Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Penyakit.


1. Pengertian

Soft tissue Tumor adalah benjolan atau pembengkakan


abnormal dalam tubuh, tetapi dalam artian khusus adalah benjolan
yang di sebabkan oleh neoplasma. secara klinis, di bedakan atas
golongan neoplasma dan nonneoplasma. Neoplasma dapat bersifat
jinak atau ganas, neoplasma jinak tumbuh dengan batas tegas dan tidak
menyusup, tidak merusak, tetapi membesar dan menekan jaringan
sekitarnya dan umumnya tidak bermetastasis, misalnya ganglion
(Rendy & Margareth, 2015).

Ganglion dapat dijelaskan sebagai kontong berisi cairan yang


muncul dari kapsul sendiri atau lapisan tendon. Ganglion dapat muncul
pada hampir sendi atau lapisan tendon maupun pergelangan tangan dan
tangan. Ganglion dapat menghambat pergerakan sendi, atau
menimbulkan ketidaknyamanan karna kompresi atau distensi dari
jaringan linak lokal. Kista ganglion pada sendi inter-falangeal distal
(DIP) dapat menimbulkan derformitas dari kuku jari. Kista ganglion
dapat dengan mudah didiagnosis melalui lokasi dan bentuknya.
Biasanya tidak melekat pada kulit di atasnya dan melekat kuat dengan
sendi atau lapisan tendon dibawahnya (Black & Hawrks, 2010).

2. Etiologi

sebagian besar tumor ganglion tidak sepenuhnya diketahui,


namun ganglion dapat terjadi akibat robekan kecil pada ligamentum
yang melewati selubung tendon atau kapsul sendi baik akibat cedera,
proses degeneratif atau abnormalitas kecil yang tidak diketahui
sebelumnya, saat cairan sendi menumpuk dan membentuk sebuah
kantong pada sendi atau tendon (Purnamasari, 2019).

5
6

3. Patofisiologi
Normalnya, sendi dan tendon dilumuri oleh cairan khusus
yang terkunci di dalam sebuah komponen kecil. Kadang akibat arthitis,
cedera atau tanpa sebab yang jelas, terjadi kebocoran dan komponen
tersebut kental seperti madu, dan jika terjadi kebocoran tersebut maka
akan mengalir keluar dan tidak dapat masuk kembali. Dan akan
mengisi ruang di luar area lubang. Ketika kita menggunakan tangan
kita untuk berkerja sendi akan meremas dan menyebabkan tekanan
yang besar pada komponenn yang berisi cairan tersebut ini dapat
menyebabkan benjolan dengan tekanan yang besar sehingga sekeras
tulang.

Bagan 2.1

Pathway terjadinya tumor ganglion.

Arthtritis / cedera pada sendi atau tendon

Terjadi kebocoran komponen

Cairan sinovial keluar dari dalam komponen (tidak bisa


masuk kembali bersifat kental dan pekat )

Reabsobsi tubuh terganggu

Cairan sinovial menjadi sekental jelly

Saat tangan bekerja terjadi peremasan pada sendi

Terjadi peningkatan pada komponen yang berisi cairan sinovial

Di lanjutkan di halaman 7.
7

lanjutan dari patway pada bagan 2.1.

Benjolan terbentuk dengan tekanan yang berat (benjolan menjadi


keras sekeras tulang ganglion

Keterbatasan gerak Nyeri

Pembedahan

Defisit pengetahuan Resiiko infeksi

Sumber : Putra (2019).

4. Manifestasi Klinis
Pada klien dengan tumor ada dua manifestasi klinis yaitu
manifestasi setempat dan sistemik, rangkumanya sebagai berikut
menurut (Utama & dkk, 2011) :
a. Manifestasi setempat
Benjolan pada tumor merupakan keluhan utama yang
sering dikemukakan klien, sering kali klien meraba atau merasakan
benjolan di bagian tertentu tubuhnya. Benjolan dapat timbul di
segala bagian tubuh, yang lokasi nya dekat atau di permukaan
kulit, jaringan lunak seperti Ganglion. keluhan utama yang sering
dikemukakan klien yaitu nyeri, pada awalnya tumor biasanya tidak
nyeri, namun tumor pada saraf atau mendesak saraf di dekatnya,
8

