Anda di halaman 1dari 11

Laporan kasus

FILAMENTARY KERATITIS

Oleh :
Nurul Ayu Pratiwi
1608437641

Pembimbing :
dr. Bagus Sidharto, SpM

Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Mata


Fakultas Kedokteran Universitas Riau
RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru
2018

BAB I
PENDAHULUAN

1
Keratitis merupakan suatu proses peradangan kornea yang dapat bersifat
akut maupun kronis yang disebabkan oleh berbagai faktor antara lain bakteri,
jamur, virus atau karena alergi-imunologi. Keratitis dapat dibagi menjadi beberapa
golongan berdasarkan kedalaman lesi pada kornea (tempatnya), penyebab dan
bentuk klinisnya.1,2
Filamentary keratitis (FK) merupakan gangguan kronik pada kornea yang
ditandai dengan adanya filamen-filamen yang melekat pada kornea. Filamen dapat
berupa helix berukuran kecil, ditemukan pada anterior permukaan dalam ukuran
yang berbeda-beda dengan ukuran terkecil 0,5 mm dan terbesar 10 mm.3,4
World Health Organization(WHO) belum menpunyai data pasti tentang
insiden FK didunia, namun data dari Hangzhou Hospital di China tahun 2012–
2015 tercatat FK banyak terjadi pada usia 26–50 tahun, dan faktor penyebab
terbanyak yaitu dry eye, faktor autoimun, dan keratitis virus.5
Gejala umum FK yang sering dikeluhkan berupa adanya sensasi benda
asing, mata merah, epiphora, blepharospasme, photopobia, jika FK tidak ditangani
dengan benar maka penyakit ini akan berkembang menjadi suatu ulkus yang dapat
merusak kornea secara permanen sehingga akan menyebabkan gangguan
penglihatan bahkan dapat sampai menyebabkan kebutaan sehingga pengobatan
keratitis haruslah cepat dan tepat agar tidak menimbulkan komplikasi yang
merugikan di masa yang akan datang terutama pada pasien yang masih muda.4,6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Filamentary keratitis (FK) merupakan gangguan kronik pada kornea yang
ditandai dengan adanya filamen-filamen yang melekat pada kornea. Filamen dapat
berupa helix berukuran kecil, ditemukan pada anterior permukaan dalam ukuran
yang berbeda-beda dengan ukuran terkecil 0,5 mm dan terbesar 10 mm.3,4

2
2.2 Etiologi dan faktor risiko
Filamentary keratitis sering dikaitkan dengan keratokonjungtivitis sicca
dan atau sindrom Sjogren, sindrom erosi berulang serta keratitis epitelial dari
berbagai etiologi. Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa perubahan rasio
mucus ke aquoeous dapat memperngaruhipembentukan filamen. 4
Filamentary keratitis sering disebabkan pada kondisi berikut sebagai
faktor resiko.4
1. Trauma okuli/ pembedahan
- Abrasi/ erosi
- Penggunaan kontak lensa dalam jangka panjang
- Ekstraksi katarak
- Penetrasi keratoplasty
2. Opthalmic disorder
- Keratokonjungtivitis sica
- Superior limbic keratitis
- Neurotrophic keratopathy
- Prolonged patching
- Ptosis
- Aniridia
- Ocular albinism
3. Gangguan sistemik
- Sarcoid
- Diabetes mellitus
- Hereditery hemorrhagic telangiectasia
- Ectodermal dysplasia
- Psoriasis
- Atopic dermatitis
- Brain stem injury
4. Efek samping obat
Dipenhydramine hydrochloride

2.3 Epidemiologi
World Health Organization(WHO) belum menpunyai data pasti tentang
insiden FK didunia, namun data dari Hangzhou Hospital di China tahun 2012–
2015 tercatat FK banyak terjadi pada usia 26–50 tahun, dan faktor penyebab
terbanyak yaitu dry eye, faktor autoimun, dan keratitis virus.5

2.4 Patofisiologi
Filamentary keratitis sering terjadi peningkatan mucus pada tear film
hingga ke aqueous rasio. Hal ini biasanya disebabkan karena menurunnya

3
produksi air mata, tetapi mungkin juga karena peningkatan produksi atau
akumulasi komponen musin. Perubahan pada tear film ini menjadi tempat
terbentuknya mucoid filamen. Defek yang kecil pada epitel kornea akan menjadi
tempat menempelnya filamen. Filamen yang kecil dan lebih panjang akan
menyebabkan iritasi dan ketidaknyamanan.4,7

Gambar 2.1 Pathophysiology of filament formation.


