Anda di halaman 1dari 10

Lembar Tugas Mandiri

Muskuloskeletal (PBL Ke-1)


Semester 3/2023/FKUI 2021
Kenzi Naufaldi Muhammad
21066705890 – KD-18

Pembentukan, Pertumbuhan, dan Remodeling Tulang

A. Pendahuluan
Pemicu pertama modul Muskuloskeletal masih bernuansa kental Asian
Games 2022 alias 19th Asian Games, pesta olahraga terakbar tingkat
Asia yang diselenggarakan di Hangzhou, China pada 23 September
2023 hingga 8 Oktober 2023. Asian Games tahun ini dihelat untuk
pertama kalinya sejak pandemi Covid-19 dinyatakan berakhir. Atlet
angkat besi (binaragawan) Indonesia bernama Rahmat Erwin
Abdullah, 22 tahun, sedang berlatih untuk keikutsertaannya di
kompetisi ini. Rahmat mengawali latihan dengan melakukan gerakan-
gerakan sendi yang terlibat dalam teknik angkat besi. Meskipun
tampak kokoh, gagah, dan berotot, Rahmat memiliki tubuh yang
sangat lentur. Setiap kali melakukan angkatan, Rahmat berkonsentrasi
dan memfokuskan dirinya pada otot dan sendi tertentu. Ketika dia
mengangkat beban tersebut, semakin terlihat otot-otot di tangan dan
kakinya. Rahmat mengatakan bahwa sebelum mulai giat berlatih dan
menjadi binaragawan 5 tahun silam sangatlah kontras alias bertolak
belakang dengan yang sekarang. Saat itu, dia mengakui bahwa
tubuhnya memang kurus dan tidak berotot, serta sering sakit-sakitan.
Pada LTM ini, saya akan menjelaskan pembentukan, pertumbuhan
tulang, dan remodeling tulang.

B. Isi

1
Tulang adalah jaringan dinamis karena tulang mengalami perombakan
secara terus-menerus sepanjang kehidupan. Sel-sel tulang yang
mengalami penuaan dirombak, lalu terjadi pembentukan sel-sel tulang
baru. Tulang merupakan jaringan ikat yang tersusun dari mineral dan
senyawa organik. Dua pertiga bagian tulang tersusun dari mineral
yang memberi massa bagi tulang dan sepertiga tulang tersusun dari
kolagen tipe I dan sejumlah kecil protein nonkolagen. Terdapat 2 jenis
sel yang berperan vital dalam tulang, yakni osteoblast dan osteoklast.
Osteoblast merupakan sel pembentuk tulang karena osteoblast bisa
memproduksi matriks yang selanjutnya dimineralisasi. Osteoklast
merupakan suatu jenis sel makrofag yang sudah terspesialisasi dan
bersifat polikorion (berinti majemuk). Berikut ini saya akan
menjelaskan pembentukan, pertumbuhan, serta remodeling pada
tulang rawan dan tulang sejati.1,2
1. Tulang Rawan (Kartilago)
Tulang rawan adalah bentuk jaringan penyokong awet dan kuat
yang ditandai oleh suatu matriks ekstraseluler dengan GAG dan
proteoglikan dalam konsentrasi tinggi, serta berinteraksi dengan
serat elastin dan kolagen. Tulang rawan terdiri atas kondrosit (sel
tulang rawan) yang terbenam di dalam matriks ekstraseluler,
berbeda dari jaringan ikat sejati yang tidak mengandung sel lain.
Kondrosit menyintesis sekaligus mempertahankan seluruh
komponen matriks ekstraseluler dan berada di dalam lacuna, yakni
rongga matriks.1
a. Pembentukan
Semua kartilago terbentuk dari mesenkim melalui
kondrogenesis. Tanda pertama diferensiasi sel ialah sel
mesenkim membulat, menarik penjulurannya, cepat membelah,
dan makin berimpitan. Istilah kondroblast dan kondrosit secara
umum merujuk pada sel tulang rawan selama dan setelah
proliferasi cepat tersebut. Selama perkembangan embrional,

2
diferensiasi berlangsung dari dalam ke luar sehingga sel yang
lebih mendekati pusat berkarakteristik kondrosit, sedangkan sel
perifer berkarakteristik khas kondroblast.1

b.

