PENDAHULUAN
1.1 Pemicu
Sebelum sesi diskusi kelompok, mahasiswa menyaksikan video singkat pemicu 1
diputar saat kuliah pengantar modul. Mahasiswa juga mendapat salinan file video
tersebut dari dosen penanggung jawab modul sehingga dapat diputar di laptop masingmasing di ruang diskusi.
1.2 Klarifikasi dan Definisi
a) Fibrodysplasia Ossificans Progressiva (FOP) : Penyakit genetik langka yang
mempengaruhi jaringan otot dan jaringan ikat yang secara bertahap dapat
tergantikan oleh jaringan tulang.
1.3 Kata Kunci
a) Otot
b) Tulang
c) FOP
d) Deformitas jempol kaki pada saat lahir
e) Gangguan pendengaran
f) Benjolan di punggung saat lahir
g) Trauma
h) Punggung menyatu
i) Gerakan terbatas
1.4 Rumusan Masalah
Seorang anak laki-laki berumur 3 tahun menderita Fibrodysplasia Ossificans
Progressiva sehingga mengalami perubahan struktur otot dan sendi.
Patofisiologis
FOP
Penyakit Lainnya
Histologi
Proses Osifikasi
Mekanisme gerak
1.6 Hipotesis
Perubahan
struktur
ototOtot
menyebabkan terbatasnya pergerakan, serta perubahan struktur
Mekanisme
Kontraksi
sendi menyebabkan penurunan luas gerak pada anak tersebut.
1.7 Learning Issues
1. Skeleton
A. Klasifikasi
B. Embriologi
C. Anatomi
D. Histologi
E. Fisiologi
F. Osteogenesis
G. Metabolisme kalsium dan tulang
2. Musculus
A. Klasifikasi
B. Anatomi
C. Histologi
D. Fisiologi
E. Biokimia/metabolisme otot
3. FOP
A. Etiologi
2
B. Gejala klinis
C. Tatalaksana
D. Edukasi
4. Mekanisme pergerakan pada otot rangka
5. Peran tulang dan sendi dalam pergerakan
6. Gerakan dasar
7. Hubungan perubahan struktur otot dan sendi sehingga menyebabkan pergerakan
menjadi terbatas dan luas pergerakan menurun
8. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tulang dan otot
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Skeleton
2.1.1 Klasifikasi1
a) Tulang panjang
Tulang panjang memiliki batang, dua ujung, dan rongga medula. Contoh tulang
panjang adalah tulang lengan atas, lengan bawah, jari, paha, dan betis.
b) Tulang pendek
Tulang pendek memiliki tulang spons yang dikelilingi oleh satu lapisan kompak
yang keras, misalnya tulang pergelangan tangan dan kaki.
c) Tulang pipih
Tulang pipih memiliki dua lapisan tulang spons yang keras dan di antaranya
terdapat tulang kompak, misalnya tulang dada, tulang punggung, dan tulang
belikat.
d) Tulang tidak berbentuk
Susunan tulang tidak berbentuk menyerupai tulang pendek dan pipih, tetapi
bentuknya berbeda, misalnya tulang wajah dan tulang belakang.
e) Tulang Sesamoid
Susunan tulang berbentuk seperti biji sesame.
2.1.2
Embriologi2
Sebagian besar jaringan skeletal berasal dari sel mesenkim, jaringan ikat
(berasal dari mesoderm). Namun, pada kebanyakan tulang cranium berasal dari
4
notochord
pada
minggu
ke-4 fertilisasi.
Notochord
akan
Karena
perkembangan
berlanjut,
bagian
lain
vertebrae
sebegai bentuk perkembangan dari upper limb buds, dan femur, tungkai bawah,
dan kaki muncul yang berasal dari lower limb buds.
Pada minggu ke-8, area bahu, siku, dan pergelangan tangan muncul, upper
limb bud telah menjadi ektremitas atas, dan lower limb buds sekarang sebagai
ektremitas bawah.
2.1.3
Anatomi3
Tulang-tulang dari sistem skeletal pada orang dewasa
2.1.4
Histologi4
Histologi tulang sejati
a. Osteoblast
Osteoblast mensintesis dan menjadi perantara mineralisasi osteoid. Osteoblast
ditemukan dalam satu lapisan pada permukaan jaringan tulang sebagai sel
berbentuk kuboid atau silindris pendek yang saling berhubungan melalui tonjolantonjolan pendek.
b. Osteosit
Osteosit merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Mempunyai
peranan penting dalam pembentukan matriks tulang dengan cara membantu
pemberian nutrisi pada tulang.
c. Osteoklas
Osteoklas merupakan sel fagosit yang mempunyai kemampuan mengikis tulang.
