Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS

DRY EYE

Oleh:
IMade Bagus Surya Maha PS (1871121049)
Pande Putu Bagus Mahendra Yasa (1871121032)
Cok Wahyu Ari Saputra (1871121065)
Ni Putu Intan Hapsari (1871121014)

Pembimbing:

Pembimbing : dr. Ni Luh Murniati, Sp.M

DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN/SMF MATA RSUD SANJIWANI GIANYAR
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WARMADEWA
2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Sindrom mata kering adalah suatu gangguan pada permukaan mata yang
ditandai dengan ketidakstabilan produksi dan fungsi dari lapisan air mata.
Angka kejadian Sindroma Mata Kering ini lebih banyak pada wanita dan
cenderung meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Banyak diantara
penyebab sindrom mata kering mempengaruhi lebih dari satu komponen
film air mata atau berakibat perubahan permukaan mata yang secara
sekunder menyebabkan film air mata menjadi tidak stabil. Ciri
histopatologik termasuk timbulnya bintik-bintik kering pada kornea dan
epitel konjungtiva, pembentukan filamen, hilangnya sel goblet
konjungtiva, pembesaran abnormal sel epitel non-goblet, peningkatan
stratifikasi sel, dan penamhaban keratinasi. 1

Pasien dengan mata kering paling sering mengeluh tentang sensasi


gatal atau berpasir (benda asing). Gejala umum lainnya adalah gatal,
sekresi mukus berlebihan, tidak mampu menghasilkan air mata, sensasi
terbakar, fotosensitivitas, merah, sakit, dan sulit menggerakkan palpebra. 2

Pada sebagian besar kasus, tanda klinis pada pemeriksaan mata ditemukan
dalam batas normal. Tanda klinis yang paling khas pada pemeriksaan
slitlamp adalah terputus atau tiadanya meniskus air mata di tepian palpebra
inferior. Benang-benang mukus kental kekuning-kuningan dan kadang-
kadang terlihat dalam fornix conjungtiva inferior. Pada konjungtiva bulbi
tidak tampak kilauan yang normal dan mungkin menebal, edema dan
hiperemik. 2,3

Mata kering merupakan salah satu gangguan yang sering pada


mata, persentase insidenisanya sekitar 10-30% dari populasi, terutama
pada orang yang usianya lebih dari 40 tahun dan 90% terjadi pada wanita.
Frekuensi insidensia sindrom mata kering lebih banyak terjadi pada ras
Hispanik dan Asia dibandingkan dengan ras kaukasius. 4

Berdasarkan latarbelakang diatas, mata kering memiliki angka

2
insidensi yang tinggi dan semakin meningkat dengan pertambahan usia.
Ditambah lagi gejala yang timbul mengakibatkan ketidaknyamanan yang
dialami oleh pasien. Berdasarkan hal tersebut maka kami ingin membahas
lebih lanjut lagi mengenai katarak juvenil dari definisi hingga prognosis
melalui laporan kasus ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah-
masalah sebagai berikut:

1.2.1. Apakah definisi mata kering?

1.2.2. Bagaimana epidemiologi dari mata kering?

1.2.3. Apa saja faktor risiko pada mata kering?

1.2.4. Bagaimanakah klasifikasi mata kering?

1.2.5. Bagaimanakah mekanisme terjadinya mata kering?

1.2.6. Bagaimanakah manifestasi klinis mata kering?

1.2.7. Bagaimanakah cara diagnosis mata kering?

1.2.8. Bagaimanakah penatalaksanaan mata kering?

1.2.9. Bagaimanakah komplikasi mata kering?

1.2.10. Bagaimanakah prognosis mata kering?

1.3 Tujuan

1.3.1. Untuk mengetahui definisi mata kering

1.3.2. Untuk mengetahui epidemiologi dari mata kering

1.3.3. Untuk mengetahui faktor risiko pada mata kering

1.3.4. Untuk mengetahui klasifikasi mata kering

1.3.5. Untuk mengetahui mekanisme terjadinya mata kering

1.3.6. Untuk mengetahui manifestasi klinis mata kering

1.3.7. Untuk mengetahui diagnosis mata kering

3
1.3.8. Untuk mengetahui penatalaksanaan mata kering
1.3.9. Untuk mengetahui komplikasi mata kering
1.3.10. Untuk mengetahui prognosis mata kering
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dalam laporan ini adalah sebagai berikut:

