Oleh
2010
Gambar 1.2 Endosteum dan Periosteum Gambar 1.3 Struktur Tulang Panjang
2. Histology Tulang
Berdasarkan histologinya, pertumbuhan tulang terbagi menjadi 2 jenis:
a) Tulang imatur (non-lamelar bone, woven bone, fiber bone), terbentuk pada
perkembangan embrional dan tidak terlihat lagi pada usia 1 tahun. Tulang imatur
mengandung jaringan kolagen,
b) Tulang matur (mature bone, lamellar bone), ada dua jenis, yaitu tulang kortikal
(kortikal bone, dense bone, compact bone) dan tulang trabekular (cancellous bone,
trabecular bone, spongiosa).
Secara histologis, perbedaan tulang matur dan imatur terutama dalam jumlah sel,
jaringan kolagen, dan mukopolisakarida. Diafisis atau batang merupakan bagian
tengah tulang yang berbentuk silinder. Bagian ini tersusun dari tulang kortikal yang
memiliki kekuatan yang besar. Metafisis adalah bagian tulang yang melebar di
dekat ujung akhir batang. Daerah ini terutama disusun oleh tulang trabekular atau
tulang spongiosa yang mengandung sumsum merah. Sumsum merah terdapat juga
di bagian epifisis dan diafisis tulang. Pada anak-anak, sumsum merah mengisi
sebagian besar bagian dalam dari tulang panjang, tetapi kemudian diganti oleh
sumsum tulang kuning sejalan dengan semakin dewasanya anak tersebut. Pada
orang dewasa, aktivitas hemaptopoietik menjadi terbatas hanya pada sternum dan
Histoligi yang spesifik dari lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan ini
merupakan factor yang penting untuk memahami cedera pada anak (gambar 1.4).
Lapisan sel paling atas letaknya dekat epifis disebut sel istirahat. Lapisan
berikutnya adalah zona proliferasi. Pada zona ini terjadi pembelahan aktif sel dan
disinilah mulainya pertumbuhan tulang panjang. Sel-sel yang aktif ini didorong
kearah batang tulang, ke dalam daerah hipertrofi, tempat sel-sel ini membengkak,
menjadi lemah, dan secara metabolic menjadi tidak aktif. Didalam daerah
kalsifikasi provisional inilah sel-sel mulai menjadi keras dan menyerupai tulang
normal. Bila daerah proliferasi mengalami kerusakan, peertumbuhan dapat terhenti
karena retardasi pertumbuhan longitudinal anggota gerak tersebut atau terjadi
deformitas progresif bila hanya sebagai lempengan tulang yang mengalami
kerusakan berat.
B. Anatomi sendi
Sendi adalah tempat pertemuan dua tulang atau lebih. Tulang-tulang ini dipadukan
dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsula sendi, pita fibrosa, ligament, tendon,
fasia, atau otot. Ada tiga tipe sendi sebagai berikut.
Gambar 1.7. Struktur sendi normal. A , diagram sederhana sendi. B, potongan sederhana dari
sendi lutut
C. Otot
D. Cartilago
Tulang rawan terdiri dari serat-serat yang dilekatkan pada suatu gelatin yang
kuat tetapi flaksibel tidak memiliki vaskuler. Nutrisi mencapai kartilago melalui
proses difusi gel/ perkat dari kapiler yang berkata pada perichondrium (serabut yang
membentuk kartilago) melalui cairan sinovial.
E. Ligament (Simpay)
Ligament adalah suatu susunan serabut yang terdiri dari jaringan ikat
keadaannya kenyal dan fleksibel. Ligament mempertemukan kedua ujung tulang dan
mempertahankan stabilitas. Ligament pada daerah tertentu melengket kepada jaringan
lunak untuk mempertahankan struktur.
