Anda di halaman 1dari 17

REFARAT

XANTHELASMA
Referat ini di buat untuk melengkapi persyaratan mengikuti kepanitraan klinik
senior (KKS) di bagian Ilmu Kedokteran Kulit dan Kelainan Kulit Dan Kelamin
Di Rsud.Dr.Rm.Djoelham Binjai

Diajukan Sebagai
Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana
Keperawatan
Oleh :

Kiki Mulyawati
19360018

Pembimbing :

dr.Hj.Hervina, Sp.KK,FINDV,MKM

KKS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RSUD Dr. R.M. DJOELHAM KOTA BINJAI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan bimbingannya sehingga laporan kasus ini dapat

diselesaikan tepat pada waktunya. Referat ini disusun dalam rangka memenuhi

tugas dalam Kepanitraan Klinik Departemen Kulit dan Kelamin di RSUD DR.RM

Djoelham Binjai, Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis juga hendak mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya atas bantuan dari pembimbing yaitu dr. Hj. Hervina, Sp.KK,

FINDV, MKM berupa bimbingannya yang sangat membantu penulis dalam

menyelesaikan laporan kasus ini yang berjudul “XANTHELASMA”.

Penulis berharap laporan kasus ini dapat bermanfaat dalam menambah

pengetahuan tentang XANTHELASMA. Dengan menyadari masih banyaknya

kekurangan dalam penyusunan ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun.

Binjai, 14 Januari 2020

Penulis

2
i

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi........................................................................ 2
2.2 Etiologi ...................................................................... 2
2.3 Epidemiologi.............................................................. 3
2.4 Faktor Resiko............................................................. 3
2.5 Diagnosis ................................................................... 3
2.5.1 Anamnesa ......................................................... 4
2.5.2 Pemeriksaan Dermatologi ................................ 4
2.5.3 Pemeriksaan Pnunjang ..................................... 4
2.5.3.1 Histologi ..................................................... 4
2.5.3.1 Pemeriksaan Laboratorium......................... 4
2.6 Patofisiologi .............................................................. 4
2.7 Manisfestasi Klinis .................................................... 5
2.8 Diagnosa Banding ..................................................... 6
2.9 Penatalaksanaan ........................................................ 6
2.9.1 Non Farmako ................................................... 6
2.9.2 Farmakologi ..................................................... 9
2.10 Edukasi ................................................................... 10
2.11 Komplikasi .............................................................. 10
2.12 Prognosis ................................................................ 10
2.13 Profesionalisme....................................................... 10

BAB V PENUTUP
3
3.1 Kesimpulan....................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA........................................................................ iv

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Xanthelasma adalah kumpulan kolesetrol di bawah kulit dengan batas


tegas berwarna kekuningan biasanya di sekitar mata, sehingga sering disebut
xanthelasma palpebra. Kata xanthos berasal dari kata Yunani yang berarti
“kuning” dan elasma yang berarti “seperti lempengan metal”. Meskipun tidak
berbahaya dan tidak menimbulkan nyeri, munculnya xanthelasma dapat
mengganggu penampilan dan dapat dihilangkan. Bila ditemukan dalam jumlah
banyak maka disebut “xanthelasmata”. Kelainan ini sering ditemukan pada ras
Asia dan mereka yang tinggal di daerah Mediterania.1
Xanthelasma atau plaque kekuningan yang sering ditemukan di dekat
canthus bagian dalam kelopak mata, terutama sering ditemukan di kelopak mata
atas daripada di kelopak mata bawah. Xanthelasma palpebra adalah bentuk
xanthoma kutaneus yang paling sering ditemui. Xanthelasma biasanya lunak,
semisolid atau calcareous. Sering ditemui simetris, kadang pada 4 kelopak mata
sekaligus (kelopak mata atas, bawah kanan dan kiri). Xanthelasma mempunyai
kecenderungan untuk berkembang, bergabung dan menjadi menetap. Xanthelasma
dapat timbul di tubuh mana saja, tetapi lebih sering terlihat di area kelopak mata.
Xanthelasma ini berkembang dari disfungsi metabolism lipid.2,3
Di Indonesia sendiri Xanthelasma palpebrarum cukup banyak dijumpai
meskipun tidak sebanyak kasus kelainan kulit yang lain seperti yang disebabkan
oleh bakteri atau parasit. Ini mungkin disebabkan juga banyak masyarakat di
indonesia mengkonsumsi bahan yang banyak mengandung lemak, selain bahan
yang mengadung lemak xanthelasma ini juga dapat disebabkan oleh keturunan.4

