Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Pemicu
Sebelum sesi diskusi kelompok, mahasiswa menyaksikan video singkat pemicu 1
diputar saat kuliah pengantar modul. Mahasiswa juga mendapat salinan file video
tersebut dari dosen penanggung jawab modul sehingga dapat diputar di laptop masingmasing di ruang diskusi.
1.2 Klarifikasi dan Definisi
a) Fibrodysplasia Ossificans Progressiva (FOP) : Penyakit genetik langka yang
mempengaruhi jaringan otot dan jaringan ikat yang secara bertahap dapat
tergantikan oleh jaringan tulang.
1.3 Kata Kunci
a) Otot
b) Tulang
c) FOP
d) Deformitas jempol kaki pada saat lahir
e) Gangguan pendengaran
f) Benjolan di punggung saat lahir
g) Trauma
h) Punggung menyatu
i) Gerakan terbatas
1.4 Rumusan Masalah
Seorang anak laki-laki berumur 3 tahun menderita Fibrodysplasia Ossificans
Progressiva sehingga mengalami perubahan struktur otot dan sendi.

1.5 Analisis Masalah


Otot dan Tulang
Fisiologis
Anatomi dan Embriologi

Patofisiologis
FOP

Penyakit Lainnya

Histologi
Proses Osifikasi
Mekanisme gerak
1.6 Hipotesis
Perubahan
struktur
ototOtot
menyebabkan terbatasnya pergerakan, serta perubahan struktur
Mekanisme
Kontraksi
sendi menyebabkan penurunan luas gerak pada anak tersebut.
1.7 Learning Issues
1. Skeleton
A. Klasifikasi
B. Embriologi
C. Anatomi
D. Histologi
E. Fisiologi
F. Osteogenesis
G. Metabolisme kalsium dan tulang
2. Musculus
A. Klasifikasi
B. Anatomi
C. Histologi
D. Fisiologi
E. Biokimia/metabolisme otot
3. FOP
A. Etiologi
2

B. Gejala klinis
C. Tatalaksana
D. Edukasi
4. Mekanisme pergerakan pada otot rangka
5. Peran tulang dan sendi dalam pergerakan
6. Gerakan dasar
7. Hubungan perubahan struktur otot dan sendi sehingga menyebabkan pergerakan
menjadi terbatas dan luas pergerakan menurun
8. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tulang dan otot

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Skeleton
2.1.1 Klasifikasi1
a) Tulang panjang
Tulang panjang memiliki batang, dua ujung, dan rongga medula. Contoh tulang
panjang adalah tulang lengan atas, lengan bawah, jari, paha, dan betis.
b) Tulang pendek
Tulang pendek memiliki tulang spons yang dikelilingi oleh satu lapisan kompak
yang keras, misalnya tulang pergelangan tangan dan kaki.
c) Tulang pipih
Tulang pipih memiliki dua lapisan tulang spons yang keras dan di antaranya
terdapat tulang kompak, misalnya tulang dada, tulang punggung, dan tulang
belikat.
d) Tulang tidak berbentuk
Susunan tulang tidak berbentuk menyerupai tulang pendek dan pipih, tetapi
bentuknya berbeda, misalnya tulang wajah dan tulang belakang.
e) Tulang Sesamoid
Susunan tulang berbentuk seperti biji sesame.

2.1.2

Embriologi2
Sebagian besar jaringan skeletal berasal dari sel mesenkim, jaringan ikat
(berasal dari mesoderm). Namun, pada kebanyakan tulang cranium berasal dari
4

ektoderm. Sel-sel mesenkim berkondensasi dan membentuk model-model tulang


di area dimana tulang tersebut akhirnya terbentuk. Pada beberapa kasus, tulang
terbentuk secara langsung dalam mesenkim (osifikasi intramembranosa). Pada
kasus lain, tulang terbentuk dalam tulang rawan hialin yang berkembang dari selsel mesenkim (osifikasi endokondral).

Kranium mulai berkembang selama minggu ke-4 setelah fertilisasi yang


berkembang dari mesenkim yang mengelilingi perkembangan otak dan terdiri dari
2 bagian besar: neurokranium (berasal dari mesodermal), yang membentuk tulang
cranium, dan visera cranium (berasal dari ektodermal), yang membentuk tulang
wajah. Neurokranium terbagi menjadi dua bagian:
1. Cartilaginous neurocranium yang terdiri atas tulang rawan hialin yang
berkembang dari mesenkim pada basis perkembangan kranium, kemudian
mengalami osifikasi endokondral untuk membentuk tulang pada basis cranii.
2. Membranous Neurocranium terdiri atas mesenkim yang kemudian mengalami
osifikasi intramembranosa untuk membentuk tulang pipih yang membuat atap
dan sisi tulang.
5

Viserakranium, seperti neurokranium, terbagi menjadi dua bagian:


1. Cartilaginous viscerocranium berasal dari kartilago pada dua pertama arkus
pharyngealis (branchialis). Osifikasi endokondral pada tulang rawan ini
membentuk tulang telinga dan tulang hyoid.
2. Membranous viscerocranium berasal dari mesenkim pada arkus pharyngealis
pertama dan mengalami osifikasi intramembranosa, membentuk tulang wajah.
Vertebrae dan costa berasal dari somit. Sel-sel mesenkim dari region yang
mengelilingi

notochord

pada

minggu

ke-4 fertilisasi.

Notochord

akan

menstimulasi sel-sel mesenkim untuk membentuk corpus vertebrae, costa, dan


arkus vertebra. Diantara corpus vertebrae, notochord menginduksi sel-sel
mesenkim untuk membentuk nucleus pulposus pada diskus intervertebralis dan
mengelilingi sel-sel mesenkim membentuk annulus fibrosus pada diskus
intervertebralis.

Karena

perkembangan

berlanjut,

bagian

lain

vertebrae

membentuk dan arkus vertebrae mengelilingi medulla spinalis. Pada region


torakal, processus dari vertebrae berkembang menjadi costa. Sternum berkembang
dari mesoderm pada dinding tubuh anterior.
Tulang ekstremitas berasal dari mesoderm. Selama pertengahan minggu
ke-4 setelah fertilisasi, ekstremitas atas muncul sebagai elevasi kecil pada bagian
sisi trunkus yang disebut upper limb buds. Sekitar 2 hari kemudian, lower limb
buds muncul. Calon ekstremitas ini terdiri atas mesenkim yang diselubungi oleh
ektoderm. Pada poin ini, skeleton mesenkim ada pada ekstremitas; beberapa masa
mesoderm yang mengelilingi perkembangan tulang akan menjadi otot skeletal
ekstremitas.
Pada minggu ke-6, terdapat konstriksi pada bagian tengah calon
ekstremitas yang menghasilkan segmen pipih bagian distal upper buds yang
disebut lempeng tangan (hand plates) dan segmen distal lower buds yang disebut
lempeng kaki (foot plates). Lempeng ini sebagai awal perkembangan tangan dan
kaki. Pada tahap perkembangan ekstremitas tulang rawan skeletal terbentuk dari
mesenkim. Pada minggu ke-7, lengan atas, lengan bawah, dan tangan muncul

sebegai bentuk perkembangan dari upper limb buds, dan femur, tungkai bawah,
dan kaki muncul yang berasal dari lower limb buds.

Perkembangan sistem skeletal pada minggu ke 4-6

Pada minggu ke-8, area bahu, siku, dan pergelangan tangan muncul, upper
limb bud telah menjadi ektremitas atas, dan lower limb buds sekarang sebagai
ektremitas bawah.

Perkembangan sistem skeletal pada minggu ke 7-8

2.1.3

Anatomi3
Tulang-tulang dari sistem skeletal pada orang dewasa

Tulang-tulang pada orang dewasa tampak anterior dan posterior

2.1.4

Histologi4
Histologi tulang sejati
a. Osteoblast
Osteoblast mensintesis dan menjadi perantara mineralisasi osteoid. Osteoblast
ditemukan dalam satu lapisan pada permukaan jaringan tulang sebagai sel
berbentuk kuboid atau silindris pendek yang saling berhubungan melalui tonjolantonjolan pendek.
b. Osteosit
Osteosit merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Mempunyai
peranan penting dalam pembentukan matriks tulang dengan cara membantu
pemberian nutrisi pada tulang.
c. Osteoklas
Osteoklas merupakan sel fagosit yang mempunyai kemampuan mengikis tulang.
Mampu memperbaiki tulang bersama osteoblast. Osteoklas ini berasal dari
deretan sel monosit makrofag.
d. Sel osteoprogenitor
Sel osteoprogenitor merupakan sel mesenchimal primitive yang menghasilkan
osteoblast selama pertumbuhan tulang dan osteosit pada permukaan dalam
jaringan tulang.
e. Periosteum
Bagian luar dari jaringan tulang yang diselubungi oleh jaringan pengikat pada
fibrosa yang mengandung sedikit sel. Pembuluh darah yang terdapat di bagian
periosteum luar akan bercabang-cabang dan menembus ke bagian dalam
periosteum yang selanjutnya samapai ke dalam Canalis Volkmanni. Bagian dalam
periosteum ini disebut pula lapisan osteogenik karena memiliki potensi
membentuk tulang. Oleh karena itu lapisan osteogenik sangat penting dalam
proses penyembuhan tulang.
f. Endosteum
Endosteum merupakan lapisan sel-sel berbentuk gepeng yang membatasi rongga
sumsum tulang dan melanjutkan diri ke seluruh rongga-rongga dalam jaringan
tulang termasuk Canalis Haversi dan Canalis Volkmanni.

