Anda di halaman 1dari 35

OROKRANIOFASIAL;

SENDI RAHANG DAN KRANIUM

Disusun oleh:
Ari Stevanofiq Manendra Muhtar
Ninda Putri Wahyuni
Nadhira Dewi Hanana
Qurrota Ainun Mardliyyah Ahmad
Zela Puteri Nurbani
Hasti Raissa
Friselsa Pardede
Muhammad Adnan Fanani
Ratu Nabila Larasati

Rumusan Masalah

1.Apa yang dimaksud dengan anatomi


2. Bagaimana suatu organ dapat dilihat secara
a.mikro

c. radiografis

b.makro
3. Bagaimana struktur anatomi dan komponen dari cranium beserta
istilah-istilah asingnya?
4. Bagaimana struktur anatomi dan komponen sendi rahang beserta
istilah asingnya?
5. Bagaimana mekanisme pergerakan sendi rahang?

Sasaran Pembelajaran
1. Dapat menjelaskan pengertian dari Anatomi.
2. Dapat menerangkan cara melihat organ Kranium dan Sendi
Rahang dari cara mikro, makro, dan juga radiografis.
3. Dapat mengidentifikasi struktur anatomi dan komponenkomponen dari Kranium beserta dengan istilah-istilah asingnya.
4. Dapat mengidentifikasi struktur anatomi dan komponenkomponen dari Kranium beserta dengan istilah-istilah asingnya .
5. Dapat menjelaskan mekanisme pergerakan dari sendi rahang.

PEMBAHASAN
1. Anatomi
A. DEFINISI ANATOMI

Mempelajari anatomi adalah wajib bagi mahasiswa kedokteran dan kedokteran


gigi karena terdapat beberapa jenis pekerjaan praktis serta kasus yang melibatkan
anatomi sehingga diperlukan diseksi atau ilmu anatomi.
Anatomi adalah ilmu urai yang berarti ilmu yang mempelajari suatu bentuk
dengan menguraikannya ke dalam beberapa bagian. Kata anatomi berasal dari Yunani,
yaitu ana yang berarti "naik" dan tome- yang berarti "pemotongan ". Anatomi telah
berkembang termasuk mempelajari anatomi perkembangan atau embriologi dan
anatomi evolusi atau perbandingan termasuk antropologi biologis. Anatomi dibagi
menjadi 2, yaitu anatomi topografi atau anatomi makro dan anatomi mikro (jaringan).
Anatomi makro mempelajari struktur biologis yang dapat dilihat dengan mata.

Sementara anatomi mikro membutuhkan alat bantu mikroskop untuk mempelajari


suatu sel atau jaringan. Selain itu, makhluk hidup juga dapat dipelajari secara
radiografis. Banyak organ dan jaringan-jaringan yang dapat dilihat melalui radiogram,
seperti X-ray, MRI (magnetic resonance imaging).
B. ANATOMI TULANG
Sel-Sel Utama Tulang
1

Osteoblas yaitu sel pembentuk tulang yang bekerja membentuk dan


mensekresikan kolagen dan nonkolagen organik (komponen matriks tulang).

Osteoblast berperan dalam mineralisasi matriks organik.


Osteoklas yaitu sel pemecah tulang dimana substansi ini merupakan sel
terpenting pada resorpsi tulang yang berasal dari sel induk sumsum tulang
(penghasil makrofag-monosit).

Tulang diselaputi oleh sebuah selaput tipis yang disebut dengan periosteum.
Periosteum adalah lapisan ganda jaringan ikat padat. Lapisan luar dari periosteum
mengandung pembuluh darah dan saraf. Sedangkan lapisan dalam periosteum
mengandung sel lapisan tunggal pembentuk tulang yang disebut dengan osteoblast.
Lapisan paling dalam dari periosteum adalah lapisan padat tulang kompakta.
Dimana di dalam tulang kompakta ini terdapat tulang berorangga atau tulang
cancellous. Kedua tulang ini memiliki komponen sel yang sama tetapi memiliki
komponen penyusun yang berbeda. Perbedaan dari 2 tipe tulang ini meliputi
kepadatan tulang dan juga ukuran serta jumlah jaringan lunak yang ada di keduanya.
Tulang kompakta bersifat kuat karena memiliki sedikit jaringan lunak. Sebaliknya,
tulang kanselus bersifat ringan karena terbentuk dari sebagian tulang padat yang
bergabung membentuk sebuah kisi. Tulang kanselus tidak bersifat kuat karena
memiliki jaringan lunak yang banyak.
Lapisan kavitas medulla tulang yang berada di dalam lapisan tulang kompakta dan
tulang kanselus disebut endosteum. Endosteum memiliki komposisi yang sama
seperti periosteum teapi lebih tipis. Pada bagian paling dalam tulang terdapat lapisan
kavitas medulla yang disebut dengan sumsum tulang. Substansi yang bersifat seperti
agar-agar (gelatinous) ini merupakan tempat sel induk darah berada dan merupakan
tempat dimatangkannya limfosit. Sel induk ini dapat memproduksi sel darah.

