Anda di halaman 1dari 7

JMH e-ISSN.

2715-9728
p-ISSN. 2715-8039
Jurnal Medika Hutama
Vol 02 No 01, Oktober 2020
http://jurnalmedikahutama.com

Open Acces

HUBUNGAN PEMAKAIAN LENSA KONTAK LUNAK (SOFT CONTACT LENS) DENGAN


DRY EYE SYNDROME
Alda Putri Rahmadilla1
1
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Corresponding Author: Alda Putri Rahmadilla, Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung.
E-Mail: aldarahmadillaa@gmail.com

Received August 28, 2020; Accepted September 05, 2020; Online Published October 04, 2020

Abstrak

Mata merupakan organ penglihatan yang paling vital untuk mendeteksi cahaya. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
kesehatan mata salah satunya ialah produksi air mata. Salah satu gangguan produksi air mata adalah dry eye syndrome atau
sindrom mata kering, yaitu suatu kondisi dimana berkurangnya fungsi air mata sehingga tidak dapat melumasi permukaan mata
bagian depan kornea. Penyebab dry eye syndrome ialah antara lain: usia, jenis kelamin, penggunaan lensa kontak, merokok, dan
ruang ber-AC. Lensa kontak banyak digunakan oleh masyarakat dan penggunaan lensa kontak dapat menyebabkan dry eye
syndrome. Hal tersebut disebabkan oleh iritasi mekanik terhadap kelenjar meibomian. Kelenjar meibomian menghasilkan lapisan
lemak yang berfungsi menghambat penguapan lapisan air mata. Gangguan fungsi kelenjar meibomian menyebabkan lapisan air
mata cepat menguap. Lensa kontak juga menurunkan sensitivitas permukaan mata sehingga refleks produksi lapisan air mata
menurun. Peningkatan penguapan disertai penurunan produksi lapisan air mata menyebabkan sebagian besar pengguna lensa
kontak mengalami mata kering.

Keywords : lensa kontak, dry eye syndrome

PENDAHULUAN
Mata merupakan indra dan organ optik Dry eye syndrome adalah penyakit mata
yang berfungsi untuk mengumpulkan cahaya dari yang sering ditemui (25% dari semua penyakit
lingkungan sekitarnya. Air mata adalah bagian mata) dengan penyebab multifaktorial yang
dari organ mata yang dihasilkan oleh kelenjar menyebabkan kelainan air mata dan permukaan
lakrimal yang terletak di daerah temporal bola mata sehingga terjadi dampak besar seperti
mata. Air mata berfungsi untuk melicinkan ketidaknyamanan, gangguan visual, dan
permukaan kornea, melindungi mata dari ketidakstabilan film air mata yang berpotensi
pertumbuhan mikroorganisme, dan menjaga merusak permukaan mata. Beberapa faktor yang
ketajaman penglihatan. Salah satu gangguan pada menyebabkan dry eyes syndrome adalah usia
air mata adalah kekeringan pada mata atau dry eye lanjut, kehamilan, penggunaan obat sistemik
syndrome, yaitu suatu kondisi dimana (analgetik, antihistamin, antihipertensi,
berkurangnya fungsi air mata sehingga tidak dapat dekongestan, antipiretik) dan obat topikal mata
melumasi permukaan mata bagian depan kornea. (beta bloker, prostaglandin, andregenik agonis,
Dry eye syndrome ditandai dengan hiperemia kolinergik, antiviral dan topikal ocular NSAIDs) ,
konjungtiva, penebalan mata dan epitel kornea, ruangan ber-AC, aktivitas visual seperti membaca,
rasa gatal, rasa terbakar pada mata, dan sering menggunakan komputer, berkendara saat malam
disertai penurunan penglihatan. hari, dan penggunaan lensa kontak. Dari beberapa