2.1.5

Fisiologi5,6,7,8
Tulang dibentuk di dalam kandungan mulai trimester 3 kehamilan yang
disebut tulang woven, setelah lahir menjadi tulang lameral yang hanya
9

mengandung 25 gr kalsium dan selanjutnya berkembang terus karena pengaruh


lokal dan sistemik serta meningkatkan kalsium sampai 1000 gr saat tulang
mencapai kematangan.Massa tulang terbentuk dari masa bayi sampai mencapai
puncaknya sewaktu usia dewasa, nilai ini ditentukan oleh faktor genetik nutrisi,
kegiatan fisik dan penyakit. Makin tinggi nilai masa tulang ini dicapai akan
semakin makin baik, setelah puncak dicapai pada umur 30 tahun, maka kurva
akan mendatar (plateau) dan kemudian sekitar umur 40 tahun kurva mulai
menurun.

Kecepatan laju penurunan

sekitar 1 % per

tahun.Selama

perkembangannya tulang terus membutuhkan kalsium yang sangat tinggi sampai


masa pubertas dimana proses kematangan hormon reproduksi, estrogen pada
wanita dan testosteron pada laki-laki. Karena pengaruh anabolik dan prekursor
estrogen terjadilah proses bone remodeling atau pergantian masa tulang.
Proses remodeling ini melalui 2 tahap yaitu oleh tahap bone formation
atau pembentukan tulang oleh osteoblas dan tahap bone resorption resorpsi atau
penyerapan tulang oleh osteoklas. Sebagai puncak pembentukan terjadi pada
wanita usia 30 tahun dan akan mengalami penurunan pada masa menopause
sampai usia lanjut.
Jaringan tulang membentuk sekitar 18% dari berat tubuh manusia. Sistem
rangka melakukan beberapa fungsi dasar:
1. Dukungan
Kerangka berfungsi sebagai rangka struktural bagi tubuh dengan
mendukung jaringan lunak dan memberikan titik perlekatan tendon sebagian
besar otot rangka.
2. Perlindungan
Kerangka melindungi organ internal yang paling penting dari cedera.
Misalnya, tulang tengkorak melindungi otak, tulang belakang (tulang
punggung) melindungi sumsum tulang belakang, dan tulang rusuk melindungi
jantung dan paru-paru.
3. Bantuan dalam gerakan
Kebanyakan otot rangka menempel pada tulang; ketika mereka
berkontraksi, mereka menarik pada tulang untuk menghasilkan gerakan.
10

4. Homeostasis mineral (penyimpanan dan pelepasan)


Jaringan tulang menyimpan beberapa mineral, terutama kalsium dan
fosfor, yang memberikan kontribusi pada kekuatan tulang. Jaringan tulang
menyimpan sekitar 99% dari kalsium tubuh. Sesuai permintaan, tulang
melepaskan mineral ke dalam darah untuk mempertahankan keseimbangan
mineral penting (homeostasis) dan untuk mendistribusikan mineral ke bagian
lain dari tubuh.
5. Produksi sel darah
Dalam tulang tertentu, jaringan ikat yang disebut sumsum tulang merah
menghasilkan sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit, proses yang
disebut hemopoiesis. Sumsum tulang merah terdiri dari sel darah yang
berkembang, adiposit, fibroblas, dan makrofag dalam jaringan serat reticular.
Hal ini hadir dalam tulang janin yang berkembang dan dalam beberapa tulang
dewasa, seperti tulang pinggul (pelvis), tulang rusuk, sternum (tulang dada),
vertebrae (tulang punggung), tengkorak, dan ujung tulang humerus (tulang
lengan) dan femur (tulang paha). Pada bayi baru lahir, semua sumsum tulang
merah dan terlibat dalam hemopoiesis. Dengan bertambahnya usia, banyak
perubahan sumsum tulang dari merah ke kuning.
6. Penyimpanan trigliserida
Sumsum tulang kuning sebagian besar terdiri dari sel-sel adiposa, yang
menyimpan trigliserida. Trigliserida yang tersimpan adalah cadangan energi
kimia potensial.

11

2.1.6

Osteogenesis3
1. Komponen Pembentuk Tulang
Perkembangan tulang berasal dari jenis perkembangan membranosa
dan perkembangan kartilago. Proses peletakan jaringan tulang (histogenesis) di
sebut ossifikasi (penulangan). Jika hal ini terjadi dalam suatu model selaput
dinamakan penulangan intramembranosa dan tulang yang dibentuk dinamakan
tulang membran atau tulang dermal karena tulang ini berasal dari suatu
membran.
Tulang-tulang endokondral (tulang kartilago) merupakan tulang yang
berkembang dari penulangan suatu model tulang rawan. Penulangan ini
dinamakan penulangan intrakartilaginosa (penulangan tidak langsung). Jenisjenis penulangan intramembranosa merupakan suatu proses yang mendesak,
sedangkan jenis penulangan intrakartilaginosa merupakan proses yang berjalan
perlahan-lahan dan berencana.
Tulang normal terdiri dari lapisan tulang padat yang mengelilingi
lempengan dan serabut tulang (tulang berongga) yang diselingi sumsum tulang.
Ketebalan lapisan luar yang padat ini berbeda-beda pada setiap bagian rangka,
sebagai contoh tulang tengkorak dan tulang anggota tubuh jauh lebih besar
dibandingkan tulang belakang. Kekuatan rangka terutama dihasilkan oleh
tulang padat ini, namun tulang berongga juga ikut berperan penting.
Penyusun utama tulang sesungguhnya adalah mineral tulang yang
mengandung kalsium (Ca) & fosfor (P), dan protein yang disebut kolagen.
Struktur tulang mirip beton untuk bangunan atau jembatan. Komponen kalsium
dan fosfor membuat tulang keras dan kaku mirip semen, sedang serat-serat
kolagen membuat tulang mirip kawat baja pada tembok.
Tulang adalah jaringan hidup yang harus terus diperbaharui untuk
menjaga kekuatannya. Tulang yang tua selalu dirusak dan digantikan oleh
tulang yang baru dan kuat. Bila proses ini, yang terjadi di permukaan tulang
(peremajaan tulang) tidak terjadi, rangka kita akan rusak karena keletihan
ketika kita masih muda. Ada 2 jenis sel utama dalam tulang, yakni osteoklast

12

(yang merusak tulang) dan osteoblast (yang membentuk tulang baru). Kedua
sel ini dibentuk dalam sumsung tulang.
Proses pertumbuhan dan pembentukan tulang terdapat dua macam proses
yaitu:
1. Sel tulang
a. Osifikasi

endokondral,

pertumbuhan

tulang

ini

ditandai

dengan

pertumbuhan tulang rawan dan degenerasi dalam epifise.


b. Osifikasi membran, proses pertama terjadi resorpsi matriksnya dan proses
kedua berlangsung pelarutan hidroksiapatik yang diikuti terbebasnya garam
kalsium fosfat. Faktor yang paling berperan adalah osteoklast yang dikenal
sebagai pembuang tulang (sel perusak tulang) dan mempunyai kemampuan
fagosit. Osteoklast menghasilkan zat yang dapat menyebabkan terjadinya
depolimerisasi atau dibebaskanya garam-garam dan asam fosforik pada
tulang yang berakibat larutnya atau di bebaskannya kalsium dalam tulang.
Zat lain yang mempunyai kaitan dengan metabolisme tulang adalah asam
sitrat. Kadar asam sitrat didapati lebih tinggi dikawasan korteks diafise dari
tulang panjang.
2. Matriks tulang (protein, kolagen, fibrosa)
Matrik tulang terdiri dari tulang keras dan tulang rawan :
a. Tulang keras
Merupakan kumpulan sel sel yang mengeluarkan matriks yang mengandung
senyawa kapur dan fosfat. Kedua senyawa ini menyebabkan tulan menjadi
keras. Osteoblast pada lacuna menjadi tidak aktif dan disebut esteosit ( sel
tulang ).Osteosit satu dengan lainnya dihubungkan oleh kanalikula yang
mengandung sitoplasma dan pembuluh darah yang bertugas memenuhi
kebutuhan nutrisi osteosit.
Tulang keras berdasarkan strukturnya dibedakan menjadi dua, yaitu tulang
kompak dan tulang spons (tulang berongga). Pada tulang keras atau tulang
kompak, matrik tulang padat dan rapat, misalnya pada tulang pipa. Pada
tulang spons, matrik berongga. Rongga-rongga pada tulang spons berisi
jaringan sumsum tulang.apabila berwarna merah, berarti mengandung sel-sel
13