Dikutip dari: Davidson RS, Mannis MJ.4

2.5 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, gejala klinik dan hasil
pemeriksaan mata.3,4,8
1. Anamnesis
Dari hasil anamnesis sering diungkapkan sensasi benda asing, mata
merah, epiphora, blepharospasm, photopobia, penglihatan yang sedikit
kabur, dan nyeri. Penderita akan merasa gejala berkurang apabila menutup
mata.

4
2. Pemeriksaan fisik :
a. Pemeriksaan slit lamp
- Ditemukan filamen yang melekat pada permukaan kornea. Ukuran
filamen dapat bervariasi dari 0,5–10mm
- Epitel tampak keruh berwarna abu-abu.

Gambar 2.2 Filamentary keratitis


Dikutip dari: Chen S, Ruan Y, Jin X 4
Keterangan Gambar 2.2:
A. Filamen dizona interpalpebral et causa dry eye
B. Filamen di daerah limbus kornea et causa keratitis virus.

b. Pemeriksaan tajam penglihatan


Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan untuk mengetahui fungsi
penglihatan setiap mata secara terpisah. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan
menggunakan kartu Snellen maupun secara manual yaitu menggunakan jari
tangan.
c. Uji dry eye
Pemeriksaan mata kering (dry eye) termasuk penilaian terhadap lapis film
air mata (tear film), danau air mata ( teak lake ), dilakukan uji break up time
tujuannya yaitu untuk melihat fungsi fisiologik film air mata yang melindungi
kornea. Penilaiannya dalam keadaan normal film air mata mempunyai waktu
pembasahan kornea lebih dari 25 detik. Pembasahan kornea kurang dari 15 detik
menunjukkan film air mata tidak stabil.
d. Pemeriksaan penunjang
Tidak ada indikasi spesifik untuk dilakukan pemeriksaan penunjang pada
FK, tapi apabila ducurigai penyebabnya penyakit sistemik yang belum
terdiagnosa seperti Sjogren’s syndrome, ini bisa dijadikan sebagai indikasi.

2.6 Tatalaksana

5
Tatalaksana FK sesuai dengan etiologi yang mendasarinya. Filamentary
keratitis merupakan kondisi kronik sehingga pengobatan berlangsung lama. Terapi
harus diberikan untuk menghindari komplikasi dan melindungi kornea.4,8
a) Farmakoterapi
Terapi lini pertama yang diberikan yaitu air mata buatan artifisial.
- Natrium klorida topikal untuk meningkatkan epitel kornea.
- N-acetylcystein, merupakan agen mukolitik yang menurunkan viskositas
mukus pada lapiran precorneal tear film.
b) Pembedahan
Debridement filamen : dilakukan didepan slit lamp dengan anastesi
topikal, menggunakan forceps jeweler’s atau cotton bud steril. Kemudian
berikan terapi antibiotik.

2.8 Komplikasi
Komplikasi yang paling ditakuti dari keratitis adalah penipisan kornea dan
akhirnya perforasi kornea yang dapat mengakibatkan endophtalmitis sampai
hilangnya penglihatan (kebutaan). Beberapa komplikasi sebagai berikut. 1,2
 Gangguan refraksi
 Jaringan parut permanent
 Ulkus kornea
 Perforasi kornea
 Glaukoma sekunder

RAHASIA

6
STATUS BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU

IDENTITAS PASIEN
Nama : An. F Pendidikan : SMA

Umur : 16 tahun Agama : Islam

Jenis kelamin : Laki-laki Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Nangka Ujung MRS : 4 April 2018

Pekerjaan : Pelajar MR : 98 28 75

Keluhan Utama
Kedua mata merah dan kabur sejak 2 minggu yang lalu

Riwayat penyakit sekarang


Kedua mata merah dan kabur sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan diawali
dengan rasa gatal, rasa mengganjal (+), mata merah (+), pandangan silau (+),
nyeri (+), air dan sekret mata berlebihan, serta pandangan kabur (+) pada kedua
mata. Riwayat trauma (-), demam (-), riwayat menggunakan lensa kontak (-),
riwayat menggunakan kacamata (-).