Histologi Tulang

Tulang mengandung jutaan sel dan ada bagian yang disebut dengan matriks yang
mengandung 50% material anorganik. Material anorgani ini disimpan dalam matriks
diantara sel tulang. Matriks tersusun dari serat kolagen organic dan substansi
interseluler. Substansi orgnanik yang menyusun tulang ini sebagain besar terbuat dari

kalsium hidroksiapatit dengan rumus molekul Ca10(PO4)6(OH)2. Zat ini yang


menyebabkan tulang bersifat kuat. Jenis yang sama dari Kristal anorgansik ini juga
ditemukan di jaringan gigi seperti enamel, dentin dan sementum. Mineral lain yang
terdapat dalam tulang namun ditemukan dalam jumlah sedikit antara lain adalah
magnesium, kalium, kalsium karbonat dan florida.

Matriks tulang tersusun dari osteoid yang mengalami mineralisasi. Osteoid diproduksi
oleh osteoblast yaitu sel kubus yang keluar dari fibroblast. Osteoblast juga terlibat
dalam mineralisasi osteoid untuk membentuk tulang. Lapisan yang selalu muncul di
periosteum adalah lapisan osteoblast pada permukaan luar dari tulang kompakta yang
berfungsi saat terjadi remodelling tulang dan memperbaiki kerusakan tulang.
Dalam kalsifikasi tulang terdapat osteosit yang menampung osteoblast matang. Sama
halnya dengan kondrosit, tubuh sel dari osteosit dilingkupi oleh tulang kecuali tempat
yang secara langsung mengitarinya seperti lacuna. Proses sitoplasmik dari osteosit
mengalami radiasi ke luar pada semua arah di dalam tulang dan bertempat di kanal
tubular dari matriks atau disebut kanalikuli. Kanal ini memfasilitasi interaksi antar
osteosit. Tidak seperti kondrosit, osteoblast tidak pernah mengalami mitosis. Satu
lacuna mengandung satu osteosit.
Matriks tulang dalam tulang kompakta dibentuk di dalam lamela. Di dalam dan di
antara lamela terdapat osteosit yang tertanam dengan proses sitoplasmik di dalam
kanal. Susunan yang teroganisir dari lamela konsentris dalam tulang
disebut dengan sistem havers.

kompakta

Dalam sistem havers, lamela membentuk lapisan konsentris dari matriks ke dalam
sebuah tabung yang disebut osteon di sekitar tempat jaringan halus atau disebut
dengan saluaran havers. Osteon merupakan satuan dari struktur dalam tulang
kompakta yang terdiri dari 5 sampai 20 lamela. Susunan di dalam osteon ini serupa
dengan pertumbuhan lingkaran tahun daalam penampang melintang batang pohon.
Namun apabila jumlah lingkaran pada batang pohon akan bertambah setiap tahun,
lingkaran pada sistem havers bertambah setiap waktu, tidak melihat berapa jumlah
lamela konsentris yang terlibat. Saluran havers adalah saluran vascular pusat yang
mengandung pembuluh darah, saraf dan beberapa jaringan ikat dan dibatasi oleh
endosteum. Saluran havers ini berkomunikasi bukan hanya dengan sesama saluran
havers tetapi juga dengan proses osteotik di kanalikuli. Saluran havers ini juga
menyediakan nutrisi sel untuk jaringan tulang. Saluran havers dapat disebut juga
dengan ostenic atau saluran pusat.

Terletak di luar saluran havers terdapat saluran Volkmann atau saluran nutrisi yang
mengandung komponen vascular dan komponen saraf yang sama dengan saluran
Havers dan juga dibatasi oleh endosteum.
Tulang kanselus mempunyai matriks tulang yang dibentuk dalam trabeculae atau
gabungan beberapa matris yang membentuk kisi. Lamela dari matriks tulang kanselus
tidak tersusun dalam lapisan konsentris dalam pembuluh darah pusat tulang
kompakta, tetapi lingkaran konsentrisnya benbentuk kerucut spikula. Osteosit di

dalam lacuna dengan proses sitoplasmiknya berlokasi diantara lamela dari trabeculae.
Di sekitar trabekula terdapat jaringan lunak yang mengandung saluran vascular
dengan pembuluh darah, saraf dan bermacam-macam jaringan ikat. Tempai ini juga
menyediakan sumber nutrisi untuk kisi jaringan tulang.
Perkembangan Tulang
Perkembangan tulang atau osifikasi mempunyai dua metode perkembangan yaitu
intramembran dan endokondral osifikasi. Tulang yang diproduksi oleh kedua
metode ini secara mikroskopik terlihat sama, hanya proses pembentukannya yang
berbeda. Osifikasi intramembrane adalah pembentukan osteoid diantara lapisan
jaringan ikat padat yang kemudian menggantikan jaringan ikat di luarnya. Selama
osifikasi intramembrane berlangsung, sel mesenkim berdiferensiasi ke dalam
osteoblast untuk membentuk osteoid.

