Anda di halaman 1dari 8

HISTOLOGI TULANG

Sebagai unsur utama dari kerangka dewasa, jaringan tulang berfungsi untuk;
1. Menunjang struktur tubuh
2. Melindungi organ-organ vital (rongga kranium, rongga dada)
3. Mengandung sumsum tulang, tempat pembentukan sel-sel darah merah.
4. Sebagi cadangan kalsium, fosfat, dan ion lain yang dapat dibebaskan atau ditimbun
secara terkendali untuk mempertahankan konsentrasi tetap ion-ion penting ini dalam
cairan tubuh.
5. Membentuk sistem pengungkit yang melipatgandakan kekuatan yang timbul akibat
kontraksi otot rangka, menghsilkan gerak tubuh.
Tulang adalah jaringan ikat khusus yang terdiri atas materi intersel yang mengapur,
yaitu matriks tulang dan 3 jenis sel:
A. Osteosit, (Yn. Osteon, tulang, + kytos, sel) yang terdapat dalam rongga (lakuna) di dalam
matriks.
B. Osteoblas, (Yn. Osteon, tulang, + blastos, benih) yang membentuk komponen organik dari
matriks.
C. Osteoklas, (Yn. Osteon, + klastos, pecah) yang merupakan sel raksasa berinti banyak yang
berperan pada resorbsi dan pembentukan kembali jaringan tulang.
Karena metabolit tidak dapat berdifusi melalui matriks tulang yang telah mengapur, maka
pertukaran antara osteosit dan kapiler darah bergantung pada komunikasi selular melalui
kanalikuli, (Yn. Canalis, saluran) yaitu celah-celah silindris halus yang menembus matriks.

Endosteum melapisi permukaan dalam tulang dan periosteum melapisi permukaan luar tulang.

SEL TULANG
A. Osteoblas:
Osteoblas berfungsi mensintesis komponen organik dari matriks tulang (kolagen tipe I,
proteoglikans, dan glikoprotein). Bila osteoblas aktif dalam pembuatan matriks tulang maka akan
berbentuk kuboid hingg silindris dengan sitoplasma basofil. Bila aktifitas mensintesis berkurang,
maka bentuknya menjadi gepeng, basofil pada sitoplasmanya mengurang. Osteoblas memiliki
juluran sitoplasma yang bersentuhan dengan osteoblas didekatnya. Begitu terkurung oleh matriks
yang baru saja dibentuk maka disebut sebagai osteosit.
B. Osteosit:
Osteosit yang asalnya dari osteoblas, terdapat dalam lakuna yang berada di antara lamel-lamel.
Di dalam lakuna hanya terdapat satu osteosit. Di dalam kanalikuli silindris halus terdapat juluran
sitoplasma dari osteosit.
C. Osteoklas :
Osteoklas adalah sel motil bercabang banyak yang sangat besar. Bagian badan sel yang
melebar mengandung 5-50 lebih inti. Cabang-cabang selnya tidak teratur dan mempunyai
berbagai bentuk dan ukuran. Osteoklas menghasilkan asam, kolagenase, dan enzim proteolitik
lain yang menyerang matriks tulang dan membebaskan substansi dasar yang mengapur dan
secara aktif terlibat dalam membersihkan debris yang terjadi selama resorbsi tulang.
MATRIKS TULANG
Materi anorganik merupakan lebih kurang 50% berat kering matriks tulang. Kalsium dan
fosfor sangat banyak, namun bikarbonat, sitrat, magnesium, kalsium dan natrium juga ada
(kalsium fosfat [85%], kalsium karbonat [10%], kalsium fluorida dan magnesium fluorida) .
Materi organik adalah 95% serat serat kolagen tipe I dan substansi dasar amorf, yang
mengandung proteoglikan.
PERIOSTEUM DAN ENDOSTEUM
Permukaan luar dan dalam tulang ditutupi oleh lapisan sel-sel pembentuk tulang dan jaringan
ikat yang disebut periosteum dan endosteum.
Periosteum terdiri atas lapisan luar yaitu serat-serat kolagen dan fibroblas. Berkas serat-serat
periosteum, yang disebut serat Sharpey, yang menerobos matriks tulang, melekatkan
periosteum pada tulang. Lapis dalam yang lebih seluler dari periostuem terdiri atas sel-sel
gepeng dengan potensi membelah melalui mitosis dan berdeferensiasi menjadi osteoblas.
Endosteum melapisi semua permukaan rongga di dalam tulang dan terdiri atas selapis sel
osteoprogenitor gepeng dan sedikit sekali jaringan ikat.
Fungsi utama periosteum dan endosteum adalah nutrisi jaringan tulang dan persediaan secara
tetap osteoblas baru untuk keperluan perbaikan atau pertumbuhan tulang.

