SWAMEDIKASI
(MATA KERING)
Dosen Pengampu:
Dr. Titik Sunarni, M.Si., Apt.
Carolina Eka Waty, Msc., Apt.
Oleh:
Agus Irawati (2020394331)
A. Definisi
Dry eye syndrome (sindroma mata kering) juga biasa disebut
keratokonjungtivitis sicca atau sindroma disfungsi lapisan air mata didefinisikan oleh
National Eye Institute pada tahun 1995 merupakan sebuah gangguan lapisan air mata
akibat defisiensi air mata atau penguapan air mata yang berlebihan yang mana
kondisi tersebut menyebabkan kerusakan permukaan interpalpebral mata dan
berhubungan dengan gejala ketidaknyamanan mata. Sedangkan menurut
International Dry Eye Workshop pada tahun 2007 mendefinisikan dry eye syndrome
sebagai penyakit multifaktorial pada lapisan air mata dan permukaan mata dengan
gejala ketidaknyamanan, gangguan ketajaman mata, dan ketidakstabilan lapisan air
mata dengan kerusakan potensial pada permukaan mata. Kondisi tersebut disertai
dengan hiperosmolaritas pada lapisan air mata dan inflamasi pada permukaan mata
(Perry, 2008).
B. Faktor Resiko
Faktor-faktor yang dapat memicu terhadap resiko terjadinya dry eye baik pada
wanita maupun pria dan beberapa diantaranya tidak dapat dihindari adalah (Asyari
Fatma, 2007) :
a) Usia lanjut. Dry eye dialami oleh hampir semua penderita usia lanjut, 75% di atas
65 tahun baik laki maupun perempuan.
b) Hormonal yang lebih sering dialami oleh wanita seperti saat kehamilan,
menyusui, pemakaian obat kontrasepsi, dan menopause.
c) Beberapa penyakit seringkali dihubungkan dengan dry eye seperti: artritis
rematik, diabetes, kelainan tiroid, asma, lupus erythematosus, pemphigus,
Stevens-johnsons syndrome, Sjogren syndrome, scleroderma, polyarteritis
nodosa, sarcoidosis, Mickulick.s syndrome.
d) Obat-obatan dapat menurunkan produksi air mata seperti antidepresan,
dekongestan, antihistamin, antihipertensi, kontrasepsi oral, diuretik, obat-obat
tukak lambung, tranquilizers, beta bloker, antimuskarinik, anestesi umum.
e) Pemakai lensa kontak mata terutama lensa kontak lunak yang mengandung kadar
air tinggi akan menyerap air mata sehingga mata terasa perih, iritasi, nyeri,
menimbulkan rasa tidak nyaman/intoleransi saat menggunakan lensa kontak, dan
menimbulkan deposit protein.
f) Faktor lingkungan seperti, udara panas dan kering, asap, polusi udara, angin,
berada diruang ber-AC terus menerus akan meningkatkan evaporasi air mata.
g) Mata yang menatap secara terus menerus sehingga lupa berkedip seperti saat
membaca, menjahit, menatap monitor TV, komputer, ponsel.
h) Pasien yang telah menjalani operasi refraktif seperti Photorefractive keratectomy
(PRK), laser-assited in situ keratomileusis (LASIK) akan mengalami dry eye
untuk sementara waktu.
C. Klasifikasi
Berdasarkan National Eye Institute / Industry Workshop pada tahun 1995 dry
eye syndrome diklasifikasikan menjadi dua yaitu Aqueous Deficient Dry Eye (ADDE)
dan Evaporative Dry Eye (EDE). Pada ADDE terjadi gangguan fungsi lakrimal
sehingga mengakibatkan suatu pengurangan arus dan volume cairan mata. Pada
kondisi ini air mata memiliki komposisi tertentu sehingga menyebabkan terjadi
penguapan dengan cepat. Pada pasien dry eye syndrome hanya ditemukan 10% yang
mengalami ADDE, 35% mengalami EDE sedangkan sisanya adalah campuran atau
termasuk golongan yang tidak dikenali (Lemp et al., 2012).
D. Mekanisme Mata Kering
Mata yang sehat harus ditutupi oleh lapisan cairan. Lapisan terluar(lipid)
adalah asam lemak yang menghaluskan permukaan air mata dan memperlambat
penguapan dan lapisan tengah (lacrimal) yang tebal yang sebagian besar adalah air.
Lendir membentuk lapisan terdalam (niacin) yang memungkinkan air mata tersebar
merata dipermukaan mata. Mata kering terjadi ketika salah satu dari ketiga komponen
tersebut tidak seimbang.