atau bila tumor di dalam organ padat dan tulang rangka tumbuh
terlalu cepat menyebabkan kapsul organ atau periosteum teregang.
b. Manifestasi sistemik
dengan berkembangya tumor dapat timbul gejala ini :
1) Demam
leokosit dan sel normal dalam tubuh lainnya menghasilkan
‘patogen endogen’ yang dapat mempengaruhi hipotalamus
timbul disregulasi temparatur tubuh bereaksi alergik terhadap
protein asing.
2) Penurunan berat badan, anemia, anemia progresif merupakan
gejala yang umum pada tumor ganas.
3) Ikterus
Bila keluhan pasien utama adalah ikterus, pertama harus
dipikirkan kemungkinan menyebabkan desakan dan obstruksi
ujung duktus koledokus, hepatoma primer, kanker metastatik
ke hati mendesak duktus hepatikus di porta hati, juga dapat
timbul ikterus

5. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi setelah pembedahan soft tissue


tumor salah satu nya pada ganglion menimpulkan infeksi, kekakuan,
nyeri, bekas luka tak sedap, dan keloid selain itu terdapat keterbatasan
gerak, kerusakan serabut saraf atau pembuluh darah (Erawati & dkk,
2018).

6. Penatalaksanaan Pada Klien Tumor Ganglion.


a. Pembedahan
Menurut Rosdahl & Kowalski (2017), pembedahan di perlukan
untuk meredakan beberapa jenis nyeri tertentu misalnya, penyebab
fisik seperti tumor yang menyebabkan tekanan.
9

b. Biopsi
Menurut Erawati & dkk, (2018), biopsi sebagai tindakan
mengambil atau melakukan pemeriksaan mikroskopis dari jaringan
yang berasal dari tubuh manusia yang masih hidup untuk
menegakan diagnosis atau menentukan apakah suatu tumor ganas
atasu jinak. Dua jenis biopsi yaitu :
1) Biopsi tetutup
cara menusukan jarum biopsi melalui kulit (perkutan) untuk
mendapatkan spesimen sel atau jaringan.
2) Biopsi terbuka

Teknik biopsi dengan melakukan insisi ataupun eksisi dari lesi


patologis secara lansung melalu prosedur pembedahan terbuka.

c. Atroskopi
Menurut Rahmah (2017), Pada operasi ini, biasanya membuat
sayatan dengan ukuran yang lebih kecil. Kmudian atroskop akan
dimasukan ke dalam sayatan untuk melihat lokasi kista.
Selanjutnya akan memasukan alat pada sayatan tersebut untuk
mengangkat kista ganglion.

B. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia


Menurut Maslow dalam Asmadi (2012), pemenuhan berbagai
kebutuhan tersebut didorang oleh dua kekuatan (motivasi) yakni motivasi
kekurangan (deficiency motivation) dan motivasi pertumbuhan dan
perkembangan (growth motivation). Motivasi kekurangan bertujuan untuk
mengatasi masalah keteganggan manusia karena berbagai kekurangan
yang ada. Misalnya pada kasus ganglion untuk memenuhi kebutuhan
motivasi agar mengurangi rasa kecemasan pada klien. Kapasitas itu pula
yang dapat mendorong manusia mencapai tingkat hierarki kebutuhan yang
paling tinggi yaitu aktualisasi diri.
1. Kebutuhan fisiologis
2. Kebutuhan keselamatan dan keamanan
3. Kebutuhan mencintai dan di cintai
10

4. Kebutuhan harga diri


5. Kebutuhan aktualisasi diri

Menurut Long (1996) dalam Mubarak & Chayanti (2007), nyeri


adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang
yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan
tersebut.
Secara umum, bentuk nyeri terbaagi atas nyeri akut dan nyeri
kronis. Nyeri akut biasanya berlangsung tidak lebih dari enam bulan.
Gejalanya mendadak, dan biasanya penyebabnya serta lokasi nyeri sudah
diketahui, daerah nyeri biasanya diketahui dengan pasti, nyeri ini dapat
hilang setelah area yang mengalami gangguan kembali pulih, Sedangkan
nyeri kronis berlangsung lebih dari enam bulan. Sumber nyeri bisa
diketahui atau tidak. Nyeri cenderung hilang timbul dan biasanya tidak
dapat disembuhkan. Selain itu, penginderaan nyeri menjadi lebih dalam
sehingga penderita sukar untuk menunjukan lokasinya. Dampak dari nyeri
ini antara lain penderita menjadi mudah tersinggung dan mengalami
insomnia. Lamanya bisa beberapa bulan hingga tahuanan.

