Anda di halaman 1dari 14

PRAKTEK COMPOUNDING DAN DISPENSING

SWAMEDIKASI
(MATA KERING)

Dosen Pengampu:
Dr. Titik Sunarni, M.Si., Apt.
Carolina Eka Waty, Msc., Apt.

Oleh:
Agus Irawati (2020394331)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER XXXIX


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Swamedikasi merupakan langkah utama yang diambil oleh masyarakat untuk
meningkatkan tindakan pengobatan namun pada saat pelaksanaan swamedikasi dapat
menyebabkan kesalahan dalam pengobatan (medicationerror) kesalahan dalam
pengobatan dapat mempengaruhi rasionalitas penggunaan obat (Depkes, 2007).
Swamedikasi bertujuan untuk meningkatkan kesehatan diri, mengobati
penyakit ringan dan mengelola pengobatan rutin dari penyakit kronis setelah
melaluipemantauan dokter. Sedangkan fungsi dan peran swamedikasi lebih terfokus
padapenanganan terhadap gejala secara cepat dan efektif tanpa intervensi sebelumnya
oleh konsultan medis kecuali apoteker, sehingga dapat mengurangi beban kerja pada
kondisi terbatasnya sumber daya dan tenaga.
Swamedikasi (Self Medication) bagi sebagian masyarakat adalah melakukan
pengobatan mandiri, tanpa melalui dokter ketika sedang sakit. Biasanya swamedikasi
dilakukan untuk mengatasi gangguan kesehatan ringan mulai dari batuk, pilek,
demam, sakit kepala,dispepsia (sakit maag), gatal-gatal, nyeri otot hingga iritasi mata
ringan pada mata.
Sindroma mata kering (dry eye syndrome) pada populasi Asia lebih banyak
dibandingkan populasi kulit putih (Caucasian). Diperkirakan dari 5 miliyar penduduk
Amerika berumur diatas 50 tahun menderita dry eye syndrome dan 25% diantaranya
mengalami ketidaknormalan pada permukaan mata (Catania et al., 2011). Di beberapa
Negara di Asia seperti di Taiwan pada tahun 1999-2000 pasien mata kering sebesar
33,7% dari 2038 partisipan (Lin et al., 2003). Di Korea dari 1654 partisipan terdapat
33,2% penderita dry eye (Han et al, 2011). Di Jepang dari 3294 partisipan terdapat
21,6% pasien wanita dan 12,5% laki-laki (Uchino et al, 2011). Sedangkan di
Indonesia pada tahun 2001 tercatat jumlah pasien sindroma mata kering berumur <21
tahun sebesar 27,5%, 21-29 tahun 19,2%, dan ≥60 tahun sebanyak 30,0% dari
sejumlah 1.058 penderita (Lee et al., 2002). Dry eye syndrome (sindroma mata
kering) adalah penyakit multifaktorial dengan gejala berkurangnya cairan air mata
dan gangguan pada permukaan mata akibat perubahan permukaan epitel sehingga
menurunkan jumlah air mata dan sensitifitas permukaan mata dimana hal ini
menyebabkan reaksi inflamasi (Alkozi et al., 2013). Kondisi ini dapat menyebabkan
berkurangnya fungsi visual, perubahan jaringan secara kronis, kelainan struktur atau
fungsi dari kelopak mata, kelenjar penutup dan sekresinya, konjungtiva atau kornea.
Komplikasi dry eye adalah risiko terjadinya infeksi dan peradangan kronis sehingga
mengakibatkan penurunan penglihatan (Catania et al., 2011).
Faktor resiko dry eye syndrome meliputi usia lanjut, ras Asia, kehamilan,
beberapa penyakit seperti kekurangan vitamin A, infeksi hepatitis C, diabetes
mellitus, infeksi HIV, keratoplastik, isotretinoin, sarkoidosis, disfungsi ovarium,
penyakit pada jaringan ikat, diet asam lemak omega 3 dan omega 6, obat-obatan
seperti antihistamin, antidepresan trisiklik, penghambat serotonin secara selektif,
diuretik, β-bloker, antikolinergik, ankiolitis, antipsikosis, kontrasepsi oral, kemoterapi
sistemik, terpapar laser, terapi radiasi, transplantasi stem sel hematopoietik, merokok,
alkohol, dan lingkungan dengan kelembaban rendah (Chan et al., 2015). Faktor
resiko lainnya adalah Reumatoid Artritis, penyakit Grave’s dan ketidaknormalan
kelopak mata atau permukaan mata (Catania et al., 2011). Selain itu, dry eye
syndrome dapat diakibatkan oleh aktifitas visual seperti membaca, menggunakan
komputer, dan berkendara pada saat malam hari (Mahmood and Al-Swailem, 2014).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi sindrom mata kering ?