Osifikasi intramembran menggunakan metode perkembangan apposisi yang serupa


dengan kartilagonya, degan lapisan osteoid yang masih diproduksi. Osteoid kemudian
mengalami mineralisasi untuk membentuk tulang. Beberapa tulang di dalam tubuh
seperti tulang pipih yang menyusun cranium dan klavikula dapat dibentuk
menggunakan metode ini. Maksila dan mayoritas mandibular juga dibentuk
mengguakan metode osifikasi intramembran.
Endokondral osifikasi adalah proses pembentukan tulang dari osteoid dalam model
kartilago hialin yang kemudian mengalami demineralisasi dan mati. Osteoblast
mempeneterasi kartilago yang terdisintegrasi dan membentuk pusat osifikasi primer

yang berlanjut pada pembentukan osteoid di akhir selama perkembangan prenatal.


Matriks tulangnya secara tidak langsung menggantikan model kartilago. Jenis
osifikasi ini digunakan pertama kali pada perkembangan interstitial dari jaringan
kartilago inisial untuk membentuk model atau pola dari bentuk tulang yang akan
dibentuk.
Beberapa tulang panjang di dalam tubuh dibentuk menggunakan metode endokondral
osifikasi karena metode ini dapat membebaskan tulang untuk berkembang dengan
panjang dari dalam jaringannya. Setelah kelahiran, pusat osifikasi sekunder yang
membebaskan pertumbuhan tulang selanjutnya juga terbentuk. Apabila dikaitkan
dengan orokraniofasial, kepala dari kondil mandibular terbentuk menggunakan
metode osifikasi endokondral.
Diluar dari metode perkembangannya, tulang juga memiliki beberapa tahapan.
Tahanpan pertama disebut tulang immature yaitu keadaan dimana lamela terlihat
samar-samar karena susunan yang belum sempurna dari serat kolagen dan lemela,
baik di dalam sistem Havers atau trabekula. Tulang immature adalah jaringan
temporer yang dapat digantikan dengan jaringan yang lebih matang atau disebut
tulang sekunder. Tergantung pada kebutuhan yang spesifik dari tulang di dalam area
yang dibutuhkan, tulang sekunder dapat menjadi kompkata atau kanselus.
Berkebalikan dengan tulang immature, tulang sekunder mempunyai susuan serat
kolagen dan lamela yang jelas.

2. KRANIUM
A. ANATOMI KRANIUM

Kranium terdiri dari tulang kranial (yang berfungsi melindungi otak) dan tulang
wajah. Tulang kranial terdiri dari 8 tulang; 1 tulang frontal , 2 tulang parietal bones, 2
tulang temporal, 1 tulang occipital, 1 tulang sphenoid, dan 1 tulang ethmoid.

Tulang frontal membentuk dahi, langit-langit rongga nasal, dan langit-langit kantong
mata (orbita). Tulang frontal terdiri dari:

Tuberositas frontal, 2 tonjolan berbeda ukuran

Arkus supersillar, 2 lengkungan yang mencuat dan menyatu secara medial

Tepi supraorbital, yang membentuk tepi orbita bagian atas

Foramen supraorbital, jalan masuk arteri dan saraf.

Tulang parietal membentuk sisi dan langit-langit kranium. Tulang parietal terdiri
dari:

Sutura sagital, menyatukan tulang parietal kiri dan kanan

Sutura koronal menyambung tulang parietal ke tulang frontal

Sutura lambdoidal, menyambung tulang parietal ke tulang oksipital .

Tulang oksipital membentuk bagian belakang kranium. Tulang oksipital terdiri dari:

Foramen magnum, menghubungkan rongga kranial dengan rongga spinal

Protuberans oksipital eksternal, suatu bagian yang menonjol

Kondilus oksipital, dua prosessus oval untuk artikulasi dengan vertebra


servikal pertama.

Tulang temporal membentuk dasar dan bagian sisi dari kranium. Tulang temporal
terdiri dari:

Bagian squamosal, lempeng tipis dan pipih yang membentuk pelipis.


Terdapat sebuah prosessus melengkung (zygoma atau prosessus zygomatikus)
yang menonjol ke depan dari bagian inferior.

Bagian petrous, terletak di dalam dasar tengkorak. Berisi struktur telinga


tengah dan telinga dalam

Bagian mastoid, terletak di bawah liang telinga. Prosesus mastoid adalah


tonjolan bulat di belakang telinga.

Bagian timpani, bagian yang berisi saluran telinga (meatus auditori).

Tulang etmoid adalah struktur penyangga rongga nasal. Tulang ini berperan dalam
pembentukan orbita mata. Tulang etmoid terdiri dari:

Lempeng plate kribiform, lempeng horizontal kecil tempat lewat nervus


olfaktorius yang menghantar sensasi penciuman. Bagian krista galli adalah
bagian yang menonjol ke dalam rongga kranial

Lempeng perpendikular, membentuk bagian septum nasal yang memisahkan


2 rongga nasal

Massa lateral yang mengandung sel-sel udara atau sinus etmoid

Konka nasal superior dan tengah atau turbinatum yang menonjol secara
medial dan memperluas area permukaan rongga nasal.