Menurut Hierarki Maslow dalam Asmadi (2012), nyeri akan di


alami pada kasus tumor ganglion karna di sebabkan adanya tekanan pada
benjolan, untuk mengatasi kebutuhan rasa aman dan nyaman agar terbebas
dari rasa nyeri terhadap sensasi nyeri yang di alami pada klien di lakukan
pembedahan sehingga kebutuhan aman dan nyaman pada klien terpenuhi
dan ketidaknyamanan klien pada benjolan dan nyeri teratasi.

C. Proses Keperawatan

Menurut Muttaqim (2010), pengkajian pada klien yang terganggu


pada pergelangan tangan.
11

1. Pengkajian fisik
a. Pengkajian pergelangan tangan
pada kondisi klinis, perawat sering menemukan adanya gangguan
pada lengan bawah akibat trauma, tumor, infeksi, inflamasi,
kelainan kongenital, dan juga setelah mendapatkan terapi medik

b. Pengkajian sendi dan rentang gerak sendi


Sisitem persendian dievaluasi dengan memeriksa luas gerakan,
adanya benjolan. Luas gerakan dievaluasi baik secara aktif (sendi
digerakan oleh otot sekitar sendi) dan gerakan pasif (sendi
digerakan oleh pemeriksa). Bila suatu sendi diekstensi maksimal,
tetapi masih tetap ada sisa fleksi, maka luas gerakan dikatakan
terbatas.luas gerakan yang terbatas bisa disebabkan karena tendo di
sekitanya.

2. Pengkajian keperawatan perioperatif


Pengkajian menurut Rosdahl & Kowalski (2017), pada asuhan
keperawatan perioperatif.
a. Fase preoperasi
Sebelum pembedahan, dokter bedah atau dokter anastesiologi
menuliskan program yang mengidikasikan dengan pasti apa obat
dan persiapan fisik yang di perlukan klien. penting untuk
mengajarkan klien melaksanaan program praoperatif dengan tepat,
karena hal tersebut akan mempengaruhi kesuksesan pembedahan.
1) Observasi klien
Pantau pasien secara cermat selama persiapan pembedahan dan
laporkan setiap reaksi atau observasi yang tidak lazim kepada
perawat yang bertanggung jawab dan dokter bedah saat itu
juga.

2) Pemeriksaan fisik dan laboratorium


Sebelum dilakukan pembedahan, klien menjalani serangkaian
pemeriksaan fisik yang komplit, termasuk uji laboratorium, di
12

lakukan sekitar 1 minggu sebelum pembedahan non darurat.


Pemeriksaan nya antara lain, Foto rongsen dada, Hitung darah
lengkap, Urinalis.

3) Persiapan kulit
Jika insisi akan di buat di kulit, biasanya klien perlu beberapa
jam sebelum di lakukan pembedahan pasien mandi terlebih
dahulu, tempat operasi telah di persiapkan lebih lanjut tepat
sebelum atau setelah di anastesi.

4) Medikasi preoperatif
Terdapat 4 jenis medikasi yang umumnya digunakan selama
praoperasi adalah sedatif, antibiotik, narkotik, dan agen
pengering. Sedatif biasanya diprogramkan sebelum
pembedahan sehingga klien dapat tidur dan menstabilkan
tekanan darah dan nadi. Antibiotik untuk mencegah infeksi
post operasi biasanya diberikan selama beberapa hari sebelum
pembedahan. Narkotik untuk membantu mencegah infeksi
pasca operasi. Agens pengering / antikolinergik mengurangi
kemungkinanan aspirasi.

b. Fase postoperasi
1) Setelah dilakukan pembedahan klien akan di pantau di Post
anasthesia care unit sampai klien pulih dari anastesi dan
bersih secara medis untuk meninggalkan unit, pemantauan
spesifik termasuk airway, breathing, sirkulasi, circulation.
tindakan di lakukan sebagai upaya untuk mencegah komplikasi
postoperasi seperti gelisah, susah bernapas, sianosis.