F. Tendon
Tendon adalah jaringan fibrosa yang padat yang merupakan ujung dari otot
dan menempel pada tulang. Tendon merupakan akstensi dari selaput fibrosa yang
membungkus otot dan bersambung dengan priostium. Selaput tendon berbentuk
selubung dari jaringan ikat yang menyelubungi tendon tertentu, terutama pada
pergelangan tangan dan tumit. Selubung imi bersambung dengan membrane synovia
yang menjamin pelumasan sehingga mudah bergerak.
G. Fascia
H. Bursae
Bursae adalah kantung kecil dari jaringan ikat disuatu tempat dimana
digunakan diatas bagian yang bergerak. Burase dibatasi oleh membrane synovial dan
mengandung cairan synovial.
Bursae adalah bantalan diantara bagian-bagian yang bergerak seperti pada elekranon
bursae, terletak diantara processus elekranon dan kulit.
OSTEOMIELITIS
Etiologi
Staphylococcus aureus, meruakan penyebab 70-80% osteomielitis.
Proteus
Pseudomonas
Escherichia coli
penyebaran hematogen
salmonella
nfeksi (misl: tonsil yang terinfeksi,gigi terinfeksi, infeksi saluran napas atas)
Klasifikasi:
PATOFISIOLOGI
Osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi pada tiga bulan pertama
(akut fulminan – stadium 1) yang sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau
infeksi superfisial infeksi lambat terjadi antara 4-24 bulan setelah pembedahan (stadium 2)
dan osteomielitis yang terjadi dalam waktu lama terjadi 24 bulan atau lebih setelah
pembedahan ( stadium 3)
Respon awal dari infeksi adalah inflamasi, peningkatan vaskularisasi,dan edema. Dua
atau tiga hari setelah pembedahan, dapat terjadi trombosis pada pembulu darah tersebut ,
yang mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang berhubungan dengan peningkatan
tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang kekavitas medularis dan
kebawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi sekitar. Bila proses
infeksi dapat dikontrol lebih awal, pembentukan abses tulang dapat dicegah.
Biasanya abses dapat keluar secara spontan, namun lebih sering harus dilakukan insisi
dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya membentuk daerah
jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir keluar. Selain itu rongga juga
tidak dapat mengempis dan sembuh sepertinya terjadi pada jaringan lunak tetapi yang terjadi
adalah pertumbuhan tulang baru (involukrum) yang mengelilingi sequestrum infeksius kronis
yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup klien, dan ini
dinamakan osteomielitis tipe kronik.
Pencegahan osteomielitis:
Gambar 2. Perubahan patofisiologis pada osteomyelitis yang disebabkan oleh infeksi daerah
sekitar.
PATOFLOW
iskemik
Drainase pus
Kematian jaringan
Pembentukan jaringan baru
lumpuh/ amputasi
Sembuh
MK: potensial cidera, cemas
Perubahan konsep diri
Gambar 3. Osteomyelitis pada pria berusia 84 tahun, foto CT Scantampak sagital (a) dan
axial (b) memperlihatkan fraktur pada tulang metatarsal dan sesamoid. Selain itu terdapat
reaksi periosteal dan erosi pada caput metatarsal yang mengindikasikan adanya
osteomyelitis.
KOMPLIKASI
Komplikasi osteomyelitis dapat terjadi akibat perkembangan infeksi yang tidak terkendali
dan pemberian antibiotik yang tidak dapat mengeradikasi bakteri penyebab. Komplikasi
osteomyelitis dapat mencakup infeksi yang semakin memberat pada daerah tulang yang
terkena infeksi atau meluasnya infeksi dari fokus infeksi ke jaringan sekitar bahkan ke aliran
darah sistemik. Secara umum komplikasi osteomyelitis adalah sebagai berikut:
a. Abses Tulang
b. Bakteremia
c. Fraktur Patologis
d. Meregangnya implan prosthetik (jika terdapat implan prosthetic)
e. Sellulitis pada jaringan lunak sekitar.
f. Abses otak pada osteomyelitis di daerah kranium.
Pemeriksaan diaknostik:
1. Pada awalnya, pemeriksaan sinar X menunjukan pembenkakan jaringan lunak. Sekitar 2
minggu terdapat daerah ireguler, nekrosis tulang, pengangkatan periosteum dan embentukan
tulang baru.