darah merah, misalnya pada epifisis tulang pipa. Apabila berwarna kuning,
berarti mengandung sel-sel lemak, misalnya pada diafisis tulang pipa.
b. Tulang rawan
Tulang rawan adalah tulang yang tidak mengandung pembuluh darah dan
saraf kecuali lapisan luarnya (perikondrium). Tulang rawan memiliki sifat
lentur karena tulang rawan tersusun atas zat interseluler yang berbentuk jelly
yaitu condroithin sulfat yang didalamnya terdapat serabut kolagen dan elastin.
Maka dari itu tulang rawan bersifat lentur dan lebih kuat dibandingkan
dengan jaringan ikat biasa. Pada zat interseluler tersebut juga terdapat rongga
rongga yang disebut lacuna yang berisi sel tulang rawan yaitu chondrosit.
Tulang rawan terdiri dari tiga tipe yaitu:
a) Tulang rawan hialin; tulang yang berwarna putih sedikit kebiru-biruan,
mengandung serat-serat kolagen dan chondrosit. Tulang rawan hialin
dapat kita temukan pada laring, trakea, bronkus, ujung-ujung tulang
panjang, tulang rusuk bagian depan, cuping hidung dan rangka janin.
b) Tulang rawan elastis; tulang yang mengandung serabut-serabut elastis.
Tulang rawan elastis dapat kita temukan pada daun telinga, tuba eustachii
(pada telinga) dan laring.
c) Tulang rawan fibrosa; tulang yang mengandung banyak sekali bundelbundel serat kolagen sehingga tulang rawan fibrosa sangat kuat dan lebih
kaku. Tulang ini dapat kita temukan pada discus diantara tulang vertebrae
dan pada simfisis pubis diantara 2 tulang pubis.
Perbedaan Tulang Rawan dan Tulang Keras
Tulang Rawan :
a. Lunak, Lentur, dan tidak mudah patah
b. Sel penyusun : Chondrocyte
c. Jaringanya : Banyak mengandung zat perekat dan sedikit mengandung
kalsium
Tulang Keras :
a. Keras, mudah patah dan kaku
b. Sel Penyusun : osteocyte

14

c. Jaringannya : Banyak mengandung zat kalsium dan sedikit mengandung zat


perekat
Matriks tulang di susun oleh :
a. Protein
Dari makanan kita memperoleh Protein. Di sistem pencernaan protein akan
diuraikan menjadi peptid peptid yang strukturnya lebih sederhana terdiri dari
asam amino. Hal ini dilakukan dengan bantuan enzim. Tubuh manusia
memerlukan 9 asam amino. Artinya kesembilan asam amino ini tidak dapat
disintesa sendiri oleh tubuh esensiil, sedangkan sebagian asam amino dapat
disintesa sendiri atau tidak esensiil oleh tubuh. Keseluruhan berjumlah 21 asam
amino. Setelah penyerapan di usus maka akan diberikan ke darah. Darah
membawa asam amino itu ke setiap sel tubuh. Kode untuk asam amino tidak
esensiil dapat disintesa oleh DNA. Ini disebut dengan DNAtranskripsi. Kemudian
mRNA hasil transkripsi di proses lebih lanjut di ribosom atau retikulum
endoplasma, disebut sebagai translasi.
b. Kolagen
Kolagen adalah

salah

satu protein yang

menyusun

tubuh manusia.

Keberadaannya adalah kurang lebih mencapai 30% dari seluruh protein yang
terdapat di tubuh. Dia adalah struktur organic pembangun tulang, gigi, sendi, otot,
dan kulit. Serat kolagen memiliki daya tahan yang kuat terhadap tekanan. Kata
kolagen sendiri berasal dari bahasa Yunani yang artinya (bersifat lekat atau
menghasilkan pelekat).
c. Fibrosa
Disusun oleh matriks berwarna gelap dan keruh, dengan serabut kolagen padat
dan kasar yang tersusun sejajar dan membentuk satu berkas sehingga bersifat
keras.

15

Jenis osteogenesis dibedakan menjadi 2 yaitu:


1.

Osteogenesis desmalis

Memiliki nama lain osteogenesis intramembranosa karena terjadi didalam


membrane jaringan. Tulang hasil osteogenesis desmalis disebut tulang desmal.
Proses yang terjadi pada osteogenesis desmalis adalah Osteoblast yang tumbuh
menjadi osteosit akan mempengaruhi zat-zat disekitarnya (matriks) yang mulamula cair akan menjadi kental, kemudian membentuk osteoid. Osteoid akan
mengeras karena proses pengapuran , sehingga akan mengurung osteosit.
Disinilah mulai terbentuk pulau tulang pertama, dan tempat proses ini disebut titik
penulangan (punctum ossification). Contoh tulang yang pembentukannya melalui
proses ini pada umumnya terjadi pada tulang pipih misalnya tulang tengkorak,
khususnya os frontalis, dan os parietalis serta os patella. Tempat perubahan awal
tersebut dinamakan pusat penulangan primer.
Ciri-ciri osteogenesis desmalis:
1.
2.
3.
4.

Terjadi didalam membran jaringan


Bagian tulang yang mengalami pusat penulangan primer disebut diaphysis
Substansi interselulernya terdiri dari serabut kolagen
Tanda-tanda pertama yang terlihat yaitu matriks yang terwarna eosinofil di antara
2 pembuluh darah yang berdekatan
2. Osteogenesis Enchondralis
Secara artificial, pembentukan ini berarti prosesnya diawali dengan
pembentukan tulang rawan sehingga proses lebih kompleks. Dalam proses
pertumbuhannya, penambahan ukuran terjadi secara radial. Pertumbuhan sampai
menjadi tulang berlangsung melalui tahap berikut :
1. sel-sel mesencym menjadi sel calon tulang rawan (chondroblast) kemudian
melanjut menjadi sel tulang rawan (chondrocyte)
2. Terjadi perbanyakan dan pembesaran chondrocyte
3. pengapuran matriks tulang rawan
4. Proses pembentukannya secara tidak langsung sekurang-kurangnya memiliki
tiga punctum ossifikasi

16

Jadi pusat penulangan primer yang terjadi didalam diaphysis akan disususl
pusatpenulangan

sekunder

didalam

kerangka

kartilago.

Ciri-ciri Osteogenesis Enchondralis adalah:


1.
2.
3.
4.

Bagian tulang yang mengalami pusat penulangan sekunder disebut epipisis


Terjadi pembesaran kondrosit di tengah diapisis
Selalu dimulai dengan pembentukan kartilago
Umumnya proses ini mengalami pembentukan tidak langsung dan memiliki

minimal 3 titik penulangan.


5. Proses pertumbuhannya terjadi secara radial.
2.1.7

Metabolisme Kalsium dan Tulang9,10


Kalsium dalam serum, pada keadaan normal 9-11 mg/dl atau 4,5-5,5
meq/l, ditemukan terutama dalam 2 bentuk. Sekitar beredar dalam ion bebas yang
berperan dalam koagulasi darah, antaran neuromuskular, pemeliharaan fungsi
membran, regulasi intrasel dari sekresi oleh kelenjar dan kontrol atas
kontraktilitas otot rangka dan jantung. Kalsium yang tidak berwujud ion terikat
pada protein.
Penting sekali bagi tubuh untuk memelihara kadar normal ion kalsium.
Kadar kalsium total dalam serum berubah dengan adanya perubahan kadar
protein-protein baik albumin maupun globulinakan tetapi kadar ion kalsium tidak
dipengaruhi oleh ikatan protein-protein itu. Kadar kalsium dan fosfat mempunyai
hubungan timbal balik, kalau yang satu meningkat, yang satnya lagi akan
menurun.
Absorpsi kalsium dari saluran pencernaan akan efisien bila kalsium dalam
bentuk terlarut, umumnya dalam bentuk ion kasium. Kalsium di absorpsi dari
saluran pencernaan oleh adanya kombinasi antara transport aktif dan difusi pasif.
Transport aktif distimulasi oleh 1,25-dihydroxyvitamin D3 dan terutama pada
duodenum dan jejenum proksimal. Proses pasif lebih penting pada jejenum distal
dan ileum dimana masa transit lebih poanjang dan dapat menjadi mekanisme
utama pada penyerapan muatan kalsium yang lebih besar yang mensaturasi proses
aktif. Kalsium dari sel intestinal bagian apeks diangkut ke bagian basolateral
melalui suatu saluran dan dipompakan keluar ke cairan tubuh. Transport kalsium
meningkat dengan adanya calcium binding protein yang tergantung pada vitamin
17

