Anda di halaman 1dari 19

Referat

Fraktur Patologis

Oleh:

Bella Aprilia Damayanti


2130912320036

Pembimbing :
Dr. dr. Izaak Zoelkarnain Akbar, Sp. OT(K)

DEPARTEMEN ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN ULM/RSUD ULIN

BANJARMASIN

September, 2023
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3

BAB III PENUTUP. 16

DAFTAR PUSTAKA 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Fraktur atau patah tulang adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang

rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.

Umumnya fraktur disebabkan trauma langsung ataupun trauma tidak langsung. 1,2

Fraktur patologis adalah fraktur yang disebabkan oleh kelemahan tulang

sebelumnya akibat kelainan patologis di dalam tulang. Fraktur patologis terjadi

pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah karena tumor atau proses

patologis lainnya.3

Menurut suatu penelitian, dalam setiap tahunnya terdapat pasien dengan

fragile fracture sejumlah sekitar 300.000 orang di UK. Begitu pula di Indonesia,

jumlah kejadian fraktur kerapuhan semakin meningkat. Meskipun, fraktur

patologis ini dapat pula mengenai pasien usia muda, sebagian besar jenis fraktur

ini terjadi pada pasien usia tua.4

Prinsip pengobatan fraktur patologis sama dengan fraktur pada umumnya

yaitu terdiri dari reduksi, pertahankan reduksi dan fisioterapi, pemilihan metode

pengobatan disesuaikan dengan kondisi tulang serta kelainan patologis yang

ditemukan. Prinsip pengobatan fraktur patologis ada empat (4R), yaitu :

Recognition, Reduction, Retention dan Rehabilitation.5

Pencegahan sekunder pada fraktur patologis sebaiknya dapat dilakukan

pemeriksaan osteoporosis dengan bone densitometry pada pasien yang berusia

lanjut. Pada pasien dengan osteoporosis, resiko fraktur di kemudian hari dapat

1
2

diturunkan dengan terapi anti-resorptif. Bisa juga dilakukan intervensi untuk

menurunkan resiko jatuh karena hal ini sangat efektif dalam mencegah kejadian

fraktur selanjutnya.6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi dan Fisiologi

Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempt

untuk melekatnya otot-otot yang menggerakan kerangka tubuh. Ruang di tengah

tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik, yang membentuk berbagai

sel darah. Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur

kalsium dan fosfat.1-2

Secara umum, rangka orang dewasa memiliki dua komponen struktur yang

mendasar yaitu tulang spongiosa dan kompakta/kortikal. Struktur

kompakta/kortikal terdapat pada bagian tepi tulang panjang meliputi permukaan

eksternal. Pada bagian internal tulang, terdapat struktur spongiosa seperti jala-jala

sedangkan bagian tengah tulang panjang kosong atau disebut cavitas medullaris

untuk tempat sumsum tulang.

Pada persendian, tulang kompakta ditutupi oleh kartilago/tulang rawan

sepanjang hidup yang disebut tulang subchondral. Tulang subchondral pada

persendian in lebih halus dan mengkilap dibanding tulang kompakta yang tidak

terletak pada persendian. Contonya adalah pada bagian distal humerus atau siku.

Selain itu, tulang subchondral pada sendi juga tidak memiliki kanal Haversi.

Pada tulang vertebra, strukturnya porus dan dinamakan tulang trabecular

atau cancellous. Daerah tulang trabecular pada rangka yang sedang tumbuh

memiliki tempat-tempat sumsum merah, jaringan pembuat darah atau hemopoietic

3
4

yang memproduksi sel-sel darah merah, putih dan platelet. Sumsum kuning

berfungsi terutama sebagai penyimpan sel-sel lemak di kavitas medullaris pada

tulang panjang, dikelilingi oleh tulang kompakta. Selama pertumbuhan, sumsum

merah digantikan secara progresif oleh sumsum kuning di sebagian besar tulang

panjang.