2. Apa saja faktor-faktor resiko sindrom mata kering ?
3. Bagaimana klasifikasi sindrom mata kering ?
4. Bagaimana mekanisme terjadinya sindrom mata kering ?
5. Bagaimana tatalaksana terapi nonfarmakologi sindrom mata kering ?
6. Bagaimana tatalaksana terapi farmakologi sindrom mata kering ?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi sindrom mata kering ?
2. Mengetahui faktor-faktor resiko sindrom mata kering ?
3. Mengetahui klasifikasi sindrom mata kering ?
4. Mengetahui mekanisme terjadinya sindrom mata kering ?
5. Mengetahui tatalaksana terapi nonfarmakologi sindrom mata kering ?
6. Mengetahui tatalaksana terapi farmakologi sindrom mata kering ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Dry eye syndrome (sindroma mata kering) juga biasa disebut
keratokonjungtivitis sicca atau sindroma disfungsi lapisan air mata didefinisikan oleh
National Eye Institute pada tahun 1995 merupakan sebuah gangguan lapisan air mata
akibat defisiensi air mata atau penguapan air mata yang berlebihan yang mana
kondisi tersebut menyebabkan kerusakan permukaan interpalpebral mata dan
berhubungan dengan gejala ketidaknyamanan mata. Sedangkan menurut
International Dry Eye Workshop pada tahun 2007 mendefinisikan dry eye syndrome
sebagai penyakit multifaktorial pada lapisan air mata dan permukaan mata dengan
gejala ketidaknyamanan, gangguan ketajaman mata, dan ketidakstabilan lapisan air
mata dengan kerusakan potensial pada permukaan mata. Kondisi tersebut disertai
dengan hiperosmolaritas pada lapisan air mata dan inflamasi pada permukaan mata
(Perry, 2008).
B. Faktor Resiko
Faktor-faktor yang dapat memicu terhadap resiko terjadinya dry eye baik pada
wanita maupun pria dan beberapa diantaranya tidak dapat dihindari adalah (Asyari
Fatma, 2007) :
a) Usia lanjut. Dry eye dialami oleh hampir semua penderita usia lanjut, 75% di atas
65 tahun baik laki maupun perempuan.
b) Hormonal yang lebih sering dialami oleh wanita seperti saat kehamilan,
menyusui, pemakaian obat kontrasepsi, dan menopause.
c) Beberapa penyakit seringkali dihubungkan dengan dry eye seperti: artritis
rematik, diabetes, kelainan tiroid, asma, lupus erythematosus, pemphigus,
Stevens-johnsons syndrome, Sjogren syndrome, scleroderma, polyarteritis
nodosa, sarcoidosis, Mickulick.s syndrome.
d) Obat-obatan dapat menurunkan produksi air mata seperti antidepresan,
dekongestan, antihistamin, antihipertensi, kontrasepsi oral, diuretik, obat-obat
tukak lambung, tranquilizers, beta bloker, antimuskarinik, anestesi umum.
e) Pemakai lensa kontak mata terutama lensa kontak lunak yang mengandung kadar
air tinggi akan menyerap air mata sehingga mata terasa perih, iritasi, nyeri,
menimbulkan rasa tidak nyaman/intoleransi saat menggunakan lensa kontak, dan
menimbulkan deposit protein.
f) Faktor lingkungan seperti, udara panas dan kering, asap, polusi udara, angin,
berada diruang ber-AC terus menerus akan meningkatkan evaporasi air mata.
g) Mata yang menatap secara terus menerus sehingga lupa berkedip seperti saat
membaca, menjahit, menatap monitor TV, komputer, ponsel.
h) Pasien yang telah menjalani operasi refraktif seperti Photorefractive keratectomy
(PRK), laser-assited in situ keratomileusis (LASIK) akan mengalami dry eye
untuk sementara waktu.
C. Klasifikasi
Berdasarkan National Eye Institute / Industry Workshop pada tahun 1995 dry
eye syndrome diklasifikasikan menjadi dua yaitu Aqueous Deficient Dry Eye (ADDE)
dan Evaporative Dry Eye (EDE). Pada ADDE terjadi gangguan fungsi lakrimal
sehingga mengakibatkan suatu pengurangan arus dan volume cairan mata. Pada
kondisi ini air mata memiliki komposisi tertentu sehingga menyebabkan terjadi
penguapan dengan cepat. Pada pasien dry eye syndrome hanya ditemukan 10% yang
mengalami ADDE, 35% mengalami EDE sedangkan sisanya adalah campuran atau
termasuk golongan yang tidak dikenali (Lemp et al., 2012).
D. Mekanisme Mata Kering

