Anda di halaman 1dari 17

REFERAT

OSTEOMIELITIS

BAB I
Pendahuluan
Infeksi jaringan tulang disebut sebagai osteomyelitis, dan dapat timbul akut atau kronik.
Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi local yang
berjalan dengan cepat. Pada anak-anak infeksi tulang seringkali timbul sebagai komplikasi dari
infeksi pada tempat-tempat lain seperti infeksi faring (faringitis), telinga (otitis media) dan kulit
(impetigo). Bakterinya (Staphylococcus aureus, Streptococcus, Haemophylus influenzae) berpindah
melalui aliran darah menuju metafisis tulang didekat lempeng pertumbuhan dimana darah mengalir
ke dalam sinusoid.
Akibat perkembangbiakan bakteri dan nekrosis jaringan, maka tempat peradangan yang
terbatas ini akan terasa nyeri dan nyeri tekan. Perlu sekali mendiagnosis osteomyelitis ini sedini
mungkin, terutama pada anak-anak, sehingga pengobatan dengan antibiotika dapat dimulai, dan
perawatan pembedahan yang sesuai dapat dilakukan dengan pencegahan penyebaran infeksi yang
masih terlokalisasi dan untuk mencegah jangan sampai seluruh tulang mengalami kerusakan yang
dapat menimbulkan kelumpuhan. Diagnosis yang salah pada anak-anak yang menderita
osteomyelitis dapat mengakibatkan keterlambatan dalam memberikan pengobatan yang memadai.
Pada orang dewasa, osteomyelitis juga dapat awali oleh bakteri dalam aliran darah, namun
biasanya akibat kontaminasi jaringan saat cedera atau operasi.Osteomyeelitis kronik adalah akibat
dari osteomyelitis akut yang tidak ditangani dengan baik. Seperti yang sudah disebutkan
sebelumnya, osteomyelitis sangan resisten terhadap pengobatan dengan antibiotika. Infeksi tulang
sangat sulit untuk ditangani, bahkan tindakan drainase dan debridement, serta pemberian antibiotika
yang tepat masih tidak cukup untuk menghilangkan penyakit.

1
BAB II

2.1 Anatomi Tulang


Secara garis besar tulang dapat di klasifikasikan berdasarkan bentuknya yang
panjang, pendek, pipih dan tidak beraturan.1
 Tulang panjang, yaitu tulang yang berbentuk silindris, yang terdiri dari difisis
dan epifisis yang berfungsi untuk menahan berat tubuh dan berperan dalam
pergerakan.
 Tulang pendek, yaitu tulang yang berstruktur kuboid yang biasanya ditemukan
berkelompok yang berfungsi memberikan kekuatan dan kekompakkan pada
area yang pergerakannya terbatas. Contoh tulang pergelangan tangan dan kaki
 Tulang pipih, yaitu tulang yang strukturnya mirip lempeng yang berfungsi
untuk memberikan suatu permukaan yang luas untuk perlekatan otot dan
memberikan perlindungan. Contoh sternum, scapulae, iga, tulang tengkorak.
 Tulang irreguler, yaitu tulang yang bentuknya tidak beraturan dengan struktur
tulang yang sama dengan tulang pendek. Contoh tulang vertebrae dan tulang
panggul.
 Tulang sesamoid, yaitu tulang kecil bulat yang masuk dalam formasi
persendian yang bersambung dengan kartilago, ligamen atau tulang lainnya.
Contoh patella

