Anda di halaman 1dari 17

REFERAT

Dry Eye Syndrome


Oleh :
Diah Ayu Wikan Nastiti, S.Ked
NIM. 2130912320029

Pembimbing:
dr. H. Agus Fitrian Noor Razak, Sp.M

DEPARTEMEN/KSM ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN ULM/RSUD ULIN
BANJARMASIN
Februari, 2024
PENDAHULUAN
● Sindrom mata kering merupakan salah satu alasan utama
konsultasi oftalmologis.
● Sebanyak 5-34% penduduk di seluruh dunia menderita
sindrom mata kering. Prevalensi ini meningkat seiring
dengan bertambahnya usia.
● Sindrom mata kering yang berat dapat menyebabkan
kelainan pada permukaaan mata seperti keratitis
pungtata superfisial, defek epitel, ulkus kornea, serta
mempermudah risiko infeksi mata. Adanya jaringan
parut pada kornea merupakan komplikasi permanen dari
mata kering.
● Sindrom mata kering memiliki SKDI 4A
American Academy of Opthalmology. 2015. Basic and Clinical Science Course: Section 8 – External Disease and Cornea. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology.
Messmer, E.M. 2015. The Pathophysiology, Diagnosis, and Treatment of Dry Eye Disease. Deutsches Arzteblatt International, 112(5): 71-81.
Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia. 2
ANATOMI DAN FISIOLOGI
PERMUKAAN MATA

Permukaan mata merupakan komponen penglihatan yang luar


biasa dan vital. Permukaan kornea yang basah merupakan media
refraksi utama dari sistem visual, yang bersama dengan
transparansi kornea memungkinkan cahaya diteruskan ke lensa
hingga retina untuk aktivasi fotoreseptor. Tidak seperti epitel
permukaan lainnya, permukaan mata secara langsung terpapar ke
dunia luar sehingga berisiko mengalami kekeringan, cedera, serta
subjek dari patogen.

Gipson IK. 2007. The Ocular Surface: The Challenge to Enable and Protect Vision. Ocular Surface 48(10): 4390-4398.
3
ANATOMI DAN FISIOLOGI
PERMUKAAN MATA

Unit fungsional lakrimal terdiri dari kelenjar


lakrimal, permukaan mata (kornea, konjungtiva,
dan kelenjar meibom), kelopak mata, serta saraf
sensorik dan motorik yang menghubungkan
bagian-bagian tersebut.

American Academy of Opthalmology. 2015. Basic and Clinical Science Course: Section 8 – External Disease and Cornea. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology.
3
Dry Eye
Syndrome
Definisi
Penyakit multifaktorial dari lapisan air mata dan
permukaan okular yang menyebabkan gejala
ketidaknyamanan, gangguan penglihatan, dan
instabilitas lapisan air mata dengan potensi merusak
permukaan okular. Mata kering disertai peningkatan
osmolaritas air mata dan inflamasi permukaan okular,
merepresentasikan gangguan pada unit fungsional
lakrimal

Dry Eye Workshop. 2007. The Definition and Classification of Dry Eye Disease: Report of the Definition and Classification Subcommittee of the International DEWS. The Ocular Surface 5(2): 75-92. 4
EPIDEMIOLOGI
Sindrom mata kering merupakan salah satu alasan utama konsultasi
oftalmologis. Sebanyak 5-34% penduduk di seluruh dunia menderita sindrom
mata kering.

Prevalensi ini meningkat seiring dengan bertambahnya usia, 10% dari kelompok
usia 30-60 tahun dan 15% dari kelompok usia lebih dari 65 tahun.

Penelitian di Amerika dan Australia mengungkapkan prevalensi sindrom mata


kering sebesar 5-16%, sementara penelitian di Asia mengungkapkan prevalensi
sindom mata kering yang lebih besar, yaitu seiktar 27- 33%.

American Academy of Opthalmology. 2015. Basic and Clinical Science Course: Section 8 – External Disease and Cornea. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology.

Messmer, E.M. 2015. The Pathophysiology, Diagnosis, and Treatment of Dry Eye Disease. Deutsches Arzteblatt International, 112(5): 71-81.
5
Yanoff M, Duker JS. 2014. Ophthalmology. Edisi ke-4. Cina: Elsevier Saunders.
Etiologi
A. Defisiensi Air Mata Akuous (Aqueous Tear Deficiency)
Gangguan pada sekresi air mata lakrimal terbagi lagi menjadi kekurangan
air mata non-Sjörgen (non-Sjörgen tear deficiency) dan kekurangan air
mata sindrom Sjörgen (Sjörgen syndrome tear deficiency).

B. Mata Kering Akibat Evaporasi (Evaporative Dry Eye)

Penyebab mata kering akibat evaporasi dapat terjadi secara intrinsik


(memengaruhi struktur dan dinamika kelopak mata), misalnya pada
penyakit kelenjar meibom (meibomian gland disease), blefaritis;
maupun ekstrinsik, misalnya pada defisiensi vitamin A, penggunaan
obat tetes mata dengan pengawet (terutama benzalkonium klorida),
lensa kontak, serta alergi pada mata.
Yanoff M, Duker JS. 2014. Ophthalmology. Edisi ke-4. Cina: Elsevier Saunders. 6
Bowling, Brad. 2010. Kanski’s Clinical Opthalmology: A Systematic Approach. Edisi ke-8. Sydney: Elsevier.
PATOFISIOLOGI
Mekanisme sindrom mata
kering dipengaruhi oleh
hiperosmolaritas air mata,
instabilitas lapisan air mata,
dan inflamasi, yang dapat
direpresentasikan dalam
suatu siklus.