D di sitosol yang mengangkut kalsium dari satu kutub ke kutub lainnya sehingga
meningkatkan difusi kalsium intraseluler. Secara teori, transport kalsium
intraseluler dapat di atur oleh jumlah kalsium yang masuk ke dalam sel, oleh
jumlah atau kecepatan kation berpindah dari satu kutub ke kutub lainnya atau oleh
adanya ekstrusi kalsium. Jika di perantarai oleh calcium chanel hanya dibutuhkan
dalam jumlah yang kecil.
Diet mempunyai pengaruh besar terhadap eksresi kalsium. Makan banyak
karbohidrat dan protein meningkatkan ekskresi kalsium. Susu dan bahan yang
berasal dari susu menyebebkan ekskresi kalsium dan fosfat dalam urin meningkat,
variasi kalsium dalam urin bervariasi tergantung juga dengan derajat aktivitas
fisik.
2.2 Musculus
2.2.1 Klasifikasi
Otot terdiri dari tiga tipe yaitu otot rangka, otot jantung, dan otot polos.
Meskipun ketiga jenis otot tersebut secara struktural dan fungsonal berbeda
namun mereka dapat diklasifikasikan dalam dua cara berlainan berdasarkan
karakteristik umumnya. Pertama, otot dikategorikan sebagai lurik atau seranlintang (otot rangka dan otot jantung) atau polos (otot polos), bergantung pada ada
tidaknya pita terang gelap bergantian, atau garis-garis, jika otot dilihat di bawah
mikroskop cahaya. Kedua, otot dapat dikelompokkan sebagai volunter (otot
rangka) atau involunter (otot jantung dan otot polos), masing-masing bergantung
pada apakah otot tersebut disarafi oleh sistem saraf somatik dan berada di bawah
kontrol kesadaran, atau disarafi oleh sistem saraf otonom dan tidak berda di
bawah kontrol kesadaran. Meskipun digolongkan sebagai volunteer, karena dapat
dikontrol oleh kesadaran, namun banyak aktivitas otot rangka juga berada di
bawah kontrol involunter bawah-sadar, misalnya aktivitas yang berkaitan dengan
postur, keseimbangan, dan gerakan stereotipikal seperti berjalan.11

18

Kategorisasi otot12
Berdasarkan bentuknya, otot rangka dapat dibagi menjadi:
a. Musculus fusiformis, satu kepala, serabut-serabut otot sejajar.
b. Musculus biceps, dua kepala, serabut-serabut otot sejajar.
c. Musculus biventer, dua perut, serabut-serabut otot sejajar.
d. Musculus planus, banyak kepala, otot pipih.
e. Musculus intersectus, otot berperut banyak dengan perpotongan-perpotongan
tendo.
f. Musculus semipenatus, otot unipetannus.
g. Musculus bipennatus, otot bipenatus.

Jenis-jenis otot

19

2.2.2

Anatomi12

20

21

2.2.3

Histologi13
Histologi otot sebagai berikut:

Jaringan otot terdiri atas sel-sel yang telah berdiferenslasi untuk


penggunaan optimal sifat universal se1 yang disebut kontraksi sel. Mikrofilamen
dan protein terkait bersama-sama menghasilkan daya yang diperlukan untuk
kontraksi sel, yang menghasilkan gerakan dalam organ tertentu dan tubuh secara
keseluruhan. Hampir semua sel otot berasal dari mesoderm, dan sel-sel ini
terutama mengalami diferensiasi terutama melalui suafu proses pemanjangan sel
secara bertahap dengan sintesis protein miofibril secara bersamaan. Tiga jenis
jaringan otot pada mamalia dapat dibedakan berdaiarkan ciri morfologis dan
fungsional dan struktur setlap jenis jaringan otot disesuaikan dengan peran
fisiologisnya.
1 Otot rangka
Otot rangka terdiri atas serabut otot, yang merupakan sel multinuklear
silindris yang sangat paniang dengan diameter 10-100 m. Inti yang banyak ini
terbentuk akibat peleburan sel mesenkimal embrional yang disebut mioblas. Inti
lonjong yang panjang umumnya terdapat di tepian sel di bawah membran sel.
Lokasi inti sel yang khas ini membantu membedakan otot rangka dari otot iantung
dan otot polos dengan inti yang berada di tengah.
Otot rangka terdiri atas berkas-berkas sel multinuklear dan silindris yang
sangat panjang, yang memiliki garis-garis melintang (lurik). Kontraksinya cepat,
kuat, dan biasanya dipengaruhi kehendak. Kontraksi ini disebabkan oleh interaksi
antara filamen aktin tipis dan filamen myosin tebal, dengan konfigurasi molekul
22

yang memungkinkan kedua filamen tersebut bergeser saling tumpang tindih.


Tenaga yang diperlukan untuk bergeser dibangkitkan oleh interaksi lemah di
jembatan-jembatan di antara aktin pada miosin
2 Otot jantung
Sel otot jantung yang matur berdiameter sekitar 15 m dan panjangnya
antara 85 sampai 100 m. Sel-sel tersebut memperlihatkan pola garis melintang
yang identik dengan pola otot rangka. Akan tetapi, berbeda dengan otot rangka
yang berinti banyak, setiap sel otot jantung hanya memiliki satu atau dua inti
pucat yang terletak di tengah. Di sekeliling sel-sel otot terdapat selubung halus
jaringan ikat endomisium yang mengandung jejaring kapiler luas. Satu ciri unik
yang dapat membedakan otot jantung adalah adanya garis gelap melintang yang
melintasi deretan sel-sel jantung dengan interval yang tidak teratur. Diskus
interkalaris ini adalah kompleks pertautan yang terdapat pada pertemuan antar selsel otot jantung yang bersebelahan. Regio transversal didiskus yang menyerupai
tangga inimemilikibanyak desmosom dan fascia adherentes (yang menyerupai
zonula adherentes di antara sel-sel epitel) dan bersama-sama berfungsi mengikat
Sel-sel jantung secara erat untuk mencegah agar sel tersebu tidak terpisah pada
saat aktivitas kontraksi yang berlangsung konstan. Bagian yang berada lebih
longitudinal di setiap diskus memiliki berbagai taut celah, yang memungkinkan
pertukaran ion secara kontinu di antara sel-sel yang bersebelahan. Struktur
tersebut bekerja sebagai "sinaps listrik", dan memungkinkan sel otot jantung
bekerja seperti pada suatu sinsitium multinuclear dengan sinyal kontraksi yang
berpindah dan se1 ke sel dalam bentuk gelombang.
Struktur dan fungsi protein kontraktil dalam sel otot jantung pada dasamya
sama dengan otot rangka. Akan tetapi, sistem tubulus T dan retikulum
sarkoplasma pada otot jantung tidak tersusun begitu teratllr. Tubulus T berjum'lah
Iebih banyak dan lebih besar pada otot ventrikel ketimbang pada otot rangka dan
retikulum sarkoplasma tidak begitu berkembang. Sel otot jantung mengandung
banyak mitokondria yang menemp ati 40% atau lebih volume sitoplasma, yang
mencerminkan kebutuhan akan metabolisme aerob dalam otot jantung secara
terus menerus. Sebagai perbandingan, hanya sekitar 2% serabut otot

23

Otot jantung juga memiliki garis-melintang dan terdiri atas sel-sel panjang
yang bercabang, yang terletak paralel satu sama lain. Di tempat kontak ujung-keujung terdapat discus intercalaris, suatu struktur yang hanya terdapat pada otot
jantung'
Kontraksi otot jantung bersifat involunter, giat, dan ritmis
3 Otot polos
Serabut otot polos merupakan sel panjang yang runcing tanpa garis
melintang, dan setiap sel dibungkus oleh lamina basal dan jejaring serat retikular
halus Jaringan ikat tersebut berfungsi menggabungkan kekuatan yang
dibangkitkan oleh setiap serabut otot polos menjadi aksi bersama,misalnya
gerakan peristaltik usus. Panjang sel otot polos dapat bervariasi dari 20 m pada
pembuluh darah kecil sampai 500 m pada uterus di masa kehamilan. Setiap sel
memiliki satu inti di pusat pada bagian sel yang terlebar. Agar dapat berhimpit
lebih erat, bagian sel yang sempit terletak berdampingan dengan bagian yang
lebar dari sel tetangga. Bila potongan melintang susunan tersebut dilihat, akan
tampak berbagai ukuran diameter dan hanya penampang besar saja yang
mengandung inti. Bila otot polos berkontraksi, batas-batas sel tampak
bergelombang dan bentuk intinya berubah.
Otot polos terdiri atas kumpulan sel-sel fusiform yang tidak bergaris bila
diamati dengan mikroskop cahaya. Kontraksinya Iambat dan tidak di bawah
kendali volunter. Sejumlah organel sel otot memiliki nama yang berbeda dari
padanannya di dalam sel lain. Sitoplasma sel otot disebut sarkoplasma adalah
membran sel, atau plasmalema.
2.2.4

