yang mengalami imobilasi. Pada usia decade ketujuh atau ke
delapan, dominasi aktivitas osteoklas dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh
sehingga mudah patah. Aktivitas osteoblast dan osteoklas dikontrol oleh
beberapa factor fisik dan hormone.
Factor-faktor yang mengontrol aktivitas osteoblast dirangsang oleh olah
raga dan stress beban akibat arus listrik yang terbnetuk sewaktu stress
mengenai tulang. Fraktur tulang secara drastic merangsang aktivitas osteoblast,
tetapi mekanismenya belum jelas. Estrogen, testosterone, dan hormone
pertumbuhan adalah promoter kuat bagi aktivitas osteoblast dan pertumbuhan
tulang. Pertumbuhan tulang dipercepat semasa pubertas akibat melonjaknya
kadar hormone-hormon tersebut. Estrogen dan testosterone akhirnya
menyebabkan tulang-tulang panjang berhenti tumbuh dengan merangsang
penutupan lempeng efisis (ujung pertumbuhan tulang). Sewaktu kadar estrogen
turun pada masa menapouse, aktivitas osteoblast berkurang. Defisiensi
hormone pertumbuhan juga mengganggu pertumbuhan tulang.
Vitamin D dalam jumlah keci merangsang klasifikasi tulang secara langsung
dengan bekerja pada osteoblast dan secara tidak langsung dengan merangsang
penyerapan kalsium di usus. Hal ini meningkatkan konsentrasi kalsium darah,
yang mendorong klasifikasi tulang. Namun, vitamin D dalam jumlah besar
meningkatkan kadar kalsium serum dengan meningkatkan penguraian tulang.
Maka, vitamin D dalam jumlah besar tanpa diimbangi kalsium yang adekuat
dalam makanan akan menyebabkan absorpsi tulang.
3. Etiologi Osteosarkoma
Adapun faktor predisposisi yang dapat menyebabkan osteosarkoma antara
lain:
Belakangan ini dikatakan ada dua tumor suppressor gene yang berperan
secara signifikan terhadap tumor igenesis pada osteosarkoma, yaitu protein p53
(kromosom 17) dan Rb (kromosom 13) (Patterson, 2008).
a. Klasifikasi
b. Stadium
6. Pemeriksaan lainnya
7. Penatalaksanaan Osteosarkoma
Belakangan ini osteosarkoma mempunyai prognosis yang lebih baik,
disebabkan oleh prosedur penegakan diagnosis dan staging dari tumor yang
lebih baik, begitu juga dengan adanya pengobatan yang lebih canggih.
Dalam penanganan osteosarkoma modalitas pengobatannya dapat dibagi
atas dua bagian yaitu dengan kemoterapi dan dengan operasi.
1. Kemotrapi
2. Operasi
Saat ini prosedur limb salvage merupakan tujuan yang diharapkan dalam
operasi suatu osteosarkoma. Maka dari itu melakukan reseksi tumor dan
melakukan rekonstruksinya kembali dan mendapatkan fungsi yang
memuaskan dari ekstremitas merupakan salah satu keberhasilan dalam
melakukan operasi. Dengan memberikan kemoterapi preoperatif,
melakukan operasi mempertahankan ekstremitas (limb-sparing resection)
dan sekaligus melakukan rekonstruksi akan lebih aman dan mudah sehingga
amputasi tidak perlu dilakukan pada 90 sampai 95% dari penderita
osteosarkoma. Dalam penelitian terbukti tidak terdapat perbedaan survival
rate antara operasi amputasi dengan limb-sparing resection. Amputasi
terpaksa dikerjakan apabila prosedur limb-salvage tidak dapat atau tidak
memungkinkan lagi dikerjakan. Setelah melakukan reseksi tumor, terjadi
kehilangan cukup banyak dari tulang dan jaringan lunaknya, sehingga
memerlukan kecakapan untuk merekonstruksi kembali dari ekstremitas
tersebut (Ta, 2009).
