Email: Akbarzadalilmi@gmail.com
Abstrak
Dry eye adalah penyakit multifaktorial dari air mata dan permukaan mata yang mengakibatkan
gejala ketidaknyamanan, gangguan penglihatan, dan ketidakstabilan tear film dengan potensi
kerusakan pada permukaan mata. Studi epidemiologi telah menunjukkan bahwa setelah usia 50
tahun, prevalensi dry eye pada wanita dan pria meningkat setiap 5 tahun, dan tingkat prevalensi
wanita lebih tinggi dari pada pria. Usia dan jenis kelamin perempuan telah ditemukan sebagai
faktor risiko terbesar untuk dry eye. Berdasarkan data Dry Eye Workshop (DEWS) 2007, 5-30%
penduduk usia diatas 50 tahun menderita dry eye. Pada bagian berikut akan dibahas mengenai
dry eye aging dari definisi, epidemiologi, factor resiko, patofisiologi hingga
Dry eye adalah penyakit multifaktorial dari air mata dan permukaan mata yang
film dengan potensi kerusakan pada permukaan mata (1). Hal ini disertai dengan
peningkatan osmolaritas lapisan air mata dan peradangan pada permukaan mata. Dry eye
merupakan gangguan unit fungsional lakrimal, sistem terintegrasi yang terdiri dari
kelenjar lakrimal, permukaan okular (kornea, konjungtiva, dan kelenjar meibom), dan
kelopak mata, serta saraf sensorik dan motorik yang menghubungkannya. Fungsi unit
fungsional lakrimal adalah untuk menjaga integritas lapisan air mata (pelumas,
kornea dan populasi permukaan stem cell serta kualitas gambar yang diproyeksikan ke
retina (2).
Dry eye terjadi akibat penurunan produksi aqueous atau peningkatan evaporasi air
mata dengan penyebab tersering ialah disfungsi kelenjar meibom. Pasien dengan dry eye
utama dry eye adalah kering dan rasa berpasir pada mata. Gejala tambahan seperti rasa
panas atau gatal, sensasi benda asing, air mata berlebihan, nyeri, mata kemerahan, dan
fotofobia (4). Dry eye sangat umum terjadi pada orang tua. Aging dapat berdampak pada
struktur anatomi yang terkait dengan dry eye termasuk kelenjar lakrimal, kelenjar
meibom, sel goblet (misalnya, unit fungsional lakrimal, atau LFU) serta sistem kekebalan
dan aparatus sensor mata (perifer dan komponen sistem saraf pusat) (3)
dry eye pada wanita dan pria meningkat setiap 5 tahun, dan tingkat prevalensi wanita
lebih tinggi daripada pria. Usia dan jenis kelamin perempuan telah ditemukan sebagai
faktor risiko terbesar untuk dry eye. Berdasarkan data Dry Eye Workshop (DEWS) 2007,
5-30% penduduk usia diatas 50 tahun menderita dry eye. Beberapa studi yang dilakukan
di Asia Tenggara mendapati hasil prevalensi dry eye simptomatik berkisar antara 20 –
52,4% (1).
Referat ini akan membahas mengenai dre eye and aging dari definisi,
2. DISKUSI
Dry eye adalah penyakit multifaktorial dari air mata dan permukaan mata
mata, dan sistem saraf dapat menyebabkan dry eye (1). Gejala dry eye bervariasi
dan mencakup berbagai rasa nyeri okular (terbakar, sakit, nyeri tekan, tajam,
menembak, kering), disfungsi visual (penglihatan tidak stabil, silau), dan mata
berair. Tanda-tandanya juga bervariasi dan dapat mencakup bukti defisiensi air
mata dan/atau dry eye evaporatif. Beberapa tes dapat digunakan untuk
mengevaluasi entitas yang berbeda ini. Tes Schirmer dengan atau tanpa anestesi
dapat digunakan untuk menilai produksi akuos seperti dapat merobek tinggi
meniskus (dinilai dengan inspeksi atau dengan mesin tomografi koherensi optik
segmen anterior resolusi tinggi). Tear break up time, interferometri, dan evaluasi
parameter kelenjar meibom dapat mengevaluasi anatomi dan fungsi lapisan lipid.
Tes lain, seperti osmolaritas air mata dan pewarnaan kornea dan konjungtiva
dilihat baik dengan defisiensi air mata dan dry eye evaporatif (5).
epidemiologi besar dari Women's Health Study dan Physician's Health, dry eye
didiagnosis pada sekitar 3,2 juta wanita AS dan 1,7 juta pria di AS yang berusia
lebih dari 50 tahun. Studi tesebut mencatat bahwa prevalensi dry eye meningkat
pada wanita dan pria setiap 5 tahun setelah usia 50 tahun, dengan prevalensi yang
lebih besar pada wanita dibandingkan dengan pria. Selain itu (2), prevalensi dry
eye mungkin lebih besar pada wanita Hispanik dan Asia dibandingkan dengan
wanita Kaukasia Usia dan jenis kelamin wanita telah ditemukan sebagai faktor
risiko terbesar untuk dry eye (2). Hal ini didukung oleh temuan klinis penurunan
Berbagai faktor mempengaruhi orang dewasa yang lebih tua untuk dry eye
(2).