Fisiologi11
Otot rangka dirancang untuk berkontraksi melalui pelepasan asetilkolin
(Ach) di taut neuromuskular antara terminal neuron motorik dan serat oto.
Pengikatan Ach dengan motor end-plate suatu serat otot akan menyebabkan
perubahan permeabilitas di serat otot, menghasilkan potensial aksi yang
dihantarkan ke seluruh permukaan membran sel oto. Dua struktur membranosa di
dalam serat otot berperan penting dalam menghubungkan eksitasi ke kontraksi ini
tubulus transversus dan retikulum sarkoplasma.
PENYEBARAN POTENSIAL AKSI MENURUNI TUBULUS T
24

Di setiap pertemuan antara pita A dan pita I, membran permukaan masuk


ke dalam serat otot untuk membentuk tubulus transversus. (tubulus T), yang
berjalan tegak lurus dari permukaan membran sel otot ke dalam bagian tengah
serat otot. Karena membran tubulus T bersambungan dengan membran
permukaan, maka potensial aksi di membran permukaan juga menyebar turun
menelusuri tubulus T, dengan cepat menyalurkan aktivitas listrik permukaan ke
bagian tengah serat. Adanya potensial aksi lokal di tubulus T memicu perubahan
permeabilitas di anyaman membranosa tersendiri di dalam serat otot, retikulum
sarkoplasma.
PELEPASAN KALSIUM DARI RETIKULUM SARKOPLASMA
Retikulum sarkoplasma adalah retikulum endoplasma yang dimodifikasi
yang terdiri dari anyaman halus kompartemen-kompartemen yang saling
berhubungan mengelilingi setiap miofibril seperti sarung/selubung saringan.
Anyaman membranosa ini mengelilingi miofibril di seluruh panjangnya tetapi
tidak kontinyu. Setiap pita A dan setiap pita I dibungkus oleh segmen-segmen
terpisah retikulum sarkoplasma. Ujung dari masing-masing segmen membesar
untuk membentuk bagian seperti kantung, sakus lateralis (sisterna terminal), yang
dipisahkan dari tubulus T di dekatnya oleh suatu celah sempit. Kantung lateral
retikulum sarkoplasma ini mengandung Ca2+. Penyebaran potensial aksi menuruni
tubulus T memicu pelepasan Ca2+ dari retikulum sarkoplasma ke dalam sitosol.
Bagaimana perubahan potensial di tubulus T berkaitan dengan pelepasan
Ca2+ dari kantung lateral? Terdapat protein kaki yang tersusun teratur menonjol
dari retikulum sarkoplasma dan terbentang di celah antara kantung lateral dan
tubulus T. Setiap protein kaki mengandung empat sbunti yang tersusun dalam
pola spesifik. Protein kaki ini tidak saja menjembatani celah tetapi juga berfungsi
sebagai saluran pengeluaran Ca2+. Saluran Ca2+ protein kaki ini juga dikenal
sebagai reseptor rianodin karena terkunci dalam posisi terbuka oleh bahan kimia
tanaman rianodin.
Separuh dari protein kaki retikulum sarkoplasma berikatan dengan
reseptor komplementer di sisi taut tubulus T. Reseptor tubulus T ini, yang
dibentuk dari empat subunit dalam pola yang persis sama seperti yang ada di
protein kaki, terletak seperti bayangan cermin berkontak dengan setiap protein

25

kaki yang menonjol dari retikulum sarkoplasma. Reseptor-reseptor tubulus T ini


dikenal dengan reseptor dihidropiridin karena dihambat oleh obat dihidropiridin.
Reseptor-reseptor dihidopiridin ini adalah sensor bergerbang voltase. Ketika
potensial aksi merambat turun ke tubulus T, depolarisasi lokal mengaktifkan
reseptor dihidropiridin yang bergerbang voltase tersebut. Reseptor tubulus T yang
aktif tersebut, selanjutnya, memicu pembukaan saluran Ca2+ (alias reseptor
rianodin alias protein kaki) di kantung lateral retikulum sarkoplasma sekitar.
Pembukaan seluruh saluran pelepas Ca2+ yang berkontak langsung dengan
reseptor dihidropiridin memicu pembukaan seluruh saluran pelepas Ca2+ lainnya
yang tidak berkaitan langsung dengan reseptor tubulus T.
Kalsium dibebaskan ke dalam sitosol dari kantung lateral melalui semua
saluran pelepas Ca2+ yang terbuka tersebut. Dengan sedikit reposisi molekul
troponin dan tropomiosin, Ca2+ yang dibebaskan tersebut menyebabkan tempat
pengikatan di molekul aktin terpajan sehingga dapat berikatan dengan jembatan
silang miosin di tempat pengikatan komplementernya.

26

SIKLUS JEMBATAN SILANG YANG DIJALANKAN OLEH ATP

Ingatlah bahwa jembatan silang miosin memiliki dua tempat khusus,


tempat untuk mengikat aktin dan tempat ATPase. Yang terakhir ini adalah tempat
enzim yang dapat mengikat pembawa energi adenosin trifosfat (ATP) dan
memecahnya menjadi adenosin difosfat (ADP) dan fosfat inorganik (Pi), yang
dalam prosesnya menghasilkan energi, penguraian ATP terjadi di jembatan silang
miosin sebelum jembatan berikatan dengan molekul aktin. ADP dan Pi tetap
terikat erat ke miosin, dan energi yang dihasilkan disimpan di dalam jembatan
silang untuk menghasilkan miosin berenergi tinggi. Eketika serat otot mengalami
eksitasi, Ca2+ menarik kompleks troponin-tropomiosinmenjauhi posisinya yang
menyumbatsehingga jembatan silang miosin yang telah berenergi dpat berikatan
dengan molekul aktin. Kontak antara miosin dan aktin ini menyebabkan pelatuk
tertarik, menekuk jembatan silang sehingga dihasilkan kayuhan bertenaga.
27

Selama kayuhan bertenaga, terjadi pembebasan fosfat inorganik dari jembatan


silang. Setelah kayuhan bertenaga selesai, ADP dibebaskan.
Jika otot tidak terngsang dan tidak terjadi pembebasan Ca 2+ maka troponin
dan tropomiosin tetap berada dalam posisinya yang menghambat sehingga aktin
dan jembatan silang miosin tidak saling berikatan dan tidak terjadi kayuhan
bertenaga.
Ketika Pi dan ADP dibebaskan dari miosin setelah kontak dengan aktin
dan terjadi kayuhan bertenaga, tempat ATP ase miosin bebas untuk mengikat
molekul ATP lain. Aktin dan miosin tetap berikatan di jembatan silang sampai
molekul ATP baru melekat ke miosin pada akhir kayuhanbertenaga. Perlekatan
molekul

ATP

baru

memungkinkan

jembatan

silang

terlepas

yang

mengembalikannya ke bentuk semula (tidak menekuk), siap untuk melakukan


siklus baru. ATP yang baru melekat tersebut kemudian diuraikan oleh ATPase
miosin dan kembali menggerakkan jembatan silang miosin. Pada pengikatan
dengan molekul aktin lain, jembatan silang yang baru mendapatenergi tersebut
kembali menekuk, demikian seterusnya, secara suksesif menarik masuk filamen
tipis untuk menuntaskan kontraksi.
2.2.5

Biokimia/Metabolisme Otot3
Produksi ATP pada Serat Otot
Sejumlah besar ATP dibutuhkan sebagai kekuatan dalam siklus kontraksi,
untuk memompa Ca2+ kedalam sarcoplasmic reticulum, dan untuk reaksi
metabolism lain yang melibatkan kontraksi otot. Serat otot memiliki tiga cara
untuk menghasilkan ATP: (1) dari Creatine Phosphate, (2) oleh Respirasi selular
anaerobik, (3) olehrespirasi selular aerobik.
Creatine Phosphate
Ketika serat otot berelaksasi, otot memproduksi ATP lebih. Sebagian besar
ATP yang berlebih ini digunakan untuk mensintesis creatine phosphate, molekul
serat otot yang kaya energy. Enzim creatine kinase (CK) mengkatalis transfer
salah satu kelompok fosfat tinggi energy dari ATP kecreatine, membentuk
creatine phosphate dan ADP. Creatine merupakan molekul mirip asam amino
yang disintesis di hati, ginjal, dan pancreas dan kemudian di transportasikan ke
serat otot. Creatine phosphate 3-6 kali berlimpah dari ATP di sarkoplasma ketika
serat otot berelaksasi. Ketika kontraksi dimulai dan level ADP meningkat, CK
28

mengkatalis transfer kelompok fosfat dari creatine phosphate kembali ke ADP.


Reaksi fosforilasi secara langsung ini berlangsung cepat menghasilkan molekul
ATP baru. Karena pembentukkan ATP dari creatine phosphate terjadi sangat
cepat, creatine phosphate merupakan sumber energy pertama ketika otot mulai
berkontraksi. Penyimpanan creatinephosphate dan ATP memberikan energy yang
cukup untuk otot berkontraksi secara maksimal selama 15 detik.