2
Gambar 1. Jenis tulang.1
2.2 Histologi Tulang
Tulang: jaringan ikat khusus yang terdiri dari matriks tulang dan 3 jenis sel (osteosit,
osteoblas, dan osteoklas).1
 Matriks: 50% merupakan bahan anorganik (Kalium, fosfor, bikarbonat, sitrat,
Mg2+, K+, Na+) dan bahan organiknya berupa kolagen tipe I dan substansi dasar
(agregat proteoglikan dan beberapa protein struktural spesifik)
 Osteoblas: sintesis komonen matriks tulang (kolagen tipe I, proteoglikan,
glikoprotein), hanya terdapat di permukaan tulang. Osteoblas yang aktif
mensintesis matriks berbentuk kuboid sampai silindris dengan sitoplasma
basofilik dan gepeng jika aktivitasnya menurun.
 Osteosit: berasal dari osteoblas, ada di dalam lakuna yang teletak diantara
lamela- lamela dan matriks. Bentuk gepeng dan seperti kenari dengan sedikit RE
kasar, kromatin inti yang lebih padat dan badan golgi.
 Osteoklas: sel motil bercabang yang sangat besar dengan inti 5-50, terlibat
dalam proses remodelling. Terdapat dalam lekukan yang terbentuk akibat kerja
enzim pada matriks yang dikenal sebagai lakuna howship
 Periosteum: lapisan luar terdiri dari serat-serat kolagen dan fibroblas dimana
berkas serat periosteum (serat Sharpey) masuk ke matriks tulang dan mengikat
periosteum pada tulang. Lapisan dalamnya banyak mengandung sel mirip

3
fibroblas (sel osteoprogenitor) yang berpotensi membelah melalui mitosis dan
menjadi osteoblas
 Endosteum: melapisi semua rongga dalam di dalam tulang, terdiri dari selapis
sel osteoprogenitor gepeng dan sejumlah jaringan ikat. Endosteum lebih tipis
dari periosteum

Tulang adalah jaringan yang terstruktur dengan baik dan mempunyai 5 fungsi utama,
yaitu: 1
1. Membentuk rangka badan
2. Sebagai pengumpil dan tempat melekat otot
3. Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-alat
dalam, seperti otak, sumsum tulang belakang, jantung, dan paru-paru.
4. Sebagai tempat deposit kalsium, fosfor, magnesium dan garam.
5. Sebagai organ yang berfugsi sebagai jaringan hemopoetik untuk memproduksi
sel-sel darah merah, sel-sel darah putih dan trombosit.

Komponen-komponen nonselular utama dari jaringan tulang adalah mineral-mineral dan


matriks organik (kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk suatu
garam kristal (hidroksiapatit), yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan.
Mineral- mineral ini memampatkan kekuatan tulang. Matriks organik tulang disebut
juga sebagai suatu osteoid. Sekitar 70% dari osteoid adalah kolagen tipe I yang kaku
dan memberikan daya rentang tinggi pada tulang. Materi organik lain yang menyusun
tulang berupa proteoglikan seperti asam hialuronat. Jaringan tulang dapat berbentuk
anyaman atau lamelar. Tulang yang berbentuk anyaman terlihat saat pertumbuhan
cepat, seperti sewaktu perkembangan janin atau sesudah terjadinya patah tulang,
selanjutnya keadaan ini akan diganti oleh tulang yang lebih dewaa yang berbentuk
lamelar..1
Diafisis atau batang adalah bagian tengah tulang yang berbentuk silinder. Bagian ini
tersusun dari tulang kortikal yang memiliki kekuatan yang besar, dilapisi oleh selapis
periosteum. Metafisis adalah bagian tulang yang melebar didekat ujung akhir batang.
Daerah ini terutama tersusun oleh tulang trabekular atau tulang spongiosa yang
mengandung sel hematopoetik. Sumsum merah terdapat dibagian epifisis dan diafisis

4
tulang. Pada dewasa aktivitas hematopoetik menjadi terbatas hanya pada sternum dan

5
krista iliaka. Metafisis juga menompang sendi dan menyediakan daerah yang cukup luas
untuk perlekatan tendon dan ligamen pada epifisis. Lempeng epifisis adalah daerah
pertumbuhan longitudinal pada anak-anak, dan bagian ini akan menghilang pada tulang
dewasa. Bagian epifisis langsung berbatasan dengan sendi tulang panjang yang bersatu
dengan metafisis sehingga pertumbuhan memanjang tulang terhenti. Seluruh tulang
diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut periosteum yang mengandung sel-sel yang
dapat berproliferasi dan berperan dalam proses pertumbuhan transversal tulang panjang.
Kebanyakan tulang panjang mempunyai arteria nutrisi khusus. Lokasi dan keutuhan dari
arteri-arteri inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya proses penyembuhan suatu
tulang yang patah. Lapisan sel paling atas yang letaknya dekat dengan epifisis disebut
daerah sel istirahat. Lapisan berikutnya adalah zona proliferasi, pada zona ini terjadi
pembelahan aktif sel dan disinilah mulainya pertumbuhan tulang panjang. Sel-sel yang
aktif ini didoroh kearah batang tulang kedalam daerah hipertrofi, tempat sel-sel ini
membengkak, menjadi lemah dan secara metabolik menjadi tidak aktif.1