Tulang sphenoid berbentuk terbentang. Tulang ini membentuk dasar anterior


kranium. Tulang sfenoid terdiri dari:

Sela tursika atau badan sfenoid tempat kelenjar hipofisis

Sayap besar atau sayap kecil

Prosesus pterigoid yang menonjol ke arah inferior dan membentuk dinding


rongga nasal.

B. Kranium terdiri dari tulang wajah (yang tidak bersentuhan dengan otak).
Tulang tersebut disatukan sutura yang tidak dapat bergerak, kecuali pada
mandibula. Tulang wajah terdiri dari 14 tulang, yakni 2 maxilla, 2 tulang
zygomatic , 1 mandibula, 2 tulang lacrimal, 2 tulang palatina, 2 konka nasal
inferior, 2 tulang nasal dan 1 vomer.

Tulang-tulang nasal membentuk penyangga hidung dan


berartikulasi dengan septum nasal (dinding hidung).
Tulang-tulang palatum membentuk bagian posterior langit-langit
mulut, bagian tulang orbital, dan bagian rongga nasal.
Tulang-tulang zigomatik membentuk tonjolan pada tulang pipi.

Tulang lakrimal ,kecil dan tipis, terletak di antara tulang etmoid


dan maksila. Tulang ini berisi celah untuk lintasan duktus lakrimal,
yang mengalirkan air mata ke rongga nasal.
Tulang vomer membentuk bagian tengah langit-langit di antara
palatum dan maksila, dan ikut membentuk septum nasal.
Konka nasal inferior memperluas area permukaan rongga nasal.
Tulang-tulang maksilar membentuk rahang atas. Tulang ini terdiri
dari:

Prosesus alveolar yang mengandung soket gigi bagian atas

Prosesus zigomatikus, memanjang ke luar untuk bersatu


dengan tepi onfraorbital di orbita

Prosesus palatinus, membentuk bagian anterior

Sinus maksillar

Mandibula, adalah tulang rahang bagian bawah yang berisi soket


gigi bawah. Mandibula terdiri dari bagian:

Prosesus kondiloid, berfungsi untuk artikulasi dengan


tulang temporal

Prosesus koronoid, berfungsi sebagai tempat peletakan otot


temporal

B. RADIOGRAFIS CRANIUM

Sinar- X jarang diindikasikan untuk mendeteksi patah tulang tengkorak . Jika ada
riwayat kekuatan yang cukup untuk menghasilkan dicurigai fraktur maka CT biasanya
diperlukan . CT diperlukan untuk mencari perdarahan intrakranial yang
mendasarinya .
1. NORMAL SKULL LATERAL

1. NORMAL SKULL AP

2. SPHENOID AIR-FLUID LEVEL

C. Anatomi Makro (Gross Anatomy) Cranium:

Topografi Osteologi

Anatomi tengkorak memiliki


permukaan bagian dalam dan
luar atau ' tabel '
Sinar- X tengkorak
menunjukkan jalannya
pembuluh yang indent inner
table
Ini vaskular lekukan cabang
dan lancip - sedangkan
fraktur biasanya tidak
bercabang atau lancip

a. Anterior view

j.
k.
l.
m.
n.
o. Superior view
p.

g.

q.

h. Lateral view
i.

r. Inferior view
s.

b.

c.
d.
e.
f.

t.
u. Internal view

v.
w.
D. ANATOMI MIKRO KRANIUM
x. Biasanya mikro dilihat dari suatu jaringan atau histologinya. Cranium tersusun
dari sel-sel tulang sehingga jaringannya berupa osteosit.
y.
E. Radiografis
a. Postero-anterior of the skull (P A skull) atau occipitofrontal (OF)
z.
Sinar x-ray menyinari bagian posterior-anterior menuju tulang
tengkorak. Proyeksi ini digunakan untuk mengetahui penyakit atau
perkembangan yang tidak normal pada tulang tengkorak dan juga mendeteksi
adanya perubahan atau pergeseran tulang pada bagian mediolateral tulang
tengkorak termasuk pertumbuhan yang tidak simetris dari tulang tengkorak.

aa.

ab.
b. Lateral skull projection (lateral cephalometric projection)
ac.
Proyeksi ini digunakan untuk melihat tulang tengkorak dan tulang
wajah dari samping

ad.

ae.
af. c. Standard occipitomental (0OM) (Occipto-Mental)
ag. Proyeksi ini memperlihatkan tulang fasial dan maxillary antra untuk
menghindari terjadinya penumpukan tulang yang berdekatan pada tulang
tengkorak.

ah.
ai.
aj. d. 30 occipitomental (30 OM)
ak. Proyeksi ini sama seperti standard occipitomental untuk memperlihatkan tulang
fasial, namun dari sudut yang berbeda, yaitu 30.