271
penelitian ditemukan sekitar 43-50% penggunaan Indonesia. Oleh karena itu, penulis melakukan
lensa kontak dapat mengakibatkan dry eyes tinjauan pustaka ini untuk membahas lebih lanjut
syndrome. mengenai hubungan pemakaian lensa kontak
terhadap dry eyes syndrome.
Lensa kontak adalah alat bantu penglihatan
yang ditempatkan di kornea mata, mudah ISI
digunakan, nyaman untuk beraktivitas, Dry eye syndrome (DES), juga dikenal
memberikan lapang pandang lebih luas, dan lebih sebagai dry eye disease (DED),
baik secara estetik. Lensa kontak pada awalnya keratoconjunctivitis sicca (KCS), dan keratitis
ditemukan seiring berkembangnya teknologi sicca merupakan penyakit multifaktorial yang
sebagai pengganti kacamata pada penderita menyebabkan ketidakstabilan dan
gangguan refraksi. Namun, saat ini tidak hanya hiperosmolaritas dari tear film. Ada dua
untuk memperbaiki gangguan refraksi tetapi juga klasifikasi utama mata kering /dry eye, yaitu mata
banyak digunakan sebagai alat kosmetika untuk kering akibat defisiensi cairan (Aqueous Deficient
mempercantik bagian mata dengan berbagai Dry Eye/ADDE)) dan mata kering akibat
warna yang menarik untuk menambah nilai dari penguapan (Evaporative Dry Eye/EDE).
penampilan. Berdasarkan American Optometric Keduanya sama-sama menyebabkan
Association, alasan orang memilih menggunakan hiperosmolaritas air mata. Hiperosmolaritas dapat
lensa kontak daripada kacamata karena lensa terjadi dengan cara mengaktivasi kaskade
kontak dapat mengikuti gerak bola mata dan tidak mediator inflamasi pada permukaan mata (IL-1,
mengurangi sedikitpun lapang pandang mata, TNF-α, dan matriks metalloproteinase (MMP9))
sehingga tidak mengganggu pengihatan, dan mediator tersebut dilepaskan ke air mata
memperindah mata,nyaman dan lebih terang sehingga epitel permukaan mata rusak. Penyebab
karena tidak terhalang bingkai kacamata. utama hiperosmolaritas pada air mata adalah
penurunan aliran air mata (low lacrimal flow)
Pemakai lensa kontak terbanyak terdapat akibat kegagalan kerja kelenjar lakrimal dan
di benua Asia dan Amerika, dimana 38 juta peningkatan penguapan cairan air mata.
pengguna berasal dari Amerika Utara kemudian Meningkatnya penguapan dapat dipengaruhi oleh
24 juta pemakai berasal dari Asia dan 20 juta keadaan lingkungan dengan kelembaban rendah,
pemakai berasal dari Eropa. Di Indonesia sendiri aliran udara yang tinggi dan keadaan pasien yang
belum ada perhitungan resmi pemakai lensa mengalami Meibomian Gland Dysfunction
kontak, akan tetapi Riskesdas 2013 menunjukkan (MGD), kondisi tersebut menyebabkan
bahwa prevalensi pemakai kacamata/ lensa kontak ketidakstabilan lapisan air mata yang melibatkan
mencapai 2,9% untuk kelompok umur 15-24 kematian sel akibat apoptosis, hilangnya sel
tahun dan 2,8% untuk kelompok umur 25-34 goblet, dan terganggunya musin. Gangguan
tahun penghantaran dari kelenjar lakrimal ke kantung
(Riskesdas, 2013).Pada tahun 2013 daerah konjungtiva menyebabkan menurunnya aliran air
provinsi DKI Jakarta terdapat 11,9 % penduduk mata.
memakai lensa kontak (Riskesdas, 2013).
Dry eye syndrome menstimulasi saraf mata
Penjualan lensa kontak di optik maupun sehingga menyebabkan luka pada epitel.
toko semakin banyak ditemui. Hal ini Hilangnya musin yang normal menyebabkan
menandakan bahwa perkembangan pemakai lensa naiknya resistensi friksi antara kelopak mata dan
kontak di Indonesia cukup pesat. Keluhan mata bola mata (inflamasi neurogenik dalam kelenjar).
kering pun bisa jadi merupakan salah satu masalah Penghantaran air mata dapat terhalangi oleh
utama bagi para pemakai lensa kontak di jaringan parut konjungtiva atau hilangnya reflek