2.3 Osteomielitis
Merupakan infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat bersifat akut dan
kronik yang disebabkan organisme piogenik, termasuk bakteri, jamur dan mycobacteria.
Ini dapat tetap terlokalisasi atau dapat tersebar melalui tulang, melibatkan sumsum,
korteks, jaringan spongiosa/kanselosa dan periosteum.1,2
2.4 Epidemiologi
Insiden osteomyelitis secara keseluruhan di Amerika Serikat sebagian besar tidak
diketahui, tetapi laporan menunjukkan sekitar 50.000 kasus setiap tahun. Studi lain
menunjukkan insiden osteomyelitis secara keseluruhan sebesar 21,8 kasus per 100.000
orang-tahun. Insiden ini lebih tinggi pada pria karena alasan yang tidak diketahui tetapi
meningkat seiring bertambahnya usia, terutama karena peningkatan prevalensi faktor
komorbid seperti diabetes melitus dan penyakit pembuluh darah perifer. Juga,
peningkatan ketersediaan tes pencitraan sensitif, seperti magnetic resonance imaging
(MRI) dan scintigraphy tulang telah meningkatkan akurasi diagnostik dan kemampuan
untuk mencirikan infeksi. 3

6
2.5. Faktor Resiko
1. Umur ; terutama mengenai bayi dan anak-anak
2. Jenis kelamin ; lebih sering terkena pada laki-laki daripada perempuan dengan
perbandingan 4 : 1
3. Trauma ; hematoma pada daerah trauma bagian metafisis
4. Lokasi ; osteomielistis sering terjadi pada bagian metafisis karena daerah ini
merupakan daerah aktif bertumbuhnya tulang
5. Nutrisi ; lingkungan dan nutrisi yang buruk menjadi faktor pemicu osteomielitis.1,4

2.6. Etiologi
Mikroorganisme spesifik yang diisolasi dari pasien dengan osteomyelitis bakteri sering
dikaitkan dengan usia pasien atau skenario klinis Staphylococcus aureus terlibat dalam
sebagian besar kasus osteomyelitis hematogen akut dan bertanggung jawab untuk
hingga 90 persen kasus pada anak-anak yang sehat.17 Staphylococcus epidermidis, S.
aureus, Pseudomonas aeruginosa, Serratia marcescens dan Escherichia umumnya
diisolasi pada pasien dengan osteomyelitis kronis.5

Organisms Commonly Isolated in Osteomyelitis Based on Patient Age


Infants (< 1 year) Group B streptococci
Staphylococcus aureus
Escherichia coli
Children (1 to 16 years) Staphylococcus aureus
Streptococcus pyogenes
Haemophilus influenzae
Adults (> 16 years) Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus aureus
Pseudomonas aeruginosa
Serratia marcescens
Escherichia coli
Tabel 1. Etiologi berdasarkan umur.5

2.7 Klasifikasi
2.7.1 Klasifikasi Lew dan Waldvogel
Berdasarkan durasi dibagi atas :
1 Akut : sebelum terbentuknya sequestra (2 minggu)
2 Kronik : sequestra sudah terbentuk dan ada nekrosis tulang5

7
Berdasarkan mekanisme infeksi :
1 Hematogenous : Infeksi berasal dari bakteremia
2 Contiguous : Infeksi berasal dari infeksi jaringan terdekat
3 Vaskular Insufisiensi : Infeksi berasal dari penetrasi lansung mikroorganisme ke
tulang (trauma atau prosedur bedah)5