1.4.1. Sebagai referensi untuk laporan-laporan selanjutnya mengenai mata


kering

1.4.2. Menambah ilmu pengetahuan pembaca mengenai mata kering

4
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

1. Definisi

Sindrom mata kering atau dry eye adalah penyakit multifaktorial dari air mata
dan permukaan okuler yang mengakibatkan gejala ketidaknyamanan,
gangguan visual, dan ketidakstabilan film air mata dengan potensi kerusakan
pada permukaan mata. Penyakit ini disertai dengan peningkatan osmolaritas
air mata dan peradangan permukaan okuler. 5

2.2 Epidemiologi
Laporan angka kejadian penyakit mata kering masih bervariasi karena definisi
dan kriteria diagnosis untuk penelitian masih beragam. Berdasarkan data
2

DEWS 2007, 5-30% penduduk usia di atas 50 tahun menderita mata kering. 5

Penelitian Women’s Health Study dan Physician’s Health Study melaporkan


angka kejadian mata kering pada perempuan lebih tinggi (3,2 juta)
dibandingkan dengan lakilaki (1,6 juta) usia di atas 50 tahun. Penyakit mata
5

kering terjadi akibat penurunan produksi aqueous atau peningkatan evaporasi


air mata, paling sering disebabkan oleh evaporasi air mata akibat disfungsi
kelenjar meibomian. 3

2.3 Faktor risiko


Faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya dry eye: 6

1. Usia lanjut. Dry eye dialami oleh hampir semua penderita usia lanjut, 75% di
atas 65 tahun baik laki maupun perempuan.
2. Hormonal yang lebih sering dialami oleh wanita seperti saat kehamilan,
menyusui, pemakaian obat kontrasepsi, dan menopause.
3. Beberapa penyakit seringkali dihubungkan dengan dry eye seperti: artritis
rematik, diabetes, kelainan tiroid, asma, lupus erythematosus, pemphigus,
Stevens-johnsons syndrome, Sjogren syndrome, scleroderma, polyarteritis
nodosa, sarcoidosis, Mickulick.s syndrome.
4. Obat-obatan dapat menurunkan produksi air mata seperti antidepresan,

5
dekongestan, antihistamin, antihipertensi, kontrasepsi oral, diuretik, obat-
obat tukak lambung, tranquilizers, beta bloker, antimuskarinik, anestesi
umum.
5. Pemakai lensa kontak mata terutama lensa kontak lunak yang mengandung
kadar air tinggi akan menyerap air mata sehingga mata terasa perih,
iritasi, nyeri, menimbulkan rasa tidak nyaman/intoleransi saat
menggunakan lensa kontak, dan menimbulkan deposit protein.
6. Faktor lingkungan seperti, udara panas dan kering, asap, polusi udara, angin,
berada diruang ber-AC terus menerus akan meningkatkan evaporasi air
mata.
7. Mata yang menatap secara terus menerus sehingga lupa berkedip seperti saat
membaca, menjahit, menatap monitor TV, komputer, ponsel
8. Pasien yang telah menjalani operasi refraktif seperti Photorefractive
keratectomy (PRK), laser-assited in situ keratomileusis (LASIK) akan
mengalami dry eye untuk sementara waktu.

2.4 Klasifikasi  

Mata kering dapat terjadi sendiri atau bersamaan dengan kelainan lain.

6
Berdasarkan etiopatologi, mata kering dikelompokkan menjadi dua, yaitu mata
kering defisiensi aqueous (ADDE) dan mata kering evaporasi (EDE): 5

1. Mata Kering Defisiensi Aqueous (MKDA) 5

Disebabkan oleh kegagalan sekresi air mata lakrimal akibat disfungsi


kelenjar lakrimal asinar atau penurunan volume sekresi air mata. Keadaan
ini menyebabkan hiperosmolaritas karena evaporasi tetap berlangsung
normal.
2. Mata Kering Evaporasi (MKE) 5

MKE terjadi akibat kehilangan air mata di permukaan mata, sedangkan


kelenjar lakrimasi berfungsi normal. Keadaan ini dapat dipengaruhi oleh
faktor intrinsik (struktur kelopak mata) dan ekstrinsik (penyakit
permukaan mata atau pengaruh obat topikal), keterkaitan kedua faktor
masih sulit dibedakan.