b. Etiologi
(komponen penghasil air air mata), kelenjar meibom (komponen penghasil lipid),
dan sel goblet (komponen penghasil musin air mata) (1). Peradangan dan stres
oksidatif juga memainkan peran kunci dalam perkembangan mata kering pada
orang tua. Peningkatan kadar osmolaritas dan sitokin inflamasi seperti IL-6, IL-8,
dan TNF- telah terdeteksi pada air mata pasien mata kering. kemungkinan
peradangan pada permukaan mata dapat mengubah fungsi kornea, nosiseptor, dan
khusus dan kerusakan akson bermielin dan tidak bermielin, diketahui terjadi
c. Patofisiologi
1) Faktor resiko dry eye dapat berupa pembedahan refraktif, pemakaian lensa
kontak, anestesi topikal, dan penuaan melukai saraf sensorik di kornea dan
konjungtiva (permukaan okular) yang dapat menghalangi aktivasi dari
saraf sensorik .
permukaan mata pada penyakit dry eye. Kedua faktor ini mengaktifkan
6) Mediator inflamasi memiliki dua efek utama: (1) aktivasi saraf sensorik
musin glikokaliks dari epitel permukaan okular dan apoptosis sel epitel .
Terapi dry eye tradisional termasuk air mata buatan yang dijual bebas,
kompres hangat, dan kebersihan kelopak mata dengan sampo bayi. Siklosporin A
T yang dimediasi IL-2, menerima persetujuan FDA untuk penyakit dry eye pada
tahun 2003 dan telah digunakan secara klinis selama 15 tahun terakhir.
Diperkirakan 48,2% pasien penyakit dry eye kronis telah memenuhi resep untuk
perbaikan gejala, skor Ocular Surface Disease Index (OSDI) yang lebih rendah,
dan meningkatkan hasil pengujian Schirmer dan waktu pemecahan film air mata
(TBUT) (6).
berbagai jenis pelumas mata (jika ada MGD, kemudian pertimbangkan suplemen
yang mengandung lipid), kebersihan kelopak mata, dan kompres hangat. 2) Jika
dipertimbangkan pada langkah kedua termasuk perawatan tea tree oil untuk
Demodex, air mata buatan bebas pengawet (untuk menghindari efek toksik
pengawet), sumbat punctal, perangkat ruang kelembaban dan kacamata untuk
(seperti Lipiflow), terapi cahaya berdenyut intens untuk MGD, dan pemberian
tambahan sebagai pengobatan langkah ketiga. 4) Jika ada bukti klinis komplikasi
yang lebih parah terkait dengan presentasi dry eye, dokter perlu
kortikosteroid topikal untuk durasi yang lebih lama, cangkok membran amnion,
air mata. Pada beberapa penelitian, diquafosol dan rebamipide terbukti dapat
lapisan aqueous yang mengalami kelainan, seperti pada sindrom Sjogren maupun
non-Sjogren, maka terapi berfokus pada peningkatan volume air mata dengan
Artificial tears dan asam hyaluronat merupakan terapi inisial yang umum dipilih,
namun keduanya memiliki durasi yang singkat pada permukaan mata, yaitu
sekitar 3-5 menit. Diquafosol memiliki efikasi yang lebih baik dibandingkan
dengan artificial tears dan asam hyaluronat sehingga saat ini menjadi terapi
tetapi juga komponen lipid dan mucin. Kombinasi oklusi puncta dengan
diquafosol memberikan perbaikan jangka panjang pada dry eye aqueous deficient
0,05% sebanyak 2 kali per hari dapat memperbaiki keratopati, meningkatkan hasil
tes Schirmer dan mengurangi keluhan subjektif pasien (9). Lifitegrast juga
merupakan modalitas baru yang sudah melalui fase 3 uji klinis. Obat ini berfungsi
menghambat interaksi antara ICAM-1 dan LFA-1 yang berpengaruh pada aktivasi
selama 2-4 minggu terbukti mengurangi keluhan subjektif pasien DED dan
memperbaiki staining kornea. Jika kelainan ada pada lapisan lipid, seperti yang
pada algoritma terapi disfungsi kelenjar Meibom, yaitu kompres hangat, lid
makrolid), dan suplementasi asam lemak omega-3 (yang terdapat pada minyak
ikan) (10).
3. KESIMPULAN
Dry eye adalah penyakit multifaktorial dari air mata dan permukaan mata yang
berperan dalam terjadinya dry eye adalah usia, dimana usia lebih dari 50 tahun insidensi
terjadinya dry eye akan semakin meningkat dengan perbandingan wanita lebih tinggi
yang mungkin berinteraksi. Peradangan pada permukaan mata berperan dalam mata
kering terkait usia. Memahami mekanisme penuaan akan memungkinkan intervensi dini
dan mencegah atrofi organ stadium akhir dan penyakit permukaan mata.
4. DAFTAR PUSTAKA