Respirasi Selular Anaerobik


Respirasi selular anaerobic merupakan reaksi produksi-ATP yang tidak
membutuhkan oksigen. Ketika aktivitas otot berlanjut dan suplai creatine
phosphate dalam serat otot dideplesikan, glukosa dengan mudah lewat dari darah
ke serat otot yang berkontraksi melalui difusi terfasilitasi, dan dapat juga
diproduksi melalui pemecahan glikogen dalam serat otot (glikolisis) yang mana
masing-masing molekul glukosa dipecah menjadi dua molekul asam piruvat.
Glikolisis terjadi di sitosol dan menghasilkan dua molekul ATP.

29

Seperti biasa, asam piruvat yang terbentuk oleh glikolisis memasuki mitokondria,
yang mana akan terjadi reaksi yang membutuhkan oksigen yang disebut respirasi
selular aerobik yang menghasilkan ATP dalam jumlah besar. Namun, selama
periode latihan yang berat, oksigen yang tersedia tidak cukup dalam serat otot
skeletal. Ketika ini terjadi, reaksi anaerob mengubah sebagian besar asam piruvat
menjadi asam laktat dalam sitosol. Sekitar 80% asam laktat yang dihasilkan
melalui difusi serat otot skeletal ke darah. Sel hati dapat mengubah beberapa asam
laktat menjadi glukosa kembali. Respirasi selular anaerob dapat menyediakan
energi yang cukupselama 30-40 detik aktivitas otot maksimal.
Respirasi Selular Aerobik
Selama periode istirahat atau latihan yang ringan, sejumlah oksigen yang
memadai tersedia dalam serat otot skeletal. Pada kasus seperti ini, ATP yang
digunakan untuk aktivitas otot diproduksi dari reaksi respirasi selular aerob.
Selama proses ini, asam piruvat masuk kemitokondria, dimana terjadi reaksi
oksidasi secara komplit yang menghasilkan ATP, CO2, H2O, dan panas.

30

Serat otot memiliki dua sumber oksigen: (1) oksigen yang berdifusi ke serat otot
dari darah dan (2) oksigen yang dilepaskan oleh myoglobin dalam serat otot.
Respirasi selular aerob mengsuplai ATP yang cukup untuk aktivitas yang
berlangsung lama dengan menyediakan oksigen yang memadai dan tersedianya
nutrient. Nutrient ini meliputi asampiruvat yang didapat dari glikolisis, asam
lemak dari pemecahan protein.Pada aktivitas lebih dari 10 menit, system aerob
menyediakan lebih dari 90% ATP yang dibutuhkan.Pada akhiraktivitas yang
berlangsung

lama

sepertilati

marathon,

hamper

100%

ATP

yang

dihasilkanolehrespirasiselularaerob.
2.3 FOP (Fibrodysplasia Ossificans Preogressiva)
2.3.1 Etiologi14
Penyebab genetik fibrodysplasia ossificans progressiva terletak dalam gen
ACVR1, yang mengkode tipe I BMP reseptor transmembran. Fibrodysplasia
ossificans progressiva adalah kondisi idiopatik dipicu oleh trauma. FOP dapat
bersifat autosomal dominan dan dapat diwariskan dari kedua orang tua. Penyebab
dari penyakit FOP ini adalah cedera bisa memicu menyebarnya penyakit FOP,
tulang bereaksi berlebihan pada memar atau retak sehingga pertumbuhan jaringan
tulang menjadi berlebihan ke seluruh tubuh, mulai dari leher dan tulang belakang
menjadi kaku terlebih dahulu, kemudian pundak, pinggang, dan siku. Hal ini
menunjukkan bahwa keterlibatan komponen inflamasi dari sistem kekebalan
2.3.2

tubuh memainkan peran penting dalam FOP.


Gejala Klinis15
31

Lesi fibrodysplasia ossificans progressiva ditandai dengan indurasi


jaringan yang nyeri, lembut, kenyal,dan lunak, biasanya dipicu oleh trauma. Lesi
terutama berkembang di otot-otot paraspinal dari punggung dan di girdle
ekstremitas. Beberapa

tumor mengalami pengerasan, yang juga dapat

mempengaruhi tendon, ligamen, dan fasia.


Karakteristik dari nilai diagnostik adalah deformitas hallus valgus (hadir
sejak lahir), tortikolis (karena keterlibatan otot sternokleidomastoid), imobilisasi
sendi (karena ossificans periarticular), dan deformitas dada (baik lateral dan
anteroposterior).
Fibrodysplasia ossificans progressiva terbatas pada wilayah maksilofasial
telah dijelaskan. Ini dapat menghasilkan penyatuan antara ramus mandibula dan
kompleks zygomatic dan trismus. Semua osteochondromas tibialis proksimal
merupakan fitur fenotipik umum. Mobilitas dibatasi karena terjadinya ankilosis
tulang belakang dan tulang rusuk.
Fibrodysplasia ossificans progressiva kadang-kadang dikaitkan dengan
alopecia dan tuli. Prognosis dari penderita FOP buruk, karena berkaitan dengan
hambatan jalur napas, penderita FOP juga hanya bisa berbaring di tempat tidur
pada usia 30 tahunan, rata-rata meninggal sebelum mencapai usia 45 tahun.
2.3.3

Tatalaksana16
Pengobatan sampai saat ini masih dikembangkan, berikut obat yang dapat
digunakan
Kelas I: Obat-obatan yang telah banyak digunakan untuk mengontrol gejala suarup akut pada FOP(pembengkakan dan nyeri), dengan laporan anekdotal hasil
klinis yang menguntungkan dan efek samping umumnya minim.
Contoh: penggunaan jangka pendek kortikosteroid dosis tinggi, dan penggunaan
obat-obatan non-steroidal anti-inflammatory(NSAID) termasuk anti-inflamasi dan
anti-angiogenik cox-2 inhibitor yang baru.
Kelas II: Obat-obatan yang memiliki aplikasi teoritis untuk FOP, disetujui untuk
pengobatan gangguan lainnya, dan memiliki keterbatasan dan efek.
Contoh: inhibitor leukotrien, sel maststabilisator, dan aminobisphosphonates
(Pamidronate; Zoledronate).
Kelas III: obat baru Investigational
Contoh: Sinyal inhibitor transduksi, antibodi monoklonal menargetkan ACVR1,
dan asam retinoatagonis reseptor gamma (saat ini sedang dikembangkan).
32

2.3.4

Edukasi17
Edukasi adalah menghindari faktor-faktor yang akan menyebabkan
penyakit FOP itu untuk menjadi lebih ganas misalnya fraktur, infeksi.
Edukasi ada anak-anak, dengan pembatasan aktivitas kurang interaktif
secara fisik seperti bermain untuk mengurangi jatuh, tapi lebih baik menghindari
situasi yang berisiko tinggi tidak hanya praktis tetapi juga mencegah pasien dari
mengoptimalkan tingkat fungsi mereka. Selain itu, rehabilitasi fisik harus
difokuskan untuk meningkatkan aktivitas hidup seharihari melalui pendekatan
yang menghindari berbagai gerak pasit yang dapat menyebabkan penyakit flareup. Modifikasi aktivitas peningkatan keamanan rumah tangga, penggunaan
perangkat rawat jalan dan penggunaan pelindung kepala semua strategi untuk
mencegah jatuh dan meminimalkan penurunan pernapasan dan mencegah
influenza dan pneumonia. Suntikan intramuscular, termasuk imunisasi harus
dihindari, tetapi vaksinansi diberikan oleh subkutan injeksi dan venipuncture rutin
menimbulkan sedikit risiko. Langkah-langkah pencegahan kesehatan gigi dan
mulut adalah penting. Anestesi umum dengan nasotrakeal terjaga intubasi
fiberotik mungkin diperlukan untuk gigi pada beberapa pasien. Gangguan
pendengan konsuktif adalah umum dan masalah pada anak-anak. Upaya bedah
untuk menghapus tulang heterotopic akan memprovokasi pertumbuhan tulang
baru tidak boleh dicoba.

