1. SCALP
2. Cranium
3. Meningens
4. Produksi LCS dan alirannya
5. Cerebrum
6. Cerebellum
7. Vaskularisasi SSP
SCALP
Cranium
Basis cranii
Meningens
Produksi
LCS
Aliran
LCS
Cerebrum
Cerebrum
Cerebrum
Cerebellum
Vaskularisasi
SSP
Vaskularisasi
SSP
Vena
Arteri
OUTLINE
1. Tujuan
2. Tumor Infratentorial
3. Tumor Posterior Fossa
4. Tumor Suprasellar
5. Kesimpulan
Tujuan
Terdiri dari :
JPA (Juvenille Pilocytic Astrocytoma)
Medulloblastoma
Ependymoma
Glioma batang otak
ATR (atypical teratoid-rhabdoid) Angka kejadiannya sedikit
Hemangioblastoma
Juvenille Pilocytic Astrocytoma
30% dari seluruh tumor fossa posterior pada
anak merupakan Astrocytoma
Keluhan :
Nyeri kepala
Nyeri daerah leher
Gangguan berjalan
Muntah
Pencitraan Astrocytoma
CT Scan
- Kista besar dengan nodul mural padat
- Masa solid dengan komponen kecil menyerupai kista
(kasus jarang)
MRI
- T1 weighted : Kista hipointens
- Enhancement dapat terjadi pada dinding kista
Pencitraan Astrocytoma
DWI
- Tidak ada difusi yang terbatas
MRS
- Peningkatan rasio Cho/NAA
- Peningkatan kadar laktat
DTI
Untuk membedakan JPA dan Thalamopenducular
Pilocytic Astrocytoma
Seorang anak laki laki berusia 2 tahun datang dengan keluhan nyeri kepala hebat karena
pilocytic astrocytoma serebellum.
(A) potongan Axial dari CT scan dan menunjukkan tidak adanya penyengatan
(B) MRI T2-weighted menunjukkan masa kistik pada hemisfer kiri dengan dinding nodul mural.
(C) kontras mengalami penyengatan
(D) potongan sagital dari T1-weighted MRI menunjukkan dinding kista dan komponen mural nodul
yang mengalami penyangatan.
(E) Gambaran MRS (TE=80 ms) dengan komponen padat dari masa menunjukkan pola metabolit
paradox agresif (peningkatan Kolin dan penurunan NAA)
Seorang anak perempuan berusia 5
tahun dengan diagnosis pilocytic
astrocytoma.
MRI
- T2 weighted : Homogen dengan bagian padat yang
hipointens
- Kista : Hiperintens
- Kalsifikasi dan perdarahan dapat dijumpai
MR Perfusi
Peningkatan rCBV
Pencitraan Medulloblastoma Klasik
DWI
- Terjadi restriksi difus
- ADC rendah (< 0.9 x 10-3 mm2 / s)
DTI
Bersama dengan DWI dapat mencegah kerusakan
subtansi alba
Tatalaksana Medulloblastoma Klasik
Operasi eksisi
Kemoterapi adjuvan
Radiasi kraniospinal (pada anak usia >3 tahun)
Seorang anak laki-laki berusia
5 tahun dengan
medulloblastoma.
(A) Gambaran CT potongan
axial tanpa penyengatan
memperlihatkan masa
hiperdens pada ventrikel 4.
Dilatasi dari kornu temporal.
Tampak gambaran yang
menunjukkan hidrosefalus.
(B) Potongan aksial dari
sequence T2 weighted
menunjukkan massa
didominasi oleh gambaran
isointens
(C) Gambaran DWI potongan
axial
(D) Gambaran peta koefisien
menunjukkan restiksi difusi
pada masa.
ATR
1-2% tumor otak anak
Muncul pada anak berusia dibawah 3 tahun
DWI
- Restriksi difusi (gambaran khas)
MRS
- Peningkatan kadar Kolin
- Penurunan NAA
- Peningkatan Laktat dan lipid
Tatalaksana ATR
Keluhan :
Nyeri kepala
Nausea
Muntah
Pencitraan Ependymoma
MRI
- T2-weighted & FLAIR : intensitas sinyal tinggi
- Sebaiknya potongan sagital
- Kalsifikasi
- Enhancement yang heterogen
- Perfussion MRI : Peningkatan CBV
DWI
- Terjadi restriksi difus
MRS
- Penurunan NAA
- Peningkatan Kolin dan Laktat
Tatalaksana Ependymoma
Terdiri dari :
Glioma intrinsik difus
Tumor batang otak non difus
Pencitraan Glioma Batang Otak
MRI
- T1 weighted : hipointens
- T2 weighted & FLAIR : Hiperintens
- Tidak ada enhancement, bila ada sangat sedikit dan
heterogen
Seorang anak perempuan berusia 7 tahun datang
dengan kelumpuhan wajah kiri sekunder akibat
glioma intrinsik difus pada batang otak.