Mampu memperbaiki tulang bersama osteoblast. Osteoklas ini berasal dari
deretan sel monosit makrofag.
d. Sel osteoprogenitor
Sel osteoprogenitor merupakan sel mesenchimal primitive yang menghasilkan
osteoblast selama pertumbuhan tulang dan osteosit pada permukaan dalam
jaringan tulang.
e. Periosteum
Bagian luar dari jaringan tulang yang diselubungi oleh jaringan pengikat pada
fibrosa yang mengandung sedikit sel. Pembuluh darah yang terdapat di bagian
periosteum luar akan bercabang-cabang dan menembus ke bagian dalam
periosteum yang selanjutnya samapai ke dalam Canalis Volkmanni. Bagian dalam
periosteum ini disebut pula lapisan osteogenik karena memiliki potensi
membentuk tulang. Oleh karena itu lapisan osteogenik sangat penting dalam
proses penyembuhan tulang.
f. Endosteum
Endosteum merupakan lapisan sel-sel berbentuk gepeng yang membatasi rongga
sumsum tulang dan melanjutkan diri ke seluruh rongga-rongga dalam jaringan
tulang termasuk Canalis Haversi dan Canalis Volkmanni.
2.1.5
Fisiologi5,6,7,8
Tulang dibentuk di dalam kandungan mulai trimester 3 kehamilan yang
disebut tulang woven, setelah lahir menjadi tulang lameral yang hanya
9
sekitar 1 % per
tahun.Selama
11
2.1.6
Osteogenesis3
1. Komponen Pembentuk Tulang
Perkembangan tulang berasal dari jenis perkembangan membranosa
dan perkembangan kartilago. Proses peletakan jaringan tulang (histogenesis) di
sebut ossifikasi (penulangan). Jika hal ini terjadi dalam suatu model selaput
dinamakan penulangan intramembranosa dan tulang yang dibentuk dinamakan
tulang membran atau tulang dermal karena tulang ini berasal dari suatu
membran.
Tulang-tulang endokondral (tulang kartilago) merupakan tulang yang
berkembang dari penulangan suatu model tulang rawan. Penulangan ini
dinamakan penulangan intrakartilaginosa (penulangan tidak langsung). Jenisjenis penulangan intramembranosa merupakan suatu proses yang mendesak,
sedangkan jenis penulangan intrakartilaginosa merupakan proses yang berjalan
perlahan-lahan dan berencana.
Tulang normal terdiri dari lapisan tulang padat yang mengelilingi
lempengan dan serabut tulang (tulang berongga) yang diselingi sumsum tulang.
Ketebalan lapisan luar yang padat ini berbeda-beda pada setiap bagian rangka,
sebagai contoh tulang tengkorak dan tulang anggota tubuh jauh lebih besar
dibandingkan tulang belakang. Kekuatan rangka terutama dihasilkan oleh
tulang padat ini, namun tulang berongga juga ikut berperan penting.
Penyusun utama tulang sesungguhnya adalah mineral tulang yang
mengandung kalsium (Ca) & fosfor (P), dan protein yang disebut kolagen.
Struktur tulang mirip beton untuk bangunan atau jembatan. Komponen kalsium
dan fosfor membuat tulang keras dan kaku mirip semen, sedang serat-serat
kolagen membuat tulang mirip kawat baja pada tembok.
Tulang adalah jaringan hidup yang harus terus diperbaharui untuk
menjaga kekuatannya. Tulang yang tua selalu dirusak dan digantikan oleh
tulang yang baru dan kuat. Bila proses ini, yang terjadi di permukaan tulang
(peremajaan tulang) tidak terjadi, rangka kita akan rusak karena keletihan
ketika kita masih muda. Ada 2 jenis sel utama dalam tulang, yakni osteoklast
12
(yang merusak tulang) dan osteoblast (yang membentuk tulang baru). Kedua
sel ini dibentuk dalam sumsung tulang.
