“AKNE VULGARIS”
Oleh :
RIZKI SUHADAYANTI 1608320096
LIA MUTIA ANNISA 1608320098
HAMIDAH SYUKRIAH LBS 1608320099
SITI RAMADHANI 1608320108
FARHAN HUKAMA 1608320133
Pembimbing
dr. Sri Naita Purba, Sp.KK
di bagian SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin di RSUD Deli Serdang Lubuk
Refarat ini bertujuan agar penulis dapat memahami lebih dalam teori-teori
yang diberikan selama menjalani Kepaniteraan Klinik SMF Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam dan mengaplikasikannya untuk
Sri Naita Purba, Sp. KK yang telah membimbing penulis dalam laporan kasus
ini.
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang membangun dari
semua pihak yang membaca laporan kasus ini. Harapan penulis semoga laporan
kasus ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Penulis
Akne vulgaris atau jerawat, selanjutnya disebut akne, adalah penyakit kulit
obstruktif dan inflamatif kronik pada unit pilosebasea yang sering terjadi pada masa
remaja.1 Akne sering menjadi tanda pertama pubertas dan dapat terjadi satu tahun
sebelum menarche atau haid pertama.2 Onset akne pada perempuan lebih awal
daripada laki-laki karena masa pubertas perempuan umumnya lebih dulu daripada
laki-laki. Prevalensi akne pada masa remaja cukup tinggi, yaitu berkisar antara 47-
90% selama masa remaja.3 Perempuan ras Afrika Amerika dan Hispanik memiliki
prevalensi akne tinggi, yaitu 37% dan 32%, sedangkan perempuan ras Asia 30%,
Kaukasia 24%, dan India 23%. Pada ras Asia, lesi inflamasi lebih sering
dibandingkan lesi komedonal, yaitu 20% lesi inflamasi dan 10% lesi komedonal.
Tetapi pada ras Kaukasia, acne komedonal lebih sering dibandingkan acne
Akne memiliki gambaran klinis beragam, mulai dari komedo, papul, pustul,
hingga nodus dan jaringan parut, sehingga disebut dermatosis polimorfik dan
tetapi bila kedua orangtua pernah menderita akne berat pada masa remajanya, anak-
anak akan memiliki kecenderungan serupa pada masa pubertas. Meskipun tidak
2005 tercatat jumlah kunjungan pasien di Divisi Kosmetik Medik URJ RSUD Dr.
Jumlah pasien AV pada tahun 2006 sebesar 40,54% dan pada tahun 2007 sebesar
44,90% dari jumlah kunjungan di Divisi Kosmetik Medik URJ RSUD Dr. Soetomo
50% kunjungan total di Divisi Kosmetik Medik RSUD Dr. Soetomo Surabaya,
Gejala klinis AV berupa lesi polimorf antara lain komedo, papul, pustul,
nodulokistik, yang dapat disertai rasa gatal atau rasa nyeri, dan adanya keluhan
Kligman, yang membagi akne menjadi tiga tipe berdasarkan bentuk dan berat
ringannya lesi.6
2.1 Definisi
dan adanya papul `inflamasi, pustul, nodul dan kista pada bentuk yang berat. Akne
vulgaris mengenai daerah kulit dengan populasi kelenjar sebasea yang paling padat;
antara lain pada daerah wajah, dada bagian atas, dan punggung. Akne vulgaris yang
berat dapat memberikan dampak psikologis dan fisik berupa stres emosional,
hiperproliferasi ini tidak diketahui. Saat ini, ada 3 buah hipotesis yang telah
folikular, mulai timbul disekitar usia pubertas pada orang- orang dengan akne
dimana komedo berasal. Selain itu individu dengan malfungsi reseptor androgen
ternyata tidak akan mengalami akne vulgaris. Kedua, perubahan komposisi lipid,
yang telah diketahui berperan dalam perkembangan akne. Pada pasien akne
biasanya mempunyai produksi sebum yang berlebihan dan kulit yang berminyak.
normal dan menyebabkan suatu perubahan dalam konsentrasi relatif dari berbagai
lipid. Berkurangnya konsentrasi asam linoleat ditemukan pada individu dengan lesi
akne vulgaris, dan menariknya, keadaan ini akan normal kembali setelah
suatu sitokin proinflamasi yang telah digunakan pada suatu model jaringan untuk
Walaupun inflamasi tidak terlihat baik secara klinis maupun mikroskopis pada lesi
awal akne vulgaris, ia tetap memainkan peran yang sangat penting dalam
pembentukan akne vulgaris. Produksi dan ekskresi sebum diatur oleh sejumlah
pembentukan dan pelepasan sebum. Kebanyakan pria dan wanita dengan akne
normal.
banyak lesi akne vulgaris. Walaupun tidak ditemukan pada lesi yang paling awal
dari akne vulgaris, P. acnes ini hampir pasti dapat ditemukan pada lesi-lesi yang
Kebanyakan bukti sampai saat ini menyatakan bahwa akne vulgaris merupakan
Faktor-faktor lain yang berperan pada patogenesis akne adalah usia, ras,
familial, makanan, cuaca / musim, stres psikologis yang dapat secara tidak langsung
Akne vulgaris diperkirakan mengenai 79-95% pada usia remaja. Pada pria
dan wanita yang berusia lebih dari 45 tahun, 40-45% diantaranya memiliki akne
vulgaris pada wajah, dimana pada 12% wanita dan 3% pria menetap hingga usia
prevalensi akne vulgaris pada remaja di Asia. Dalam suatu penelitian yang
Namun demikian pada wanita kejadian akne vulgaris dapat terus berlanjut hingga
usia dekade ketiga atau lebih lama lagi. Pada pria umumnya akne vulgaris lebih
cepat berkurang, namun pada penelitian diketahui bahwa justru gejala akne vulgaris
berat terjadi pada pria. Akne vulgaris nodulokistik dilaporkan lebih sering terjadi
pada pria kulit putih dibandingkan kulit hitam, dan satu penelitian menemukan
bahwa akne vulgaris lebih berat pada pasien-pasien dengan genotip XYY.