Biasanya untuk rekonstruksi digunakan endo-prostesis dari metal.
Prostesis ini memberikan stabilitas fiksasi yang baik sehingga penderita
dapat menginjak (weight-bearing) dan mobilisasi secara cepat, memberikan
stabilitas sendi yang baik, dan fungsi dari ekstremitas yang baik dan
memuaskan. Endoprostesis metal dapat meminimalisasi komplikasi post
operasi dibanding dengan menggunakan bone graft.
3. Follow-up Post-operasi
Kerusakan gen
neoplasma
osteosarkoma
Jaringan lunak di
invasi oleh sel tumor
Penimbunan
periosteum di sekitar
lesi
Pertumbuhan tulang
Pembedahan
yang abortif/abnormal
Hambatan mobilisasi
Terputusnya jaringan
9. Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1) Data biografi
Kanker tulang (osteosarkoma) lebih sering menyerang kelompok usia 15 – 25 tahun
(pada usia pertumbuhan). (Smeltzer. 2001: 2347). Rata-rata penyakit ini
terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan
anak perempuan.Tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak di
temukan pada anak laki-laki. Sampai sekarang penyebab pasti belum diketahui.
(Ekayuda, L:1999).
2) Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Nyeri dan atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi
semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan
progresivitas penyakit).
Fraktur patologik.
Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan
yang terbatas. ( Gale. 1999: 245 )
Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya
pelebaran vena.
Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam,
berat badan menurun dan malaise. ( Smeltzer. 2001: 2347 )
b. Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan pernah terpapar dengan radiasi sinar radio aktif dosis tinggi.
Keturunan
Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget
(akibat pajanan radiasi). (Smeltzer. 2001: 2347)
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan ada salah seorang keluarga yang pernah menderita kanker.
3) Pemeriksaan fisik
AKTIFITAS / ISTIRAHAT :
Gejala : Kelemahan dan atau keletiha.
Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari;
adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya, nyeri, ansietas,
berkeringat malam.
Keterbatasan partisipasi dalam hobi, latihan.
Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat
stres tinggi.
SIRKULASI :
Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja.
Kebiasaan : Perubahan pada TD
INTEGRITAS EGO :
Gejala : Faktor stres ( keuangan, pekerjaa, perubahan peran) dan cara
mengatasi stres ( mis: Merokok, menunda mencari pengobatan, keyakinan
religius).
Masalah tentang perubahan dalam penampilan mis: alopesia, pembedahan.
Menyangkal diagnosis, perasan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu,
tidak bermakna, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah.
ELIMINASI :
Gejala : Perubahan pada pola devekasi mis: darah pada feses, nyeri pada
devekasi.
Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
MAKANAN / CAIRAN :
Gejala : Kebiasaan diet buruk ( mis: rendah serat, tinggi lemak adiktif)
Anoreksia, mual/muntah, Perubahan pada berat badan, berkurangnya
massa otot
Tanda : perubahan pada turgor kulit/kelembaban; edema.
NEUROSENSORI :
Gejala : pusing; sinkope.
NYERI ATAU KENYAMANAN :
Gejala : Tidak ada nyeri atau derajat bervariasi mis; ketidaknyamanan
ringan sampai nyeri berat.
PERNAFASAN :
Gejala : Merokok ( tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang
yang merokok). Pemajanan abses.
KEAMANAN :
Gejala : Pemajanan pada kimia toksin, karsinogen.
Pemajanan matahari lama/ berlebihan
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi.
SEKSUALITAS :
Gejala : Masalah seksual misal; dampak pada hubungan, perubahan pada
tingkat kepuasan.
Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun.
Multigravida, pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini.
INTERAKSI SOSIAL :
Gejala : Ketidak adekuatan / kelemahan sistem pendukung.
Riwayat perkawinan ( berkenan dengan kepuasan dirumah,
dukungan atau bantuan)
Masalah tentang fungsi / tanggung jawab peran.