Pertumbuhan
Sekali terbentuk, kartilago membesar karena adanya
pertumbuhan interstisial (berupa pembelahan mitotik kondrosit)
dan pertumbuhan aposisional (berupa perkembangan
kondroblas dari sel progenitor dalam perikondrium). Meskipun
pertumbuhan interstisial dalam daerah kartilago pada tulang
panjang vital untuk perpanjangan strukturnya, pertumbuhan
aposisional kartilago lebih krusial selama perkembangan
pascalahir.1

c.

Remodeling
Pada anak kecil, kartilago yang cedera membutuhkan waktu
yang lebih lama untuk melakukan remodeling (perbaikan) dan
hasilnya sering tidak sempurna. Khususnya bergantung pada
sel dalam perikondrium yang menyusup ke area cedera dan

3
menghasilkan kartilago baru. Perikondrium bukan membentuk
kartilago baru, melainkan membentuk jaringan parut ikat padat
jika terjadi di area cedera. Kartilago memiliki kapasitas rendah
untuk beregenerasi maupun memperbaiki diri secara parsial
karena laju metabolik rendah dan nihil pembuluh darah. 1
2. Tulang Sejati (Osteon)
Tulang adalah jaringan ikat khusus yang terdiri dari matriks tulang
dan tiga jenis sel utama, yakni osteosit, osteoblast, dan osteoklast.
Osteosit adalah sel yang berada di rongga-rongga di antara lapisan
matriks tulang, memiliki cabang sitoplasma dalam kanalikuli kecil,
dan meluas ke dalam matriks. Osteoblast adalah sel yang sedang
bertumbuh, serta menyintesis dan menyekskresikan komponen
organik matriks. Osteoklast adalah sel gigantis multinuclear yang
ikut mengangkat matriks tulang berkapur dan remodeling tulang. 1,2
a. Pembentukan
Pembentukan tulang terjadi dalam dua fase. Fase pertama ialah
produksi matriks. Fase selanjutnya ialah pematangan matriks
yang diikuti mineralisasi sehingga menghasilkan tulang matur.
Pada akhir fase tersebut, sekitar 15% osteoblast dewasa akan
terkurung di dalam matriks baru lalu berdiferensiasi menjadi
osteosit.1
b. Pertumbuhan
Pertumbuhan tulang terdiri dari 2 tipe. Tipe pertama adalah
osifikasi intramembranosa, yakni osteoblastnya langsung
berkembang dari mesenkim dan mulai menyeleksi osteoid.
Osifikasi intramembranosa terjadi di dalam kondensasi
lembaran jaringan mesenkim embryonal. Osifikasi ini
merupakan proses mayoritas tulang pipih mulai terbentuk.
Contohnya ialah tulang tengkorak dan rahang, serta klavikula
dan scapula. Di dalam mesenkim yang berkondensasi,
pembentukan tulang berawal dari pusat osifikasi, area tempat

