PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Eye Syndrome) merupakan kelainan pada mata bagian anterior yang sering
terjadi akibat inflamasi. Sindroma mata kering adalah kondisi yang terjadi
pada pasien yang mencoba perawatan mata sebelumnya dan merupakan ciri-
ciri dari inflamasi pada permukaan mata dan kelenjar lakrimalis (Mohammad,
2011). Sindroma mata kering adalah suatu kumpulan gejala dengan kondisi
mata terasa perih, mudah lelah, gatal, merah dan mata terasa seperti berpasir
(Ohashi, 2003)
ke tahun bekisar 7,4 – 57,89 %. Penelitian yang dilakukan oleh Moss dan
pada 3.722 subyek berumur 59 tahun. Menurut Schein et al (1997) tidak ada
hubungan antara mata kering dengan umur atau jenis kelamin. Sementara
penelitian lain, wanita dapat mengalami sindroma mata kering lebih cepat
daripada pria, sekitar usia 45 tahun atau pada usia onset menopause. Hal itu
telah didukung oleh penelitian yang dilakukan kepada 926 subjek wanita
berumur 40 dan lebih dari 40 memiliki diagnosis terkait mata kering (Mc
Carty, 1998).
1
2
dan kontrasepsi oral juga dikaitkan dengan mata kering (Ohashi, 2003).
Secara tidak langsung perokok juga dapat memberikan kontribusi
dari 3800 senyawa kimia ditemukan dalam tembakau rokok, dan kelompok
terbesar adalah senyawa nitrogen, yaitu 24%, serta hidrokarbon 15% (June,
1996).
Seseorang dikategorikan sebagai perokok aktif apabila merokok setiap
hari dalam jangka waktu minimal enam bulan selama hidupnya dan masih
jumlah rokok yang dihisap per hari, yaitu seseorang yang mengonsumsi
rokok satu sampai sepuluh batang per hari disebut perokok ringan, 11 -20
batang per hari disebut perokok sedang, dan lebih dari 20 batang per hari
kimia dan gas iritatif yang terkandung dalam asap dan dapat menimbulkan
3
pernapasan yang lebih berat. Asap sendiri adalah kompleks campuran dengan
komponen yang bergantung pada jenis bahan bakar, kadar air. Asap
merupakan perpaduan atau campuran karbon dioksida, air, zat yang terdifusi
di udara, zat partikulat, hidrokarbon, zat kimia organik, nitrogen oksida, dan
Komposisi asap tergantung dari banyak faktor, yaitu jenis bahan bakar,
kelembaban, temperatur api, kondisi angin, dan hal lain yang mempengaruhi
dalam maupun lingkungan luar karena bahan kimia, fisik, ataupun biologis
yang mengubah karakteristik natural dari atmosfer (Pande dan Putu, 2017).
Asap pembakaran sate yang berasal dari arang kayu mengandung berbagai
polutan berbahaya yang dapat menganggu fungsi dan komponen darah. Tiap
atom karbon dari arang atau kayu yang terbakar akan bereaksi dengan dua
atom oksigen membentuk gas karbondioksida (CO2), jika tiap atom karbon
tersebut bereaksi dengan satu atom oksigen, maka akan terbentuk gas
mata. Iritasi yang terjadi diikuti peradangan pada permukaan mata. Selain itu,
4
lapisan air mata yang berpotensial kerusakan pada permukaan mata. Lapisan
air mata pada pasien mata kering tidak stabil dan tidak mampu
B. Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara polusi asap pada pembakar sate dengan dry
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara polusi asap pada pembakar sate dengan dry
Surabaya
c. Menganalisis hubungan antara polusi asap pada pembakar sate dengan
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Penelitian
Kepada peneliti, diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan
2. Manfaat Instansi
syndrome.