al.
am.e. Waters' projection
an. Proyeksi in sangat berguna untuk mengevaluasi tulang sinus maksilari.

ao.
ap.
aq. f. Reverse Towne's Projection
ar. Proyeksi ini digunakan untuk mendiagnosis pasien yang mengalami retakan
melingkar di leher. Selain itu, proyeksi ini juga digunakan untuk mengetahui
kondisi postero lateral dari maxillary antrum.
as.

at.
au.
av. g. The submentovertex projection (SMV)
aw. The submentovertex projection atau the base or fullaxial projection
memperlihatkan bagian dasar tengkorak, sphenoidal sinus, dan tulang wajah
dari bawah.SMV juga menunjukkan posisi dan orientasi dari lengkungan,

bagian melengkung dari rahang bawah atau mandibular, dan sisi lateral dari
maxillary sinus, serta berbagai kelainan dari zygomatic arch.

ax.
F. Jenis-Jenis Tulang Penyusun Cranium

1. Tulang pipih (flat bones)


ay.
Bentuknya tipis, terlihat kuat tetapi relatif ringan. Pada cranium
terdapat pada tengkorak bagian atas, yaitu tulang parietal
2. Tulang Sutural (wormian bones)
az.
Tulang yang kecil dan pipih dimana akan ditemukan di antara tulang
pipih tengkorak, tepatnya pada garis sutura

Sutura Pada kranium


ba. Sutura adalah tempat tulang tengkorak yang berdekatan saling bertemu. Sutura
memungkinkan tulang tengkorak bergerak dalam masa kelahiran dan
memungkinkan membentuk tulang tengkorak menjadi simetris.
1. Sutura Coronalis: pertemuan
antara os. Frontale dan os.
Parietale
2. Sutura
Lamboidae:
pertemuan antara os. Parietale
dan os. Occipitale
3. Sutura Sagitalis: pertemuan

antara os. Parietale Dextra


dan os. Parietale Sinistra
4. Sutura
Squamosa:
menghubungkan
skuama
temporale
dengan
batas
bawah parietal
bb.

bc.
3. Pneumatized bones
bd.
Tulang yang berongga berisi kantung udara. Pada cranium contohnya
adalah tulang ethmoid
be.

bf.
G. ISTILAH-ISTILAH ASING PADA KRANIUM
bg. Lalu terdapat beberapa istilah anatomi di daerah orocraniofasial, antara lain:

a. Processus
Tonjolan pada tulang yang kecil dan runcing membentuk sendi atau titik
tambahan untuk jaringan ikat seperti ligament dan tendon.
Processus terbagi menjadi dua jenis:
bh.
- Processus yang membentuk sendi
Condyle
: tonjolan yang besar dan berbentuk bulat diujung tulang
processus codylaris
Facet
: tonjolan di permukaan sendi yang halus dan datar
bi.

Head

: proyeksi artikular bulat pada leher dari tulang

bj.
bk.

- Processus yang membentuk titik tambahan

bl.

Crest

bm.

Epicondyle : benjolan pada codylus


Linea
: garis yang berada di bawah
Spina
: tonjolan yang tajam , contohnya: processus styloideus
Trochanter : tonjolan yang besar dan kasar

bn.

Tubercle
Tuberocity

: daerah tonjolan tepi yang bergerigi

: tonjolan
yang bulat dan kecil
: tonjolan yang kasar

bo.
bp. b. Protuberentia
Tonjolan kecil pada bidang datar terdapat di bagian tengah
bq. Contohnya: Protuberentia mentalis, protuberentia occipitalis externa

br.
bs. c. Spina

Tonjolan yang tajam seperti duri

bt. Contohnya : Spina nasalis anterior, spina mentalis

bu.
bv.
bw.d. Fossa
Tulang yang melengkung atau cekungan
bx. Contohnya : fossa jugularis, fossa canina,
fossa mandibularis
by.
bz. Fovea

Lengkungan seperti
lembah, namun agak datar

Contohnya: fovea
submandibularis, fovea

sublingualis, dan fovea


pterigoidea

f. Sulcus

Lengkungan agak datar yang


berupa alur
Contohnya : sulcus palatinus
major
&
minor,
sulcus

lacrimalis, sulcus mandibularis,


sulcus mylohyoideus

g. Linea
Lengkungan yang membentuk garis
Contohnya : Linea obliqua interna, linea oblique externa, linea mylohyoidea

h. Incisura

Lengkungan dalam yang terbentuk


diantara dua bagian tulang

Contohnya
:
incisura
mandibula, incisura parietalis,
dl

i. Foramen

Lubang berongga yang umumnya dilewati saraf dan pembuluh darah


Contohnya: foramen infraorbital, foramen magnum, dll

j. Canalis

Saluran yang dapat berisi pembuluh darah, saraf, atau cairan.


Contoh: Canalis incisivus, canalis nervi hypoglossi, canalis condylaris, canalis
opticus, canalis caroticus, canalis opticus, canalis orbitalis, canalis
mandibularis

k. Sinus

Rongga tertutup yang berisi udara atau cairan


Contoh: Sinus frontalis, sinus sphenoidalis, sinus maxillaries

l.Lamina

Bagianratalengkungan
vertebral

Contoh:laminalateralis,lamina

medialis,laminacribosa

3.