2. Pemindaian untuk mengindentifikasi area infeksi.
3. MRI dapat membantu diagnostik definiti awal.
4. Pemeriksaan darah memperlihatkan peningkatan leokosit dan peningkatan laju endap
darah.
5. Kultur darah dan abses diperlukan untuk menentukanjenis antibiotik yang sesuai.
ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Pasien dengan gejala akut dapat mengalami nyeri lokal, pembengkakan eritema, dan
demam. Gejala kekambuhan meliuti keluarnya pus dari sinus disertai nyeri,
pembengkakan, dan demam sedang. Kaji adanya faktor risiko yang mencsngkup lansia
diabetes dalam terapi kortikosteroid jangka panjang, cidera, infeksi atau bedah ortopedi
sebelumnya. Pasien selalu menghindar jika diberi tekanan didaerah yang sakit dan
melakukan gerakan perlindungan. Pemeriksaan fisik memperlihatkan adanya daerah
inflamasi, pembengkakan nyata, hangat, dan nyeri tekan cairan purulean dapat terlihat
dan peningkatan suhu tubuh. Pada osteomielitis, kronik peningkatan suhunya minimal
yang terjadi pada sore dan malam
b. Pemeriksaan fisik
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila dipalpasi.
Bias juga terjadi eriteme atau kemerahan dan panas efek sistemik menunjukan adany
demam biasanya diatas 380C,takikardi, irritable, lemah ,bengkak, maupun eritema.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pengkajian data , diagnosis keperawatan yang timbul meliputi:
1. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri dan keterbatasan beban berat
badan.
3. Risiko penyebaran infeksi : pembentukan abses tulang.
4. Kurang pengetahuan mengenai program pengobatan.
persendian yang terserang adalah bahu, siku, pinggul, panggul, lutut,jari kaki, dan tumit.
Bursa bahu adalah tempat yang aling sering terserang pada beberaa keadaan, bursitis
didahului oleh tendonsitis.
Etiologi:
penyebab bursitis sering kali tidak diketahui, tetapi dapat disebabkan oleh penguna
sebagian anggota tubuh yang berlebihan selama bertahun-tahun, cidera, penyakit guot,
pseudogout, artristis reumatiod dan infeksi bursitis terbagi menjadi dua : yaitu bursitis akut
dan kronik ang biasanya disebabkan ttrauma, terkilir, dan peregangan sendi yang berlebihan.
Penyebabnya sering kali tidak diketahui, tetapi burnitis dapa disebabkan oleh :
Cedera
Gout
Pseudogout
Arthritis rematoid
Infeksi akut dan kronik sekitar sendi misalnya karena luka tembus.
Trauma terus menerus(berulang) dan strain
Akibat kondisi arthritis
Bursitis kronik
Merupakan akibat dari seranganbursitis akut sebelumna atau cidera yang berulang.
Pada akhirnya dinding bursa akan menebal dan didalamnya terkumpul endaan
kalsium adat yang meneruai kapur.
Bursa yang telah mengalami kerusakan sangat peka terhadap peradangan tambahan .
Bursitis kronis merupakan akibat dari serangan bursitis akut sebelumnya atau cedera
yang berulang. Pada akhirya, dinding bursa akan menebak dan di dalamnya terkumpul
endapan kalsium padat yang menyerupai kapur. Bursa yang telah mengalami
kerusakan sangat peka terhadap peradangan tanbah. Nyeri menahun dan
pembengkakan bisa membatasi pregerakan, sehingga otot mengalami penciutan
(atrofi) dan menjadi lemah. Serangan bursitis kronis berlangsung selama beberapa
hari sampai beberapa minggu dan sering kambuh.
PATOFISIOLOGI
Garis sinovial dari pundi bursa meradang, akibat nya cairan sinovial diproduksi lebih
banyak, sehingga bursa membengkak. Kadang-kadang terkumpul sisa kalsium.