3. Manfaat Masyarakat
sate tentang dampak yang ditimbulkan akibat dari asap bakaran sate
TINJAUAN PUSTAKA
tubuh sebagai perlindungan terhadap lingkungan luar. Alis mata dan bulu
mata dapat menangkap partikel-partikel kecil seperti debu dan silia juga
Tear film memilki fungsi untuk membasahi toksin dan alergen dan berisi
protein yang dapat mengontrol lapisan mata. Mucin menstabilkan tear film
2001).
Permukaan mata meliputi seluruh epitel permukaan dari kornea,
limbus, dan konjungtiva. Pada permukaan mata normal dilapisi oleh lapisan
tear film. Air mata memiliki fungsi untuk membasahi/melembabkan sel epitel
mata, melumasi permukaan mata dengan memberikan respon air mata untuk
dalam air mata termasuk lisozim, laktoferin, lipokalin, IgA, dan cistatin S.
lapisan aqueous, dan lapisan mucin. Lapisan superfisial dari tear film adalah
6
7
hormon androgen dan esterogen. Berkedip juga memliki fungsi penting dalam
utama air mata. Defisiensi kelenjar air mata ini menjadi penyebab utama dry
eyes syndrome atau Sindroma mata kering. Sekresi air mata distimulasi oleh
hidrofilik pada bagian atas dan hidrofobik pada bagian lain. Ketika terjadi
defisiensi mucin akibat terpapar bahan kimia atau kerusakan permukaan mata
sebagai kelainan dari tear film akibat defisiensi air mata atau evaporasi
kering (DES) adalah 2 dari penyakit inflamasi yang sering terjadi pada
bagian anterior mata. Kedua kondisi tersebut memiliki efek yang besar
heterogen dan multifaktorial dari preokular tear film atau penyakit pada
mata akan menjadi kering dan timbul ‘dry spot’ yang akan menyebabkan
mata menjadi iritasi, perih, diikuti reflek berkedip serta pengeluaran air
yang akan menyebabkan ulkus, infeksi, bahkan tahap yang paling parah
dan evaporasi/penguapan.
a. Defisiensi Aqueous
Dry Eye Syndrome di klasifikasikan sebagai Sjögren dan Non
dimana infiltrasi kelenjar ludah dan air mata diaktifkan oleh T-cell,
yaitu:
1) Penggunaan kontak lensa menyebabkan penurunan
3. Epidemiologi
SumberSindroma Mata Kering (DES)
: Foulks, 2007
Dari tahun ke tahun epidemiologi DES mengalami peningkatan.
Gambar II.2 Klasifikasi Dry Eye Syndrome
Berdasarkan suatu penelitian tentang DES , the Women’s Health Study dan
wanita dan 1,68 juta pria dengan total 4,91 juta masyarakat Amerika
Serikat usia 50- <50 tahun terkena DES. Hal ini menunjukkan bahwa
resiko yang lebih tinggi terhadap DES daripada pria. Data dari WHS juga
menyebutkan bahwa ras Asia dan Latin lebih tinggi beresiko DES
pula pada beberapa negara, seperti di Indonesia. Pada usia tersebut yang
(McMonnies, 2007).
Menurut suatu penelitian yang dilakukan oleh Lee, et al (2002)
yaitu 27,5% pada penduduk yang berusia diatas 21 tahun dengan faktor
prevalensi 33,7 % pada wanita dan memiliki faktor resiko usia (AJ, 2002)
4. Faktor Risiko Sindroma Mata Kering (DES)
Sindroma mata kering (DES) pada umumnya meningkat seiring
kelembaban rendah, suhu kamar tinggi, paparan angin, polusi dan kualitas
2002).
Memakai lensa kontak meningkatkan risiko Sindromaa mata
kering. Diet rendah asam lemak omega-3 atau diet dengan jumlah yang
relatif tinggi omega-6 asam lemak relatif terhadap asam lemak omega-3
(AJ, 2002).