JENIS JARINGAN TULANG


Ada dua jenis; primer, imatur, atau tulang bertenun (woven bone); dan sekunder,
matur, atau tulang lamelar.
Jaringan Tulang Primer :
Jaringan tulang yang petama kali terbentuk selama perkembangan embrional, pada fraktur dan
proses penyembuhan yang lain. Pengamatan secara umum terhadap tulang yang terpotong
melintang menampakkan daerah-daerah padat tanpa rongga-yaitu daerah tulang padat
(kompak) dan daerah-daerah dengan banyak rongga yang bersinambungan-yaitu tulang spons
(kanselosa).
Pada tulang panjang, ujung-ujungnya membulat disebut epifisis (Yn. Epifisis, suatu tonjolan
abnormal) terdiri atas tulang spons yang ditutupi oleh selapis tipis tulang kompak. Bagian
silindris diafisis (Yn.Diaphisis, pertumbuhan antara) hampir seluruhnya terdiri atas tulang
kompak, dengan sedikit tulang spons pada permukaan dalam sekitar rongga sumsum tulang.
Celah-celah pada tulang spons dan rongga sumsum dalam diafisis tulang panjang
mengandung sumsum tulang, yang ada dua jenisnya; sumsum tulang merah, tempat
pembentukan sel-sel darah merah; dan sumsum tulang kuning yang terutama terdiri atas sel-sel
lemak.
Jaringan Tulang Sekunder :
Tulang sekunder adalah variasi yang umumnya dijumpai pada orang dewasa. Secara khas
tampak serat-serat kolagen tersusun dalam lamel yang paralel satu sama lain atau tersusun secara
konsentris yang mengelilingi kanal vaskular. Kompleks seluruhnya terdiri atas lamel-lamel
tulang konsentris, mengelilingi saluran yang mengadung pembuluh darah, saraf, dan jaringan
ikat longgar disebut sebuah sistem havers atau osteon.

HISTOGENESIS
Tulang dapat dibentuk dalam dua cara: melalui mineralisasi langsung pada matriks yang
disekresi oleh osteoblas (osifikasi intramembranosa) atau melalui penimbunan matriks tulang
pada matriks tulang rawan sebelumnya (osifikasi endokondral).

Osifikasi Intramembranosa
Osifikasi intramembranosa, sumber hampir semua tulang pipih, karena berlangsung di dalam
daerah-daerah pemadatan jaringan mesenkim. Tulang frontal dan parietal tengkorak, selain
bagian tulang oksipital dan temporal dan mandibula dan maksila dibentuk melalui proses ini.
Dalam lapis padatmesenkim, titik awal osifikasi disebut pusat osifikasi primer. Proses ini
dimulai bila kelompok sel-sel berdiferensiasi menjadi osteoblas. Matriks tulang yang baru
terbentuk dan diikuti kalsifikasi, mengakibatkan terkurungnya beberapa osteoblas, yang
kemudian menjadi osteosit.
Sel-sel jaringan mesenkim padat membelah, menghasilkan lebih banyak osteoblas, yang
berfungsi melanjutkan pertumbuhan pusat osifikasi. Berbagai pusat osifikasi tulang tumbuh
secara radial dan akhirnya menyatu mengganti jaringan ikat yang ada di situ.
Bagian laipsan jaringan ikat yang tidak mengalami osifikasi akan menjadi endosteum dan
periosteum dari tulang intramembranosa.

