LAPORAN PENDAHULUAN
Gamb
ar 2.2. Gambar Skematik Komponen Tulang
Tulang bagian dalam dan luar di lapisi oleh pembentuk tulang dan
jaringan ikat yang disebut periosteum dan endosteum.
a. Periosteum
Terdiri atas lapisan luar serat-serat kolagen dan fibroblas. Berkas
serat kolagen periosteum memasuki matriks tulang dan mengikat
periosteum pada tulang. Lapisan periosteum yang lebih banyak
mengandung sel berpotensi membelah melalui mitosis dan
berkembang menjadi osteoblas. Sel ini disebut sel osteoprogenitor
dan sel ini berperan penting pada pertumbuhan dan perbaikan
tulang.
b. Endosteum
Melapisi semua rongga dalam di dalam tulang dan terdiri atas
selapis sel osteoprogenitorgepeng dan sejumlah kecil jaringan ikat.
Karenanya, endosteum lebih tipis daripada periosteum.
Fungsi utama periosteum dan endosteum adalah memberi
nutrisi kepada jaringan tulang dan menyediakan osteoklas beru
secara kontinu untuk perbaikan atau pertumbuhan tulang.
2. Fisiologi
Tulang berasal dari kata osteo sehingga sel tulang disebut osteosit.
Matriks tulang yang tersusun atas garam kalsium dan kolagen, yang
membuatnya kuat, keras dan tidak fleksibel. Pada bedan tulang panjang
misalnya femur, osteosit matriks dan pembuluh darah terangkai amat rapi
yang disebut sistem havers. Tulang memiliki suplai darah yang bagus
sehingga berperan sebagai tempat penimbunan kalsium, dan ketika terjadi
faktur ringan, tulang dapat memperbaiki dirinya sendiri relatif cepat.
Beberapa tulang, misalnya sternum dan tulang pelvis, mengandung
sumsum tulang merah, yang berperan sebagai jaringan hemopoietik yang
menghasilkan darah, (Gray, D. 2018).
Fungsi tulang antara lain adalah sebagai berikut:
a. Sebagai formasi kerangka yang menopang tubuh, membentuk
tubuh dan ukuran tubuh, dan sebagai tempat perlekatan otot
sebagai alat gerak aktif.
b. Melindungi beberapa organ dalam dari kerusakan mekanis,
misalnya, rangka dada melindungi jantung dan paru-paru.
c. Mengandung dan melindungi sumsum tulang belakang yang
berperan dalam proses hematopoiesis (pembentukan sel-sel darah
merah)
d. Menjadi tempat penyimpanan minelar teutama kalsium. Kalsium
dapat dipindahkan dari tulang untuk mempertahan kan kadar
kalsium darah, yang penting bagi pembekuan darah serta fungsi
otot dan syaraf.
B. Definisi
Tumor tulang adalah pertumbuhan sel baru yang
abnormal(neoplasma), progresif dimana sel-sel nya tidak pernah menjadi
dewasa. Neoplasma merupakan masa abnormal dari jaringan, yang
pertumbuhannya pesat dan tidak terkoordinasi dari pada jaringan normal
dan berlangsung lama serta berlebihan setelah perhentian stimulus yang
menimbulkan perubahan tersebut. (Robin, 2019)
Tumor tulang primer adalah neoplasma yang berasal
dari sel yang membentuk jaringan tulang sendiri, dikatakan
sekunder apabila merupakan anak sebar dari organ lain.
C. Etiologi
1. Faktor genetik atau keturunan dimana bisa diturunkan dari embrionik
mesoderm.
2. Virus, Virus dapat dianggap bisa menyatukan diri dalam sel sehingga
mengganggu generasi mendatang dari populasi sel.
3. Pemajanan terhadap radiasi pengionisasi dapat terjadi saat prosedur
radiografi berulang atau ketika terapi radiasi digunakan untuk
mengobati penyakit.
4. Agens hormonal, Pertumbuhan tumor mungkin dipercepat dengan
adanya gangguan dalam keseimbangan hormon baik dalam
pembentukan hormon tubuh sendiri (endogenus) atau pemberian
hormon eksogenus.
5. Kegagalan sistem imun, Kegagalan sisem imun untuk berespon dengan
tepat terhadap sel-sel maligna memungkinkan tumor tumbuh sampai
pada ukuran yang terlalu besar untuk diatasi oleh mekanisme imun
normal.