SENDI RAHANG

Sendi rahang (temporomandibular joint/TMJ) adalah sendi yang kompleks yang


menghubungkan rahang bawah dengan tengkorak. Tersusun atas tulang, tali sendi/ligamen, otot,
tulang rawan, dan pembungkus otot (fascia). Sendi rahang bergerak saat kita makan, berbicara,
menelan, dll. Selain otot, tulang, tali sendi, tulang rawan, dan fascia, terdapat banyak saraf dan
pembuluh darah yang melewati sendi tersebut.
Sendi TM mempunyai dua pergerakan dasar, yaitu gerakan engsel atau rotasi dan gerakan
menggelincir (translasi). Pergerakan sendi ini terjadi karena adanya kedua sendi kiri dan kanan,
ligamen/tali sendi, dan otot-otot pengunyahan yang menghasilkan artikulasi dua sisi antara
rahang bawah dan tulang tengkorak. Walaupun sendi ini terdiri dari dua bagian, kiri dan kanan,
akan tetapi bergerak dalam satu kesatuan dan tidak dapat berdiri sendiri, sehingga gangguan pada
salah satu sendi akan memengaruhi sendi yang lain. Artikulasi antara rahang bawah dan tulang
tengkorak adalah bagian sistem pengunyahan yang kompleks, merupakan unit fungsional dari
kepala dan leher yang bertanggung jawab dalam fungsi pengunyahan, penelanan, dan bicara.
Bersama organ-organ dan jaringan-jaringan lain, juga berperan dalam pernapasan, penampilan,
dan ekspresi wajah.

1. Anatomi Sendi Temporomandibular

Dilihat dari struktur, persendian temporomandibular

dibentuk oleh fossa glenoid pada tulang temporal -bertemu dengan


permukaan atas diskus artikularis- dan prosesus kondiloideus bertemu
dengan permukaan bawah diskus artikularis- pada mandibula.

Komponen-komponen dari persendian temporomandibular:

a. Prosesus Kondiloideus
Adalah

tulang

struktur

elipsoid

ramus

mandibula.

dengan

melekat

pada

Berbentuk

cembung pada seluruh permukaan,


walaupun

sedikit

terlihat

datar

pada permukaan bagian posterior,

dan berbentuk seperti tombol lebih


lebar

pada

daerah

mediolateral

daripada anteroposterior. Kondilus

berbentuk lonjong dan mempunyai

poros

yang

berorientasi

mediolateral. Permukaan tulang


artikular

ini

terdiri

atas

cekungan fossa artikular dan


bagian dari eminensia artikular.
Meniskus adalah suatu suatu

jaringan

fibrosa,

berbentuk

pelana yang merupakan struktur


yang memisahkan kondilus dan
tulang tempora


b. Fosa Glenoidalis

Adalah cekungan pada tulang temporal yang berbentuk lonjong.

Batas bagian anterior dari cekung ini adalah amenensia artikularis,


sedang

batas

cekung

bagian

posterior

adalah

tulang

tipis

yang

merupakan bagian dari tulang temporal. Fosa ini dilapisi oleh jaringan
fibrous ikut berwarna putih.
c. Ligamentum Kapsular

Fungsi dari ligamen yang membentuk temporomandibula joint ini adalah

sebagai alat untuk menghubungkan tulang temporal dengan prosesus kondiloideus


dari tulang mandibulaserta membatasi gerak mandibula membuka, menutup
mulut, pergerakan ke samping, dangerakan lain.

Ligament yang menyusun temporomandibula joint terdiri dari :

a. Ligamen temporomandibular

b. Ligamen sphenomandibular

c. Ligamen stylomandibular

d. Selaput Sinovisial

Adalah suatu selaput tipis di bagian dalam dari kapsula artikularis.

Selaput ini mengeluarkan cairan sendi yang disebut sinovia. Cairan ini
berfungsi sebagai minyak/pelumas sendi yang memungkinkan kondilus
dan diskus artikularis bergerak dengan halus serta membersihkan
permukaan-permukaan sendi. Selaput ini tidak membungkus meniscus.

e. Diskus Artikularis (Meniskus)

Kondiloideus tidak berkontak langsung dengan permukaan tulang

temporal, tetapi dipisahkan oleh diskus yang halus, disebut meniskus atau
diskus

artikulare.

Diskus

artikularis

adalah

suatu

jaringan

fibrosa,

berbentuk pelana, dan memiliki sedikit persarafan. Diskus ini tidak hanya
perperan sebagai pembatas tulang keras tetapi juga sebagai bantalan

yang menyerap getaran dan tekanan yang ditransmisikan melalui sendi.