Proses pertumbuhan dan pembentukan tulang terdapat dua macam proses
yaitu:
1. Sel tulang
a. Osifikasi
endokondral,
pertumbuhan
tulang
ini
ditandai
dengan
darah merah, misalnya pada epifisis tulang pipa. Apabila berwarna kuning,
berarti mengandung sel-sel lemak, misalnya pada diafisis tulang pipa.
b. Tulang rawan
Tulang rawan adalah tulang yang tidak mengandung pembuluh darah dan
saraf kecuali lapisan luarnya (perikondrium). Tulang rawan memiliki sifat
lentur karena tulang rawan tersusun atas zat interseluler yang berbentuk jelly
yaitu condroithin sulfat yang didalamnya terdapat serabut kolagen dan elastin.
Maka dari itu tulang rawan bersifat lentur dan lebih kuat dibandingkan
dengan jaringan ikat biasa. Pada zat interseluler tersebut juga terdapat rongga
rongga yang disebut lacuna yang berisi sel tulang rawan yaitu chondrosit.
Tulang rawan terdiri dari tiga tipe yaitu:
a) Tulang rawan hialin; tulang yang berwarna putih sedikit kebiru-biruan,
mengandung serat-serat kolagen dan chondrosit. Tulang rawan hialin
dapat kita temukan pada laring, trakea, bronkus, ujung-ujung tulang
panjang, tulang rusuk bagian depan, cuping hidung dan rangka janin.
b) Tulang rawan elastis; tulang yang mengandung serabut-serabut elastis.
Tulang rawan elastis dapat kita temukan pada daun telinga, tuba eustachii
(pada telinga) dan laring.
c) Tulang rawan fibrosa; tulang yang mengandung banyak sekali bundelbundel serat kolagen sehingga tulang rawan fibrosa sangat kuat dan lebih
kaku. Tulang ini dapat kita temukan pada discus diantara tulang vertebrae
dan pada simfisis pubis diantara 2 tulang pubis.
Perbedaan Tulang Rawan dan Tulang Keras
Tulang Rawan :
a. Lunak, Lentur, dan tidak mudah patah
b. Sel penyusun : Chondrocyte
c. Jaringanya : Banyak mengandung zat perekat dan sedikit mengandung
kalsium
Tulang Keras :
a. Keras, mudah patah dan kaku
b. Sel Penyusun : osteocyte
14
salah
menyusun
tubuh manusia.
Keberadaannya adalah kurang lebih mencapai 30% dari seluruh protein yang
terdapat di tubuh. Dia adalah struktur organic pembangun tulang, gigi, sendi, otot,
dan kulit. Serat kolagen memiliki daya tahan yang kuat terhadap tekanan. Kata
kolagen sendiri berasal dari bahasa Yunani yang artinya (bersifat lekat atau
menghasilkan pelekat).
c. Fibrosa
Disusun oleh matriks berwarna gelap dan keruh, dengan serabut kolagen padat
dan kasar yang tersusun sejajar dan membentuk satu berkas sehingga bersifat
keras.
15
Osteogenesis desmalis
16
Jadi pusat penulangan primer yang terjadi didalam diaphysis akan disususl
pusatpenulangan
sekunder
didalam
kerangka
kartilago.
D di sitosol yang mengangkut kalsium dari satu kutub ke kutub lainnya sehingga
meningkatkan difusi kalsium intraseluler. Secara teori, transport kalsium
intraseluler dapat di atur oleh jumlah kalsium yang masuk ke dalam sel, oleh
jumlah atau kecepatan kation berpindah dari satu kutub ke kutub lainnya atau oleh
adanya ekstrusi kalsium. Jika di perantarai oleh calcium chanel hanya dibutuhkan
dalam jumlah yang kecil.
Diet mempunyai pengaruh besar terhadap eksresi kalsium. Makan banyak
karbohidrat dan protein meningkatkan ekskresi kalsium. Susu dan bahan yang
berasal dari susu menyebebkan ekskresi kalsium dan fosfat dalam urin meningkat,
variasi kalsium dalam urin bervariasi tergantung juga dengan derajat aktivitas
fisik.
2.2 Musculus
2.2.1 Klasifikasi
Otot terdiri dari tiga tipe yaitu otot rangka, otot jantung, dan otot polos.