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Xanthelasma adalah salah satu bentuk xantoma planum, merupakan jenis
yang paling sering dijumpai dari beberapa tipe klinik xantoma yang dikenal.
Selain itu Xanthelasma diartikan pula sebagai kumpulan kolesetrol di bawah kulit
dengan batas tegas berwarna kekuningan biasanya di sekitar mata, sehingga sering
disebut xanthelasma palpebra.1,4
Xanthelasma palpebrarum adalah yang paling umum ditemukan di bagian
sisi medial dari kelopak mata.Lesi yang khas itu biasanya merupakan datar dan
kekuningan pada kulit. plakNamun, kami melaporkan kasus yang unik dari
xanthoma intramuskular ditemukan selama blepharoplasty untuk koreksi dari
ptosis.5.6

Gambar 1. Xanthelasma
2.2 ETIOLOGI
Xanthelasma telah dihubungkan dengan keadaan hiperlipoproteinemia.
Semua tipe hiperliproteinemia termasuk bentuk sekunder telah dihubungkan
dengan xanthelasma, tetapi tipe II dan III berkisar 30%-40% pada pasien
xanthelasma.7
Setengah pasien xanthelasma mempunyai kelainan lipid. Erupsi Xanthomas dapat
ditemui pada hiperlipidemia primer dan sekunder. Kelainan genetik primer
termasuk dislipoproteinemia, hipertrigliseridimia dan defisiensi lipase lipoprotein

6
yang diturunkan. Diabetes yang tidak terkontrol juga menyebabkan hiperlipidemia
sekunder. Xanthelasma juga bisa terjadi pada pasien dengan lipid normal dalam
darah yang mempunyai HDL kolesterol rendah atau kelainan lain lipoprotein.2

2.3 EPIDEMIOLOGI
Xanthelasma bermanifestasi pada usia 15-73 tahun, dengan puncaknya
pada dekade ke-empat dan ke-lima. Pada penelitian didapatkan xanthelasma
predominan pada wanita dengan perbandingan 32% dan 17,4%. Kondisi ini dapat
terlihat pada individu berkulit cerah maupun gelap. Riwayat dengan xanthelasma
sebesar 27,5 %.6

2.4 FAKTOR RISIKO


Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan seseorang terserang

xanthelasma adalah:

a. Jenis kelamin wanita.

b. Berusia antara 30 dan 50 tahun.

c. Keturunan Asia atau Mediterania.

d. Perokok.

e. Obesitas.

f. Memiliki penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi).

g. Penderita diabetes.

h. Kadar lemak dalam darah yang tinggi.8

2.5 DIAGNOSIS
2.5.1 Anamnesa
Timbul plak irregular di kulit, warna kuningan sampai kecoklatan sering
disekitar mata. Ukuran xanthelasma bervariasi berkisar antara 2 – 30 mm,
adakalanya simetris dan cenderung bersifat permanen.
2.5.2 Pemeriksaan Dermatologi
Bersifat papula,plak dengan permukaan datar,berukuran panjang/besar
berpariasi bersifat permanen.
7
2.5.3 Pemeriksaan Penunjang
2.6.3.1 Histologi
Xanthelasma tersusun atas sel-sel xanthoma. Sel-sel ini merupakan

histiosit dengan deposit lemak intraseluler terutama dalam retikuler dermis

atas. Lipid utama yang disimpan pada hiperlipidemia dan xanthelasma

normolipid adalah kolesterol. Kebanyakan kolesterol ini adalah yang

teresterifikasi. 2

Gambar 2. Histologi

2.6.3.2 Pemeriksaan Laboratorium


Karena 50% pasien dengan xanthelasma mempunyai gangguan
lipid dalam darah, maka disarankan untuk pemeriksaan plasma lipid juga
HDL dan LDL. Xanthelasma biasanya dapat didiagnosa dengan jelas
secara klinis dan jarang kelainan lain memberi gambaran klinis sama. Jika
ada keraguan, eksisi bedah dan analisis patologi sebaiknya dilakukan.10