4
sel osteoprogenitor muncul, berploriferasi, dan membentuk
lapisan osteoblast tidak utuh di sekitar anyaman kapiler yang
berkembang. Osteoid yang diproduksi osteoblast mengapur
sekaligus membentuk daerah kecil tulang anyaman ireguler
dengan osteosit dalam lacuna dan kanalikuli. Sekresi dan
kalsifikasi matriks yang sedang berlangsung memperbesar area
ini sehingga pusat-pusat osifikasi yang berdekatan menyatu.
Tulang anatomis secara berangsung terbentuk, sedangkan
matriks tulang anyaman diganti tulang kompakta yang
memerangkap aera dengan tulang spons, serta sumsum dan
pembuluh darah yang lebih besar. Area mesenkim yang tidak
berosifikasi membentuk endosteum dan periosteum tulang
baru. Pada tulang pipih tengkorak, ada lebih banyak
pembentukan tulang daripada resorpsi tulang, baik pada
permukaan dalam maupun luar. Lempeng dalam dan lempeng
luar tulang kompakta terbentuk, sedangkan bagian pusat tetap
mempertahankan ciri sponsnya. Fontanel pada kepala bayi baru
lahir merupakan daerah di tengkorak yang jaringan
membrannya belum berosifikasi. Tipe kedua adalah osifikasi
endokondral, yakni matriks tulang rawan hialin yang sudah ada
terkikis dan terinvasi oleh osteoblast sehingga mengawali
produksi osteoid. Osifikasi endokondral terjadi di dalam
sepotong kartilago hialin yang berbentuk mirip miniatur atau
model tulang yang akan dibentuk. Osifikasi tipe ini membentuk
mayoritas tulang tubuh dan terutama banyak diteliti pada
tulang panjang yang berkembang. Osifikasi tipe ini diawali
dengan adanya perkembangan model kartilago hialin. Lalu,
kartilago mengapur dan leher tulang periosteal terbentuk di
diafisis. Kemudian, pusat osifikasi primer terbentuk di diafisis
dengan cara osteoblast masuk ke kartilago dan
menggantikannya dengan tulang spons. Pembentukan pusat

5
osifikasi primer dimulai pada banyak tulang embryonal sejak
trimester pertama. Selanjutnya, pusat osifikasi sekunder
terbentuk di epifisis model kartilago dan berkembang dengan
cara yang sama. Kartilago diganti menjadi tulang, kecuali
kartilago artikular (di dalam sendi di antara tulang panjang)
dan lempeng epifisis (penghubung epifisis dan diafisis, serta
memungkinkan pertumbuhan memanjang tulang yang akan
menghilang ketika perkembangan tulang tuntas saat dewasa).
Berikutnya, lempeng epifisis mengapur dan membentuk garis
epifisis. Lempeng epifisis mulai menghilang pada waktu yang
berbeda (berdasarkan tulang) dan berakhir saat usia 20 tahun. 1

c.

Remodeling
Tulang

merupakan organ aktif secara metabolisme karena mengalami


formasi, remodeling, dan resopsi secara rutin sepanjang hidup.
Pertumbuhan tulang biasanya disertai resorpsi tulang terdahulu
dan peletakan tulang baru dengan kecepatan yang melampaui
kecepatan destruksi tulang. Maka dari itu, jumlah aktivitas

6
osteoblast dan osteoklast tulang bertumbuh merepresentasikan
osteogenesis atau proses remodeling tulang yang
mempertahankan bentuk general setiap tulang selama
pertumbuhan tulang. Kecepatan pergantian tulang sangat aktif
pada anak-anak, mungkin 200 kali lebih cepat daripada
kecepatan pergantian tulang orang dewasa. Kerangka orang
dewasa juga diperbarui secara tetap melalui proses remodeling
tulang. Berlangsungnya remodeling secara tetap pada tulang
menjamin bahwa jaringan ini tetap fleksibel dan sanggup
mengadaptasi struktur internalnya dalam menghadapi stress
yang berubah meskipun keras. Contoh terkenal kekenyalan
tulang ialah kesanggupan posisi gigi dalam tulang rahang untuk
dimodifikasi oleh tekanan lateral dari alat-alat ortodontik.
Tulang dibentuk di sisi traksi diberikan sekaligus diresorpsi pada
sisi berlawanan tempat tekanan diberikan sehingga tulang
mengalami remodeling saat gigi dipindahkan di dalam rahang.
Tulang biasanya memiliki kemampuan mumpuni untuk
perbaikan karena mengandung sel punca osteoprogenitor di
dalam periosteum, endosteum, dan sumsum, serta sangat
tervaskularisasi. Perbaikan tulang setelah fraktur atau cedera
lain memakai sel, molekul pensinyal, dan proses yang sudah
aktif selama remodeling tulang. Celah akibat bedah dalam
tulang bisa diisi tulang baru, terutama jika periosteum masih
utuh. Tahap vital yang umumnya terjadi pada perbaikan fraktur
tulang termasuk pembentukan awal fibrokartilago dan
penggantinya dengan kalus tulang anyaman sementara.
Remodeling tulang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
pertama adalah pasokan hormone steroid yang konstan pada
tulang sehingga terjadi keseimbangan antara aktivitas
osteoblastik dan aktivitas osteoklastik. Gangguan regulasi
tersebut terlihat jelas pada penuaan dan kondisi defisiensi

7
estrogen. Faktor kedua adalah usia dan keadaan menopause
karena faktor risiko tersebut memengaruhi massa dan densitas
tulang, antara lain densitas tulang awal dan ketersediaan
kalsium. Faktor ketiga adalah vitamin D karena suplementasi
vitamin D terbukti meningkatkan densitas tulang, bahkan pada
wanita menopause. Faktor selanjutnya adalah hormon
paratiroid karena hormon paratiroid bisa meningkatkan resorpsi
tulang dengan melepaskan kalsium dari matriks tulang ke
dalam sirkulasi darah agar kadar kalsium darah tetap normal.

Faktor terakhir adalah regulator lain, yakni berbagai sitokin dan


enzim yang berperan sebagai koregulator maupun koreseptor
dalam diferensiasi maupun aktivitas sel tulang.1,2,3

C. Penutup
Semua kartilago terbentuk dari mesenkim melalui kondrogenesis.
Diferensiasi sel dimulai oleh sel mesenkim membulat, menarik
penjulurannya, cepat membelah, dan makin berimpitan. Diferensiasi
berlangsung dari dalam ke luar selama perkembangan embrional.
Kartilago membesar karena adanya pertumbuhan interstisial dan
pertumbuhan aposisional. Pertumbuhan aposisional kartilago lebih
krusial selama perkembangan pasca kelahiran. Laju metabolik rendah
dan nihil pembuluh darah mengakibatkan kartilago memiliki kapasitas
rendah untuk beregenerasi maupun memperbaiki diri secara parsial.

8
Pembentukan tulang terjadi dalam dua fase, yakni produksi matriks.
dan maturasi matriks yang diikuti mineralisasi tulang. Pertumbuhan
tulang terdiri dari dua tipe, yakni osifikasi intramembranosa dan
osifikasi endokondrial. Pertumbuhan tulang biasanya disertai resorpsi
tulang terdahulu dan peletakan tulang baru dengan kecepatan yang
melampaui kecepatan destruksi tulang sehingga jumlah aktivitas
osteoblast dan osteoklast tulang bertumbuh merepresentasikan
osteogenesis atau proses remodeling tulang. Faktor yang
memengaruhi remodeling tulang adalah pasokan hormon steroid, usia
dan kondisi menopause, vitamin D, hormon paratiroid, dan regulator
lainnya. Kesimpulannya adalah pembentukan, pertumbuhan, dan
remodeling tulang adalah proses yang sangat teratur dan vital dalam
perkembangan tubuh manusia. Mereka memungkinkan tubuh untuk
membangun kerangka yang kokoh, kuat, dan elastis, serta mampu
beradaptasi dengan kebutuhan seiring berjalannya waktu.

9
Referensi
1. Mescher AL. Histologi dasar junqueira teks dan atlas. 14 th ed. Jakarta:
EGC; 2019.
2. Sihombing I, Wangko S, Kalangi SJ. Peran estrogen pada remodeling
tulang. Jurnal Biomedik [Internet]. 2012 Nov [cited 2023 Oct
12];4(3):S18-28. Available from:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/view/1210
3. Nugraha IB, Gotera W. Pengenalan proses remodeling tulang
[Internet]. Jakarta: Kementerian Kesehatan; 2023 Jul 1 [cited 2023
Oct 12]. Available from:
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2628/pengenalan-proses-re-
modeling-tulang

10

Anda mungkin juga menyukai