2.5 Mekanisme Mata Kering


Mekanisme inti mata kering diyakini dikarenakan hiperosmolaritas air mata
dan ketidakstabilan film air mata. Hiperosmolaritas air mata menyebabkan
kerusakan pada epitel permukaan dengan mengaktifkan kaskade kejadian
inflamasi pada permukaan mata dan pelepasan mediator inflamasi ke dalam
air mata. Kerusakan epitel melibatkan kematian sel oleh apoptosis, hilangnya
sel goblet, dan gangguan musin yang mngakibatkan ketidakstabilan film.
Ketidakstabilan ini memperparah hiperosmolaritas permukaan mata dan dapat
juga diprakarsai oleh beberapa etiologi, termasuk obat-obatan xerosis,
xeroftalmia, alergi mata, penggunaan pengawet topikal, dan memakai lensa
kontak. Cedera epitel yang disebabkan oleh mata kering merangsang ujung
saraf kornea, menyebabkan gejala ketidaknyamanan dan peningkatan
berkedip. 7

2.6 Manifestasi Klinis

7
Gejala utama mata kering adalah kering dan rasa berpasir pada mata. Gejala
tambahan seperti rasa panas atau gatal, sensasi benda asing, air mata
berlebihan, nyeri dan mata kemerahan, dan fotofobia. Dapat diikuti dengan
gangguan penglihatan dan memburuk saat kelembapan rendah dan suhu
tinggi. 2

2.7 Diagnosis
Diagnosis penyakit mata kering dapat ditegakkan dengan kombinasi gejala
dan penurunan hasil tear film breakup time (TBUT). Informasi gejala,
7

riwayat tindakan operasi mata, penggunaan obat topikal atau sistemik, dan
penyakit penyerta (blefaritis atau alergi). Beberapa kuesioner yang bisa
2

digunakan antara lain Ocular Surface Disease Index (OSDI), Impact of Dry
Eye on Everyday Life (IDEEL), McMonnies, dan Womens’s Health Study
Questionnaire.6 OSDI merupakan kuesioner yang paling sering digunakan
untuk diagnosis penyakit mata kering jika nilainya di atas 30.7Urutan
pemeriksaan mata kering antara lain: 5

1. Riwayat pasien dengan kuesioner


2. Tear film break-up time dengan fluoresein
Tear film breakup time (TBUT) merupakan waktu yang dibutuhkan oleh
tear film untuk pecah mengikuti kedipan mata. Pemeriksaan kuantitatif ini
berguna untuk menilai kestabilan tear film, dan waktu normal TBUT
adalah 15-20 detik, sedangkan pada mata kering nilai TBUT adalah 5-10
detik. 8

3. Pewarnaan permukaan mata menggunakan fluoresein atau lissamine green


Pewarnaan permukaan mata menggunakan fluoresein lebih digunakan
untuk menilai derajat keparahan epitel kornea dan dinilai menggunakan
skema Oxford, nilai ≥3 menunjukkan indikasi penyakit mata kering yang
berat. Pewarnaan hijau lissamin untuk menilai konjungtiva.
9 5

4. Tes Schirmer I dengan atau tanpa anestesi/ tes Schirmer II dengan stimulasi
nasal
Tes Schirmer I untuk menilai produksi air mata oleh kelenjar lakrimal

8
selama 5 menit. Kertas filter fluoresein diletakkan pada cul-de-sac kelopak
mata bawah dan mata pasien tertutup selama 5 menit kemudian dinilai
panjang kertas yang basah, ambang batas diagnostik adalah kurang dari 5
mm dalam 5 menit. 2,5

5. Pemeriksaan kelopak mata dan kelenjar meibomian.


Pemeriksaan tepi kelopak mata dapat mengetahui inflamasi atau disfungsi
kelenjar meibomian yang berkaitan dengan EDE.2 Meniskus air mata
kurang dari 0,2 mm dan hasil tes Schirmer I yang tidak normal dapat
digunakan sebagai indikator ADDE.5 Pada EDE, biasanya ditemukan
kelopak mata yang tidak normal atau disfungsi kelenjar meibomian dan
TBUT rendah. Gangguan permukaan mata dan peningkatan osmolaritas
tear film dapat ditemukan pada keadaan ADDE dan EDE. 5