Bagian-bagian tulang panjang yang panjang dan silindris disebut

diaphysis, sedangkan ujung proksimal dan distalya terdapat epiphysis dan

metaphysis. Jadi, diaphysis adalah batang tulang panjang, epiphysis adalah ujung

akhir tulang panjang sedangkan metaphysis adalah wjung tulang panjang yang

melebar ke samping. Semasa hidup, bagian eksternal tulang yang tidak

berkartilago dilapisi ole periosteum. Periosteum adalah membran dengan

vaskularisasi yang memberi nutrisi pada tulang. Bagian internal tulang dilapisi

oleh endosteum/membran seluler. Baik periosteum maupun endosteum adalah

jaringan osteogenik yang berisi sel-sel pembentuk tulang.


5

Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya

terdiri atas tiga jenis dasar, yaitu: osteoblast, osteosit dan osteoklast. Osteoblast

berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresi matrix tulang. Adapun

matrix tersusun atas 98% kolagen dan 2% substansi dasar (glukosaminoglikan,

asam polisakarida) dan proteoglikan. Matriks merupakan kerangka dimana garam-

garam anorganik ditimbun.

Selanjutnya, osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan

fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang). Sementara osteoklas

adalah sel multinuklear (berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran,

resorpsi dan remodeling tulang.

Osteon merupakan unit fungsional mikroskopis tulang dewasa. Di tengah

osteon terdapat kapiler. Disekeliling kapiler tersebut merupakan matriks tulang

yang dinamakan lamella. Di dalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh

nutrisi melalui prosesus yang berlanjut ke dalam kanakuli yang halus

(menghubungkan pembuluh darah sejauh kurang dari 0,1 mili meter).

Selama masa pertumbuhan terjadi aktifitas pertumbuhan tulang yang

besar. Pada awal masa pertumbuhan, pertumbuhan ke arah longitudinal terjadi

lebih cepat dibanding proses deposisi mineral. Pertambahan lapisan tulang di

bagian periosteum dan endosteum seimbang dengan peningkatan porositas tulang.

Belum sampai pada masa akhir pertumbuhan ketika pertumbuhan ke arah

longitudinal mulai berkurang, kandungan mineral tulang akan meningkat dengan

cepat dan mencapai puncaknya setelah masa maturitas skeletal. Pada periode
6

antara permulaan masa pertumbuhan dengan masa maturitas skeletal pola

makan/diet dan faktor genetik menentukan besarnya kandungan mineral tulang.

Setiap jenis tulang terdiri atas bagian kortikal dan trabekular (cansellous)

yang mempunyai proporsi tertentu tergantung jenis tulang. Terdapat perbedaan

nyata antara daerah kortikal dan trabekula tulang yaitu pada kortikal 80% hingga

90% volumenya termineralisasi. Pada trabekula tulang volume yang

termineralisasi hanya 20% karena sebagian besar terdiri atas sumsum yang

mengandung lemak/dan atau jaringan hematopoetik. Berdasarkan besarnya massa

yang termineralisasi tersebut, bagian kortikal berfungsi mekanik sedangkan

bagian trabekula adalah metabolik.

Tulang yang banyak tersusun atas tulang trabekula berarti mempunyai

permukaan tulang dan keaktifan metabolik yang lebih besar dibanding dengan

tulang kortikal. Oleh karena itu tulang trabekula lebih sering mengalami

perubahan mineral sehingga mempunyai predisposisi untuk terjadinya kekurangan

massa tulang.

FRAKTUR PATOLOGIS

A. Definisi

Fraktur atau patah tulang adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan

sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.

Umumnya fraktur disebabkan trauma langsung ataupun trauma tidak langsung.

Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur

pada daerah tekanan. Trauma tidak langsung, apabila trauma dihantarkan ke


7

daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi

dapat menyebabkan fraktur pada klavikula, pada keadaan ini biasanya jaringan

lunak tetap utuh.1,2

Fraktur patologis adalah fraktur yang disebabkan oleh kelemahan tulang

sebelumnya akibat kelainan patologis di dalam tulang. Fraktur patologis terjadi

pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah karena tumor atau proses

patologis lainnya. Tulang sering kali menunjukkan penurunan densitas. Penyebab

yang paling sering dari fraktur semacam ini adalah tumor, baik primer maupun

sekunder.3

B. Epidemiologi

Menurut suatu penelitian, dalam setiap tahunnya terdapat pasien dengan

fragile fracture sejumlah sekitar 300.000 orang di UK. Begitu pula di Indonesia,

jumlah kejadian fraktur kerapuhan semakin meningkat. Meskipun, fraktur

patologis ini dapat pula mengenai pasien usia muda, sebagian besar jenis fraktur

ini terjadi pada pasien usia tua.4

C. Etiologi 5

1. Kongenital dan kelainan perkembangan

 Osteogenesis imperfekta

 Osteopetrosis

2. Infeksi dan inflamasi

• Osteomielitis piogenik

• Infeksi sifilis
8

• Infeksi sendi periprostetik

• Tuberculosis

3. Tumor

• Osteoblastoma

• Gient cell tumor

• Hemangioma (vertebra)

• Osteosarkoma

• Ewings sarkoma

4. Injury

5. Ganggaun metabolik dan endoktrin

 Osteoporosis senilis

 Rickets

 Pagets disease

6. Arthritis dan rheumatik

 Rheumatic arthritis

 Spondilitis

 Gout

 Osteoarthritis

7. Gangguan neurologi dan kelemahan otot

 Poliomyelitis

 Arthrogryposis

D. Diagnosis
9

Untuk menegakkan diagnosis suatu fraktur patologis, maka diperlukan

Anamnesis

Apabila ditemukan adanya fraktur secara spontan atau setelah suatu

trauma ringan maka harus dianggap sebagai suatu fraktur patologis sebelum dapat

dibuktikan lain, pada penderita lanjut usia selalu harus ditanyakan tentang riwayat

penyakit atau operasi sebelumnya. Adanya penyakit tumor ganas atau setelah

suatu operasi gastrektomi yang akan menyebabkan malabsorbsi.

Adanya penurunan berat badan, nyeri, batuk-batuk atau hematuri,

menunjukkan kecurigaan akan adanya tumor ganas di tempat lain.

Pemeriksaan :

1. Pemeriksaan lokal

Pemeriksaan adanya kelainan lokal berupa sinus yang infeksi, jaringan

parut, pembengkakan, lokalisasi fraktur sehinggadapat diduga

diagnosisnya.

2. Pemeriksaan umum

Sangat penting dilakukan pemeriksaan umum adanya penyakit-penyakit

seperti Congenital dysplasia, fibrous dysplasia, Cushing’s syndrome, dan

Paget’s disease serta kelainan lain. Pada anak dibawah umur 20 tahun,

fraktur patologis biasanya disebabkan oleh kelainan jinak. Pada penderita

di atas umur 40 tahun kemungkinan penyebabnya adalah mielomatosis,

karsinoma sekunder akibat metastasis atau Paget’s disease.

3. Pemeriksaan radiologis

 Pemeriksaan foto polos


10

Hal yang harus diamati pada pemeriksanan sinar-X adalah kondisi

tulang yang mengalami fraktur, daerah di sekitar tulang, dan beberapa

gambaran khusus seperti bentukan kista, erosi kortikal, trabekulasi yang

abnormal, dan penebalan periosteal. Tipe fraktur juga penting untuk

diidentifikasi. Fraktur kompresi vertebra mungkin disebabkan oleh

osteoporosis atau osteomalasia yang berat, atau dapat juga disebabkan oleh

metastasis skeletal atau myeloma. Pada pria dewasa, tidak seperti pada

wanita, gambaran osteoporotik bukanlah merupakan hal yang normal.