6. Agens kimia, Kebanyakan zat kimia yang berbahaya menghasilkan
efek-efek toksik dengan menggunakan struktur DNA pada bagian-
bagian tubuh (zat warna amino aromatik, anilin, nikel, seng, polifinil
chlorida, (Putman, T . et al. 2017).
D. Patofisiologi
Patofisiologi kondrosarkoma primer adalah terbentuknya kartilago
oleh sel-sel tumor tanpa disertai osteogenesis. Sel tumor hanya
memproduksi kartilago hialin yang mengakibatkan abnormalitas
pertumbuhan tulang dan kartilago. Secara fisiologis, kondrosit yang mati
dibersihkan oleh osteoklas kemudian dareah yang kosong itu, diinvasi oleh
osteoblas- osteoblas yang melakukan proses osifikasi. Proses osifikasi ini
menyebabkan diafisis bertambah panjang dan lempeng epifisis kembali ke
ketebalan semula. Seharusnya kartilago yang diganti oleh tulang di ujung
diafisis lempeng memiliki ketebalan yang setara dengan pertumbuhan
kartilago baru di ujung epifisis lempeng. Namun pada kondrosarkoma
proses osteogenesis tidak terjadi, sel-sel kartilago menjadi ganas dan
menyebabkan abnormalitas penonjolan tulang, dengan berbagai variasi
ukuran dan lokasi.
Proses keganasan kondrosit dapat berasal dari perifer atau sentral.
Apabila lesi awal dari kanalis intramedular, di dalam tulang itu sendiri
dinamakan kondrosarkoma sentral sedangkan kondrosarkoma perifer
apabila lesi dari permukaan tulang seperti kortikal dan periosteal. Tumor
kemudian tumbuh membesar dan mengikis korteks sehingga menimbulkan
reaksi periosteal pada formasi tulang baru dan soft tissue, (Price & Sylvia
Anderson, 2020)
E. Manifestasi klinis
1. Nyeri
Nyeri merupakan gejala yang paling banyak ditemukan, sekitar 75%
pasien dengan tumor tulang maligna merasakan nyeri. Gejala nyeri
yang ditimbulkan tergantung pada predileksi serta ukuran tumor.
Gejala dini biasanya berupa nyeri yang bersifat tumpul akibat
pembesaran tumor yang perlahan-lahan. Nyeri berlangsung lama dan
memburuk pada malam hari. Saat istirahat nyeri tidak menghilang,
nyeri diperberat oleh adanya fraktur patologis.
2. Pembengkakan, Pembengkakan lokal biasa ditemukan.
3. Massa yang teraba yang diakibatkan penonjolan tulang.
4. Frekuensi miksi meningkat
Manifestasi klinis ini ditemukan pada tumor tulang maligna
di pelvis, namun manifestasi klinis ini tidak selalu ada di setiap tumor
tulang maligna. Gejala yang ditimbulkan tergantung dari gradenya.
Pada grade tinggi, selain pertumbuhan tumor cepat juga disertai nyeri
yang hebat. Sedangkan pada grade rendah, pertumbuhan tumor lambat
dan biasanya disertai keluhan orang tua seperti nyeri pinggul dan
pembengkakan, (Price & Sylvia Anderson. 2020).
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
a. Pembedahan Pada pengangkatan tumor dengan pembedahan
biasanya diperlukan tindakan amputasi pada ekstrimitas yang
terkena, dengan garis amputasi yang memanjang melalui tulang
atau sendi di atas tumor untuk control local terhadap
memperkenalkan lesi primer. Reseksi local Beberapa tulang pusat
tanpa perawatan amputasi kini dengan menggunakan prosthetik
metal atau allograft untuk mendukung kembali penempatan tulang-
tulang.
b. Kemoterapi Obat yang digunakan termasuk dosis tinggi
metotreksat yang dilawan dengan factor citrovorum, adriamisin,
siklifosfamid, dan vinkristin.
c. Radioterapi, atau terapi kombinasi Terapi radiasi menggunakan
energi pancaran atau partikel-partikel yang terionisasi tinggi untuk
mengobati kanker. Terapi ini merupakan terapi lokal yang
digunakan sendiri maupun secara kombinasi dengan terapi lainnya
seperti pembedahan, kemoterapi, dan keduanya. Osteosarkoma
biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi dan
kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi
adriamycin (doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid)
atau metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen ini
mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi. Bila
terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan
pemberian cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-
obatan seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid.
2. Tindakan keperawatan
1. Manajemen nyeri Teknik manajemen nyeri secara psikologik
(teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan
imajinasi) dan farmakologi (pemberian analgetika).
2. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif Motivasi klien dan
keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan
dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi
ke ahli psikologi atau rohaniawan.
3. Memberikan nutrisi yang adekuat Berkurangnya nafsu makan,
mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi dan
radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat.
Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi
gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan
sesuai dengan indikasi dokter.
4. Pendidikan kesehatan Pasien dan keluarga diberikan pendidikan
kesehatan tentang kemungkinan terjadinya komplikasi, program
terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.
5. Jika diperlukan traksi, Prinsip Perawatan Traksi
6. Berikan tindakan kenyamanan ( contoh: sering ubah posisi, pijatan
punggung) dan aktivitas terapeutik.
7. Berikan obat sesuai indikasi contoh analgesik relaksan otot.
8. Berikan pemanasan lokal sesuai indikasi.
9. Beri penguatan pada balutan awal / pengganti sesuai dengan
indikasi, gunakan teknik aseptic dengan tepat.
10. Pertahankan linen klien tetap kering, bebas keriput.
11. Anjurkan klien menggunakan pakaian katun longgar.
12. Dorong klien untuk menggunakan manajemen stress, contoh:
bimbingan imajinasi, nafas dalam.
13. Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan
14. Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik,
contoh: edema, eritema.
G. Pemeriksaan diagnostic
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksan laboratorium merupakan pemeriksaan tambahan/ penunjang dalam
membantu menegakkan diagnosis tumor. Pemeriksaan laboratorium yang
dilakukan meliputi.
a. Darah. Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan laju endap darah,
haemoglobin fosfatase alkali serum, elektroforesis protein serum, fosfatase
asam serum yangmemberikan nilai diagnostik pada tumor ganas tulang.
2. Radiologi
a. Radiografi
Radiografi merupakan salah satu komponen yang penting
dalam perawatan pasien Melalui radiografi, informasi yang tidak
diketahui melalui pemeriksaan klinis akan dapat dijumpai pada
radiografi yang diperoleh, Melalui dental radiograf akan dapat
mendeteksi penyakit, lesi dan kondisi gigi serta tulang disekitarnya.
Banyak penyakit atau kondisi yang tidak mempunyai tanda atau
gejala klinis dan biasanya ditemukan melalui radiograf Penggunaan
radiografi tidak hanya untuk deteksi tetapi juga mengkonfirmasi
dugaan penyakit, lokasi dari lesi, dan benda benda asing.
b. X-Ray
c. CT Scan
CT-Scan merupakan merupakan alat diagnostik yang
penting dalam evaluasi pasien yang diduga menderita tumor otak.
CT-Scan merupakan pemeriksaan yang mudah, sederhana, non
invasif, tidak berbahaya, dan waktu pemeriksaan lebih singkat.
Ketika kita menggunakan CT-Scan dengan kontras, kita dapat
mendeteksi tumor yang ada. CT-Scan tidak hanya dapat
mendeteksi tumor, tetapi dapat menunjukkkan jenis tumor, karena
setiap tumor intrakranial menunjukkan gambar yang berbeda pad
CT-Scan
d. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang paling baik terutama
untuk mendeteksi tumor yang berukuran kecil ataupun tumor yang
berada dibasis kranium, batang otak dan di fossa posterior. MRI
juga lebih baik dalam memberikan gambaran lesi perdarahan,
kistik, atau, massa padat tumor intrakranial.
H. Komplikasi
1. Efek proses kemoterapi
Kemoterapi menggunakan obat-obat yang sangat kuat untuk mencoba
membunuh sel-sel kanker. Tetapi sebagai akibatnya beberapa sel-sel
normal juga terbunuh dalam prosesnya.
2. Kecatatan
Apabila dilakukan proses pengangkatan ,elalui penghilangan organ,
maka kecacatan pasien pasti akan bisa dihindari. Biasanya
menimbulkan patah tulang yang disebut fraktur patologias.
3. Kematian
Fakta penyebab kematian akibat kanker:
a. Kesulitan diagnosis oleh dokter patologi tulang. Minimnya
peralatan diagnosis yang tersedia dan sulitnya mendeteksi sel-
sel kanker yang diderita pasien apakah tergolong jinak atau
ganas.
b. Umumnya pasien datang ketika penyakit sudah berada pada
stadium akhir.
c. Pengobatannya akan menjadi sulit, dan angka harapan hidup
semakin kecil.
d. Masalah sosial ekonomi. Penyakit kanker memang tergolong
masih sulit diobati, belum lagi biaya pengobatan sangat mahal.