Meskipun ketiga jenis otot tersebut secara struktural dan fungsonal berbeda
namun mereka dapat diklasifikasikan dalam dua cara berlainan berdasarkan
karakteristik umumnya. Pertama, otot dikategorikan sebagai lurik atau seranlintang (otot rangka dan otot jantung) atau polos (otot polos), bergantung pada ada
tidaknya pita terang gelap bergantian, atau garis-garis, jika otot dilihat di bawah
mikroskop cahaya. Kedua, otot dapat dikelompokkan sebagai volunter (otot
rangka) atau involunter (otot jantung dan otot polos), masing-masing bergantung
pada apakah otot tersebut disarafi oleh sistem saraf somatik dan berada di bawah
kontrol kesadaran, atau disarafi oleh sistem saraf otonom dan tidak berda di
bawah kontrol kesadaran. Meskipun digolongkan sebagai volunteer, karena dapat
dikontrol oleh kesadaran, namun banyak aktivitas otot rangka juga berada di
bawah kontrol involunter bawah-sadar, misalnya aktivitas yang berkaitan dengan
postur, keseimbangan, dan gerakan stereotipikal seperti berjalan.11
18
Kategorisasi otot12
Berdasarkan bentuknya, otot rangka dapat dibagi menjadi:
a. Musculus fusiformis, satu kepala, serabut-serabut otot sejajar.
b. Musculus biceps, dua kepala, serabut-serabut otot sejajar.
c. Musculus biventer, dua perut, serabut-serabut otot sejajar.
d. Musculus planus, banyak kepala, otot pipih.
e. Musculus intersectus, otot berperut banyak dengan perpotongan-perpotongan
tendo.
f. Musculus semipenatus, otot unipetannus.
g. Musculus bipennatus, otot bipenatus.
Jenis-jenis otot
19
2.2.2
Anatomi12
20
21
2.2.3
Histologi13
Histologi otot sebagai berikut:
23
Otot jantung juga memiliki garis-melintang dan terdiri atas sel-sel panjang
yang bercabang, yang terletak paralel satu sama lain. Di tempat kontak ujung-keujung terdapat discus intercalaris, suatu struktur yang hanya terdapat pada otot
jantung'
Kontraksi otot jantung bersifat involunter, giat, dan ritmis
3 Otot polos
Serabut otot polos merupakan sel panjang yang runcing tanpa garis
melintang, dan setiap sel dibungkus oleh lamina basal dan jejaring serat retikular
halus Jaringan ikat tersebut berfungsi menggabungkan kekuatan yang
dibangkitkan oleh setiap serabut otot polos menjadi aksi bersama,misalnya
gerakan peristaltik usus. Panjang sel otot polos dapat bervariasi dari 20 m pada
pembuluh darah kecil sampai 500 m pada uterus di masa kehamilan. Setiap sel
memiliki satu inti di pusat pada bagian sel yang terlebar. Agar dapat berhimpit
lebih erat, bagian sel yang sempit terletak berdampingan dengan bagian yang
lebar dari sel tetangga. Bila potongan melintang susunan tersebut dilihat, akan
tampak berbagai ukuran diameter dan hanya penampang besar saja yang
mengandung inti. Bila otot polos berkontraksi, batas-batas sel tampak
bergelombang dan bentuk intinya berubah.
Otot polos terdiri atas kumpulan sel-sel fusiform yang tidak bergaris bila
diamati dengan mikroskop cahaya. Kontraksinya Iambat dan tidak di bawah
kendali volunter. Sejumlah organel sel otot memiliki nama yang berbeda dari
padanannya di dalam sel lain. Sitoplasma sel otot disebut sarkoplasma adalah
membran sel, atau plasmalema.
2.2.4
Fisiologi11
Otot rangka dirancang untuk berkontraksi melalui pelepasan asetilkolin
(Ach) di taut neuromuskular antara terminal neuron motorik dan serat oto.
Pengikatan Ach dengan motor end-plate suatu serat otot akan menyebabkan
perubahan permeabilitas di serat otot, menghasilkan potensial aksi yang
dihantarkan ke seluruh permukaan membran sel oto. Dua struktur membranosa di
dalam serat otot berperan penting dalam menghubungkan eksitasi ke kontraksi ini
tubulus transversus dan retikulum sarkoplasma.
PENYEBARAN POTENSIAL AKSI MENURUNI TUBULUS T
24
25
26
ATP
baru
memungkinkan
jembatan
silang
terlepas
yang
Biokimia/Metabolisme Otot3
Produksi ATP pada Serat Otot
Sejumlah besar ATP dibutuhkan sebagai kekuatan dalam siklus kontraksi,
untuk memompa Ca2+ kedalam sarcoplasmic reticulum, dan untuk reaksi
metabolism lain yang melibatkan kontraksi otot. Serat otot memiliki tiga cara
untuk menghasilkan ATP: (1) dari Creatine Phosphate, (2) oleh Respirasi selular
anaerobik, (3) olehrespirasi selular aerobik.