2.6 PATOFISIOLOGI
Hepar mensekresi lipoprotein, partikel yang terbuat dari kombinasi
cholesterol dan trigycerides. Partikel ini bersifat larut air untuk memfasilitasi
transport pada jaringan perifer. Oleh polar phospolipids dan 12 protein spesifik
yang berbeda yang dinamakan apolipoproteins. Apolipoproteins berfungsi sebagai

8
kofaktor untuk enzime plasma dan berinteraksi dengan reseptor permukaan sel.
Lipoprotein dibagi menjadi lima komponen, yaitu chylomicrons, VLDL,
intermediate-density lipoproteins (IDL), LDL dan HDL. Dyslipoproteinemia
dikategorikan sebagai primer atau sekunder. Kondisi primer ditentukan secara
genetik dan dikelompokkan oleh Fredrickson menjadi lima atau enam komponen
berdasarkan peningkatan lipoprotein spesifik. Hiperprotein sekunder muncul
akibat penyakit lain yang dapat memunculkan gejala, perubahan lipoprotein, dan
xanthomas yang dapat menyerupai sindrome primer.8

Meskipun telah diteliti mengenai hubungan antara xanthelasma dan


hyperlipoproteinemia, hanya sekitar setengah pasien yang memperlihatkan adanya
peningkatan lipid serum. Pada penelitian Gangopadhya didapatkan hanya 52,5%
pasien xanthelasma yang mempunyai profil lipid abnormal.8

Pada xanthelasma terjadinya akumulasi kolesterol yang berawal dari


darah, dimana jumlah kolesterol yang paling banyak berasal dari LDL yang
masuk melalui dinding vaskular. Dikatakan bahwa trauma dan inflamasi itu dapat
merubah permeabilitas vaskuler sehingga lipoprotein dapat masuk ke dalam kulit
dan kemudian difagositosis oleh sel dermal. Normalnya LDL mempunyai nilai
kebocoran kapiler yang lambat.8

Panas lokal meningkatkan nilai kebocoran. Dapat dilihat secara


eksperimen bahwa nilai kebocoran kapiler dari LDL itu dua kali lebih besar pada
daerah yang lebih sering terekspose oleh gerakan fisik atau gesekan, dibandingkan
daerah pada kulit yang immobilisasi. Kelopak mata lebih sering mengalami
pergerakan yang konstan dan gesekan, dan hal ini mungkin alasan mengapa
xanthelasma berkembang pada daerah ini.8

2.7 MANIFESTASI KLINIS

Timbul plak ireguler di kulit,warna kekuningan sering di sekitar mata ukuran


panjang/besar bervariasi. adakala bersifat sometris cenderung bersifat permanen.4.5

2.8 DIAGNOSA BANDING

9
Diagnosa Etiologi Subyek predileksi Efloresensi

Xanthelasma • Hiperlipide •Tidak Kelopak Plak, kuning


mia nyeri, mata bagian permukaan datar
.Kelainan •Tidak sakit atas kadan-kadang
genetik berkapur, ukuran
2-30 mm

Siringoma • .Genetik • Tidak • Ata Papul berwarna


Akibat nyeri, s pipi kulit/kuning,
deferesiensi • Tidak sakit • kelo berukuran 1-2
dari pak mata
kelenjar bawah
keringat

Trikoepitelioma Kelainan • Tidak • Kelopak • Papul/nodul


genetik nyeri, mata single/multiple
• Tidak sakit • pipi yang tumbuh
lambat
• Lesi biasa
berderet
• Lesi Berwarna dg
kulit

2.9 PENATALAKSANAAN
2.9.1 Non Farmakologi
 Terapi Bedah
Banyak pilihan untuk menghilangkan xanthelasma palpebra,
termasuk bedah eksisi, argon dan pengangkatan dengan laser
karbondioksida, kauterisasi kimia, elektrodesikasi dan cryoterapi.2
Untuk lesi kecil yang linier eksisi direkomendasikan dimana scar akan
tercampur dalam jaringan kelopak. Lesi yang membengkak lebih kecil
dapat dihilangkan dan jaringan akan menyatu kembali. DOI
merekomendasikan menggunakan teknik bedah mikroskop, menggali
antara tumor dan okuli orbita dengan blade nomer 11, mengangkat atap