5. Patofisiologi Sindroma Mata Kering (DES)
Dry Eye Syndrome merupakan suatu kelainan multifaktorial
akan lebih sering menyerang wanita daripada pria. Hal ini terjadi karena
yang kecil pada masa tua, sedangkan wanita memiliki masa menopause
growth faktor pada mata kering, selain itu lisozim, fosfolipase A2, dan
inflamasi yang melibatkan jalur MAP kinase dan sinyal NFkB. Selain itu
juga ikut berperan (Paiva, 2006). Ada bukti yang menjelaskan bahwa
komponen dalam mucin air mata mengalami defisiensi pada DES. Pada
Tes ini tidak bersifat invasif atau merusak bagian tubuh. Tes
airmata. Nilai di bawah 6-7 mm dianggap kurang. Tes ini dapat juga
dianggap dry eye. Tes ini akan negatif pada mata normal, yaitu
(Mohammad, 2011).
keparahan. Pada kasus yang ringan hanya memerlukan air mata buatan
(AAO, 2003).
Pada kasus yang ringan juga dapat dilakukan pelumasan topikal
saat tidur malam, pemijatan kelopak mata dan pengompresan air hangat
toksisitas pada pasien yang menggunakan pengganti air mata secara terus-
perhari atau tiap jam perhari, memberikan obat topikal pada mata sebelum
DES adalah asam hyaluronat dan autologous serum. Pilocarpin oral telah
dapat digunakan pada pasien dengan risiko tinggi DES. Selain itu
inflamasi. Telah diakui bahwa inflamasi adalah sebab dan akibat penyakit
epitel kornea yang akan menyebabkan hilangnya lapisan musin air mata
sel permukaan okuler, seperti sitokin yang dihasilkan sel T helper (Th).
Leukocyte Antigen (HLA-DR) juga telah terbukti diregulasi dalam Dry Eye
BAB III
A. Kerangka Konsep
Non Sjӧrgen
Penyebab Sindroma
Mata Kering (DES)
2. Ekstrinsik
23
peneliti mengenai hubungan antara polusi asap pada pembakar sate dengan
B. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah, “Adanya hubungan antara
polusi asap pada pembakar sate dengan dry eye syndrome di Kecamatan
Gubeng, Surabaya”.
24
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
mengetahui hubungan antara polusi asap pada pembakar sate dengan dry eye
1. Lokasi Penelitian
Penelitian tentang “Dry Eye Syndrome” ini akan dilaksanakan di
1. Populasi
25
2. Sampel
sampel yang dapat mewakili populasi yang ada. (b) Sampel harus cukup
berikut:
n=
n=
Keterangan :
n = besar sampel
0,2
D. Variabel Penelitian
E. Definisi Operasional
2. Polusi asap Berapa lama waktu 1. Paparan asap >6 jam Kuisioner Nominal
pembakaran yang diperlukan PaPaparan asap ≤6 jam
untuk pembakaran
F. Prosedur Penelitian
1. Langkah dan Teknik Pengumpulan Data
PERSIAPAN PENELITIAN
Sampel
Kriteria Inklusi 28
Kriteria Sampel
Kriteria Ekslusi
Mengolah data dan melakukan analisis data sesuai dengan tujuan penelitian
dan rumusan masalah
Waktu Pelaksanaan
Rencana Kegiatan
April Mei Juni
Penelitian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengumpulan Data
Pembuatan
Laporan
laporan.
4. Bahan, Alat dan Instrument yang digunakan
a. Bahan
1) Buku/ kertas
2) Bolpoint
29
kuantitas air mata dari sampel akan dilihat oleh peneliti berdasarkan
maka individu tersebut menderita DES berat, bagian basah kertas filter
negatif bila hasilnya >10 mm. Selanjutnya hasil penelitian akan diolah
jawaban yang masuk. Dalam pekerjaan ini yang perlu diperhatikan ialah
katagorinya.
G. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis yang dilakukan menganalisis tiap variabel dari hasil
yang diteliti.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara dua
(SPSS) versi 16 for Windows. Uji statistik yang digunakan dalam proses