PENYULUHAN ATAU PEMBELAJARAN :
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga mis; ibu atau bibi dengan kanker.
Sisi primer: Penyakit primer, tangga ditemukan/ didiagnosis.
Riwayat pengobatan : pengobatan sebelumnya untuk tempat kanker
dan pengobatan yang diberikan.
4) Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan destruksi
tulang.
2. CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru.
3. Biopsi terbuka menentukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi
tindakan insisi, eksisi,biopsi jarum, dan lesi- lesi yang dicurigai.
4. Skening tulang untuk melihat penyebaran tumor.
5. Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan alkalin
fosfatase.
6. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan
penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya.
7. Scintigrafi untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya “skip lesion”,
5) Data Psikososial
Kaji adanya kecemasan, takut ataupun depresi.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubunga degan proses penyakit (kompresi/ destruksi
jaringan saraf, infiltrasi saraf/ suplai vaskulernya, inflamasi).
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka
neuromuskuler; nyeri / ketidaknyamanan; terapi destriktif (imobilisasi
tungkai).
3. Resiko cedera b.d kerusakan struktur tulang
4. Gangguan citra tubuh b/d kecacatan bedah, efeksamping kemoterapi atau
radio terapi.
A. Rencana Asuhan Keperawatan
no Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Mampu mengontrol nyeri Paint management
keperawatan selama 1X6 jam (tahu penyebab nyeri, 1. Kaji nyeri secara komprehensif
diharapkan nyeri dapat mampu menggunakan (lokasi, karakteristik, durasi,
berkurang tehnik nonfarmakologi frekuensi, kualitas, dan faktor
untuk mengurangi nyeri, presipitasi)
NOC: mencari bantuan) 2. Beri penjelasan mengenai
1. Pain level 2. Melaporkan bahwa nyeri penyebab nyeri
2. Pain control berkurang dengan 3. Observasi reaksi nonverbal dari
3. Comfort level menggunakan manajemen ketidaknyamanan
nyeri 4. Segera immobilisasi daerah
3. Mampu mengenali nyeri fraktur
(skala, intensitas, 5. Tinggikan dan dukung
frekuensi, dan tanda ekstremitas yang terkena
nyeri) 6. Ajarkan pasien tentang
4. Menyatakan rasa nyaman alternative lain untuk mengatasi
setelah nyeri berkurang dan mengurangi rasa nyeri
7. Ajarkan teknik manajemen stress
misalnya relaksasi nafas dalam
8. Kolaborasi dengan tim kesehatan
lain dalam pemberian obat
analgeik sesuai indikasi
2. Hambatan mobilitas fisik b/d Setelah dilakukan tindakan 1. Pasien meningkat dalam Exercise therapy: ambulation
keperawatan selama 2X24 jam aktivitas fisik 1. Kaji derajat immobilisasi yang
kerusakan rangka diharapkan pasien mampu 2. Mengerti tujuan dari dihasilkan oleh cidera
neuromuskuler, nyeri, terapi melakukan mobilitas fisik peningkatan mobilitas 2. Dorong partisipasi pada aktivitas
3. Memverbalisasikan terapeutik
restriktif (imobilisasi) NOC: perasaan dalam 3. Bantu pasien dalam rentang
1. Joint movement: active meningkatkan kekuatan gerak aktif atau pasif
2. Mobility level dan kemampuan 4. Ubah posisi secara periodik
3. Self care: ADL berpindah 5. Kolaborasi dengan ahli
4. Transfer performance 4. Memperagakan terapi/okupasi/rehabilitasi medis
penggunaan alat bantu
untuk mobilisasi
5.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi II. Jakarta: EGC .
Herdman, T.H & Kamitsuru, S. (Eds). 2015. Nursing Diagnoses: Definition and
Classification 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell.
Price, S.A & Wilson, L.M. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit, Edisi 6, Volume 2. Jakarta: EGC.