2.7.2 Klasifikasi Cierny dan Mader


Anatomic Type
Type 1 Medullary osteomyelitis
Type 2 Superficial osteomyelitis. Limited to surface
of bone.
Type 3 Localized osteomyelitis. Full thickness of
Cortex
Type 4 Difuse osteomyelitis Circumference of cortex
Host factors
A Normal host. Normal immune system.
Normal vascularity
B Bs : systemic compromise
Bl : local compromise
Bsl : systemic and local compromise
C Treatment morbidity worse than present
condition with low prognosis

Penyebab kompromi inang sistemik adalah malnutrisi, gagal ginjal dan hati, diabetes
melitus, hipoksia kronis, neoplasma, dan penyakit imunodefisiensi. Faktor kompromi
lokal dari status kesehatan inang adalah limfadema kronis, stasis bejana, penyakit
pembuluh utama dan kecil, arteritis, neuropati perifer, dan penggunaan tembakau. 6

Gambar 2. Klasifikasi Cierny dan Madder.7

8
2.8 Patofisiologi
Osteomyelitis mencakup spektrum luas mekanisme penyakit dengan tiga kategori yang
diterima secara umum: penyebaran hematogen, kontaminasi yang berdekatan
(contiguous contamination) dan insufisiensi vaskular atau neurologis terkait infeksi.8
Karakteristik setiap kategori sebagai berikut:
(1) Penyebaran bakteri hematogen primer terutama mengenai metafisis pasien yang
belum dewasa atau vertebral di segala usia, meskipun infeksi di lokasi lain dapat
terjadi
(2) Infeksi yang berdekatan (contagious infection) biasanya menyebar dari situs
yang terkontaminasi, paling sering terlihat dengan kontaminasi bakteri langsung
dalam fraktur terbuka atau operasi penggantian sendi dengan implan ortopedi
(3) Insufisiensi vaskular atau neurologis terkait osteomyelitis disebabkan pasokan
darah yang buruk, luka diabetes, hilangnya sensasi pelindung dan pertahanan
kekebalan yang diubah, umumnya mempengaruhi ekstremitas bawah.

Gambar 3. Kategori osteomyelitis.8

Ketika jaringan tulang terinfeksi, bakteri menginduksi reaksi peradangan akut. Bakteri
dan peradangan mempengaruhi periosteum dan menyebar di dalam tulang yang

9
menyebabkan nekrosis tulang. Pada anak-anak, periosteum secara longgar melekat pada
korteks, memungkinkan pembentukan abses subperiosteal yang cukup besar di
sepanjang permukaan tulang. Pengangkatan periosteum semakin mengganggu pasokan
darah ke tulang yang terkena menyebabkan nekrosis tulang segmental yang dikenal
sebagai sequestrum
Pada tahap kronis, banyak sel inflamasi dan pelepasan sitokin merangsang resorpsi
tulang osteoklastik, pertumbuhan jaringan berserat, dan pengendapan tulang baru yang
reaktif di pinggiran. Tulang baru terbentuk dari fragmen periosteum dan endosteum
yang masih hidup di wilayah infeksi. Sekuester ini akan meninggalkan rongga yang
perlahan nantinya akan membentuk tulang yang baru. Rongga ini yang disebut
involucrum. Involucrum tidak teratur dan sering perforasi di mana purulensi dapat
masuk ke jaringan lunak di sekitarnya dan akhirnya mengalir ke permukaan kulit,
membentuk sinus kronis. Involucrum dapat secara bertahap meningkatkan kepadatan
dan ketebalan untuk membentuk bagian atau semua diafisis baru. Tulang baru
meningkat dalam jumlah dan kepadatan selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan,
sesuai dengan ukuran tulang dan luas dan durasi infeksi. Tulang baru endosteal dapat
berkembang biak dan menghalangi saluran medullary.
Setelah pertahanan host atau operasi penghapusan sequestrum, rongga yang tersisa
dapat diisi dengan tulang baru, terutama pada anak-anak. Namun, pada orang dewasa,
rongga dapat bertahan atau ruang mungkin diisi dengan jaringan berserat, yang dapat
terhubung dengan permukaan kulit melalui saluran sinus.9
2.9 Gejala Klinis
Osteomyelitis akut dapat muncul secara bertahap dengan onset selama beberapa hari
tetapi biasanya bermanifestasi dalam dua minggu. Pasien mungkin memiliki gejala lokal
seperti eritema, pembengkakan, dan hangat di lokasi infeksi. Mungkin ada rasa sakit
yang ringan dengan atau tanpa gerakan dan kadang-kadang gejala konstitusional seperti
demam atau menggigil.
Osteomyelitis hematogen primer atau berulang pada orang dewasa biasanya memiliki
keluhan yang samar tentang nyeri nonspesifik dan demam subfebris, dan kadang-
kadang manifestasi klinis akut seperti pada anak-anak.