Pembengkakan disertai nyeri dan terbatasnya gerakan seni atau ekstermitas.
Adapun nyeri yang sering terkena atau bursitis yang sering terjadi adalah:
1) Sendi bahu ( yang paling sering terserang) yaitu bursa subdeltoid dan subkromial ang
menimbulkan rasa nyari akut serta argarakan yang terbatas pada sendi bahu.
Manifestasi klinis:
Tanda dan gejala bursitis dapat dibedakan kedalam kondisi akut dan kronik:
1) Bursitis akut
Nyeri hebat dan dapat menyebar pada sekitar sendi/ bursa yang terinfeksi
Teraba lunak pada area terinfeksi
Lingkup gerak sendi (ROM) terbatas
2) Bursitis kronis
Nyeri terjadi pada saat pergerakan ekstermitas
Kulit berwarna kemerahan dan panas
Terjadi pembengkakan dan teraba lunak.
Tanda dan gejala bursitis menurut long( 1996), adalah rasa nyeri yang dalam pada
daerah bursa, nyeri bila digerakkan, nyeri terasa bila sendi yang terserang di gerakan dan
keterbatasan gerakan aktif dan pasif. Demikian pula pendapat smeltzer (2002), manifestasi
klinis bursitis berupa nyeri dalam bahu, dan nyeri pada gerakan rotasi lengan.
Komplikasi
Terjadinya Bursitis kronis
Terlalu banyak suntikan steroid selama waktu singkat dapat menyebabkan cedera
pada tendon sekitarnya.
Tes diognostik:
Laboratorium: leukosit meningkat
X-Ray : untuk mengetahui lasnya sendi yang terserang.
Penatalaksanaan:
Berikan kompres dingin dengan fase akut, untuk menekan rasa tidak nyaman dan
nyeri.
Hindarkan dari panas, karena dapat meningkatkan produk cairan pada bursa saat fase
peradangan.
Berikan obat-obat antiradang sesuai indikasi.
Adrenokortikosteroid dapat disuntikan kedalam bursa sesuai indikasi
Pembedahan dapat dilakukan bila ada indikasi ( massa kalsium)
Terapi fisik dilakukan untuk mengembalikan fungsi sendi. Latihan sendi bisa
membantu mengembalikan kekuatan otot dan daya jangka sendi. Bursitis dapat kambuh jika
penyebabnya tidak diatasi.
INTERVENSI RASIONAL
INTERVENSI RASIONAL
INTERVENSI RASIONAL
A. Simpulan
Penyakit dengan gangguan system muskulus skeletal sehubungan dengan peradangan
seperti osteomielitis dan bursitis dapat menimbulkan gejala atau keluhan yang progresif
antara lain; nyeri hebat, kulit kemerahan, bahkan sampai terjadi deformitas tulang
Oleh karena itu sebagai tenaga kesehatan harus memahami dulu konsep asuhan
keperawatan sebelum memberikan asuhan keperawatan, sehingga asuhan keperawatan yang
diberikan sesuai dengan konsep yang ada, efektif dan efesien
Dengan demikien keperawatan kesehatan mesyarakat dapat ditingkatkan.
B.Saran
Semoga apa yangkami sajikan dapat bermanfaat dalam melakukan asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan muskuluskeletal: Osteomiolitis dan Bursitis.
Arif, Mutaqin.2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuluskeletal, cet 1. Jakarta : EGC.
Brunner,Suddarth, (2001) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3,
EGC : Jakarta
Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan, EGC ; Jakarta.
http://harnawatiaj.wordpress.com
htt:/wwwMediacastur. Com
Lukman.2009. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
muskuluskeletal. Salemba media. Jakarta .
Rumahorto,hotman,Skp.Ms.2000.Anatomi Fisiologi Sistem Muskuluskeletal,
Bandung, Akper Pajajaran
Suratun,2008. Seri Asuhan Keperawatan: klien dengan gangguan system
muskuluskeletal.Cet 1; EGC,Jakarta.