Mata yang sehat harus ditutupi oleh lapisan cairan. Lapisan terluar(lipid)
adalah asam lemak yang menghaluskan permukaan air mata dan memperlambat
penguapan dan lapisan tengah (lacrimal) yang tebal yang sebagian besar adalah air.
Lendir membentuk lapisan terdalam (niacin) yang memungkinkan air mata tersebar
merata dipermukaan mata. Mata kering terjadi ketika salah satu dari ketiga komponen
tersebut tidak seimbang.
E. Tatalaksana (Terapi Nonfarmakologi dan Farmakologi)
Pada kasus dry eye ringan pengobatan cukup dengan artificial tears pada
malam hari, kompres hangat dan massage kelopak mata jika disertai radang tepi
kelopak mata (bleparitis). Pada kasus berat (pasca Stevens Johnson.s syndrome,
trauma kimia/luka bakar) dapat dipertimbangkan pemakaiaan kontak lensa, serum
autologus, terapi hormonal, siklosporin, (Asyari Fatma, 2007).
a. Perawatan Lingkungan dan Gaya Hidup
Perawatan lingkungan meliputi edukasi untuk memodifikasi lingkungan dan
mengeliminasi efek pengobatan topikal atau sistemik (Coleman et al., 2013).
Penggunaan obat-obatan topikal atau sistemik seperti beta bloker, diuretik,
antihistamin, antikolinergik, dan psikotropika juga berpengaruh pada kondisi mata
kering. Obat-obatan tersebut dapat mengurangi produksi air mata sehingga
memperburuk kondisi mata kering (Caparas, 2015; Weisenthal et al., 2014).
Pada kasus berat digunakan goggles atau kacamata yang didesain khusus
untuk mempertahankan kelembaban permukaan mata dan juga berguna pada kondisi
lingkungan yang berangin (Caparas, 2015; Weisenthal et al., 2014).
b. Lainnya
Terapi yang lain yaitu dengan mengkompres menggunakan air hangat pada
kelopak mata, pemakaian kontak lensa, dan kacamata moisture chamber (Coleman et
al., 2013).
A. Rematik
1. Definisi
Rematik adalah keadaan dimana seseorang menderita rheumatism(encok),
arthritis(radang sendi) ada 3 jens arthritis yang palin sering diderita adalah
osteoarthritis, arthritis gout, dan rheumatoid arthritis yang menyebabkan
pembengkakan benolan pada sendi atau radang pada sendi secara serentak (utomo
2005)
Penyakit rematik meliputi cakupan luas dari penyakit yang dikarakteristikkan
oleh kecenderungan untuk mengefek tulang, sendi, dan jaringan lunak (Soumya
2011). Penyakit rematik dapat digolongkan kepada 2 bagian yang pertama diuraikan
sebagai penyakit jaringan ikat karena ia mengefek rangka pendukung tubuh dan
organ- organ internalnya.
2. Faktor resiko
Penyebab dari rematik antara lain adalah umur, Jenis kelamin, Genetik, suku,
kegemukan
3. Mekanisme rematik
Nyeri pada penyakit rematik terutama disebabkan oleh adanya inflamasi yang
mengakibatkan dilepasnya mediator- mediator kimia. Kinin dan mediator kimiawi
lainnya dapat merangsang timbulnya rasa nyeri. Prostaglandin berperan dalam
meningkatkan dan meperoanjang rasa nyeri yang disebabkan oleh suatu rangsangan.
4. Terapi non farmakologi
a. Diet
b. Mengurangi konsumsi kafein
c. Rutin berolahraga dan menjaga pola hidup sehat
d. Makan makanan yang seaht dan bergizi
B. Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140
mmHg dan diastole lebih besar dari 90 mmHg pada 2 kali pengukuran dengan selang
waktu 5menit dalam keadaan cukup istirahat(tenang). Hipertensi didefinisiskan ileh
JNC sebagai tekanan uang lebih tinggi dari 140 mmHg/90 mmHg. Hipertensi
merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi berbagai faktor resiko yang
dimiliki seseorang. Faktor pemicu hipertensi dibedakan menjadi yang tidak dapat
dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, perokok, pola konsumsi makanan
yang mengandung natrium dan lemak jenuh.
2. Terapi Non Farmakologi
1. Mengurangi konsumsi garam
2. Konsumsi leih banyak sayuran dan buah-buahan
3. Mengurangi merokok
4. Pengendalian berat badan
5. Olahraga eratur
6. Menjaga agar pikiran tetap rileks
BAB III
PENYELESAIN KASUS