American Academy of Opthalmology. 2015. Basic and Clinical Science Course: Section 8 – External Disease and Cornea. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology.
7
Manifestasi Klinis
1. Palpebra, dapat ditemukan blefaritis posterior (seboroik)
dengan gangguan fungsi kelenjar meibom.

2. Konjungtiva
a. Injeksi konjungtiva.
b. Keratinisasi.
c. Pewarnaan dengan fluoresin (+) dan rose Bengal (+).
d. Konjungtivokalasis, yaitu respons umum terhadap, serta
faktor eksaserbasi untuk, iritasi kronis dari mata kering.

3. Air mata, mata normal memiliki ketinggian meniskus 0,2-0,4


mm, namun pada mata kering akan menjadi tipis atau tidak ada.

4. Kornea
a. Erosi epitel pungtat dengan tes fluoresin (+).
b. Plak mucus
c. Keratopati
(A) dan (B) Erosi pungtata yang terwarnai dengan
fluoresin; (C) filamen kornea; dan (D) pewarnaan ringan
dengan rose Bengal

Jogi, R. 2009. Basic Ophthalmology. Edisi ke-4. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers.
8
Diagnosis
Uji Diagnostik Tambahan
1. Evaluasi Diagnostik Pewarnaan
Diagnosis sindrom mata kering a.Tes Fluoresin-> pewarnaan pungtata pada kornea
b. Rose Bengal-> untuk menilai integritas lapisan
berdasarkan manifestasi klinis
musin precorneal
c. Lissamine green-> tidak mengiritasi mata sehingga
lebih disukai.

2. Stabilitas Lapisan Air Mata


Tear film break-up time (TBUT) kurang dari 10 detik
dianggap abnormal

3. Pengukuran Produksi Air Mata


Tes Schirmer pada 5 menit kurang dari 10 mm

Yanoff M, Duker JS. 2014. Ophthalmology. Edisi ke-4. Cina: Elsevier Saunders.
9
Bowling, Brad. 2010. Kanski’s Clinical Opthalmology: A Systematic Approach. Edisi ke-8. Sydney: Elsevier.
Tatalaksana
1. Medikamentosa
Keparahan Pilihan Terapi
Ringan - Air mata artifisial dengan preservatif hingga 4x sehari
- Salep pelembab sebelum tidur
- Kompres hangat dan masase kelopak mata
Sedang - Air mata artifisial tanpa preservatif 4x sehari hingga tiap jam
- Salep pelembab sebelum tidur
- Anti-inflamasi topikal (siklosporin A 0,05% 2x sehari)
- Oklusi puncta bawah reversibel
Berat - Semua yang di atas
- Oklusi pungta atas dan bawah
- Tetes serum topikal
- Kortikosteroid topikal
- Lingkungan yang lembab (gunakan pelembab ruangan, kacamata pelindung)
- Tarsofi lateral dan medial
- Bandage lenses (jarang)

American Academy of Opthalmology. 2015. Basic and Clinical Science Course: Section 8 – External Disease and Cornea. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology.
10
Tatalaksana
2. Pembedahan

Pasien dengan defisiensi air mata akuous sedang hinga berat dapat diberikan oklusi
pungta. Oklusi pungta dapat dilakukan dalam berbagai cara, seperti oklusi kolagen atau
silikon. Apabila pasien menoleransi oklusi pungta reversibel, maka dapat dilakukan
oklusi ireversibel, misalnya dengan menggunakan kauter sekali pakai.

American Academy of Opthalmology. 2015. Basic and Clinical Science Course: Section 8 – External Disease and Cornea. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology.
11
Komplikasi
Apabila tidak ditatalaksana, sindrom mata
kering yang berat dapat menyebabkan
kelainan pada permukaaan mata seperti
keratitis pungtata superfisial, defek epitel,
ulkus kornea, serta mempermudah risiko
infeksi mata. Adanya jaringan parut pada
kornea merupakan komplikasi permanen dari
mata kering.

Messmer, E.M. 2015. The Pathophysiology, Diagnosis, and Treatment of Dry Eye Disease. Deutsches Arzteblatt International, 112(5): 71-81.
12
Prognosis
Prognosis sindrom mata kering bergantung pada tingkat keparahan penyakit. Sebagian
besar pasien berada pada keparahan penyakit ringan hingga sedang dan dapat diterapi
secara simtomatis dengan menggunakan lubrikan. Secara umum, prognosis
penglihatan pada pasien dengan sindrom mata kering adalah baik.

Mukherjee, P.K. 2016. Clinical Examination in Opthalmology. Edisi ke-2. India: Elsevier.
13
ditandai dengan eritema dan edema kelopak mata akut. Selulitis preseptal umumnya
terjadi pada anak–anak daripada orang dewasa. Sebagian besar selulitis preseptal
disebabkan oleh penyebaran lokal dari sinusitis atau dakriosistitis yang berdekatan, infeksi
mata luar, atau setelah trauma pada kelopak mata. Pada kasus selulitis preseptal yang
ditatalaksana dengan baik hampir selalu membaik. Namun apabila terapi tidak adekuat
maka keadaan dapat menjadi lebih buruk dan dapat menjadi selulitis orbital
Sindrom mata kering adalah penyakit multifaktorial dari lapisan air mata dan permukaan
okular yang menyebabkan gejala ketidaknyamanan, gangguan penglihatan, dan
instabilitas lapisan air mata dengan potensi merusak permukaan ocular yang ditandai
dengan rasa kering, rasa berpasir/sensasi benda asing, serta panas pada mata yang
biasanya memburuk pada akhir hari.

PENUTUP
14
TERIM
AKASIH

Anda mungkin juga menyukai