10
dan dengan hati-hati mengambil tumor sepotong demi sepotong dengan
gunting mikro dari sisi kebalikan dan menyatukan atap dengan benang
nylon 7–0.2
Pada eksisi lebih tebal, kelopak mata bawah cenderung mudah terjadi scar
karena jaringan yang diambil juga lebih tebal. Eksisi sederhana pada lesi
yang lebih luas beresiko terjadi retraksi kelopak mata, ektropion sehingga
membutuhkan cara rekonstruksi lain. Pengangkatan xanthelasma sudah
menjadi bagian dari bedah kosmetik.2
Pengangkatan dengan laser karbondioksida dan argon: menambah
hemostasis, memberi gambaran lebih baik, penutupan yang kurang dan
lebih cepat dalam menggunakan tehnik ini; scar dan perubahan pigmen
dapat terjadi.2
Kauterisasi kimia: penggunaan chloracetic acid efektif untuk
menghilangkan xanthelasma. Agen ini mengendapkan dan
mengkoagulasikan protein dan lipid larut. Monochloroacetic acid,
dichloroacetic acid dan trichloroacetic acid dilaporkan memberi hasil yang
baik. Haygood menggunakan kurang dari 0.01 ml dari 100% dichloracetic
acid dengan hasil yang sempurna dan scar minimal. Elektrodesikasi dan
cryoterapi dapat menghancurkan xanthelasma superficial tetapi
membutuhkan terapi berulang. Cryoterapi dapat menyebabkan scar dan
hipopigmentasi.2,10

Eksisi bedah telah menjadi pengobatan pilihan untuk XP selama 10 tahun.


Itu dilakukan di:
1. kasus dengan riwayat keluarga hiperlipoproteinemia;
2. keterlibatan keempat kelopak mata;
3. lebih dari satu pengulangan.
Menurut Lee et al, 11 pasien dapat diklasifikasikan menjadi empat nilai
tergantung pada lokasi dan luasnya lesi. Kelas I adalah pasien dengan lesi
pada kelopak mata atas saja. Kelas II adalah pasien yang lesi meluas ke
medial daerah canthal. Kelas III adalah pasien dengan lesi di medial sisi
kedua kelopak mata atas dan bawah. Kelas IV adalah pasien dengan

11
keterlibatan difus pada sisi medial dan lateral kelopak mata atas dan
bawah. Apalagi ketinggian lesi harus dicatat.
eksisi sederhana dengan atau tanpa blepharoplasty dan epicanthoplasty
medial dapat dilakukan di kelas I dan II lesi, sedangkan, dalam kasus
lanjut, pembedahan membuka tutup, lokal flaps, dan cangkok kulit dapat
dilakukan. Yang paling umum Metode operasi penuh-ketebalan eksisi
kulit. Dalam XP yang infiltrat lapisan otot, reseksi otot diperlukan.
Ada banyak kelemahan yang terkait dengan operasi.
Selalu diperlukan anestesi sistemik atau lokal prosedur. Eksisi bedah
sering diikuti oleh sedikit jaringan parut, terlepas dari apakah penutupan
luka tercapai melalui penutupan primer, ketebalan penuh pencangkokan
kulit, atau granulasi. Ini dapat menyebabkan ektropion dan dispigmentasi
komplikasi pasca operasi. 12
 Terapi Laser
Laporan cahaya pertama untuk perawatan XP diberikan oleh
Meyer-Schwickerath. Dia menggunakan cahaya xenon dalam sebuah
prosedur yang tidak sederhana tetapi membutuhkan beberapa duduk. Laser
adalah terapi yang ideal untuk XP karena sifatnya yang dangkal lokasi.
Terapi laser bekerja berdasarkan prinsip penghancuran sel busa
perivaskular melalui energi kalori itu berasal dari koagulasi pembuluh
yang ada di lapisan korneum. Selanjutnya, koagulasi pembuluh mencegah
kambuh dengan memblokir kebocoran lipid ke jaringan.4

 Frekuensi Radio
Untuk XP, RF dianggap perawatan yang mudah, aman, cepat,
murah, dan efektif. Dalam prosedur RF, termal energi menginduksi agitasi
ionik dengan penguapan di tingkat sel dalam jaringan. Menggunakan arus
RF yang dikontrol untuk mengurangi volume jaringan dalam mode yang
tepat dan terkontrol. RF menyebabkan perubahan fibrotik dan
pengurangan volume jaringan selama periode penyembuhan. Jaringan
nekrotik pada lesi secara bertahap diserap kembali sebagai bagian dari
proses alami tubuh, sehingga mengurangi volume jaringan.