272
sensoris yang menuju jaringan lakrimal dari kering (DEQ), CLDEQ-8, proyek Melbourne
permukaan mata. Kerusakan kronis pada Tunanetra (McCarty), NEI- kuesioner refractive
permukaan mata kering menyebabkan sensitifitas error, Sicca Symptoms Inventory (Bowman),
kornea dan reflek sekresi air mata menurun. kuesioner Bjerrum, dan kuesioner Jepang tentang
Berbagai etiologi dapat menyebabkan mata kering kesadaran apabila menderita dry eye (Shimmura).
melalui mekanisme blok reflek sekretoris Lensa kontak adalah alat bantu penglihatan
termasuk bedah refraktif (lasik mata kering), yang terbuat dari sejenis plastik yang tipis dan
memakai kontak lensa, dan penyalahgunaan berkurva yang direka untuk dipakai diatas
anestesi topikal. permukaan kornea dan menempel pada lapisan air
mata. Lensa kontak juga dapat digunakan untuk
Diagnosis dry eye syndrome adalah dengan mengoreksi gangguan refraktif, kelainan
anamnesis yang lengkap (usia, pekerjaan, penyakit akomodasi, sebagai terapi, dan kosmetik. Lensa
yang menyertai, keluhan utama dan keluhan kontak dibagi menjadi lima jenis menurut
tambahan, riwayat pengobatan), pemeriksaan American Association Optometric (2006), yaitu
klinis segmen anterior mata (kelopak mata, sistem Rigid Gas Permeable, Daily Wear Soft Lens,
lakrimal, konjungtiva, epitel kornea, dan tekanan Extended Wear, Extended Wear Dispossable,
intraokuler), dan pemeriksaan khusus untuk Planned Replacement.
menilai fungsi air mata baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Pemeriksaan khusus yang Rigid Gas Permeable terbuat dari plastik
dilakukan, yaitu Schirmer’s Test, Tear Break-Up yang sedikit fleksibel yang memberikan jalan bagi
Time (TBUT), Pewarnaan, Ferning Test, oksigen untuk lewat ke mata. Kelebihannya
Impression Cytology. adalah kualitas penglihatan yang sempurna,
periode adaptasi yang singkat, usia RGP cukup
Selain melakukan pemeriksaan khusus lama, tersedia untuk pengontrolan miopi dan
tersebut dilakukan juga pemeriksaan melalui terapi refraksi kornea. Kekurangan Rigid Gas
kuesioner. Kriteria kuesioner utnuk mendiagnosa Permeable adalah lebih mudah tergelincir dari
dan mengklasifikasikan dry eye syndrome mata dibandingkan dengan jenis lensa lain. Daily
berdasarkan American-European Consensus Wear Soft Lens terbuat dari plastik yang lembut
Group, yaitu terdiri dari gejala mata, gejala mulut, dan fleksibel dengan kelebihan lebih nyaman dan
tanda pada mata, gambaran histopatologis, tanda tidak mudah lepas dibandingkan dengan RGP
pada kelenjar saliva, autoantibodi. Sedangkan, tetapi pandagan tidak setajam RGP. Extended
untuk pemilihan kuesioner harus memenuhi Wear tersedia dalam bentuk soft lens ataupun
seluruh kriteria umum, yaitu kuesioner telah RGP untuk digunakan tidur dan dapat digunakan
digunakan pada uji klinis secara acak hingga tujuh hari tanpa dilepas walaupun perlu
(Randomized Clinical Trials (RCTs)), kuesioner dilakukannya follow up rutin. Extended Wear
telah diuji atau digunakan dalam studi Dispossable dapat digunakan untuk periode waktu
epidemiologi, kuesioner telah memiliki beberapa tertentu biasanya satu sampai enam hari kemudian
tes psikometri, kuesioner tersedia dan sesuai untuk dibuang. Planned Replacement merupakan soft
generik bukan hanya untuk penyakit mata kering. daily wear lens yang diganti secara terencana,
Terdapat empat belas kuesioner yang telah yaitu sekali dua minggu, perbulan ataupun per dua
memenuhi kriteria tersebut yaitu kuesioner bulan. Penelitian Nathan et al (2012) menunjukan
McMonnies, CANDEES, Index Ocular Surface 107.209 pengguna lensa kontak bahwa dari 39
Disease (OSDI), evaluasi mata salisbury (Schein, negara yang disurvey, sekitar 88.729 org
Bandeen-Roche), kuesioner proyek epidemiologi mengganunakan jenis pemakaian daily wear, yang
mata kering (Oden), kuesioner Women’s Health di susul oleh pemakaian extended wear. Menurut
Study (Schaumberg), NEI-VFQ, kuesioner mata Dogru et al (2009) mayoritas pengguna lensa