Riwayat penyakit dahulu


- Riwayat sakit mata sebelumnya (-)
- Riwayat operasi mata (-)
- Riwayat trauma mata sebelumnya (-)
Riwayat pengobatan
- Pasien belum pernah berobat sebelumnya.
Riwayat penyakit keluarga
- Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
PEMERIKSAAN FISIK
- Keadaan umum : Baik

7
- Kesadaran : komposmentis kooperatif
- Vital Sign : TD : 110/70 mmHg,
Nadi : 82 x/menit
Nafas : 20 x/menit
Suhu : 36, 5oC

STATUS OPTHALMOLOGI
OD OS
20/40 Visus Tanpa Koreksi 20/100
Tidak dinilai Visus Dengan Koreksi Tidak dinilai
Posisi Bola Mata
Orthoporia

Gerakan Bola Mata

Baik ke segala arah Baik ke segala arah


10 mmHg Tekanan Bola Mata Tidak dapat dinilai
Spasme Palpebra Spasme
Injeksi Konjungtiva (+), Injeksi Konjungtiva (+),
Konjungtiva
injeksi siliar (+) injeksi siliar (+)
Bercak infiltrat (+) Kornea Bercak infiltrat (+)
Tenang Sklera Tenang
Dalam, jernih COA Dalam, jernih
Bulat, sentral, Ø: 3 mm, Bulat, sentral, Ø: 3 mm,
Iris/Pupil
Reflek (+) / (+) Reflek (+) / (+)
Jernih Lensa Jernih
Sulit dinilai Fundus Sulit dinilai
Sulit dinilai Vitreous Sulit dinilai
Sulit dinilai Papil Sulit dinilai
Sulit dinilai Retina Sulit dinilai
Sulit dinilai Makula Sulit dinilai

8
Gambar

RESUME
An. F usia 16 tahun, kedua mata merah dan kabur sejak 2 minggu yang
lalu, rasa mengganjal (+), mata merah (+), pandangan silau (+), nyeri (+), air dan
sekret mata berlebihan, serta pandangan kabur (+) pada kedua mata. Visus OD
20/40 dan OS 20/100. Injeksi konjung tiva ODS (+), injeksi siliar ODS(+), bercak
infiltrat di kornea OS (+).

DIAGNOSIS :
- Keratitis filamentosa

TERAPI :
a. Medikamentosa
 Tetes mata :
Sodium Chloride eye drops 6 x 1 tetes/hari
Ofloxacin 3mg/ml eye drops 6 x 1 tetes/hari
b. Non Medikamentosa
 Tidak mengusap mata dengan tangan atau benda yang tidak terjamin
kebersihannya.
 Menjaga kebersihan mata.
 Memakai kacamata hitam sebagai pelindung saat berpergian.

PROGNOSIS :
- Quo ad vitam : bonam
- Quo ad functionam : bonam
- Quo ad kosmetik : bonam

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI). Panduan


manajemen klinis Perdami. Jakarta: PP Perdami. 2006. h 30-33.
2. Roderick B. Kornea. In: Vaughan & Asbury. Oftalmologi umum. Edisi 17.
Jakarta: EGC. 2009. h 125-49.
3. American Academy of Ophthalmology. Filamentary Keratitis. San
Fransisco. 2017

10
4. Davidson RS, Mannis MJ. Filamentary Keratitis. In: Krachmer JH,
Mannis MJ, Holland EJ, editors. Cornea. Vol 1. 3rd ed. Philadelphia:
Elsevier/Mosby; 2011. P. 1093-96.

5. Chen S, Ruan Y, Jin X. Investigation of the clinical features in


filamentary keratitis in Hangzhou, east of China. Medicine.
2016;95: 1-4

6. Diller R dan Sant S. A case report and review of filamentary keratitis.


Ohio. Optometry. 2005;76:30-6.

7. Van Meter WS, Katz D, Cook BG. Filamentary Keratitis. In: Holland EJ,
Mannis MJ, Lee WB, editors. Ocular Surface Disease: Cornea,
Conjunctiva, and Tear Film. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2013. P. 213-
16.

8. Morris WR, MemphisY. Filamentary keratitis. In : Roy FH, Fraunfelder


FW, Fraunfelder FT, editors. Current ocular therapy. Sixth edition. China:
Saunders elsevier; 2008.P.371

11

Anda mungkin juga menyukai