2.8 Tatalaksana
Kategori terapi dry eye syndrome berdasarkan International Dry Eye
Workshop (Coleman et al., 2013)

Macam Terapi Perlakuan


Lingkungan/ • Edukasi dan modifikasi lingkungan
Eksogen • Mengeliminasi efek pengobatan topical atau sistemik
Pengobatan • Air mata buatan (artificial tears), gel/salep
topical • Antiinflamasi (siklosporin dan kortikosteroid topical)
• Agen mukolitik
• Serum autologus
Pengobatan • Asam lemak omega 3
sistemik • Tetrasiklin ( untuk disfungsi kelenjar Meibomian)
• Antiinflamasi sistemik
• Secretagogues
Pembedahan • Pemasangan sumbat punctum
• Penjahitan segitiga kelopak mata (tarsorafi)
• Perbaikan posisi kelopak mata
Lainnya • Terapi pada kelopak mata (kompres air hangat)
• Kontak lensa
• Kacamata moisture chamber

9
2.9 Komplikasi
Kondisi sindroma mata kering mengakibatkan ketidaknyamanan sangat
menggangu. Pada kasus lanjut, dapat timbul ulkus kornea, penipisan kornea,
dan perforasi. Kadang-kadang terjadi infeksi bakteri sekunder, dan berakibat
parut dan vaskularisasi pada kornea, yang sangat menurunkan penglihatan. 1,6

2.10 Prognosis
Secara umum, prognosis untuk ketajaman visual pada pasien dengan
sindrom mata kering baik. 1

10
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : INS
Umur : 53 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Blahbatuh, Gianyar
Pekerjaan : Buruh
Agama : Hindu
Suku Bangsa : Bali, Indonesia
No. CM : 328437

3.2 Anamnesis

a) Keluhan Utama :
Panas pada mata kanan dan kiri
b) Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poliklinik Penyakit Mata RSUD Sanjiwani Gianyar
dengan keluhan mata panas dan kering sejak 4 hari yang lalu. Panas dan
kering dirasakan pada kedua mata pasien. Selain itu, pasien juga mengeluh
nyeri, gatal dan merasa seperti ada pasir pada kedua mata. Untuk
mengurangi keluhan pasien sering membilas mata menggunakan air
dingin. Keluhan seperti mata berair, mata kabur, sakit kepala disangkal
pasien.
c) Riwayat Penyakit Terdahulu :
Pasien mengatakan baru pertama kali mengeluh seperti ini. Riwayat
menglami kelainan mata saat kecil tidak diketahui pasien. Riwayat
penyakit hipertensi, diabetes militus dan penyakit kronis lainnya disangkal

11
oleh pasien. Riwayat alergi makanan dan obat-obatan juga disangkal oleh
pasien.

d) Riwayat Sosial :
Pasien sehari harinya merupakan seorang buruh, tinggal bersama istri,
anak, aktivitas sehari-hari lebih banyak diluar ruangan. Lingkungan rumah
pasien dikatakan cukup bersih. Pasien mengkonsumsi air minum kemasan.
Riwayat mengkonsumsi minum minuman beralkohol dan merokok
disangkal oleh pasien.

3.3 Pemeriksaan Oftalmologi

OCULI DEXTRA (OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA (OS)


6/7,5 Visus 6/6
Tidak dilakukan Pinhole Tidak dilakukan
Gerak bola mata normal,
Gerak bola mata normal,
enoftalmus (-),
Bulbus Okuli enoftalmus (-),
eksoftalmus(-),strabismus
eksoftalmus(-),strabismus (-)
(-)
Edema (-), nyeri tekan (-), Edema (-), nyeri tekan (-),
hiperemis (-) kelopak mata Palpebra hiperemis (-) kelopak mata
atas dan bawah atas dan bawah
Edema (-), infiltrat (-), Edema (-), infiltrat (-),
hiperemis (CVI/PCVI -/-), Konjungtiva hiperemis (CVI/PCVI -/-),
bleeding (-), Pterigium (+) bleeding (-)
Putih Sklera Putih
Bulat, edema (-), ulkus (-), Bulat, edema (-), ulkus (-),
infiltrat (-), corpal (-) infiltrat (-), sikatriks (-),
Kornea
sikatriks (-), sensibilitas sensibilitas normal, Arkus
normal, Arkus Sinilis (+) Sinilis (+)
Camera Oculi
Jernih, dalam Jernih, dalam
Anterior(COA)
Bulat, reguler, warna Iris Bulat, reguler, warna coklat,

12
coklat, edema (-) edema (-)
Bulat, diameter ± 2mm, Bulat, diameter ± 2mm,
letak sentral, refleks pupil letak sentral, refleks pupil
Pupil
langsung (+), refleks pupil langsung (+), refleks pupil
tak langsung (+) tak langsung (+)
Jernih Lensa Jernih
Normal Lapang pandang Normal
Tidak dievaluasi TIO Tidak dievaluasi

Keadaan mata pasien saat diperiksa :