Creatine Phosphate
Ketika serat otot berelaksasi, otot memproduksi ATP lebih. Sebagian besar
ATP yang berlebih ini digunakan untuk mensintesis creatine phosphate, molekul
serat otot yang kaya energy. Enzim creatine kinase (CK) mengkatalis transfer
salah satu kelompok fosfat tinggi energy dari ATP kecreatine, membentuk
creatine phosphate dan ADP. Creatine merupakan molekul mirip asam amino
yang disintesis di hati, ginjal, dan pancreas dan kemudian di transportasikan ke
serat otot. Creatine phosphate 3-6 kali berlimpah dari ATP di sarkoplasma ketika
serat otot berelaksasi. Ketika kontraksi dimulai dan level ADP meningkat, CK
28
29
Seperti biasa, asam piruvat yang terbentuk oleh glikolisis memasuki mitokondria,
yang mana akan terjadi reaksi yang membutuhkan oksigen yang disebut respirasi
selular aerobik yang menghasilkan ATP dalam jumlah besar. Namun, selama
periode latihan yang berat, oksigen yang tersedia tidak cukup dalam serat otot
skeletal. Ketika ini terjadi, reaksi anaerob mengubah sebagian besar asam piruvat
menjadi asam laktat dalam sitosol. Sekitar 80% asam laktat yang dihasilkan
melalui difusi serat otot skeletal ke darah. Sel hati dapat mengubah beberapa asam
laktat menjadi glukosa kembali. Respirasi selular anaerob dapat menyediakan
energi yang cukupselama 30-40 detik aktivitas otot maksimal.
Respirasi Selular Aerobik
Selama periode istirahat atau latihan yang ringan, sejumlah oksigen yang
memadai tersedia dalam serat otot skeletal. Pada kasus seperti ini, ATP yang
digunakan untuk aktivitas otot diproduksi dari reaksi respirasi selular aerob.
Selama proses ini, asam piruvat masuk kemitokondria, dimana terjadi reaksi
oksidasi secara komplit yang menghasilkan ATP, CO2, H2O, dan panas.
30
Serat otot memiliki dua sumber oksigen: (1) oksigen yang berdifusi ke serat otot
dari darah dan (2) oksigen yang dilepaskan oleh myoglobin dalam serat otot.
Respirasi selular aerob mengsuplai ATP yang cukup untuk aktivitas yang
berlangsung lama dengan menyediakan oksigen yang memadai dan tersedianya
nutrient. Nutrient ini meliputi asampiruvat yang didapat dari glikolisis, asam
lemak dari pemecahan protein.Pada aktivitas lebih dari 10 menit, system aerob
menyediakan lebih dari 90% ATP yang dibutuhkan.Pada akhiraktivitas yang
berlangsung
lama
sepertilati
marathon,
hamper
100%
ATP
yang
dihasilkanolehrespirasiselularaerob.
2.3 FOP (Fibrodysplasia Ossificans Preogressiva)
2.3.1 Etiologi14
Penyebab genetik fibrodysplasia ossificans progressiva terletak dalam gen
ACVR1, yang mengkode tipe I BMP reseptor transmembran. Fibrodysplasia
ossificans progressiva adalah kondisi idiopatik dipicu oleh trauma. FOP dapat
bersifat autosomal dominan dan dapat diwariskan dari kedua orang tua. Penyebab
dari penyakit FOP ini adalah cedera bisa memicu menyebarnya penyakit FOP,
tulang bereaksi berlebihan pada memar atau retak sehingga pertumbuhan jaringan
tulang menjadi berlebihan ke seluruh tubuh, mulai dari leher dan tulang belakang
menjadi kaku terlebih dahulu, kemudian pundak, pinggang, dan siku. Hal ini
menunjukkan bahwa keterlibatan komponen inflamasi dari sistem kekebalan
2.3.2
Tatalaksana16
Pengobatan sampai saat ini masih dikembangkan, berikut obat yang dapat
digunakan
Kelas I: Obat-obatan yang telah banyak digunakan untuk mengontrol gejala suarup akut pada FOP(pembengkakan dan nyeri), dengan laporan anekdotal hasil
klinis yang menguntungkan dan efek samping umumnya minim.