punggung (60%), dada (15%), serta bahu dan lengan atas. Kadang-kadang pasien
mengeluh gatal dan nyeri. Sebagian pasien merasa terganggu secara estetis. Kulit
AV cenderung lebih berminyak atau sebore, tetapi tidak semua orang dengan sebore
disertai AV.
papul, pustule, nodus, kista, jaringan parut, perubahan pigmentasi. Komedo terbuka
(black head) dan komedo tertutup (white head) merupakan lesi non-inflamasi,
2.5 Diagnosa7
biopsi histopatologi.
suatu gangguan hipofisis yang mungkin terjadi. Kultur lesi kulit dilakukan untuk
berupa serbukan sel radang kronis disekitar folikel pilosebasea dengan masa sebum
didalam folikel. Pada kista radang sudah menghilang diganti dengan jaringan ikat
pembatas, masa cairan sebum yang bercampur darah, jaringan mati dan keratin.
a. Erupsi akneiformis
difenil hidantoin). Berupa erupsi papulo pustul mendadak tanpa adanya komedo
b. Acne rosasea
hidung dan pipi. Gambaran klinis acne rosasea berupa eritema, papul, pustul,
c. Dermatitis perioral
adalah dermatitis yang terjadi pada daerah sekitar mulut sekitar mulut
d. Moluskulum kontagiosum
komedo tertutup.
e. Folikulitis
sp. Gejala klinisnya rasa gatal dan rasa gatal di daerah rambut berupa makula
a) Pengobatan topikal
lesi. Obat topikal terdiri atas: bahan iritan yang dapat mengelupas kulit,
antibiotika topikal yang dapat mengurangi jumlah mikroba dalam folikel Acne
Vulgaris, anti peradangan topikal dan lainnya seperti atil laktat 10% yang untuk
b) Pengobatan sistemik
renik di samping itu juga mengurangi reaksi radang, menekan produksi sebum
atas: anti bakteri sistemik, obat hormonal untuk menekan produksi androgen dan
A dan retinoid oral sebagai antikeratinisasi dan obat lainnya seperti anti
2.8 Pencegahan10
berikut:
prognosisnya.
2. 9 Prognosis7
Umumnya prognosis acne baik dan umumnya sembuh sebelum mencapai usia
30-40an. Acne Vulgaris jarang terjadi sampai gradasi yang sangat berat sehingga
gejala klinik : komedo, papul, pustul, kista dan nodus. Dengan tempat predliksi di
muka, bahu, leher, dada, punggung bagian atas dan lengan atas. Acne biasanya
terdapat pada masa remaja dan hampir 100% orang pernah mengalami penyakit ini.
Tempat predileksi acne vulgaris adalah dimuka, bahu, dada bagian atas, dan
punggung bagian atas, dapat berupa: erupsi kulit polimorfi, komedo, papul dan
pustul, nodus dan kista yang beradang juga dapat disertai rasa gatal. Diagnosa acne
cukup lama serta keteraturan dan kepatuhan berobat. Pengobatan setiap individu
berbeda – beda tergantung pada tipe kulit, jenis acne, serta kebiasaan dan
dapat sembuh sendiri dan tidak perlu sampai dirawat inap dirumah sakit.
1. Zaenglein AL, Graber EM, Thiboutot DM, Strauss JS. Acne vulgaris and
acneiform eruption. In: Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolff K, Freedberg IM,
Austen K, eds. Dermatology in generalmedicine. 7th ed. New York:
McGraw-Hill,:690-703.
2. Kurokawa I, Danby FW, Ju Q, Wang X, Xiang LF, Xia L, Chen WC, Nagy
I, et al. New developments in our understanding of acne pathogenesis and
treatment. Experimental Dermatology.; 18: 821-32.
3. Cunliff e WJ, Gollnick HPM. Clinical features of acne. In: Cunliff e WJ,
Gollnick HPM, eds. Acne diagnosis and management. London: Martin
Dunitz Ltd, :49-68.
4. Perkins AC, Cheng CE, Hillebrand GG, Miyamoto k, Kimball AB.
Comparison of the epidemiology of acne vulgaris among Caucasian, Asian,
Continental Indian and African American women. J Eur Acad Dermatol
Venerol. 2011;25(9):1054-60.
5. Zouboulis CC, Eady A, Philpott M, Goldsmith LA, Orfanos C, Cunliff e
WC, Rosenfi eld R. What is the pathogenesis of acne. Experimental
Dermatology.; 14: 143-52.
6. Sukanto H, Marodiharjo S, Zulkarnain I. Akne Vulgaris. Buku Pedoman
Diagnosis dan Terapi. Edisi ketiga. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin RSU Dr. Soetomo. Surabaya. 2005. h.115-8.
7. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-6. Jakarta: FKUI;
2013.
8. Sylvia A. Price, dkk. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses Penyakit.
Ed. 6. Vol 2. Jakarta : EGC
9. Davey, P. Medicine At Glance. Alih Bahasa: Rahmalia, A,dkk. Jakarta:
Erlangga.
10. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di