3.4 Diagnosa Banding

ODS Konjungtivitis

3.5 Diagnosa Kerja

ODS Dry Eyes

3.6 Penanganan

- Sanbe Tears ed 6x1 ODS

- Asam Mafenamat Tab 3x1

- Neurodex Tab 1x1

3.7 Prognosis

Dubia ad bonam

13
BAB IV
ANALISA KASUS

Diagnosa Dry Eye pada kasus ini berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik.
Dari anamnesa pada pasien didapatkan penderita berusia 53 tahun. Pasien datang
dengan keluhan mata panas dan kering sejak 4 hari yang lalu. Panas dan kering
dirasakan pada kedua mata pasien. Selain itu, pasien juga mengeluh nyeri, gatal
dan merasa seperti ada pasir pada kedua mata. Hal ini sesuai dengan kepustakaan
dimana keluhan yang umumnya didapat yaitu mata terasa panas, gatal dan
berpasir.

Dari faktor usia, pasien 53 tahun juga mendukung diagnosa dimana dry eye
merupakan penyakit yang banyak dialami pada penderita usia lanjut

Pasien mengeluhkan rasa panas, gatal, dan berpasir pada kedua mata.
Keluhan ini merupakan keluhan utama dari dry eye. Gejala tambahan juga dapat
diikuti dengan gangguan pengelihatan dan memburuk saat kelembapan rendah dan
suhu tinggi.

Pengobatan pada kasus ini dapat diberikan pengobatan topikal. Pengobatan


topical yang dapat diberikan adalah air mata buatan (artificial tears). Hal ini
diberikan untuk membasahi mata yang kering. Pada pasien diberikan sanbe tears
sehingga sudah sesuai dengan pustaka, serta pasien juga diberikan Asam
Mafenamat dan Neurodex untuk mengurangi keluhan nyeri pada kedua mata
pasien.

14
BAB V
KESIMPULAN

Dry eye adalah suatu gangguan pada permukaan mata yang ditandai dengan
ketidakstabilan produksi dan fungsi dari lapisan air mata. Penyakit ini cenderung
meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Gejala umum yang timbul pada pasien
dry eye adalah sensai gatal dan dan berpasir. Ada beberapa terapi pada pasien dry
eye yaitu, pengobatan topikal, pengobatan sistemik, dan pembedahan. Dry eye
yang didiagnosis dan ditangani dengan tepat akan memberikan prognosis yang
mengarah ke baik.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan D.G. Oftalmologi Umum. Jakarta: Widya Medika, 2000: 91-98


2. Phadatare SP, Momin M, Nighojkar P, Askarkar S, Singh KK. A
comprehensive review on dry eye disease: Diagnosis, medical
management, recent developments, and future challenges. Advances in
Pharmaceutics 2015;1-13.
3. Stapleton F, Garrett Q, Chan C, Craig JP. The epidemiology of dry eye
disease. In: Chan C, editor. Dry eye: A practical approach, essentials in
ophthalmology. Berlin: Springer-Verlag; 2015.
4. Moss S, Klein R, Klein B. Prevalence and risk factors for dry eye syndrome.
American medical association, 2000
5. Tear Film & Ocular Surface Society. 2007 Report of the international dry eye
syndrome. Ocular Surface 2007;5(2):59-200.
6. Asyari Fatma. 2007. Dry Eye Syndrome (Sindroma Mata Kering). Volume 20
Number 4. Indonesia. Dexa Media. p. 162 - 166
7. Messmer EM. The pathophysiology, diagnosis and treatment of dry eye
disease. Dtsch Arztebl Int. 2015;112:71-82
8. Tsubota K, Yokoi N, Shimazaki J, Watanabe H, Dogru M, Yamada M, et al.
New perspectives on dry eye definition and diagnosis: A consensus report
by the Asia dry eye society. The Ocular Surface 2017;15(1):65-76
9. Baudouin C, Aragona P, Setten GV, Rolando M, Irkeç M, Benítez del Castillo
J, et al. Diagnosing the severity of dry eye: A clear and practical
algorithm. Br J Ophthalmol. 2014;98(9):1168-76. doi:
10.1136/bjophthalmol-2013-304619.
Coleman Anne L., Emptage Nicholas P., Collins Nancy, Mizuiri Doris, Ravetto
Jessica, Lum Flora C. 2013. Dry Eye Syndrome. USA. American Academy of
Ophthalmology. p. 4 – 30

16

Anda mungkin juga menyukai