10
Pada osteomyelitis contagious , pasien dapat hadir dengan tanda-tanda bakteriemia
seperti demam, menggigil, dan keringat malam terutama pada fase akut. Nyeri tulang
dan sendi yang terlokalisasi, dan tanda peradangan di sekitar area yang terinfeksi juga
dapat hadir dalam fase akut tetapi tidak dalam fase kronis.
Fase kronis dapat berkembang baik dari osteomyelitis hematogen atau contagious.
Keropos tulang lokal, pembentukan sequestrum dan dan sklerosis tulang umum terjadi
pada osteomyelitis kronis. Abses yang terlokalisir dan atau infeksi jaringan lunak akut
dapat hadir sebagai tanda obstruksi saluran sinus.10
2.10 Pemeriksaan Penunjang
2.10.1 Pemeriksaan Laboratorium
Mencerminkan peradangan kronis, tingkat sedimentasi eritrosit (LED) biasanya
meningkat. Namun, jumlah leukosit darah biasanya dalam kisaran normal. Jumlah
leukosit dapat meningkat dalam kasus akut osteomyelitis. Tingkat sedimentasi darah
(LED) biasanya menjadi normal kembali setelah perawatan penuh. Oleh karena itu,
interpretasi tingkat sedimentasi eritrosian yang terus meningkat selama perawatan
biasanya merupakan pertanda baik. Meskipun demikian, tingkat sedimentasi eritrosit
tidak cukup sensitif untuk mendiagnosis osteomyelitis akut karena pada beberapa orang
terutama mereka yang memiliki imunocompromise tingkat sedimentasi eritrosit
mungkin berubah karena beberapa alasan. Indikator peradangan lain yang naik pada
osteomyelitis akut dan kronis adalah CRP (protein C-reaktif). Ini juga menurun lebih
cepat daripada sedimentasi eritrosit dalam tiga hari pengobatan antibiotik.10
2.10.2 Mikrobiologi
Kultur spesimen dari lesi tulang serta darah atau cairan sendi dilakukan untuk
mengetahui etiologi osteomyelitis dan menentukan diagnosis. Pada tahap 1
osteomyelitis (hematogen) berdasarkan Cierny-Mader klasifikasi , ketika ada bukti
radiografi osteomyelitis, dan hasil positif dalam kultur darah atau sendi cairan,
kebutuhan akan biopsi tulang dapat dihilangkan. Pada jenis osteomyelitis lainnya,
pengobatan antibiotik harus didasarkan pada kultur tulang yang diambil pada saat
debridemen atau biopsi tulang dalam. Dianjurkan untuk melakukan kultur sebelum
antibiotik dimulai. Antibiotik yang dipilih secara empiris biasanya diberikan sebagai
first line terapi.10