Osifikasi Endokondral
Osifikasi endokondral (Yn. endon, di dalam + chondros, tulang rawan) terjadi di dalam sepotong
tulang rawan hialin yang bentuknya menyerupai contoh atau model kecil dari tulang yang akan
dibentuk.
Pada dasarnya, osifikasi endokondaral terbagi dalam 2 tahap. Tahap pertama mencakup
hipertrofi dan destruksi kondrosit dari model tulang, berakibat terjadinya lakuna melebar yang
dipisahkan oleh septa matriks tulang rawan yang mengapur. Tahap kedua, sebuah kuncup
osteogenik terdiri atas sel-sel osteoprogenitor dan kapiler-kapiler darah menerobos ke
dalam celah-celah yang ditinggalkan oleh kondrosit yang berdegenerasi. Sel osteoprogenitor
menghasilkan osteoblas, yang menutupi septa tulang rawan dengan matriks tulang. Septa
jaringan tulang rawan yang mengapur berfungsi sebagai penunjang bagi awal osifikasi.
Tulang panjang dibentuk dari model tlang rawan dengan bagian yang melebar (epifisis) pada
setiap ujung batang silindris (diafisis). Jadi sebuah silinder tulang berongga, kerah tulang,
dibentuk pada bagian dalam perikondrium yang mengelilingi tulang rawan. Perikondrium ini
kemudian disebut periosteum karena menutupi tulang yang baru dibentuk itu. Di bagian dalam
kerah tulang, kondrosit dari model tulang rawan mulai berdegenerasi, dan kehilangan
kemampuan untuk mempertahankan matriks; terbentuk timbunan kalsium, dan tulang rawannya
menjadi terkalsifikasi.
Pembuluh-pembuluh darah dari kuncup osteogenik, yang berasal dari periosteum masuk
melalui lubang-lubang yang dibuat oleh osteolkas dalam kerah tulang, menerobos matriks tulang
rawan yang mengapur. Bersama-sama pembuluh-pembuluh darah ikut masuk sel-sel
osteoprogenitor ke daerah ini; mereka berproliferasi dan menghasilkan osteoblas. Osteoblas ini
membentuk lapisan utuh di atas matriks tulang rawan yang mengapur dan mulai menghasilkan
matriks tulang rawan yang mengapur dan mulai menghasilkan matriks tulang. Jadi pembuatan
tulang primer berlangsung di atas sisa-sisa tulang rawan yang mengapur. Sel-sel induk sumsum
tulang beredar dalam darah dan masuk ke dlam tulang yang sedang dibentuk melalui kuncup
osteogenik.
Pertumbuhan memanjangnya berakhir bila seluruh diafisis telah dihuninya, yang pada saat itu
seluruhnya telah menjadi jaringan tulang. Perluasan pusat osifikasi primer ini dibarengi oleh
perluasan kerah tulang periosteum, yang juga melus ke arah epifisis. Sejak awal pembentukan
pusat osifikasi, osteoklas bekerja aktif, dan penyerapan tulang berlangsung di pusat, berakibat
terbentuknya rongga sumsum yang meluas ke arah epifisis bersamasama meluasnya osifikasi ke
arah ujung-ujung yang pada akhirnya seluruhnya menjadi model tulang.
Pada tahap lanjut perkembangan embrio, timbul sebuah pusat osifikasi sekunder pada pusat
masing-masing epifisis. Fungsi pusat-pusat ini sama dengan yang pada pusat primer, namun arah
pertumbuhannya ialah radial dan bukan memanjang.. Tulang rawan sendi tidak memiliki
perikondrium, ekivalennya kerah tulang tidak dibentuk di sini.
Bila jaringan tulang yang berasal dari pusat sekunder telah menempati epifisis, maka tulang
rawan hanya tersisa pada 2 tempat: tulang rawan sendi, yang menetap selama hidup dan tidak