Tanda sinar-X dari hilangnya densitas tulang dan kompresi vertebra pada

pria berusia kurang dari 75 tahun sebaiknya dikelompokkan ke dalam

fraktur patologis sampai terbukti sebaliknya.4

 Pemeriksaan dengan pencitraan lain

- Pemeriksaan CT-scan

- Pemeriksaan MRI

Pemeriksaan ini diperlukan untuk mengetahui asal metastasis.

4. Pemeriksaan laboratorium

● Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah meliputi hitung darah lengkap, laju endap darah

(LED), elektroforesis protein, dan tes untuk sifilis dan kelainan

metabolik tulang.

● Pemeriksaan urin
11

Pemeriksaan urine dapat menunjukkan adanya darah yang berasal

dari tumor pada traktur urogenitalia, atau protein Bence-Jone pada

myelomatosis.

● Biopsi tulang

Beberapa kelainan yang sangat kecil tidak perlu dilakukan biopsy

misalnya kista soliter, defek kortikal fibrosa, penyakit paget. Pada

kelainan ini mungkin perlu dilakukan biopsi baik biopsi tertutup

atau biopsi terbuka dengan mengambil jaringan pada waktu operasi

untuk pemeriksaan patologis.

E. Tatalaksana

Penatalaksanaan awal:1

● Pertolongan pertama

Pada penderita dengan fraktur yang penting dilakukan adalah

membersihkan jalan napas, menutup luka dengan verban yang bersih dan

imobilisasi fraktur pada anggota gerak yang terkena agar penderita merasa

nyaman dan mengurangi nyeri sebelum diangkut degan ambulans.

● Penilaian klinis

Sebelum menilai fraktur itu sendiri. Perlu dilakukan penilaian klinis,

apakah luka itu luka tembus tulang, adakah trauma pembuluh darah/saraf

ataukah ada trauma yang lain.

● Resusuitasi

Kebanyakan penderita dengan fraktur multiple tiba di rumah sakit dengan

syok, sehingga diperlukan resusitasi sebelum diberikan terapi pada


12

frakturnya sendiri berupa pemberian darah dan cairan lainnya serta obat-

obat anti nyeri.

Prinsip pengobatan ada empat (4R), yaitu :5

1. Recognition; diagnosis dan penilaian fraktur

Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan

anamnesis, pemeriksaan klinik, dan radiologis. Pada awal pengobatan

perlu diperhatikan :

● Lokalisasi fraktur

● Bentuk fraktur

● Menentukan teknik yang sesuai dengan pengobatan

● Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan

2. Reduction; reduksi fraktur apabila perlu

Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi yang dapat

diterima pada fraktur intraartikuler diperlukan reduksi anatomis dan

sedapat mungkin mengembalikan fungi normal dan mencegah komplikasi

seperti kekakuan, deformitas, serta perubahan osteoarthritis dikemudian

hari. Posisi yang baik adalah:

● Aligmant yang sempurna

● Aposisi yang sempurna

Fraktur seperti fraktur clavicula, iga dan fraktur inpaksi dari

humerus tidak memerlukan reduksi. Angulasi > 5° pada tulang

panjang anggota gerak bawah dan lengan atas dan angulasi sampai

10° pada humerus dapat diterima. Terdapat kontak sekurang-


13

kurangnya 50%, dan over-riding tidak melebihi 0,5 inci pada

fraktur femur. Adanya rotasi tidak dapat diterima dimanapun

lokalisasi fraktur.

3. Retention; imobilisasi fraktur

4. Rehabilitation; mengembalikan aktivitas fungsional semaksimal mungkin

Pengobatan untuk fraktur patologis secara umum :5

Prinsip pengobatan sama dengan fraktur pada umumnya yaitu terdiri dari

reduksi, pertahankan reduksi dan fisioterapi, pemilihan metode pengobatan

disesuaikan dengan kondisi tulang serta kelainan patologis yang ditemukan.