Masalah biaya sering menjadi alasan pasien untuk tidak
berobat. Bahkan, banyak pasien yang menolak dioperasi karena
tidak memiliki biaya.
e. Pengobatan dengan kemoterapi memiliki efek samping yang
menyakitkan, sehingga membuat pasien menyerah dan
menghentikan terapi.
f. Kurangnya pengetahuan tentang kanker dan pengobatannya,
membuat banyak orang memutuskan untuk memilih
pengobatan alternatif yang biayanya relatif lebih murah,
meskipun kenyataannya itu malah membahayakan kehidupan
pasien.
BAB II
A. PENGKAJIAN
1. Identifikasi pasien
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
alamat dan lain-lain
2. Riwayat kesehatan
a. Pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena
b. Pasien mengatakan susah untuk beraktifitas/ keterbatasan gerak
c. Mengungkapkan akan kecemasan kedepannya
3. Pengkajian fisik
Pada palpasi akan terasa massa pada daerah yang terkena
Pembengkakan pada jaringan yang lunak akibat dari tumor
4. Pengkajian status neuromuscular
Adanya nyeri tekan
Keterbatasan gerak
5. Hasil pemeriksaan laboratorium
a. Terdapat gambaran adanya kerusakan tulang dan pembentukan
tulang baru
b. Adanya gambaran sun ray spicules atau benang-benang tulang
dari kortekas tulang
c. Terjadinya peningkatan kadar alkali posfatase
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen cedera mekanik ditandai dengan melaporkan
nyeri secara verbal
2. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kemampuan pergerakan
ditandai dengan klien tidak mampu untuk mobilisasi
3. Deficit nutrisi b.d ketidakmampuan menyerap nutrisi ditandai
dengan kehilangan berat badan dengan asupan makanan yang tidak
memadai
4. Ansietas b.d rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi tentang
proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat
5. Resiko jatuh
DAFTAR PUSTAKA
PENGKAJIAN
A. BIODATA
1. Identifikasi Klien
a. Nama Klien (Inisial) : Ny”T”
b. Umur : 66 Tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : katolik
e. Pendidikan Terakhir : SMA
f. Suku/Bangsa : Makassar / Indonesia
g. Status Perkawinan : Kawin
h. Pekerjaan : tidak bekerja
i. Alamat : Urip Sumuharjo No.31
j. Tanggal Pengkajian : 27 Juni 2022
k. NRM : 981504
l. Diagnosa Medik : PRIMARY BONE TUMOR
2. Identitas Penanggung Jawab
a. Nama : Ny “A”
b. Umur : 34 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : wiraswasta
e. Hubungan dengan klien : anak kandung
f. Alamat : Urip Sumuharjo No.31
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama : udema pada Ekstremitas bawa
2. Riwayat keluhan utama :
Pada tanggal 20 juni 2022, pasien datang di rumah sakit dengan keluhan nyeri pada
kaki kiri tembus ke panggul, nyeri yang dirasakan sejak 5 bulan yang lalu, hasil foto
MRI didapatkan ada tumor pada tulang pangkal paha sebelah kiri, ada riawat
pengobatan, ada riawat konsumsi obat bebas tanpa resep dokter, tingkat kesadaran
composmentis, keadaan umum klien baik, saat ini pasien dirawat
3. Genogram Generasi Ke-3
x x x X
X X X
x x x x
x X
Keterangan :
= Laki-laki = garis keturunan
= klien
C. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Keluarga mengatakan sangat berharap agar klien segera pulih dari penyakitnya
2. Pola Koping :
Keluarga klien mengatakan bahwa akan selalu berusaha untuk berfikir positif
dengan apa yang sedang dialami oleh klien dan akan bekerja sama dengan
anggota keluarga lain untuk proses pengambilan keputusan.
D. RIWAYAT SPIRITUAL
1. Kegiatan klien beribadah :
Keluarga klien mengatakan bahwa klien rajin melaksanakan ibadah, dan teratur
mengikuti kegiatan keagamaan
2. Dukungan keluarga klien:
Keluarga klien mengatakan bahwa klien selalu mendapat dukungan dari anak,
saudara serta keluarga lainnya
3. Ritual yang biasa dijalankan klien:
Keluarga klien mengatakan bahwa klien rajin melaksanakan ibadah bersama.