2) Memindahkan klien ke Post anasthesia care unit


Ketika klien di pindah ke Post anasthesia care unit dari ruang
operasi setiap upaya di lakukan untuk mencegah ketegangan
atau cedera yang tidak perlu pada klien. dokter anastelogi atau
13

perawat anastesi bertanggung jawab untuk memantau ke adaan


klien sampai setabil.

3) Menerima klien di unit keperawatan


Klien yang telah distabilkan kemudian di pindahkan ke ruang
unit keperawatan.

D. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan pada klien tumor ganglion ada beberapa
yang dapat ditemukan menurut Doenges (2000) dalam Lukman & Ningsih
(2013), di bawah ini akan diuraikan diagnosa keperawatan yaitu :
1. Diangnosa keperawatan preoperasi
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan preoperasi
klien bedah dapat mencakup :

a. Nyeri : akut berhubungan dengan kompresi/destruksi jaringan


saraf, obstruksi jaringan saraf atau inflamasi, serta efek samping
berbagai agen terapi saraf
b. Ansietas berhubungan dengan ancaman/perubahan pada setatus
kesehatan/sosial ekonomi, fungsi peran, pola interaksi, ancaman
kematian, perpisahan dari keluarga
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, tidak
mengenal sumber informasi atau keterbatasan kognitif.

2. Diagnosa keperawatan postoperasi


a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pembedahan, distress, emosional, keletihan atau kontrol nyeri
buruk.
b. Risiko tinggi terjadi nya kerusakan kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan efek radiasi, kemotrapi, perubahan imunologi,
perubahan status nutrisi, atau anemia
c. Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan pertahanan
sekunder tidak adekuat, malnutrisi, proses terjadinya penyakit
kronis, atau prosedur invasif.
14

E. Rencana keperawatan
Rencana keperawatan pada klien dengan kasus soft tissue tumor
di tampilkan dalam tabel 2.2.
Tabel 2.2
Rencana keperawatan pada klien preoperasi dengan kasus soft tissue tumor

Diagnosa
No Tujuan Rencana Tindakan
Keperawtan

1 2 3 4
1 Ansietas Tingkat Pengurangan kecemasan
berhubungan kecemasan 1. Tinjau ulang
dengan krisis 1. Tidak terjadi pengalaman klien/
situasi (tumor), distres orang terdekat sebelum
ancaman/peruba 2. Tidak ada mengalami penyakit
han pada setatus perasaan tumor.
kesehatan/sosial gelisah 2. Dorong klien untuk
ekonomi, fungsi 3. Wajah tidak mengungkapkan pikiran
peran, pola tampak tegang dan perasaan.
interaksi,
3. Berikan lingkungan
ancaman
terbuka, dimana klien
kematian,
merasa aman.
perpisahan dari
4. mendiskusikan
keluarga
perasaan atau menolak
untuk berbicara.
5. Pertahankan kontak
sering dengan klien,
berbicara dengan
menyentuh.
6. Berikan informasi
yangg dapat dipercaya
dan konsisten serta
dukungan orang
terdekat.
15

1 2 3 4.
Kurang Pengetahuan Pengajaran : prosedur
2.
pengetahuan :prosedur /perawatan
berhubungan penanganan 1. Tinja ulang dengan
dengan kurang 1. Prosedur klien/orang terdekat
informasi, tidak penanganan tentang pemahaman
mengenal diagnosis, alternatif
sumber pengobatan, dan sifat
informasi atau harapan
keterbatasan 2. Tentukan persepsi klien
kognitif. tentang tumor dan
pengobatan
sebelum/sesudah
menderita tumor atau
pengalaman orang lain
tentang tumor
3. Berikan informasi yang
jelas dan akurat, jawab
pertanyaan secara
khusus, tetapi tidak
memaksa detail detail
yang tidak penting
4. Beritahu perawatan
khusus di rumah,
misalnya kemampuan
untu aktivitas sendiri
5. Lakukan evaluasi
sebelum pulang
kerumah sesuai dengan
indikasi
6. Tinjau tanda dan gejala
kebutuhan evaluasi
medis, misalnya
infeksi, perlambatan
penyembuhan, reaksi
obat, peningkatan nyeri.
16