12
Situs perawatan harus dibersihkan terlebih dahulu dengan 10% povidone
yodium, larutan standar normal, diikuti oleh topikal krim anestesi
(lidocaine dengan prilocaine) diterapkan pada lesi 30 menit sebelum
perawatan. Hasil kosmetik memuaskan. Teknik ini mengobati lesi, dengan
dampak minimal pada jaringan di sekitarnya, sehingga cocok untuk peka
area. Efek samping sementara termasuk rasa sakit, pruritus, terbakar,
pembengkakan, dan eritema. Komplikasi, seperti hipopigmentasi,
hiperpigmentasi, dan ektropion dicatat, tetapi jarang.4

2.9.2 Farmakologi
Diet ketat dan obat-obatan yang menurunkan serum lipid,
meskipun penting pada pasien dengan lipid abnormal tetapi hanya
memberikan respon sedikit pada terapi xanthelasma.2
Tujuan utama penatalaksanaan xanthelasma adalah untuk mengontrol
kelainan yang mendasari untuk mengurangi perkembangan xanthelasma
dan xanthoma. Xanthelasma dapat dibedah apabila mengganggu, tetapi
mungkin bisa kambuh. Xanthelasma dapat dihilangkan dengan pengelupas
trichloroacetic, bedah, laser atau cryoterapi. Penghilangan xanthelasma
dapat menyebabkan timbulnya scar dan perubahan pigmen, tetapi tidak
jika menggunakan trichloroacetic. Komponen herediter yang diturunkan
menyebabkan timbulnya xanthelasma ini bisa mengindikasikan tingginya
kolesterol dalam darah atau bisa juga tidak. Apabila tidak ada riwayat
keluarga yang menderita xanthelasmata maka biasanya mengindikasikan
jumlah kolesterol yang tinggi dalam darah dan mungkin berhubungan
dengan resiko timbulnya penyakit atheromatous (timbunan kolesterol di
arteri).4,12

2.10 EDUKASI
Edukasi yang diberikan adalah untuk melakukan control terhadap
kolesterol juga trigliserid dan bagaimana cara untuk menurunkan kolesterol juga
membiasakan gaya hidup sehat untuk mengatur kolesterol.11

2.11 KOMPLIKASI
13
1. Jika xanthelasma meluas jauh ke dalam otot mata, plak mungkin tidak
merespon dengan terapi di permukaan kulit saja.
2. Sebuah penelitian menemukan bahwa xanthelasma dapat menjadi
indikator risiko untuk penyakit infark miokard, penyakit jantung iskemik,
aterosklerosis berat, dan kematian pada populasi umum.5

2.12 PROGNOSIS
Prognosis baik tetapi Kekambuhan sering terjadi. Pasien harus mengetahui
bahwa dari penelitian yang dilakukan pada eksisi bedah dapat terjadi kekambuhan
pada 40% pasien. Persentase ini lebih tinggi dengan eksisi sekunder. Kegagalan
ini, terjadi pada tahun pertama dengan persentase 26% dan lebih sering terjadi
pada pasien dengan sindrom hiperlipidemia dan bila terjadi pada 4 kelopak mata
sekaligus.2

Lesi yang dalam seharusnya tidak dirawat dengan laser. Hanya kecil,
lesi dangkal (<5 mm) yang diobati dengan terapi laser sembuh dengan niat
sekunder. Lesi yang dalam dapat menyebabkan sebagian cacat kelopak mata.
Karena itu, manajemen bedah lebih disukai lebih dari modalitas lain untuk lesi
yang dalam karena ada lebih sedikit kemungkinan kelainan kelopak mata, dengan
bekas luka yang lebih baik, dan tingkat kekambuhan minimal.10

2.13 PROFESIONALISME

Apabila keluhan masih berlanjut rujuk ke spesialis kulit dan kelamin.