Pada penampang sagital, diskus artikularis dapat dibagi menjadi 3 bagian
berdasarkan ketebalannya. Daerah tengah merupakan daerah paling tipis
dan disebut zona intermediat, yang berfungsi sebagai tempat perlekatan
permukaan artikularis dari kondilus.
2. MELIHAT ORGAN SENDI TM SECARA MAKRO, MIKRO, DAN RADIOGRAFIS

A. Makroskopis

B. Mikroskopis

C. Radiografi

Intraoral

Menggunakan
film yang lebih
besar

Ekstraoral

Berada di luar
mulut sewaktu
pemaparan
dengan sinar x

Radiologi
Kedokteran
Gigi

Gambaran Radiografi

Untuk melihat
area kepala dan
rahang

Anatomi TMJ yang dapat terlihat secara radiografi meliputi komponen dasar dari sendi
temporomandibula yaitu :

Komponen mandibula, termasuk kepala kondilus

Potongan Sendi Temporomandibular

Komponen tulang temporal termasuk Fossa Glenoidalis dan Eminensia Artikularis

Kapsul di sekitar persendian

Gb.4.Komponen tulang pada persendian dilihat dari samping B.Kepala kondilus

dilihat dari aspek anterior C.Basis rahang dilihat dari bawah. Fossa glenoidalis

(yang ditunjukkan oleh anak panah) dan angulasinya terhadap bidang koronal.

3. PERGERAKAN SENDI TEMPOROMANDIBULA

Berdasarkan hasil penelitian elektromiografi, gerak mandibula dalam


hubungannya dengan rahang atas dapat diklasifikasikan sebagai
berikut yaitu :

3.1 Gerak membuka


Seperti sudah diperkirakan, gerak membuka maksimal
umumnya lebih kecil daripada kekuatan gigitan maksimal (menutup).
Muskulus pterygoideus lateralis berfungsi menarik prosessus kondiloideus
ke depan menuju eminensia artikularis. Pada saat bersamaan, serabut
posterior muskulus temporalis harus relaks dan keadaan ini akan diikuti
dengan relaksasi muskulus masseter, serabut anterior muskulus
temporalis dan muskulus pterygoideus medialis yang berlangsung cepat
dan lancar. Keadaan ini akan memungkinkan mandibula berotasi di sekitar
sumbu horizontal, sehingga prosessus kondilus akan bergerak ke depan
sedangkan angulus mandibula bergerak ke belakang. Dagu akan
terdepresi, keadaan ini berlangsung dengan dibantu gerak membuka yang
kuat dari muskulus digastricus, muskulus geniohyoideus dan muskulus
mylohyoideus yang berkontraksi terhadap os hyoideum yang relatif stabil,
ditahan pada tempatnya oleh muskulus infrahyoidei. Sumbu tempat
berotasinya 1. Gerak membuka 2. Gerak menutup 3. Protrusi 4. Retusi 5.
Gerak lateral mandibula tidak dapat tetap stabil selama gerak membuka,
namun akan bergerak ke bawah dan ke depan di sepanjang garis yang
ditarik (pada keadaan istirahat) dari prosessus kondiloideus ke orifisum
canalis mandibularis.

3.2 Gerak menutup

Penggerak utama adalah muskulus masseter, muskulus


temporalis, dan muskulus pterygoideus medialis. Rahang dapat menutup
pada berbagai posisi, dari menutup pada posisi protrusi penuh sampai
menutup pada keadaan prosesus kondiloideus berada pada posisi paling
posterior dalam fosa glenoidalis. Gerak menutup pada posisi protrusi
memerlukan kontraksi muskulus pterygoideus lateralis, yang dibantu oleh
muskulus pterygoideus medialis. Caput mandibula akan tetap pada posisi
ke depan pada eminensia artikularis. Pada gerak menutup retrusi, serabut
posterior muskulus temporalis akan bekerja bersama dengan muskulus
masseter untuk mengembalikan prosesus kondiloideus ke dalam fosa
glenoidalis, sehingga gigi geligi dapat saling berkontak pada oklusi
normal.

Pada gerak menutup cavum oris, kekuatan yang dikeluarkan


otot pengunyahan akan diteruskan terutama melalui gigi geligi ke rangka
wajah bagian atas. Muskulus pterygoideus lateralis dan serabut posterior
muskulus temporalis cenderung menghilangkan tekanan dari caput
mandibula pada saat otot-otot ini berkontraksi, yaitu dengan sedikit
mendepresi caput selama gigi geligi menggeretak. Keadaan ini
berhubungan dengan fakta bahwa sumbu rotasi mandibula akan melintas
di sekitar ramus, di daerah manapun di dekat orifisum canalis mandibular.
Walaupun demikian masih diperdebatkan tentang apakah articulatio
temporomandibula merupakan sendi yang tahan terhadap stres atau
tidak. Hasil-hasil penelitian mutakhir dengan menggunakan model
fotoelastik dan dengan cahaya polarisasi pada berbagai kondisi beban
menunjukkan bahwa artikulasio ini langsung berperan dalam mekanisme
stres.