1 2 3 4
3. Nyeri : akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
berhubungan 1. Tidak 1. Kaji nyeri misalnya,
dengan melaporkan lokasi nyeri, frekuensi,
kompresi/ nyeri durasi, dan intensitas
destruksi 2. Tidak (0 – 10), serta tindakan
jaringan saraf, meringis menghilangkan nyeri
obstruksi 3. Tidak ada yang digunakan
jaringan saraf
ekspresi wajah 2. Evaluasi terapi tertentu,
atau inflamasi,
nyeri misalnya pembedahan
serta efek
3. Tingkat kenyamanan
samping
dasar misalnya,
berbagai agen
relaksasi napas dalam,
terapi saraf
aktivitas hiburan
misalnya, musik.
4. Kembangkan rencana
keperawatan nyeri
bersama klien dan tim
medis

Tabel 2.3
Rencana keperawatan pada klien postoperasi dengan kasus soft tissue tumor

Diagnosa
No Tujuan Rencana Tiindakan
keperawatan

1 2 3 4
1. Nutrisi Status nutrisi Manajemen nutrisi
kurang dari 1. Mengonsumsi 1. Pantau intake makanan
kebutuhan asupan yang setiap hari, biarkan
tubuh mengandung klien menyiapkan buku
berhubungan protein. harian tentang makanan
dengan 2. Asupan gizi sesuai indikasi
pembedahan, seimbang. 2. Ukur tinggi badan,
distress, berat badan, dan
emosional,
ketebalan lipatan kulit
keletihan
trisep, dan pastikan
jumlah penurunan berat
17

1 2 3 4
badan saat ini
3. Kontrol faktor
lingkungan misalnya,
bau, bising.
4. Dorong klien untuk
makan denggan diet
tinggi kalori kaya
nutrien, dengan intake
caran yang adekuat.
Dorong penggunaan
suplemen dan makan
sedikit tapi sering
5. Dorong penggunaan
teknik relaksasi.
6. Identifikasi klien yang
mengalami mual
muntah yang
diantisipasi

2. Resiko tinggi Integritas Perawatan luka


terjadi nya jaringan : kulit & 1. Kaji kulit dengan
kerusakan membran mukosa sering terhadap efek
integritas
1. Suhu kulit samping terapi,
kulit
dalam batas perhatikan kerusakan/
berhubungan
normal lambatnya
dengan efek 2. Lesi pada kulit penyembuhan luka.
radiasi, tidak ada 2. Dorong klien untuk
kemotrapi, menghindari
perubahan menggaruk dan
imunologi, menepuk kulit yang
perubahan kering
status nutrisi, 3. Anjurkan
atau anemia menggunakan pakaian
yang lembut
danlongggar
4. Anjurkan klien untuk
menghindari krim kulit
pun, salep dan bedak.
Kecuali atas izin dokter
18

1 2 3 4
3. Resiko tinggi Keparahan Infeksi Perlindungan Infeksi
terjadi infeksi 1. Nyeri 1. Tekankan higiene
berhubungan berkurang personal
dengan 2. Tidak ada 2. Pantau suhu
pertahanan cairan yang 3. Kaji semua sistem
sekunder berbau misalnya, kulit
tidak 4. Ubah posisi dengan
adekuat,
sering , pertahankan
malnutrisi,
linen kering dan bebas
proses
kerutan
terjadinya
5. Tingkatkan istirahat
penyakit
yang cukupndengan
kronis, atau
priode latihan
prosedur
6. Berikan antibiotik
invasif.
sesuai indikasi
19

Anda mungkin juga menyukai