273
kontak di seluruh dunia telah memakai contact- hubungan bermakna (p=0,000) antara penggunaan
lens lebih dari 2 tahun. lensa kontak dan pengaruhnya terhadap mata
kering. Penelitian lainnya oleh Nichols JJ tahun
Pemakaian lensa kontak menyebabkan 2006, didapatkan hasil bahwa lensa kontak
lapisan air mata prekorneal terpisah menjadi dua, berhubungan dengan mata kering dengan
yaitu prelens dan postlens. Hal tersebut dapat mekanisme peningkatan penguapan lapisan air
merubah struktur dan fungsional yang penting, mata yang mengakibatkan peningkatan
yaitu hilangnya musin pada prelens dan hilangnya osmolaritas lapisan air mata.
lapisan lemak pada postlens. Selain itu,
terpisahnya lapisan air mata dapat memicu Berdasarkan penelitian Rahmy Nursafitri
peningkatan penguapan air yang diikuti oleh Syehabudin pada tahun 2017 di Fakultas
peningkatan osmolaritas air mata akibat reaksi Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
inflamasi yang pada akhirnya menyebabkan Hidayatullah Jakarta, angka kejadian dry eye
kerusakan pada epitel permukaan. Jika pemakaian menggunakan Tes Schrimer sebesar (72.2%) atau
lensa kontak terus dilakukan maka perubahan- sebanyak 39 orang dari 54 orang, sedangkan
perubahan tersebut akan semakin nyata hingga dengan menggunakan Ocular Surface Disease
menimbulkan manifestasi berupa tidak nyaman Index (OSDI) angka kejadian dry eye berjumlah
pada mata. Penggunaan lensa kontak akan 38 orang (70.3%) dari 54 orang.
menyebabkan kurangnya pertukaran air mata
sehingga kemampuan untuk melembabkan mata Akan tetapi, adapula penelitian yang
juga berkurang dan dapat meningkatkan risiko dilakukan oleh Monica tahun 2017 menunjukkan
terjadinya sindrom mata kering yang semakin tidak terdapat hubungan yang signifikan pada
parah. pemakaian lensa kontak terhadap dry eyes
syndrome. Hal tersebut dapat terjadi karena
Menurut Shresta et al (2012), perempuan terdapat beberapa keterbatasan, yaitu penelitian
dilaporkan lebih sering mengalami dry eye ini hanya menggunakan kuesioner sebagai
syndrome. Selain itu, dilaporkan juga bahwa instrumen tanpa disertai pemeriksaan
keluhan dry eye syndrome mulai muncul pada laboratorium yang mungkin akan lebih
pengguna lensa kontak dengan umur 22-29 tahun. menegaskan hasil penelitian, jumlah sampel yang
Penggunaan lensa kontak selama 6 bulan cukup sedikit
dikatakan sudah mampu untuk memicu terjadinya
dry eye syndrome. Sebuah penelitian di Croatia menunjukkan
. adanya hubungan yang cukup bermakna antara
Sebuah penelitian lain yang dilakukan oleh lama pemakaian harian lensa kontak dengan
Ntola dan Murphy pada tahun 2002 menyebutkan kejadian mata kering dibandingkan pemakaian
bahwa subjek yang memakai lensa kontak selama tahunan yang diteliti oleh Tran et al pada tahun
1-2 tahun dapat menurunkan sensibilitas kornea 2013. Dalam penelitian tersebut mereka
namun tidak signifikan, sedangkan pemakaian menemukan bahwa para pemakai soft contact lens
selama 5-7 tahun dapat menurunkan sensibilitas cenderung lebih sering mengalami mata kering
kornea secara signifikan. Penurunan sensibilitas dibanding pemakai rigid gas permeable lens. Dari
kornea dapat menurunkan refleks berkedip dan pemakai soft contact lens ditemukan mata kering
penurunan produksi lapisan air mata sehingga ringan dan sedang, sedangkan pada pemakai lensa
menyebabkan terjadinya mata kering. rigid gas permeable mereka menemukan bahwa
80% pemakainya memiliki mata normal dan tidak
Pada penelitian yang dilakukan oleh ada yang mengalami mata kering sedang. Mereka
Eunike et al tahun 2016, memperlihatkan adanya berpendapat bahwa hal ini terjadi akibat porsi