E. PEMERIKSAAN FISIK (MENGGUNAKAN TEKNIK INSPEKSI, PALPASI
DAN AUSKULTASI)
1. Keadaan Umum Klien
a. Tanda-tanda distres : tidak ada
b. Penampilan dihubungkan dengan usia : penampilan sesuai dengan usia 65
tahun
c. Ekspresi wajah : tenang
d. Tinggi badan: 147 cm
e. berat badan : 52 kg
2. Tanda-tanda Vital
TD: 114/64 mmHg
N : 90x/menit
S: 36,5 0C
P: 24x/Menit
SPO2 : 99%
3. Sistem Pernafasan
a. Hidung
Inspeksi : tidak ada lesi, Lubang hidung kiri dan kanan Simetris,
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
b. Leher
a. Inspeksi : Tidak nampak pembesaran kelenjar tiroid
b. Palpasi : tidak dikaji
c. Dada
Inspeksi : Dada terlihat simetris kiri dan kanan, pergerakan dada mengikuti
pernapasan.
Palpasi : Tidak dikaji
d. Sistem Kardio Vaskular
a. Conjungtiva : Anemis
b. Arteri karotis: Teraba
c. Tekanan vena jugularis : Tidak ada pembesaran kelenjar
e. Sistem Percernaan
1. Mulut :
Inspeks: Tidak ada stomatitis, kemampuan menelan baik
Palpasi: tidak dikaji
2. Gaster :
Inspeksi : Tidak dikaji
Palpasi : Tidak dikaji
3. Abdomen :
Inspeksi : terdapat edema
Palpasi : tidak ada ada tekan
Perkusi : tidak dikaji
Auskultasi : peristaltik usus 8x/menit
f. Sistem Indra
1. Mata
Inspeksi : ukuran bola mata simetris kiri dan kanan
Palpasi : tidak dikaji
2. Hidung
Insepksi : lubang hidung simetris kiri dan kanan
Palpasi : tidak dikaji
3. Telinga
Inspeksi : aurikula simetris kiri dan kanan
Palpasi : tidak ada benjolan
g. Sistem Syaraf
1. Fungsi cerebral
a. Kesadaran : composmentis
b. Bicara : baik dan lancar
2. Fungsi Cranial :
Nervus I : klien dapat membedakan bau minyak kayu putih dan parfum
Nervus II : klien tidak mampu melihat keseluruh arah dengan jelas pengihatan
nampak buram.
Nervus III, IV, VI : tidak ada gangguan pada otot mata pergerakan bola mata
baik..
Nervus VII : klien dapat merasakan manis, asam, pahit pada bagian lidah,
Nervus IX : klien dapat merasakan pahit pada 1/3 posterior lidah, dapat
menelan.
Nervus XI : klien dapat menoleh kekiri dan kekanan dan klien dapat
menganggkat bahu
Nervus XII : Gerakan lidah simetris, lidah dapat digerakkan keatas kekiti dan
kekanan.
2. Fungsi motorik
Masa otot : terdapat massa otot
Tonus otot melemah
Kekuatan otot
5 5
2 2
3. Fungsi sensorik : tidak dikaji
4. Fungsi cerebellum : tidak dikaji
5. Sistem Maskulo Skeletal
Kepala :
Inspeksi : bersih, rambut sedikit panjang dan beruban
Palpasi : tidak dikaji
Vertebrae :
Inspeksi : tidak ada kelainan tulang belakang
Palpasi : tidak dikaji
Pelvis :
Lutut : tidak dapat digerakan bebas
Kaki : gerakan kekuatan otot pasif dan terdapat udema
Tangan : terpasang Infus
6. Sistem Integumen
a. Kebersihan kulit : bersih dan lembab tidak ada lesi
b. Temperature : hangat
c. Turgor Kulit : menurun, tidak kembali dalam 3 detik
d. Kelainan kulit : tidak ada
h. Sistem Endoktrin
a. Thyroid
Inspeksi : Tidak Terdapat Pembesaran Kelenjar Tiroid
Palpasi : Tidak dikaji
b. Suhu Tubuh :
Palpasi : Klien tidak demam suhu normal (36,5oc)
i. Sistem perkemihan:
a. udema Palpebral
Palpasi : Tidak dikaji
inspeksi : klien tidak terpasang kateter
j. Sistem pernapasan
inspeksi : klien tidak sesak
palpasi : tidak ada benjolan
perkusi : bunyi pekak
auskultasi : tidak da suara tambahan
k. Sistem Immun
a. Alergi : Tidak Ada
POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI
Istirahat Tidur
Nutrisi
Cairan
Olahraga
frekuensi 2x sehari
4. Gosok gigi; frekuensi dan mandiri Tidak teratur
cara gosok gigi dibantu