11
2.10.3 Pemeriksaan Radiologi
Perubahan lytic dalam radiograf hanya dapat muncul ketika setidaknya 50% hingga
75% matriks tulang telah dihancurkan. Biasanya terlihat adalah pembengkakan jaringan
lunak, osteopenia, osteolisis, penghancuran bertulang, dan reaksi periosteal
nonspesifik.10
Dari semua modalitas pencitraan yang saat ini digunakan, MRI memiliki sensitivitas
dan kekhususan gabungan tertinggi (masing-masing 78% hingga 90% dan 60% hingga
90%) untuk mendeteksi osteomyelitis. Ini dapat mendeteksi infeksi tulang dini dalam 3
hingga 5 hari timbulnya penyakit.10
Pemindaian radionuklida mungkin dilakukan ketika diagnosis osteomyelitis ambigu.
Namun, tidak perlu melakukan tes secara umum.
Tidak ada pedoman untuk penggunaan klinis pencitraan radiografi dalam mendiagnosis
osteomyelitis. Namun, radiograf polos disarankan untuk dibuat karena biasanya efektif,
ekonomis, dan sederhana. Jika diagnosis diragukan, disarankan untuk meminta
pencitraan resonansi magnetik jika memungkinkan.10
2.11 Tatalaksana
2.11.1 Antibiotik
Antibiotik empiris spektrum luas dapat dimulai jika operasi debridemen harus dilakukan
segera sebelum kultur dilakukan. Terapi antibiotik awal untuk osteomyelitis tulang
panjang adalah nafcillin atau clindamycin (atau vancomycin ketika Enterococcus spp.
dicurigai) dan ciprofloxacin (kecuali pada anak-anak ketika aminoglycoside harus
digunakan). Clindamycin, antibiotik aktif terhadap sebagian besar bakteri Gram-positif,
telah menunjukkan bioavailabilitas yang sangat baik. Dalam rangka untuk bekerja
melawan MRSA, linezolid telah terbukti efektif.11,12
2.11.2 Antibiotik berdasarkan tingkat infeksi
Tahap 1. Vaskularisasi di anak-anak jauh lebih baik daripada pada orang dewasa dan
juga memiliki respons yang efektif terhadap infeksi. Oleh karena itu, pada anak-anak,
osteomyelitis biasanya diobati dengan antibiotik saja. Pada orang dewasa, intervensi
operasi sering diperlukan bersama dengan antibiotik. Setelah debridemen, pasien diobati
dengan antibiotik selama empat minggu. Jika manajemen awal gagal dan infeksi
kembali

12
terjadi, diberikan antiiotik selama 4 minggu dan debridemen diperlukan. Pada anak-
anak, antibiotik oral juga dapat digunakan.
Tahap 2. Antibiotik diberikan selama 2 minggu setelah superficial debridement dan soft
tissue coverage.
Tahap 3 dan 4. Antibiotik harus diberikan selama empat sampai enam minggu dari
debridemen terakhir. Tingkat kegagalan tinggi jika debridemen yang memadai tidak
dilakukan walaupun diberikan antibiotik. Bahkan ketika semua jaringan nekrotik telah
dibuang, dasar jaringan yang tersisa harus dianggap terkontaminasi.13
2.11.3 Debridement
Debridement pada pasien dengan osteomielitis kronis dapat dilakukan. Kualitas
debridement merupakan faktor penting dalam suksesnya pengobatan. Setelah
debridement dengan eksisi tulang, adalah hal yang perlu untuk menghapuskan/
menghilangkan dead space yang dilakukan dengan memindahkan jaringan di atasnya.
Pengobatan dead space termasuk myoplasty lokal, pemindahan jaringan dan
penggunaan antibiotik. Pelaksanaan pada jaringan lunak telah dikembangkan untuk
meningkatkan aliran darah lokal dan pendistribusian antibiotic.4
2.12 Komplikasi
Perawatan dini, termasuk terapi antibiotik, diperlukan untuk mencegah perkembangan
komplikasi. Beberapa komplikasi yang mungkin timbul dengan osteomyelitis yang
tidak diobati atau tidak memadai adalah:
 Septic arthritis
 Patah tulang patologis
 Karsinoma sel skuamosa
 Formasi saluran sinus
 Abses
 Kelainan bentuk tulang
 Infeksi sistemik
 Infeksi jaringan lunak yang berdekatan