33

2.4 Mekanisme Pergerakan pada Otot Rangka11

Pada tahun 1955, Hansen dan Huxly, mengemukakan teori sliding


filaments (filamen yang bergeser) pada otot lurik. Mereka menyatakan bahwa saat
otot kontraksi tidak terjadi pemendekan filamen, namun hanya pergeseran
filamen-filamen. Melalui pengamatan dengan menggunakan mikroskop elektron
dan difraksi sinar X, Hansen dan Huxly menemukan dua set filamen, yaitu aktin
dan miosin. Aktin danmiosin tersebut bergeser sehingga otot dapat memendek
dan memanjang saat otot berkontraksi dan berelaksasi. Filamen tersebut terdapat
di dalam sarkomer. Sarkomer terdapat dalam sel otot. Jumlah filamen dalam satu
sarkomer dapat mencapai ratusan hingga ribuan filamen, bergantung jenis
ototnya. Filamen-filamen tersebut membangun 80% massa sarkomer.
Transmisi impuls dari saraf ke otot rangka melalui sinapsis neuro
muscular. Otot rangka diinervasi oleh serabut saraf yang bermielin yang asalnya
sebagian besar dari medula spinata akhir dari saraf membuat hubungan dengan
otot lewat sinapsis neuro muscular. Sinap akso muscarini terjadi penghantaran
rangsang dari serabut saraf ke otot. Dimana neuro transmiternya berupa asetil
kolin yang akan ditangkap oleh reseptornya pada membran sel otot. Kemudian
akan timbul potensial aksi disepanjang membran otot yang akan menyebabkan
34

kontraksi otot. Terdapat tubulus T(transverse tubulus) yang merupakan suatu


kanal yang masuk ke sel otot, yang berada di samping miofibril. Potensial aksi
pada membran sel otot akan mencapai miofibril melalui tubulus T. Disekitar
miofibril terdapat retikulum sarkoplasmik yang mengitari miofibril. Ketika
potensial aksi mencapai retikulum sarkoplasmik maka menyebabkan pompa Ca2+
dari retikulum sarkoplasmik ke miofibril.
Miofibril tersusun dari komponen aktin dan miosin. Terdapat kompleks
tropomin-tropomiosin yang menutup sisi aktif pada aktin sehingga tidak terjadi
ikatan antara aktin dan miosin. Sebelum kontraksi dimulai kepala dari miosin
berikatan dengan ATP. ATPase pada kepala miosin secara cepat akan memecah
ATP menjadi ADP dan P. Pada tahap ini konformasi dari kepala miosin akan
bergerak ke depan tegak lurus terhadap aktin, tanpa berikatan dengan aktin.
Selanjutnya sekresi ion kalsium dari retikulum sarkoplasmik dalam jumlah besar
sebagai respon dari potensial aksi. Ion kalsium akan berikatan dengan troponin,
dimana troponin pada tahap selanjutnya akan menggerakkan tropomiosin
menjauhi sisi aktif dari aktin. Kemudian kepala miosin akan berikatan dengan
aktin pada sisi aktif itu. Ikatan antara kepala miosin dan sisi aktif aktin
menyebabkan perubahan konformasi dari kepala miosin, menyebabkan kepala
miosin menarik filamen aktin bergerak ke arah garis M. Terjadi overlaping antara
filamen aktin yang menyebabkan pemendekan pada zona H dan zona I zona A
tetap. Ketika kepala miosin bergerak miring menuju garis M terjadi pelepasan
ADP and Pi. Hal ini akan menyediakan sisi ikatan baru untuk ATP. Ikatan ATP
dengan kepala miosin akan menyebabkan lepasnya ikatan antara kepala miosin
dengan aktin. Setelah kepala lepas dari aktin molekul ATP baru yang terikat tadi
akan dipecah menjadi ADP dan Pi. Kemudian kepala miosin akan berikatan
dengan sisi aktif aktin yang baru. Proses ini akan berlangsung lagi dan lagi sampai
aktin tertarik sampai garis M.

35

Bila tidak ada rangsangan, maka tidak ada pembebasan Ca 2+, tidak ada
perlekatan aktin myosin sehingga otot tetap beristirahat. Jembatan silang saling
menganggur, dengan menggunakan energy dari pemecahan ATP, ADP dan Pi
dibebaskan ke luar jembatan silang. Bila jembatan silang menerima ATP baru
maka jembatan silang akan terlepas dari aktin, dan kembali ke posisi semula.
2.5 Peran Tulang dan Sendi dalam Pergerakan3
Dalam memproduksi gerakan, tulang bertindak sebagai pengungkit, dan
sendi berfungsi sebagai tumpuan tuas tersebut. Sebuah tuas adalah struktur kaku
yang dapat bergerak di sekitar titik tetap yang disebut titik tumpu. Sebuah tuas
bertindak di dua titik yang berbeda dengan dua kekuatan yang berbeda yaitu
usaha, yang menyebabkan gerakan, dan beban atau resistensi, yang menentang
gerakan.
Upaya ini merupakan gaya yang diberikan oleh kontraksi otot; beban
biasanya adalah berat bagian tubuh yang dipindahkan atau beberapa perlawanan
bahwa bagian tubuh yang bergerak sedang mencoba untuk mengatasi (seperti

36

berat buku yang mungkin anda ambil). Gerak terjadi ketika upaya diterapkan pada
tulang di insersi melebihi beban. Pertimbangkan bisep brachii melenturkan lengan
bawah pada siku saat objek terangkat.
Ketika lengan dinaikkan, siku adalah titik tumpu. Berat lengan bawah
ditambah berat benda di tangan adalah beban. Kekuatan kontraksi dari brachii
biseps menarik lengan keatas adalah usaha. Jarak relatif antara titik tumpu dan
beban dan titik di mana usaha diterapkan menentukan apakah tuas yang diberikan
beroperasi pada keuntungan mekanis atau kerugian mekanis.
Misalnya, jika beban lebih dekat ke titik tumpu dan upaya lebih jauh dari
titik tumpu, maka hanya usaha yang relatif kecil yang dibutuhkan untuk
memindahkan beban besar lebih dari jarak kecil. Ini disebut keuntungan mekanis.
Jika, sebaliknya, beban lebih jauh dari titik tumpu dan usaha yang diterapkan
lebih dekat ke titik tumpu, maka upaya yang relatif besar diperlukan untuk
memindahkan beban kecil (tapi pada kecepatan yang lebih besar). Hal ini disebut
kerugian mekanis. Bandingkan mengunyah sesuatu yang keras (beban) dengan
gigi depan anda dan gigi di bagian belakang mulut anda. Akan lebih mudah untuk
menghancurkan bahan makanan keras dengan gigi belakang karena mereka lebih
dekat dengan titik tumpu (rahang atau sendi temporomandibular) daripada gigi
depan.
Pengungkit dikategorikan menjadi tiga jenis sesuai dengan posisi titik
tumpu, usaha, dan beban:
1. Titik tumpu adalah antara usaha dan beban di tuas kelas
Gunting dan jungkat-jungkit adalah contoh pengungkit kelas satu. Sebuah
tuas kelas dapat menghasilkan baik keuntungan mekanis atau kerugian mekanik
tergantung pada apakah usaha atau beban lebih dekat ke titik tumpu.
Ada beberapa tuas kelas satu di tubuh. Salah satu contohnya adalah tuas
yang dibentuk oleh kepala bertumpu pada tulang belakang. Ketika kepala
dinaikkan, kontraksi otot-otot leher posterior memberikan usaha, sendi antara
atlas dan tulang oksipital (atlantooccipital bersama) membentuk titik tumpu, dan
berat bagian anterior tengkorak adalah beban.

37

2. Beban adalah antara titik tumpu dan usaha dalam tuas kelas dua
Tuas kelas dua beroperasi seperti gerobak. Mereka selalu menghasilkan
keuntungan mekanis karena beban selalu dekat dengan titik tumpu dari usaha.
Pengaturan ini mengorbankan kecepatan dan jangkauan gerak untuk kekuatan;
jenis tuas menghasilkan sebagian besar gaya.
Kelas ini tuas jarang ditubuh manusia. Contohnya adalah berdiri dijari-jari kaki.
Titik tumpu adalah telapak kaki. Beban adalah berat tubuh. Upaya adalah
kontraksiotot-ototbetis, yang menaikkan tumit dari tanah.
3. Upaya ini merupakan antara titik tumpu dan beban di tuas kelas ketiga
Tuas ini beroperasi seperti sepasang pinset dan tuas paling umum dalam
tubuh. Tuas kelas ketiga selalu menghasilkan kerugian mekanik karena upaya
selalu lebih dekat ke titik tumpu dari beban.
Di dalam tubuh, pengaturan ini menguntungkan kecepatan dan jangkauan
gerak di atas kekuatan. Sendi siku, otot biceps brachii, dan tulang-tulang lengan
dan lengan adalah salah satu contoh dari tuas kelas tiga. Sebagaimana telah kita
lihat, dalam meregangkan lengan bawah pada siku, sendi siku adalah titik tumpu,
kontraksi otot biseps brachii memberikan usaha, dan berat tangan dan lengan
bawah adalah beban.
2.6 Gerakan Dasar18
Proses terjadinya gerakan pada manusia dimulai dari adanya stimulus (S)
yang diterima oleh reseptor (R) yang terdiri dari panca indera, lantas dibawa oleh
syaraf-syaraf sensorik menuju ke otak (O). Stimulus tersebut diolah di otak, lalu
memberikan balikan melalui syaraf motorik ke alat- alat gerak atau efektor (E)
seperti otot, tulang, dan sendi. Sehingga manusia dapat bergerak Prinsip - prinsip
perkembangan gerak dimulai dari bagian proksimal menuju ke bagian distal,
misalnya kemampuan mengontrol gerakan kepala datang lebih dahulu
dibandingkan dengan kemampuan mengontrol gerakan badan, kemampuan
menggerakkan bahu lebih dahulu dibandingkan gerakan siku dan tangan. Dimulai
dari sikap fleksi menuju sikap ekstensi. Misalnya bayi baru lahir pada posisi
telungkup sendi-sendi dalam keadaan fleksi, punggung melengkung. Umur tiga
bulan, kepala mulai terangkat ke arah ekstensi, pada umur 6 bulan ekstensi telah
38