terlibat dalam pembentukan tulang; dan tulang rawan epifisis atau lempeng epifisis, yang
menghubungkan epifisis dengan diafisis. Sementara tulang rawan dari lempeng epifisis tumbuh,
ia secara tetap diganti oleh matriks tulang yang baru dibentuk terutama dari pusat diafisis. Tidak
ada pertumbuhan memanjang lagi pada tulang setelah lempeng epifisis berhenti tumbuh.
Tulang rawan epifisis dibagi dalam 5 zona, dimulai dari sisi tulang rawan epifisis:
(1) Zona rehat (zona cadangan) terdiri atas tulang rawan hialin tanpa perubahan morfologi dalam
sel.
(2) Zona proliferasi, kondrosit dengan cepat membelah dan membentuk kolom-kolom (kelompok-
kelompok isogen) sel sejajar dengan sumbu panjang tulang.
(3) Zona hipertrofi tulang rawan mengandung kodrosit-kondrosit besar yang sitoplasmanya
berisikan glikogen.
(4) Bersamaan dengan matinya kondrosit dalam zona pengapuran (kalsifikasi) tulang rawan septa
tipis matriks tulang rawan akan mengapur dengan diendapkan hidroksiapatit.
(5) Dalam zona osifikasi (penulangan) dibentuk jaringan tulang endokondral. Kapiler darah dan sel-
sel osteoprogenitor, yang dibentuk melalui mitosis sel-sel yang berasal dari periosteum,
menyusup ke dalam rongga-rongga yang ditinggalkan oleh kondrosit.
Pertumbuhan tulang panjang adalah proses majemuk. Epifisis membesar akibat
pertumbuhan tulang rawan secara radial, diikuti oleh osifikasi endokondral. Dengan cara ini
bagian spons epifisis akan bertambah.
Diafisis (bagian tulang yang dibentuk di antara epifisis) pada mulanya terdiri tas tulang
slindris. Karena epifisis bertumbuh lebih cepat, ujung-ujung diafisis menjadi lebih besar,
membentuk 2 corong diafisis yang dipisahkan oleh batang diafisis.
Tulang panjang akan bertambah panjang sebagia akibat aktifitas lempeng epifisis dan
bertambah lebar sebagai akibat aposisi tulang yang dibentuk oleh periosteum. Bila tulang rawan
lempeng epifisis berhenti tumbuh, ia diganti oleh jaringan tulang melalui proses osifikasi.
Penutupan epifisis ini mengikuti suatu proses yang kronologis pada setiap tulang dan selesai
pada usia sekitar 20 tahun.
Perbaikan fraktur
Bila sebuah tulang patah, matriks tulang rusak dan sel-sel tulang yang berdekatan dengan daerah
fraktur akan mati. Pembuluh-pembuluh darah yang cedera mengakibatkan perdarahan setempat
dengan pembentukan bekuan darah.
Selama perbaikan, bekuan darah, sel-sel, dan matriks tulang yang rusak dibersihkan oleh
makrofag. Periosteum dan endosteum di sekitar daerah fraktur memberi respon berupa
proliferasi hebat dari sel-sel osteoprogenitor, yang membentuk jaringan seluler sekeliling fraktur
dan menyusup di antara ujung-ujung fraktur tulang itu.
Kemudian dibentuk tulang muda melalui proses osifikasi endokondral dari fragmen tulang rawan
kecil yang muncul dalam jaringan ikat fraktur. Tulang juga dibentuk melalui osifikasi
intramebranosa. Karennya secara bersamaan ditemukan daerah-daerah tulang rawan, osifikasi
intramebranosa, dan osifikasi endokondral pada daerah fraktur. Proses perbaikan berlangsung
sedemikian rupa sehingga terbentuk trabekel-trabekel tidak beraturan yang untuk sementara
menyambung ujung-ujung tulang yang patah, membentuk yang disebut kalus tulang.

Anda mungkin juga menyukai