274
lama pemakaian lensa kontak. Para pemakai soft Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
contact lens cenderung memakai lensanya lebih 2013;
dari lama pemakaian harian yang
direkomendasikan, yaitu lebih dari delapan jam, Beuerman Roger W., Austin Mircheff, Stephen C.
sedangkan pemakai lensa rigid gas permeable Pflugfelder, Michael E. Stern. 2004. The
cenderung lebih taat dalam pemakaiannya. Lacrimal Functional Unit, in Stephen C.
Pflugfelder, Roger W.Beuerman, Michael
SIMPULAN E. Ster. Dry Eye and Ocular Surface
Pemakaian lensa kontak sudah semakin Disorders. New York. Marcel Dekker, Inc.
banyak diminati oleh banyak orang karena lebih p. 11 – 32
mudah digunakan dan lebih baik secara estetika. C Stephen Foster. Dry Eye Disease
Hal tersebut dapat menyebabkan produksi air (Keratoconjunctivitis Sicca): Practice
mata terganggu dan munculnya rasa tidak nyaman Essentials, Background, Anatomy
di mata. Keluhan tersebut erat kaitannya dengan [Internet]. 2017 [cited 2017 Oct 12].
kejadian dry eye syndrome. Pada beberapa Available from:
penelitian telah membuktikan bahwa pemakaian http://emedicine.medscape.com/article/121
lensa kontak dapat meningkatkan kejadian 0417
sindrom mata kering atau dry eye syndrome. Akan
tetapi, ada beberapa faktor lain yang dapat Catania Louis J., Scott Clifford A., Larkin
menyebabkan kejadian dry eye syndrome, yaitu Michael, Melton Ron, Semes Leo P.,
usia, jenis kelamin, lama pemakaian, kehamilan, Shovlin Joseph P., Heath David A.,
penggunaan obat sistemik, ruangan ber-AC, dan Adamczyk Diane T., Amos John F., Mathie
aktivitas visual lainnya. Brian E., Miller Stephen C. 2011. Care of
the Patient with Ocular Surface Disorders.
Parameter yang digunakan untuk dry eye the AOA Board of Trustees. American
syndrome dapat berupa pemeriksaan khusus Optometric Association 243 N. Lindbergh
seperti Schirmer’s Test, Tear Break-Up Time Blvd., St. Louis, MO 63141-7881. p. 8 – 85
(TBUT), Pewarnaan, Ferning Test, Impression
Cytology dan kuesioner yang sesuai dengan Chalmers R.L, Begley C.G, Kurt M, Hickson-
kriteria. Melalui parameter tersebut maka kita Curran S.B. 2012, ‘Contact Lens Dry Eye
dapat mengetahui insidensi kejadian mata kering Questionnaire-8 (CLDEQ-8) and Opinion
dan dapat menjadikannya sebagai alat skrinning of Contact Lens Performance’, vol. 89, no.
guna mengurangi risiko kejadian dry eye 10, pp. 1435 – 1442.
syndrome.
Chan Colin, Stapleton Fiona, Garrett Qian, Craig
Jennifer P. 2015. The Epidemiology of Dry
DAFTAR PUSTAKA Eye Disease. Berlin. Dry Eye: A Practical
Agur, Anne dan Keith. 2002. Anatomi Klinis Approach, Essentials in Ophthalmology.
Dasar. Jakarta: Hipokrates; Springer-Verlag Berlin Heidelberg. p. 25–
27
Asyari Fatma. 2007. Dry Eye Syndrome
(Sindroma Mata Kering). Volume 20
Efron N. 2016.Contact Lens Practice E-Book.
Number 4. Indonesia. Dexa Media. p. 162 –
Elsevier Health Sciences;
166
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Eunike L, Vera S, Laya R. 2016. Penggunaan
Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Lensa Kontak dan Pengaruhnya terhadap

275
dry eyes pada Mahasiswa Fakultas Washington. Ethis Communications, Inc.
Ekonomi Universitas Sam Ratulangi. J E- The Ocular Surface ISSN: 1542-0124
Clin. 2016 Jun;4. www.theocularsurface.com. p. 75 – 88