E. Tatalaksana (Terapi Nonfarmakologi dan Farmakologi)
Pada kasus dry eye ringan pengobatan cukup dengan artificial tears pada
malam hari, kompres hangat dan massage kelopak mata jika disertai radang tepi
kelopak mata (bleparitis). Pada kasus berat (pasca Stevens Johnson.s syndrome,
trauma kimia/luka bakar) dapat dipertimbangkan pemakaiaan kontak lensa, serum
autologus, terapi hormonal, siklosporin, (Asyari Fatma, 2007).
a. Perawatan Lingkungan dan Gaya Hidup
Perawatan lingkungan meliputi edukasi untuk memodifikasi lingkungan dan
mengeliminasi efek pengobatan topikal atau sistemik (Coleman et al., 2013).
Penggunaan obat-obatan topikal atau sistemik seperti beta bloker, diuretik,
antihistamin, antikolinergik, dan psikotropika juga berpengaruh pada kondisi mata
kering. Obat-obatan tersebut dapat mengurangi produksi air mata sehingga
memperburuk kondisi mata kering (Caparas, 2015; Weisenthal et al., 2014).
Pada kasus berat digunakan goggles atau kacamata yang didesain khusus
untuk mempertahankan kelembaban permukaan mata dan juga berguna pada kondisi
lingkungan yang berangin (Caparas, 2015; Weisenthal et al., 2014).
b. Lainnya
Terapi yang lain yaitu dengan mengkompres menggunakan air hangat pada
kelopak mata, pemakaian kontak lensa, dan kacamata moisture chamber (Coleman et
al., 2013).
A. Rematik
1. Definisi
Rematik adalah keadaan dimana seseorang menderita rheumatism(encok),
arthritis(radang sendi) ada 3 jens arthritis yang palin sering diderita adalah
osteoarthritis, arthritis gout, dan rheumatoid arthritis yang menyebabkan
pembengkakan benolan pada sendi atau radang pada sendi secara serentak (utomo
2005)
Penyakit rematik meliputi cakupan luas dari penyakit yang dikarakteristikkan
oleh kecenderungan untuk mengefek tulang, sendi, dan jaringan lunak (Soumya
2011). Penyakit rematik dapat digolongkan kepada 2 bagian yang pertama diuraikan
sebagai penyakit jaringan ikat karena ia mengefek rangka pendukung tubuh dan
organ- organ internalnya.
2. Faktor resiko
Penyebab dari rematik antara lain adalah umur, Jenis kelamin, Genetik, suku,
kegemukan
3. Mekanisme rematik
Nyeri pada penyakit rematik terutama disebabkan oleh adanya inflamasi yang
mengakibatkan dilepasnya mediator- mediator kimia. Kinin dan mediator kimiawi
lainnya dapat merangsang timbulnya rasa nyeri. Prostaglandin berperan dalam
meningkatkan dan meperoanjang rasa nyeri yang disebabkan oleh suatu rangsangan.
4. Terapi non farmakologi
a. Diet
b. Mengurangi konsumsi kafein
c. Rutin berolahraga dan menjaga pola hidup sehat
d. Makan makanan yang seaht dan bergizi
B. Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140
mmHg dan diastole lebih besar dari 90 mmHg pada 2 kali pengukuran dengan selang
waktu 5menit dalam keadaan cukup istirahat(tenang). Hipertensi didefinisiskan ileh
JNC sebagai tekanan uang lebih tinggi dari 140 mmHg/90 mmHg. Hipertensi
merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi berbagai faktor resiko yang
dimiliki seseorang. Faktor pemicu hipertensi dibedakan menjadi yang tidak dapat
dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, perokok, pola konsumsi makanan
yang mengandung natrium dan lemak jenuh.
2. Terapi Non Farmakologi
1. Mengurangi konsumsi garam
2. Konsumsi leih banyak sayuran dan buah-buahan
3. Mengurangi merokok
4. Pengendalian berat badan
5. Olahraga eratur
6. Menjaga agar pikiran tetap rileks
BAB III
PENYELESAIN KASUS
KASUS
Seorang bapak umur 50 tahun pergi ke apotik dan ingin ketemu seorang apoteker.
Bapak tersebut mengeluh pada waktu membaca koran sering mata terasa kering
seakan kurang cairan. Tapi bapak tersebut juga menderita sakit rematik pada
punggung nya sakit dan mempunyai tensi 150. Bapak tersebut minta di beri obat yang
bisa dibeli tanpa resep dokter.