sampai pada daerah tubuh. Ada dua macam gerak manusia, yaitu gerak yang
disadari dan gerakan yang tidak disadari atau gerak refleks. Gerak yang disadari
prosesnya melalui otak, sedangkan gerak yang tidak disadari prosesnya tidak
melalui otak melainkan melalui sumsum tulang belakang. Dimulai dari adanya
stimulus (rangsang): panas, dingin, lapar, silau, dsb, diterima oleh reseptor,
diteruskan ke sumsum tulang belakang, menuju ke efektor, terjadilah gerakan
yang tidak disadari (gerak refleks).Gerak dasar tubuh dimulai dari gerakan
telentang, miring, tengkurep, berguling, merayap, merangkak, duduk, berdiri,
berjalan, dan berlari. Selain gerakan dasar, kita kenal gerak manipulatif dan gerak
non-manipulatif. Gerakan manipulatif adalah gerak yang memerlukan koordinasi
dengan ruang dan benda di sekitarnya. Misalnya: gerakan melempar atau
throwing, menangkap atau catching and collecting, menendang atau kicking,
memukul atau punting, memantul- mantulkan atau dribbling, melambungkan atau
volleying, memukul dengan raket, memukul dengan alat atau pemukul kayu.
Sedangkan yang termasuk gerakan non-manipulatif adalah gerakan yang
dilakukan tanpa menggunakan alat dan dapat berpindah tempat. Contohnya:
gerakan membelok atau turning, berputar atau twisting, mengguling atau rolling,
mengatur keseimbangan tubuh atau balancing, perpindahan tempat atau
transferring weight, melompat dan mendarat atau jumping and landing,
meregangkan atau strectching, mengerut atau curting.
Adapun jenis-jenis gerakan menurut pergerakan sendi meliputi:
a. Fleksi, yaitu memperkecil sudut diantara dua bagian rangka dalam bidang
sagital.
b. Ekstensi, yaitu memperbesar sudut diantara dua bagian rangka dalam bidang
sagital.
c. Adduksi, yaitu mendekatkan bagian rangka ke bidang tengah badan.
d. Abduksi, yaitu menjauhkan bagian rangka dari bidang tengah badan.
e. Rotasi, yaitu gerakan sekeliling sumbu panjang suatu bagian rangka (berputar
pada porosnya).
f. Sirkumduksi, yaitu gerak melingkar kombinasi dari semua gerak tersebut di
atas.

39

Selanjutnya jenis gerakan menurut jumlah otot yang bergerak pada garis besarnya
terdiri dari dua, yaitu:
a. Gerakan kasar (Gross motor), ialah gerakan yang dilakukan oleh banyak otot.
Misalnya gerakan berjalan, berlari, meloncat, melompat.
b. Gerakan halus (Fine motor), ialah gerakan yang dilakukan oleh sedikit otot.
Misalnya gerakan menulis, menggambar, makan, minum.
2.7 Hubungan Perubahan Struktur Otot dan Sendi Sehingga Menyebabkan Pergerakan
Menjadi Terbatas dan Luas Pergerakan Menurun19
Persendian atau artikulasio adalah suatu hubungan antara dua buah tulang
atau lebih yang dihubungkan melalui pembungkus jaringan ikat pada bagian luar
dan pada bagian dalam terdapat rongga sendi dengan permukaan tulang yang
dilapisi oleh tulang rawan. Fungsi dari sendi secara umum adalah untuk
melakukan gerakan pada tubuh. Sehingga ketika terjadi perubahan struktur pada
sendi akan menyebabkan luas pergerakan menurun karena sendi itu sendiri
fungsinya adalah untuk melakukan gerakan pada tubuh.
2.8

Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tulang dan Otot20


Faktor yang berpengaruh terhadap keseimbangan pembentukan dan
reabsorpsi tulang adalah :
a. Vitamin D
Berfungsi

meningkatkan

jumlah

kalsium

dalam

darah

dengan

meningkatkan penyerapan kalsium dari saluran pencernaan. Kekurangan vitamin


D dapat menyebabkan deficit mineralisas, deformitas dan patah tulang.
b. Hormon parathyroid dan kalsitonin
Merupakan hormone utama pengatur homeostatis kalsium. Hormon
parathyroid mengatur konsentrasi kalsium dalam darah, sebagian dengan cara
merangsang perpindahan kalsium dari tulang. Sebagian respon kadar kalsium
darah yang rendah, peningkatan hormon parathyroid akan mempercepat
mobilisasi kalsium, demineralisasi tulang, dan pembentukan kista tulang.
Kalsitonin dari kelenjar tiroid meningkatkan penimbunan kalsium dalam tulang.
c. Peredaran darah
Pasokan darah juga mempengaruhi pembentukan tulang. Dengan
menurunya pasokan darah / hyperemia (kongesti) akan terjadi penurunan
40

osteogenesis dan tulang mengalami osteoporosis (berkurang kepadatannya).


Nekrosis tulang akan terjadi bila tulang kehilangan aliran darah. Pada keadaan
normal tulang mengalami pembentukan dan absorpsi pada suatu tingkat yang
konstan, kecual pada masa pertumbuhan kanak-kanak dimana lebih banyak
terjadi pembentukan dari pada absorpsi tulang.
Proses ini penting untuk fungsi normal tulang. Keadaan ini membuat
tulang dapat berespon terhadap tekanan yang meningkat dan untuk mencegah
terjadi patah tulang. Perubahan tersebut membantu mempertahankan kekuatan
tulang pada proses penuaan. Matric organic yang sudah tua berdegenerasi,
sehingga membuat tulang relatife menjadi lemah dan rapuh. Pembentukan tulang
baru memerlukan matrik organik baru, sehingga memberi tambahan kekuatan
tulang.

41

BAB III
KESIMPULAN
Perubahan struktur otot menyebabkan terbatasnya pergerakan, serta perubahan struktur
sendi menyebabkan penurunan luas gerak pada anak tersebut.

42

DAFTAR PUSTAKA
1.

Dwisang, Evi Luvina. Anatomi dan Fisiologi: Untuk Perawat dan Paramedis. Tangerang:

Binarupa Aksara Publisher. 2013.


2.
Sadler, TW. Embriologi Kedokteran Langman Ed. 10. Jakarta; EGC. 2009.
3.
Tortora J.Gerard, Derrickson Bryan. Principles of Anatomy and Physiology 12 th edition.
2009.
4.
Bloom William, Don W. Fawcett. Buku ajar histologi. Edisi 12. Jakarta: EGC. 2002.
5.
Hutapea H, Memberdayakan Wanita Menopause sebagai Sumber daya Manusia yang
tangguh dalam pembangunan bangsa menyongsong era globalisasi. Maj obstet ginekol
Indonesia.1998;22;145-57
6.
Steven T, Bates D, Black D. In : Clinical use Bone Densotometry.JAMA 2002,p: 188997.
7.

Bambang Setyohadi,Osteoporosis,dalam Buku ajar Penyakit Dalam, FKUI Jakarta,


2007,hal : 1259-74.
Lawrence G. Raisz, Gideon A. Rodan, Pathogenesis of osteoporosis; in Endocrinol

8.

Metab Clin N Am 32;2003; 15-24.


9.
Widman, F.K. 1999. Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi 9. EGC.
Jakarta, halaman 271-272.
10. Bronner,Felix, Pansu, D., Stein W.D. 1986. An Analysis of Calcium Transport Across the
Rat Intestine. Am J Physiol. 250:561-569.
11. Sherwood, Lauralee. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2013.
12. Paulsen, Friedrich., Jens Waschke. Sobotta : atlas anatomi manusia. Edisi 23. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2013.
13. Mescher L. Anthony. Histologi Dasar Junquiera Teks & Atlas. Edisi 12. Jakarta :
EGC.2012.
14. Shore EM, Glaser DL, Gannon FH. Osteogenic induction in hereditary disorders of
heterotopic ossification. Clin Orthop Relat Res. May 2000;303-16.
15. Feldman G, Li M, Martin S, et al. Fibrodysplasia ossificans progressiva, a heritable
disorder of severe heterotopic ossification, maps to human chromosome 4q27-31. Am J Hum
Genet. Jan 2000;66(1):128-35.
16. Center for Research in FOP and Related Disorders. 2011. The Medical Management Of
Fibrodysplasia Ossificans Progressiva:Current Treatment Considerations. University of
Pennsylvania School of Medicine, Philadelphia, PA.
17. Pignolo
et
al.
Orphanet
Journal
of

Rare

Diseases

2011,

6:80

http://www.ojrd.com/content/6/1/80
43

18.
19.

Snell, R. S., 2006. Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta:EGC. 2-6.


Seeley, Stephen,Tate,Anatomy and Physiology , international 1 edition, six th edition, Mc

Graw Hill, New York, 2003.


20. Price, S.A, Wilson, L.M.Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi
4.Jakarta : EGC.1995

44

Anda mungkin juga menyukai