Aktivitas / Mobilitasfisik
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Kegiatan sehari-hari Tidak menentu Tidak ada
2. Pengaturan jadwal harian Tidak menentu Tidak ada
3. Penggunaan alat bantu Tidak ada Tidak ada
aktivitas Tidak ada
4. Kesulitan pergerakan Tidak ada Ada, kaki kiri dan
tubuh kanan sulit
digerakkan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan darah
TGL 27-06-2022 Pukul 13.30:56
Singkatan Nilai rujukan Satuan
Glukosa :
GDS 99 140 Mm/dl
Fungsi ginjal :
Ureum 29 10-50 Mm/dl
kreatinin 0.49 L(<1.3): P(<1.1) Mm/dl
Fungsi hati :
SOGT 37 < 38 U/l
SPGT 25 < 41 U/l
Elektrolit:
Natrium 136 136-145 Mmol
Kalium 3.5 3.5-5.0 Mmol
Klorida 106 97-111 Mmol
WBC 10.3 4.00-10.00
RBC 3.34 4.50-6.50
HBG 7.9 13.0-17.0
HCT 81 80.0-100
MCV 27 27.0-32.0
MCHC 29 32.0-36.0 µm3
PLT 249 150-500
RDWsd 9.1 6.0-11.0 µm3
PCT 94 0.150-0.500
PDW 9.6 11.0-18.0 %
MCT 0.16 4.0 %
NEU 45.3 44.2 L
LYM 8.7 10.84 IH
MON 2.4 3.5 IH
EOS 0.4 0.5 L
BAS 0.3 2.58 H
ALym 6.7 3.39 IH
LIC 2.5 10.29 IH
Pemeriksaan Radiologi
Resiko Jatuh
Penilaian
Faktor resiko Skala Score
Tgal :
Jam:
Standar Hasil
No
Yes
Diagnosa sekunder
No
Menggunakan alat-alat Furnitur
bantu
Menyokong
tongkat/alat 15
penopang/walker
Yes
Obat
No
Terganggu
Normal
Lupa/pelupa
Kesadaran
Baik
Total Score
Keterangan
DO:
o Tanpak meringis
o pola tidur berubah
DS: Penurunan konsentrasi Perfusi Perifer Tidak
o Klien mengeluh nyeri hemoglobin Efektif
pada kedua kaki
Penurunan aliran arteri atau
DO: vena
1. Perfusi jaringan tidak efektif b/d penurunan konsentrasi hemoglobin d/d ekstremitas
pasien tanpak udema
3. Resiko jatuh d/d faktor resiko (mis. riwayat jatuh, usia > dari 65 tahun)
4. Resiko infeksi d/d faktor resiko (mis. efek prosedur invasif, ketidakstabilan
pertahanan tubuh sekunder seperti: penurunan hemoglobin).
INTERVENSI KEPERAWATAN
N SDKI SLKI SIKI
O
Fasilitasi istirahat
dan tidur
konrol liapat
ngkungaen yang
dapat memperberat
rasa nyeri
Berikan teknik
nonfarmakologis
(teknik napas
dalam)
Edukasi
Edukasi
Jelaskan tujuan
melakukan
mobilisasi
Ajarkan mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis. duduk
ditempat tidur,
duduk disisi
tempat tidur,
pindah dari tempat
tidur kekursi
Teraupetik :
Pastikan roda
tempat tidur
dalam keadaan
terkunci
Pasang handrall
tempat tidur
Anjurkan
memanggil
perawat jika
membutuhkan
bantuan untuk
berpindah
4. Resiko infeksi d/d faktor Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi
resiko (mis. efek prosedur diharapkan Observasi :
invasif, ketidakstabilan Kriteria hasil : Monitor tanda dan
Kebersihan tangan
pertahanan tubuh gejala infeksi lokal
sekunder seperti: meningkat
dan sistemik
penurunan hemoglobin). Kadar sel darah putih
Teraupetik :
membaik Batasi jumlah
pengunjung
Cuci tangan
sebelum dan
sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien
Pertahankan
Teknik aseptik
pada pasien
beresiko tinggi
Evaluasi :
Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar
Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
antibiotik
Hari ke-1
No.
JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
DX
Hari ke-2
No.
JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
DX
No.
JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
DX
gejalah infeksi
Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
15.02 Hasil : pasien dan
keluarganya mampu dan mau
melakukan
Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
15.05
Hasil: klien selalu
mengkonsumsi makanan
bergizi