Contoh: penggunaan jangka pendek kortikosteroid dosis tinggi, dan penggunaan
obat-obatan non-steroidal anti-inflammatory(NSAID) termasuk anti-inflamasi dan
anti-angiogenik cox-2 inhibitor yang baru.
Kelas II: Obat-obatan yang memiliki aplikasi teoritis untuk FOP, disetujui untuk
pengobatan gangguan lainnya, dan memiliki keterbatasan dan efek.
Contoh: inhibitor leukotrien, sel maststabilisator, dan aminobisphosphonates
(Pamidronate; Zoledronate).
Kelas III: obat baru Investigational
Contoh: Sinyal inhibitor transduksi, antibodi monoklonal menargetkan ACVR1,
dan asam retinoatagonis reseptor gamma (saat ini sedang dikembangkan).
32
2.3.4
Edukasi17
Edukasi adalah menghindari faktor-faktor yang akan menyebabkan
penyakit FOP itu untuk menjadi lebih ganas misalnya fraktur, infeksi.
Edukasi ada anak-anak, dengan pembatasan aktivitas kurang interaktif
secara fisik seperti bermain untuk mengurangi jatuh, tapi lebih baik menghindari
situasi yang berisiko tinggi tidak hanya praktis tetapi juga mencegah pasien dari
mengoptimalkan tingkat fungsi mereka. Selain itu, rehabilitasi fisik harus
difokuskan untuk meningkatkan aktivitas hidup seharihari melalui pendekatan
yang menghindari berbagai gerak pasit yang dapat menyebabkan penyakit flareup. Modifikasi aktivitas peningkatan keamanan rumah tangga, penggunaan
perangkat rawat jalan dan penggunaan pelindung kepala semua strategi untuk
mencegah jatuh dan meminimalkan penurunan pernapasan dan mencegah
influenza dan pneumonia. Suntikan intramuscular, termasuk imunisasi harus
dihindari, tetapi vaksinansi diberikan oleh subkutan injeksi dan venipuncture rutin
menimbulkan sedikit risiko. Langkah-langkah pencegahan kesehatan gigi dan
mulut adalah penting. Anestesi umum dengan nasotrakeal terjaga intubasi
fiberotik mungkin diperlukan untuk gigi pada beberapa pasien. Gangguan
pendengan konsuktif adalah umum dan masalah pada anak-anak. Upaya bedah
untuk menghapus tulang heterotopic akan memprovokasi pertumbuhan tulang
baru tidak boleh dicoba.
33
35
Bila tidak ada rangsangan, maka tidak ada pembebasan Ca 2+, tidak ada
perlekatan aktin myosin sehingga otot tetap beristirahat. Jembatan silang saling
menganggur, dengan menggunakan energy dari pemecahan ATP, ADP dan Pi
dibebaskan ke luar jembatan silang. Bila jembatan silang menerima ATP baru
maka jembatan silang akan terlepas dari aktin, dan kembali ke posisi semula.
2.5 Peran Tulang dan Sendi dalam Pergerakan3
Dalam memproduksi gerakan, tulang bertindak sebagai pengungkit, dan
sendi berfungsi sebagai tumpuan tuas tersebut. Sebuah tuas adalah struktur kaku
yang dapat bergerak di sekitar titik tetap yang disebut titik tumpu. Sebuah tuas
bertindak di dua titik yang berbeda dengan dua kekuatan yang berbeda yaitu
usaha, yang menyebabkan gerakan, dan beban atau resistensi, yang menentang
gerakan.
Upaya ini merupakan gaya yang diberikan oleh kontraksi otot; beban
biasanya adalah berat bagian tubuh yang dipindahkan atau beberapa perlawanan
bahwa bagian tubuh yang bergerak sedang mencoba untuk mengatasi (seperti
36
berat buku yang mungkin anda ambil). Gerak terjadi ketika upaya diterapkan pada
tulang di insersi melebihi beban. Pertimbangkan bisep brachii melenturkan lengan
bawah pada siku saat objek terangkat.
Ketika lengan dinaikkan, siku adalah titik tumpu. Berat lengan bawah
ditambah berat benda di tangan adalah beban. Kekuatan kontraksi dari brachii
biseps menarik lengan keatas adalah usaha. Jarak relatif antara titik tumpu dan
beban dan titik di mana usaha diterapkan menentukan apakah tuas yang diberikan
beroperasi pada keuntungan mekanis atau kerugian mekanis.
Misalnya, jika beban lebih dekat ke titik tumpu dan upaya lebih jauh dari
titik tumpu, maka hanya usaha yang relatif kecil yang dibutuhkan untuk
memindahkan beban besar lebih dari jarak kecil. Ini disebut keuntungan mekanis.
Jika, sebaliknya, beban lebih jauh dari titik tumpu dan usaha yang diterapkan
lebih dekat ke titik tumpu, maka upaya yang relatif besar diperlukan untuk
memindahkan beban kecil (tapi pada kecepatan yang lebih besar). Hal ini disebut
kerugian mekanis. Bandingkan mengunyah sesuatu yang keras (beban) dengan
gigi depan anda dan gigi di bagian belakang mulut anda. Akan lebih mudah untuk
menghancurkan bahan makanan keras dengan gigi belakang karena mereka lebih
dekat dengan titik tumpu (rahang atau sendi temporomandibular) daripada gigi
depan.
Pengungkit dikategorikan menjadi tiga jenis sesuai dengan posisi titik
tumpu, usaha, dan beban:
1. Titik tumpu adalah antara usaha dan beban di tuas kelas
Gunting dan jungkat-jungkit adalah contoh pengungkit kelas satu. Sebuah
tuas kelas dapat menghasilkan baik keuntungan mekanis atau kerugian mekanik
tergantung pada apakah usaha atau beban lebih dekat ke titik tumpu.
Ada beberapa tuas kelas satu di tubuh. Salah satu contohnya adalah tuas
yang dibentuk oleh kepala bertumpu pada tulang belakang. Ketika kepala
dinaikkan, kontraksi otot-otot leher posterior memberikan usaha, sendi antara
atlas dan tulang oksipital (atlantooccipital bersama) membentuk titik tumpu, dan
berat bagian anterior tengkorak adalah beban.
37
2. Beban adalah antara titik tumpu dan usaha dalam tuas kelas dua
Tuas kelas dua beroperasi seperti gerobak. Mereka selalu menghasilkan
keuntungan mekanis karena beban selalu dekat dengan titik tumpu dari usaha.
Pengaturan ini mengorbankan kecepatan dan jangkauan gerak untuk kekuatan;
jenis tuas menghasilkan sebagian besar gaya.
Kelas ini tuas jarang ditubuh manusia. Contohnya adalah berdiri dijari-jari kaki.
Titik tumpu adalah telapak kaki. Beban adalah berat tubuh. Upaya adalah
kontraksiotot-ototbetis, yang menaikkan tumit dari tanah.
3. Upaya ini merupakan antara titik tumpu dan beban di tuas kelas ketiga
Tuas ini beroperasi seperti sepasang pinset dan tuas paling umum dalam
tubuh. Tuas kelas ketiga selalu menghasilkan kerugian mekanik karena upaya
selalu lebih dekat ke titik tumpu dari beban.
Di dalam tubuh, pengaturan ini menguntungkan kecepatan dan jangkauan
gerak di atas kekuatan. Sendi siku, otot biceps brachii, dan tulang-tulang lengan
dan lengan adalah salah satu contoh dari tuas kelas tiga. Sebagaimana telah kita
lihat, dalam meregangkan lengan bawah pada siku, sendi siku adalah titik tumpu,
kontraksi otot biseps brachii memberikan usaha, dan berat tangan dan lengan
bawah adalah beban.