(A) Potongan aksial yang tidak menyengat
kontras
(B) Potongan aksial dengan penyengatankontras
(C) Potongan koronal dengan penyengatan
kontras
Gambaran T1-weighted menunjukkan
massa infiltratif yang difus, berpusat pada
pons. Massa tampak hipointens
dibandingkan dengan substansia grisea pada
rangkaian T1-weighted dengan penyengatan
kontras pada bagian perifer. Terlihat adanya
desakan massa dan pergeseran ventrikel
empat.
(D) Potongan aksial dengan FLAIR MR
menunjukkan area yang tidak teruraikan
dengan gambaran hiperintens dibandingkan
dengan substansia grisea.
(E) Gambaran diffusion-tensor pada bidang
koronal menunjukkan deviasi sekunder
traktus kortikospinal sisi kiri (panah) ke arah
kanan akibat glioma batang otak.
Hemangioblastoma
1-3% dari seluruh tumor intrakranial;
>>> terjadi pada dewasa paruh baya
Terdiri dari :
Craniopharyngioma
Glioma suprasellar
Hamartoma hipotalamus
Craniopharyngioma
Tumor jinak yang berasal dari epitel
skuamosa
Keluhan :
Gangguan visual Penekanan Kiasma Optikum
Kelainan endrokin
Nyeri kepala
Hidrosefalus
Pencitraan craniopharyngioma
CT scan
- Kistik
- Kalsifikasi
- Menyengat kontras membentuk bundaran/rim
MRI
- T1 weighted : hipo- atau hiperintens
- T2 weighted : Hiperintens
- FLAIR : Hiperintens
- DWI : Isointens
Pencitraan craniopharyngioma
MRS
Puncak lipid dan kolesterol yang menonjol
DTI
Evaluasi pre operatif dan tatalaksana
craniopharyngioma (membedakan gangguan visual
akibat tumor kiasmatik/tumor suprasellar)
Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dengan craniopharyngioma.
A. Potongan aksial CT scan pada bone window yang tidak menyengat kontras menunjukkan
kalsifikasi (panah) di daerah suprasellar.
B dan C. Potongan sagital tanpa penyengatan kontras (B) dan dengan penyengatan kontras (C).
Gambaran T1-weighted menunjukkan kista besar, massa suprasellar yang menyengat kontras pada
bagian perifer (panah).
Hamartoma Hipotalamus
Bukan neoplasma sejati; malformasi
perkembangan jaringan ganglionik matur yang
melibatkan tuber cinereum
Keluhan :
Kejang gelastik
Pubertas prekoks
Keterlambatan perkembangan
Pencitraan Hemangioblastoma
CT scan
Massa isodens yang homogen pada daerah suprasellar
MRI
Massa bertangkai/pedunkulata
- T1 weighted : Isointens
- T2 weighted : Iso - hiperintens
- FLAIR & DWI : Tidak menyengat kontras, tidak ada
kalsifikasi
- MRS : Kadar mioinositol meningkat dan kadar NAA
menurun atau normal
Seorang anak laki-laki berusia 10 mengalami kejang gelastik sekunder akibat
hamartoma hipotalamus yang terbukti melalui pembedahan.
(A) Potongan aksial T1-weighted
(B) Potongan sagital T1-weighted
Gambaran ini menunjukkan massa bulat (panah) dengan sinyal isointens homogen
dibandingkan dengan substansia grisea setinggi tuber cinereum tanpa desakan massa yang
signifikan pada struktur sekitarnya. Tidak tampak penyengatan kontras pada massa (tidak
ditunjukkan).
Glioma Hipotalamus & Kiasmatik
Mewakili 10%-15% tumor supratentorial pada
anak
Keluhan :
Gangguan visual
Disfungsi hipotalamus
Hipopituitarisme
Pubertas prekoks
Hidrosefalus
Pencitraan Glioma Hipotalamus & Kiasmatik
MRI
- T1 weighted : Hipointens
- FLAIR & T2 weighted : Hiperintens
- MRS : Puncak kolin dominan
Diagnosis dan pengobatan tumor SSP
pada pediatrik memerlukan pendekatan
multidisiplin dan memerlukan Kesimpulan
keahlian serta ketekunan semua
pihak yang terlibat.
Dengan menggunakan berbagai teknik
pencitraan : diagnosis pre operatif, tipe
tumor, deteksi kekambuhan dan
menuntun pada saat operasi
Penerapan neuroimaging lanjutan
menghasilkan keluaran/outcomes yang lebih
baik untuk anak-anak yang mengidap
penyakit ini
Terimakasih