BAB III

KESIMPULAN

Xanthelasma adalah kumpulan kolesterol di bawah kulit dengan batas


tegas berwarna kekuningan biasanya di sekitar mata. Meskipun tidak berbahaya
dan tidak menimbulkan nyeri, munculnya xanthelasma dapat mengganggu

14
penampilan dan dapat dihilangkan. Setengah pasien xanthelasma mempunyai
kelainan lipid. Terjadinya akumulasi kolesterol yang berawal dari darah, dimana
jumlah kolesterol yang paling banyak berasal dari LDL yang masuk melalui
dinding vaskular. Dikatakan bahwa trauma dan inflamasi itu dapat merubah
permeabilitas vaskuler sehingga lipoprotein dapat masuk ke dalam kulit dan
kemudian difagositosis oleh sel dermal
Gejala klinis yang muncul adalah Timbul plak irregular di kulit, warna
kekuningan sering kali disekitar mata Ukuran xanthelasma bervariasi berkisar
antara 2 – 30 mm., adakalanya simetris dan cenderung bersifat permanen.
Xanthelasma tersusun atas sel-sel xanthoma. Sel-sel ini merupakan histiosit
dengan deposit lemak intraseluler terutama dalam retikuler dermis atas.
Penggunaan chloracetic acid efektif untuk menghilangkan xanthelasma. Agen ini
mengendapkan dan mengkoagulasikan protein dan lipid larut. Monochloroacetic
acid, dichloroacetic acid, dan trichloroacetic acid dilaporkan memberi hasil yang
baik dengan hasil yang sempurna dan scar minimal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Irma,S.,Meltem,A., & Ali,K.(2015) Xanthelasma Palpebrarum: A New Side


Effect Of Nilotinib.Doi,1136(10),1-3.

15
2. Hosein, K.,Mansour,R., & Behnaz,N.(2016).Serum Lipid Profileand
Clinical Characteristic Of Patients With Xanthalesma Palpebrarum. An
Bras Dermatol,91(4),468-71.
3. Puri Delko,K.,Sri,L., & Qaira,A.(2018). Corellation Between Cholesterol
Serum Level And Xanthelasma From Januari 2014 Until Desember In
Dermato-Venereology Out Patient Clinic Of Dr. M. Djamil Hospital
Padang. Jurnal Fk Unand.,346-350.
4. Niken.W.,Hanny,N., & Herman,C.(2013). Xanthelasama,Gambaran Klinis
Dan Penatalaksanaan. MDVI,40(1),46-55.
5. R.S.Siregar, Sp.KK (K), Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2,
Penerbit Buku Kedokteran EGC 2003 Hal 202-203.
6. R.S.Siregar, Sp.KK (K), Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2,
Penerbit Buku Kedokteran EGC 2014 Hal 204-205.
7. Syarif M. Wasitaatmadja, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, FKUI Jakarta,
2008 Hal 3-6.
8. Yulia,E.S.,Sri,L., & Ennesta,A.(2019).Prevalensi Xantelasma Di Poliklinik
Kulit Dan Kelamin Rsup Dr M Djamil Padang Periode Januari 2013-
Desember 2017. MDVI.46(4),168-171.
9. Pragia,A.N., & Orchid,S.(2018.) Xanthelasma Palpebrarum – A Brief
Review.Dove Press,11.1-5.
10. Efthycia,P.M.,Anargyros,K., & Efthymia,A.(2016). Periorbital
Hyperpigmentation In Patients With Xanthelasma Palpebrarum An
Interesting Observation. Brief Report,9(4),53-54.
11. Young,H.C.,Sang,Y.K., & Wo,S.(2018) A Case Of Intramuscular
Xanthelasma Palpebrarum Found During Blepharoplasty.Arch Craneo Fach
Surg,19(4),296-199.
12. Matthiw,A.F.,Edward,H.W., & Ben Jamin,P.(2018) American Journal Of
Ophthalmology Case Reports.Case Report,11,45-48.
13. Putrigusti,A. & Kemala,S. (2018) Xantelasma Dan Arkus Kornea Juvenilis
Sebagai Manifestasi Familial Hypercholesterolemia. Jurnal Fk
Unand,7(3),105-130.

16
17

Anda mungkin juga menyukai