3.3 Protrusi

Pada kasus protrusi bilateral, kedua prosesus kondiloideus


bergerak ke depan dan ke bawah pada eminensia artikularis dan gigi
geligi akan tetap pada kontak meluncur yang tertutup. Penggerak utama
pada keadaan ini adalah muskulus pterygoideus lateralis dibantu oleh
muskulus pterygoideus medialis. Serabut posterior muskulus temporalis
merupakan antagonis dari kontraksi muskulus pterygoideus lateralis.
Muskulus masseter, muskulus pterygoideus medialis dan serabut anterior
muskulus temporalis akan berupaya mempertahankan tonus kontraksi
untuk mencegah gerak rotasi dari mandibula yang akan memisahkan gigi
geligi. Kontraksi muskulus pterygoideus lateralis juga akan menarik discus
artikularis ke bawah dan ke depan menuju eminensia artikularis. Daerah
perlekatan fibroelastik posterior dari diskus ke fissura tympanosquamosa
dan ligamen capsularis akan berfungsi membatasi kisaran gerak protrusi
ini.

3.4 Retrusi

Selama pergerakan, kaput mandibula bersama dengan discus


artikularisnya akan meluncur ke arah fosa mandibularis melalui kontraksi
serabut posterior muskulus temporalis. Muskulus pterygoideus lateralis
adalah otot antagonis dan akan relaks pada keadaan tersebut. Otot-otot
pengunyahan lainnya akan berfungsi mempertahankan tonus kontraksi
dan menjaga agar gigi geligi tetap pada kontak meluncur. Elastisitas
bagian posterior discus articularis dan capsula articulatio
temporomandibularis akan dapat menahan agar diskus tetap berada pada
hubungan yang tepat terhadap caput mandibula ketika prosesus
kondiloideus bergerak ke belakang.

3.5 Gerak lateral

Pada saat rahang digerakkan dari sisi yang satu ke sisi lainya
untuk mendapat gerak pengunyahan antara permukaan oklusal premolar
dan molar, prosesus kondiloideus pada sisi tujuan arah mandibula yang
bergerak akan ditahan tetap pada posisi istirahat oleh serabut posterior
muskulus temporalis sedangkan tonus kontraksinya akan tetap
dipertahankan oleh otot-otot pengunyahan lain yang terdapat pada sisi
tersebut. Pada sisi berlawanan prosesus kondiloideus dan diskus
artikularis akan terdorong ke depan ke eminensia artikularis melalui
kontraksi muskulus pterygoideus lateralis dan medialis, dalam
hubungannya dengan relaksasi serabut posterior muskulus temporalis.
Jadi, gerak mandibula dari sisi satu ke sisi lain terbentuk melalui kontraksi
dan relaksasi otot-otot pengunyahan berlangsung bergantian, yang juga
berperan dalam gerak protrusi dan retrusi.

Pada gerak lateral, caput mandibula pada sisi ipsilateral, ke


arah sisi gerakan, akan tetap ditahan dalam fosa mandibularis. Pada saat
bersamaan, caput mandibula dari sisi kontralateral akan bergerak
translasional ke depan. Mandibula akan berotasi pada bidang horizontal di
sekitar sumbu vertikal yang tidak melintas melalui caput yang cekat,

tetapi melintas sedikit di belakangnya. Akibatnya, caput ipsilateral akan


bergerak sedikit ke lateral, dalam gerakan yang dikenal sebagai gerak

DAFTAR PUSTAKA

http://radiologymasterclass.co.uk/tutorials/musculoskeletal/x-ray_trauma_spinal/xray_skull_fracture.html#top_first_img

Carole Hollins - Basic Guide to Anatomy and Physiology for Dental Care
Professionals

http://radiologymasterclass.co.uk/tutorials/musculoskeletal/x-ray_trauma_spinal/xray_skull_fracture.html#top_first_img

Essentials of Dental Radiography and Radiology Eric Whaites


Oral Radiology Principles and Interpretation Michael J. Pharoah dan Stuart C. White

http://www.mif-ua.com/frmtext/knigi/human_anatomy/V1/89-92.pdf

http://teachmeanatomy.info/head/osteology/skull/

http://staff.ui.ac.id/system/files/users/kuntarti/material/anatomimuskuloskeletal.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1985/1/bedah-iskandar54.pdf

https://www.dartmouth.edu/~humananatomy/part_1/chapter_5.html

https://classes.kumc.edu/som/radanatomy/results2.asp?RegionID=1&PathologyID=2

Tortora GJ. Principles of Anatomy & Physiology, 13th edition.


Sons, Inc. 2012.

John Wiley &

Sloane, Ethel. (2003). Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Bath, Marry. Illustrated Dental Embryology, Histology and Anatomy. 2006. Missouri:
Elsevier Inc.

Trihapsari,

Enita.

Faktor-Faktor.

2009.

FKM,

UI.

file=digital/124731-S-5792-Faktor-faktor%20yang-Literatur.pdf
Oktober 2015.

http://lib.ui.ac.id/file?
.

Diakses

pada

18

Anda mungkin juga menyukai