13
2.13 Prognosis
Dengan pengobatan awal yang agresif, prognosis osteomyelitis akut baik. Namun, ada
kemungkinan bahwa infeksi dapat kambuh bertahun-tahun setelah perawatan yang
berhasil jika ada trauma baru ke area yang sama atau jika kekebalan inang
dikompromikan. Pada orang dewasa, tingkat terulangnya osteomyelitis kronis sekitar
30% pada 12 bulan, tetapi dalam kasus yang melibatkan P. aeruginosa, tingkat
kekambuhan mungkin setinggi 50%.14

14
BAB III
KESIMPULAN

Osteomielitis merupakan infeksi tulang ataupun sum-sum tulang, biasanya disebabkan


oleh bakteri piogenik atau mikobakteri. Osteomielitis bisa mengenai semua usia tetapi
umumnya mengenai anak-anak dan orang tua. Oteomielitis umumnya disebabkan oleh
bakteri, diantaranya dari species staphylococcus dan stertococcus. Selain bakteri, jamur
dan virus juga dapat menginfeksi langsung melalui fraktur terbuka. Gambaran klinis
terlihat daerah diatas tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan
akan menimbulkan nyeri. Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang,
infeksi jaringan lunak diatas tulang yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap
atau hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari tulang yang
terinfeksi menembus permukaan kulit dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk dari
tulang menuju kulit. Osteomielitis dapat diobati dengan terapi antibiotik selama 2-4
minggu atau dengan debridement. Prognosis osteomielitis bergantung pada lama
perjalanan penyakitnya, untuk yang akut prognosisnya umumnya baik, tetapi yang
kronis umumnya buruk.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Rasjad C. Struktur dan fungsi Tulang. Dalam Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi.
Edisi 3. Penerbit Yarsif Watampone. Jakarta.2007. Hal 6-11
2. Jong W., Sjamsuhidayat R. 2005. Infeksi Muskuloskeletal. In Buku Ajar Ilmu
Bedah. Edisi kedua. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
3. Momodu II, Savaliya V. Osteomyelitis. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing; 2021. Tersedia pada:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532250/
4. Osteomyelitis in Emergency Medicine: Background, Pathophysiology,
Epidemiology [Internet]. [dikutip 22 Juli 2021]. Tersedia pada:
https://emedicine.medscape.com/article/785020-overview
5. Carek PJ, Dickerson LM, Sackier JM. Diagnosis and Management of
Osteomyelitis. AFP. 15 Juni 2001;63(12):2413.
6. Momodu II, Savaliya V. Osteomyelitis. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing; 2021. Tersedia pada:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532250/
7. Kyriacou H, Kamaraj A, Khan WS. Developments in Antibiotic-Eluting
Scaffolds for the Treatment of Osteomyelitis. Applied Sciences. Januari
2020;10(7):2244.

16
8. Birt MC, Anderson DW, Toby EB, Wang J. Osteomyelitis: Recent advances
in pathophysiology and therapeutic strategies. J Orthop. 26 Oktober
2016;14(1):45– 52.
9. Calhoun JH, Manring MM, Shirtliff M. Osteomyelitis of the Long Bones.
Semin Plast Surg. Mei 2009;23(2):59–72.
10. Rawung R, Moningkey C. Osteomyelitis :literature review. JBM. Juli 2019;11(2).
11. Feigin RD, Pickering LK, Anderson D, Keeney RE, Shackelford PG.
Clindamycin treatment of osteomyelitis and septic arthritis in children.
Pediatrics. 1975;55:213- 23.
12. Birmingham MC, Rayner CR, Meagher AK, Flavin SM, Batts DH, Schentag
JJ. Linezolid for the treatment of multidrug-resistant, Gram-positive
infections: experience from a compassionateuse program. Clin Infect Dis.
2003;36: 159-68.
13. Lazzarini L, Mader JT, Calhoun JH. Osteomyelitis in long bones. J Bone
Joint Surg Am. 2004;86:2305-18.
14. Momodu II, Savaliya V. Osteomyelitis. [Updated 2021 Feb 5]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532250/

17

Anda mungkin juga menyukai