● Kelainan tulang yang bersifat umum

Kelainan tulang yang bersifat umum misalnya penyakit paget,

penyembuhan tulang sangat mudah hanya dengan imobilisasi adekuat

berupa fiksasi interna sudah cukup memadai

● Kelainan jinak lokal tulang

Kelainan jinak tulang yang bersifat local misalnya kista soliter dapat

sembuh spontan, sehingga tidak diperlukan pengobatan khusus. Kuretase

diperlukan dikemudian hari setelah fraktur sembuh

● Tumor ganas tulang primer

Bila terjadi fraktur pada kelainan in, maka diperlukan pemakaian bidai dan

dipikirkan upaya stabilisasi tumor dengan fiksasi interna atau mungkin


14

diperlukan penggantaian sebagian anggota gerak dengan fiksasi pengganti

berupa protesis. Walaupun demikian prognosisnya tetap jelek.

● Tumor-tumor metastasis

Tumor metastase dengan fraktur, penyembuhan sangat jelek serta

penderita biasanya mengeluh nyeri. Perlu dipertimbangkan fiksasi interna

sebagai pilihan untuk stabilisasi fraktur.

Sebagian besar pasien fraktur dengan usia tua berada dalam kondisi yang

lemah dan memiliki permasalahan medis yang kompleks. Perawatan pada pasien

harus meliputi berbagai bagian. Manfaat perawatan kolaboratif antara lain sebagai

berikut di bawah ini.6

a. Peningkatan standar perawatan medis secara keseluruhan.

b. Meminimalkan penundaan operasi oleh karena berbagai masalah medis.

c. Meningkatkan penatalaksanaan komplikasi medis perioperatif.

d. Koordinasi yang lebih baik dalam kelompok kerja multidisipliner.

e. Menurunkan angka kejadian adverse events

F. Pencegahan

Pencegahan dari fraktur patologis:6

a. Fraktur patologis meningkatkan resiko fraktur di masa yang akan datang dan

meskipun pencegahan sekunder sudah dilakukan, hanya sebagian kecil pasien

yang mendapatkan manfaat dari intervensi ini.


15

b. Pasien tua dengan fraktur sebaiknya dilakukan pemeriksaan osteoporosis

dengan bone densitometry. Pada pasien dengan osteoporosis, resiko fraktur di

kemudian hari dapat diturunkan dengan terapi anti-resorptif.

c. Sebagian besar fraktur berasal dari trauma jatuh, dan intervensi untuk

menurunkan resiko jatuh sangat efektif dalam mencegah kejadian fraktur

selanjutnya.
16

BAB III

PENUTUP

Fraktur umumnya disebabkan trauma langsung ataupun trauma tidak

langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan

terjadi fraktur pada daerah tekanan.1,2 Fraktur patologis adalah fraktur yang

disebabkan oleh kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis di dalam

tulang. Fraktur patologis terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi

lemah karena tumor atau proses patologis lainnya. Tulang sering kali

menunjukkan penurunan densitas.3

Pencegahan fraktur patologis sebaiknya dapat dilakukan pemeriksaan

osteoporosis dengan bone densitometry. Pada pasien dengan osteoporosis, resiko

fraktur di kemudian hari dapat diturunkan dengan terapi anti-resorptif. Sebagian

besar fraktur berasal dari trauma jatuh, dan intervensi untuk menurunkan resiko

jatuh sangat efektif dalam mencegah kejadian fraktur selanjutnya.6


DAFTAR PUSTAKA

1. Rasjad, Haeruddin. Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi. Bintang


Lamumpatue. Makassar 2003.

2. Sylvia A. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, edisi 6.


EGC. Jakarta: 2015.

3. Noor Z. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal, edisi 2. Salemba Medika.


Jakarta : 2015.

4. Sjamsuhidajat, R. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 2. EGC. Jakarta : 2005

5. Apley, A. Graham. System of orthopedics and fractures. 9th ed. Hodder


Arnold, an imprint of Hodder Education, an Hachette UK Company : 2010

6. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran


Penatalaksanaan Fraktur. Jakarta: Kementerian Kesehatan, Republik
Indonesia; 2019

17

Anda mungkin juga menyukai