KASUS
Seorang bapak umur 50 tahun pergi ke apotik dan ingin ketemu seorang apoteker.
Bapak tersebut mengeluh pada waktu membaca koran sering mata terasa kering
seakan kurang cairan. Tapi bapak tersebut juga menderita sakit rematik pada
punggung nya sakit dan mempunyai tensi 150. Bapak tersebut minta di beri obat yang
bisa dibeli tanpa resep dokter.

PENYELESAIAN (METODE ISBAR)


1. Identification: Pasien seorang bapak berumur 50 tahun
2. Simptom: Mata terasa kering saat membaca koran
3. Background: Pasien sedang menderita rematik dan hipertensi, sehingga saat ini
pasien mengkonsumsi obat hipertensi, namun belum mengkonsumsi obat rematik.
4. Assesment: Pasien mengalami mata kering akibat efek samping dari penggunaan
obat hipertensi dan efek dari rematik pasien.
5. Recomendation
Farmakologi :
a. Mata kering: Tetes mata Insto Dry Eye 7,5 mL
 Kandungan : Hidroksi propil metil selulosa 3 mg, Benzalkonium klorida
0,01%
 Indikasi : Mengatasi gejala mata kering, menyejukkan mata, dan
sebagai lubrikan mata.
 Dosis : 1 tetes mata pada mata yang sakit, 3 kali sehari.
 Efek samping : iritasi mata
Nonfarmakologi :
 Hindari berada di tempat yang panas
 Hindari berada di tempat yang kering
 Perbanyak konsumsi makanan yang kaya omega-3
b. Rematik: Hot in DCL 30 gram

 Kandungan : tiap 1 gram mengandung diclofenac diethylamine 11.6 mg


( setara dengan diclofenac sodium 10 mg)
 Indikasi : membantu meredakan nyeri sendi, sakit pinggan, rematik,
linu, dan kram
 Dosis : pada daerah yang sakit oleskan secukupnya 3 kali sehari
 Efek samping : hipersensitivitas, ruam, eksim
SIMULASI SWAMEDIKASI

A : Selamat pagi pak, ada yang bisa saya bantu ?