2.6 Gerakan Dasar18
Proses terjadinya gerakan pada manusia dimulai dari adanya stimulus (S)
yang diterima oleh reseptor (R) yang terdiri dari panca indera, lantas dibawa oleh
syaraf-syaraf sensorik menuju ke otak (O). Stimulus tersebut diolah di otak, lalu
memberikan balikan melalui syaraf motorik ke alat- alat gerak atau efektor (E)
seperti otot, tulang, dan sendi. Sehingga manusia dapat bergerak Prinsip - prinsip
perkembangan gerak dimulai dari bagian proksimal menuju ke bagian distal,
misalnya kemampuan mengontrol gerakan kepala datang lebih dahulu
dibandingkan dengan kemampuan mengontrol gerakan badan, kemampuan
menggerakkan bahu lebih dahulu dibandingkan gerakan siku dan tangan. Dimulai
dari sikap fleksi menuju sikap ekstensi. Misalnya bayi baru lahir pada posisi
telungkup sendi-sendi dalam keadaan fleksi, punggung melengkung. Umur tiga
bulan, kepala mulai terangkat ke arah ekstensi, pada umur 6 bulan ekstensi telah
38
sampai pada daerah tubuh. Ada dua macam gerak manusia, yaitu gerak yang
disadari dan gerakan yang tidak disadari atau gerak refleks. Gerak yang disadari
prosesnya melalui otak, sedangkan gerak yang tidak disadari prosesnya tidak
melalui otak melainkan melalui sumsum tulang belakang. Dimulai dari adanya
stimulus (rangsang): panas, dingin, lapar, silau, dsb, diterima oleh reseptor,
diteruskan ke sumsum tulang belakang, menuju ke efektor, terjadilah gerakan
yang tidak disadari (gerak refleks).Gerak dasar tubuh dimulai dari gerakan
telentang, miring, tengkurep, berguling, merayap, merangkak, duduk, berdiri,
berjalan, dan berlari. Selain gerakan dasar, kita kenal gerak manipulatif dan gerak
non-manipulatif. Gerakan manipulatif adalah gerak yang memerlukan koordinasi
dengan ruang dan benda di sekitarnya. Misalnya: gerakan melempar atau
throwing, menangkap atau catching and collecting, menendang atau kicking,
memukul atau punting, memantul- mantulkan atau dribbling, melambungkan atau
volleying, memukul dengan raket, memukul dengan alat atau pemukul kayu.
Sedangkan yang termasuk gerakan non-manipulatif adalah gerakan yang
dilakukan tanpa menggunakan alat dan dapat berpindah tempat. Contohnya:
gerakan membelok atau turning, berputar atau twisting, mengguling atau rolling,
mengatur keseimbangan tubuh atau balancing, perpindahan tempat atau
transferring weight, melompat dan mendarat atau jumping and landing,
meregangkan atau strectching, mengerut atau curting.
Adapun jenis-jenis gerakan menurut pergerakan sendi meliputi:
a. Fleksi, yaitu memperkecil sudut diantara dua bagian rangka dalam bidang
sagital.
b. Ekstensi, yaitu memperbesar sudut diantara dua bagian rangka dalam bidang
sagital.
c. Adduksi, yaitu mendekatkan bagian rangka ke bidang tengah badan.
d. Abduksi, yaitu menjauhkan bagian rangka dari bidang tengah badan.
e. Rotasi, yaitu gerakan sekeliling sumbu panjang suatu bagian rangka (berputar
pada porosnya).
f. Sirkumduksi, yaitu gerak melingkar kombinasi dari semua gerak tersebut di
atas.
39
Selanjutnya jenis gerakan menurut jumlah otot yang bergerak pada garis besarnya
terdiri dari dua, yaitu:
a. Gerakan kasar (Gross motor), ialah gerakan yang dilakukan oleh banyak otot.
Misalnya gerakan berjalan, berlari, meloncat, melompat.
b. Gerakan halus (Fine motor), ialah gerakan yang dilakukan oleh sedikit otot.
Misalnya gerakan menulis, menggambar, makan, minum.
2.7 Hubungan Perubahan Struktur Otot dan Sendi Sehingga Menyebabkan Pergerakan
Menjadi Terbatas dan Luas Pergerakan Menurun19
Persendian atau artikulasio adalah suatu hubungan antara dua buah tulang
atau lebih yang dihubungkan melalui pembungkus jaringan ikat pada bagian luar
dan pada bagian dalam terdapat rongga sendi dengan permukaan tulang yang
dilapisi oleh tulang rawan. Fungsi dari sendi secara umum adalah untuk
melakukan gerakan pada tubuh. Sehingga ketika terjadi perubahan struktur pada
sendi akan menyebabkan luas pergerakan menurun karena sendi itu sendiri
fungsinya adalah untuk melakukan gerakan pada tubuh.
2.8
meningkatkan
jumlah
kalsium
dalam
darah
dengan
41
BAB III
KESIMPULAN
Perubahan struktur otot menyebabkan terbatasnya pergerakan, serta perubahan struktur
sendi menyebabkan penurunan luas gerak pada anak tersebut.
42
DAFTAR PUSTAKA
1.
Dwisang, Evi Luvina. Anatomi dan Fisiologi: Untuk Perawat dan Paramedis. Tangerang:
8.
Rare
Diseases
2011,
6:80
http://www.ojrd.com/content/6/1/80
43
18.
19.
44