Foster J. Brian, Lee W. Barry. 2013. The Tear


Mahmood Ammar M. Al, Al-Swailem Samar A.
Film: Anatomy, Structure and Function, in
2014. Essential Fatty Acids in The
Holland Edward J., Mannis Mark J., Lee
Treatment of Dry Eye Syndrome: A Myth
W. Barry. Ocular Surface Disease Cornea,
or Reality?. Elsevier B.V. on behalf of
Conjunctiva, and Tear Film. USA.
Saudi Ophthalmological Society, King Saud
Elsevier.Inc. p. 17 – 20
University. p. 195
Graaff, Van de, 2001, Human Anatomy, 6th
McMonnies C, Ho A. 1986. The preocular tear
edition, The McGraw-Hill Companies, p.
film in health, disease and contact lens
501.
wear. Marginal dry eye diagnosis, in Holly
F (ed). Dry Eye Institute Inc: Lubbock. p.
Guyton A. dan Hall J. 2014. Buku Ajara Fisiologi
32 – 38
Kedokteran. 11th ed.
Jakarta: EGC;
Netter,Frank H. 2014.Atlas Of Human Anatomy.
25th ed. Jakarta: EGC;
Herranz R.M, Herran R.M.C. 2013, Ocular
Surface : Anatomy and Physiology,
Disorders and Therapeutic Care, CRC
Nichols JJ, Sinnott LT.2006. Tear film, Contact
Press, United State of America.
Lens, and Patient-Related Factors
Holland EJ, Mannis MJ, Lee WB. Ocular Surface Associated with Contact Lens-Related Dry
Disease: Cornea, Conjunctiva and Tear Eye. Investigative Ophthalmology & Visual
Film: Expert Consult - Online and Print. Science [Internet].
Elsevier Health Sciences; 2013. 474 p. http://iovs.arvojournals.org/article.aspx?arti
cleid=2203026
Ibrahim YW, Boase DL, Cree IA. How Could
Contact Lens Wearers Be at Risk of Schaumberg DA, Sullivan DA,Buring JE. 2003;
Acanthamoeba Infection? A Review. J Prevalence of dry eye syndrome among US
Optom. 2009;2(2):60–6. woman. Am J Ophthalmology.

Land M, Fernald R. The Evolution of Eyes. Annu Shaharuddin B, Mokhtar S F Ismail, Hussein E.
Rev Neurosci. 1992 Mar 1;15(1):1–29. 2008. Dry Eye in Post – Menopausal Asian
Women On Hormone Replacement
Lemp Michael A., Baudouin Christophe, Baum Therapy. Vol 1. Malaysia. University Sains
Jules, Dogru Murat, Foulks Gary N., Malaysia. 16150 Kubang Kerian, Kelantan,
Kinoshita Shigeru, Laibson Peter, Malaysia. bakiah@kb.usm.my. p. 159.
McCulley James, Murube Juan, Pflugfelder
Stephen C., Rolando Mauriz io, Toda Sherwood L. Fisiologi Manusia dari sel ke sistem.
Ikuko. 2007. The Definition and 8th ed. Jakarta: EGC; 2014.
Classification of Dre Eye Disease : Report
of the Definition and Classification Shresta, G.S., Sijakhu, D., Shrestha, J.B.,
Subcommittee of the International Dry Eye Shrestha, J.K. 2012 .Tearfilm Evaluation In
Workshop (2007). Volume 5 No. 2.

276
Contact Lens Wearers And Non Wearers,
34(2),pp. 1

Smith Janine A., Albeitz Julie, Begley Carolyn,


OD, Caffery Barbara, Nichols Kelly,
Schaumberg Debra, Schein Oliver. 2007.
The Definition and Classification of Dre
Eye Disease : Report of the Definition and
Classification Subcommittee of the
International Dry Eye Workshop (2007).
Volume 5 No. 2. Washington. Ethis
Communications, Inc. The Ocular Surface
ISSN:1542-0124. p. 96 – 106

Sidarta I. Sri R. Ilmu Penyakit Mata. 5th ed.


Jakarta: Badan peneerbit FKUI; 2017.

Solomon A, Dursun D, Liu Z, Xie Y, Macri A,


Pflugfelder SC. Pro- and anti- inflammatory
forms of interleukin-1 in the tear fluid and
conjunctiva of patients with dry-eye
disease. Invest Ophthalmol Vis Sci. 2001
Sep;42(10):2283–92.

Steven L. Reversing Dry Eye Syndrome.


illustrated. Yale University Publisher; 2007.

Subcommittee of the International Dry Eye


Workshop, 2007, ‘Report of the definition
and classification’ The Definition and
Classification of Dry Eye Disease, vol. 5
no. 2.

Tran N, Graham A.D, Lin M.C. 2013. Ethnic


Differences in Dry Eye Symptoms: Effects
of Corneal Staining and Length of Contact
Lens Wear . Contact Lens & Anterior Eye.
vol. 629, pp. 1-8.

277

Anda mungkin juga menyukai