P : Selamat pagi mbak, saya mau beli obat untuk mengobati mata kering saya
A : Baik pak, silahkan duduk. Sebelumnya perkenalkan pak, nama saya Ira saya
apoteker di apotek ini. Bapak atas nama siapa ?
P : Saya Rangga mbak.
A : Kalau boleh tahu berapa umur bapak ?
P : Umur saya 50 tahun.
A : Baik pak. Boleh bapak ceritakan keluhan bapak.
P : Setiap baca koran, mata saya terasa kering mbak, seperti kurang cairan.
A : Apakah bapak sebelumnya pernah merasakan mata kering ini ?
P : Belum pernah mbak. Ini baru pertama kali.
A : Apakah bapak sudah konsultasi dulu ke dokter ?
P : Belum mbak, karena baru-baru ini saja saya mengalami mata kering.
A : Apakah saat ini bapak punya penyakit lain ?
P : Iya pak. Saat ini saya sedang sakit rematik di punggung dan hipertensi.
A : Apakah bapak sedang mengkonsumsi obat rematik dan hipertensi ?
P : Iya mbak. Untuk rematik saya belum minum obat dan minum propranolol untuk
hipertensi.
A : Baik pak. Apakah bapak punya alergi obat ?
P : Tidak ada mbak.
A : Baik pak. Kalau begitu sebentar saya ambilkan obatnya dulu.
P: iya mbak.
A : Berhubung bapak mengalami mata kering yang kemungkinan efek samping dari
obat hipertensi yang bapak konsumsi dan efek dari penyakit rematik bapak, maka
saya menyarankan untuk menggunakan obat tetes mata yang dapat melembabkan
dan membasahkan mata bapak. Ini ada dua pilihan obat yang saya sarankan pak.
Yang pertama tetes mata Insto Dry Eye 7,5 mL Harganya Rp. 13.500. Cara
pakainya diteteskan dimata yang kering 3 kali sehari, 1 tetes. Yang kedua tetes
mata Visine 6 mL. Cara pakainya diteteskan dimata yang kering 3 kali sehari, 1
tetes. Harganya Rp. 16.600. Efek samping kedua pilihan ini sama pak yaitu
kemungkinan sedikit perih saat di teteskan, dan iritasi. Jadi bagaimana pilihan
bapak ?
P : Berhubung saya dulu pernah menggunakan Insto Reguler untuk mengobati iritasi
mata merah, saya pilih yang Insto Dry Eye saja mbak.
A : Baik pak. Apakah bapak masih ingat cara pakai obat tetes mata ?
P : Masih mbakk, tinggal ditetesin aja to mbak biasanya saya pakai 2 tetes.
A : Begini bapak, boleh saya minta waktunya sebentar buat menjelaskan cara pakai
obat tetes mata yang baik dan benar?
P: oh iya mbak silahkan
A: jadi begini pak, pertama cuci tangan dulu, selanjutnya tengadahkan kepala, dan
tarik kelopak mata bawah kebawah. Dekatkan lubang penetes mata dengan
cekungan mata, jangan sampai tersentuh. Lalu teteskan obat 1 tetes ke dalam
cekungan, dan pejamkan mata salama ±1 menit. Jika keluhan mata kering bapak
sudah reda, maka penggunaan obat ini bisa dihentikan. Tetapi jika 2 hari setelah
ini bapak masih mengalami mata kering, saya sarankan untuk konsultasi ke
dokter.
P : Baik mbak, jadi begitu ya yang benar. Apakah obat ini bisa saya kasih ke orang
lain mbak ?
A : Tidak bisa pak. Obat ini hanya boleh dipakai oleh bapak saja, tidak boleh untuk
orang lain walaupun keluhannya sama. Obat ini hanya bisa digunakan selama 1
bulan, setelah itu harus dibuang.
Salain itu, untuk menunjang pengobatan mata kering bapak. Saya sarankan
untuk menghindari tempat yang panas dan perbanyak konsumsi makanan yang
mengandung Omega-3 pak.
P : Baik mbak.
A : Dan untuk mengatasi nyeri rematik bapak tadi yang belum terobati, saya
menyarankan untuk menggunakan Hotin DCL emulgel ini pak. Cara pakainya
dioleskan tipis- tipis pada daerah yang sakit 3 kali sehari pak.
P: Oh begitu mbak yasudah saya ambil yang ini juga.
A: Baik pak, sebelumnya apakah bapak sudah faham terkait dengan yang saya
informasikan tadi?
P : Sudah mbak.
A : Untuk lebih meyakinkan lagi, bisa minta tolong bapak ulangi lagi yang sudah
saya jelaskan ?
P : Baik mbak. Ini tetes mata Insto Dry Eye. Cara pakainya diteteskan dimata yang
kering 3 kali sehari, 1 tetes.. Untuk cara penggunaannya, pertama-tama cuci
tangan, Selanjutnya tengadahkan kepala, dan tarik kelopak mata bawah kebawah.
Dekatkan lubang penetes mata dengan cekungan mata, jangan sampai tersentuh.
Lalu teteskan obat 1 tetes ke dalam cekungan, dan pejamkan mata salama ±1
menit. Hottin DCL ntuk nyeri rematik saya ini cara pakainya dioleskan tipis-
tipis pada daerah yang sakit 3 kali sehari pak.
A : Baik, sudah tepat pak. Apakah ada yang mau ditanyakan lagi ?
P : Saya rasa sudah cukup mbak.
A : Baik, kalau begitu ini saya beri catatan terkait obat yang saya berikan. Dan ini
kartu nama saya pak, kalau ada yang mau ditanyakan bisa hubungi saya. Untuk
pembayaran obat nya silakan di kasir ya pak. Semoga lekas sembuh.
P : Baik mbak. Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai