Anda di halaman 1dari 13

REFERAT POST TEST

VERUKA VULGARIS

Referat Ini Dibuat Untuk Melengkapi Persyaratan Mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior
(Kks) Di Bagian Ilmu Kedokteran Kulit Dan Kelamin Di Rsud Dr.Rm. Djoelham Binjai

Disusun Oleh:

Fahmi Alfa Reza Pambudi

19360008

Pembimbing :

Dr. Hj. Hervina, Sp.Kk FINDV, MKM

KKS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RSUD. DR. R.M. DJOELHAM BINJAI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa Yang Telah Memberikan Segala Nikmat
Dan Rahmatnya Sehingga Penulis Dapat Menyelesaikan Refarat Dengan Judul “ Veruka
Vulgaris ” Yang Diajukan Sebagai Persyarat Untuk Mengikuti Kks Ilmu Penyakit Kulit Dan
Kelamin.

Pada Kesempatan Ini Penulis Mengucapkan Terimakasih Kepada Dr. Hj. Hervina,
Sp.Kk FINDV, MKM Selaku Pembimbing Saya Sehingga Refarat Ini Dapat Selesai Pada
Waktunya.

Mohon Maaf Jika Dalam Penulisan Refarat Ini Masih Terdapat Kesalahan. Kritikan
Dan Saran Sangat Saya Harapkan Sebagai Penyempurnaan Laporan Kasus Ini. Atas Perhatian
Dan Sarannya Saya Ucapkan Terima Kasih.

Binjai, 2 februari 2021

Penulis

DAFTAR ISI
i
Halaman

Kata Pengantar ................................................................................... I


Daftar Isi ............................................................................................ II
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang........................................................... 1
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi........................................................................ 2
2.2 Etiologi ...................................................................... 3
2.3 Epidemiologi.............................................................. 3
2.4 Faktor Resiko............................................................. 3
2.5 Diagnosis ................................................................... 3
2.5.1 Anamnesa ......................................................... 3
2.5.2 Pemeriksaan Fisik ............................................ 4
2.5.3 Pemeriksaan Penunjang ................................... 4
2.6 Patogenesis ................................................................ 4
2.7 Patofisiologi .............................................................. 5
2.8 Diagnosa Banding ..................................................... 5
2.9 Penatalaksanaan ........................................................ 6
2.9.1 Non Farmakologi ............................................. 6
2.9.2 Farmakologi ..................................................... 6
2.10 Edukasi ................................................................... 7
2.11 Komplikasi .............................................................. 7
2.12 Prognosis ................................................................ 7
2.13 Profesionalisme....................................................... 7
Bab V Penutup
3.1 Kesimpulan....................................................................... 8
Daftar Pustaka.................................................................................... Iv

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Veruka merupakan hiperplasia epidermis yang disebabkan oleh virus dari kelompok
human papillomavirus (HPV). Terdapat banyak turunan HPV. Sebagian cenderung
menginfeksi daerah alat kelamin atau anus, menimbulkan kutil genital, sedangkan yang
lain mengkolonisasi jari dan tangan, menimbulkan kutil biasa. Kutil ditularkan melalui
kontak kulit ke kulit sedangkan kutil genital dianggap sebagai penyakit menular seksual.
Kutil (Verruca Vulgaris) adalah papul jinak yang dapat timbul di bagian mana saja di
kulit. Veruka lebih sering ditemukan pada anak-anak atau dewasa muda, namun veruka
juga dapat terjadi pada orang tua. Veruka vulgaris dapat muncul dimana saja pada
permukaan kulit, khususnya pada jari, tangan dan lengan.(Khairuzzaman, 2016)
Virus HPV penyebab veruka vulgaris ini tidak memberikan gejala akut, namun
pertumbuhan lesinya bersifat perlahan dan menyebabkan perluasan fokal daripada sel
epitel. Lesi dapat diam dalam periode subklinis dalam waktu yang lama atau tumbuh
menjadi sebuah massa yang secara awam dikenal sebagai kutil. (Khairuzzaman, 2016)
Sampai saat ini, belum ada data pasti mengenai prevalensi penyakit ini, hal ini
disebabkan tidak semua pasien dengan veruka datang untuk mencari bantuan tenaga
medis, karena sifat daripada lesi itu sendiri yang tidak terlalu mengganggu aktivitas
sehari-hari dan terkadang dapat sembuh sendiri seiring berjalannya waktu. Namun lesi ini
juga dapat menyebar ke bagian tubuh lain, sering mengalami rekurensi, serta
menimbulkan bekas berupa jaringan parut. Terapi yang dilakukan tidaklah bertujuan
untuk menghilangkan etiologi penyebab, namun lebih bersifat kosmetik. (Khairuzzaman,
2016)

BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Veruka vulgaris atau sering dikenal dengan nama kutil (common wart) sering terjadi
pada anak-anak, tetapi juga terdapat pada dewasa dan orang tua. Tempat predileksi
utamanya adalah di ekstremitas bagian ekstensor, walaupun demikian penyebarannya
dapat ke bagian lain tubuh termasuk mukosa mulut dan hidung. Kutil ini berbentuk bulat
berwarna abu-abu, besarnya lentikular atau dapat berkonfluensi berbentuk plakat serta
permukaannya kasar (verukosa). (Anda et al., 2015)

Gamabar. 1 . Veruka Vulgaris

2.2 Etiologi
Kutil adalah pertumbuhan jinak yang disebabkan human papiloma virus (HPV), ini
terjadi di berbagai permukaan kulit yang dilapisi epitel. Semua genom HPV tersusun dari
8000 pasang basa nukleotida, yang ditampilkan sebagai suatu sekuens linear tetapi
sebenarnya merupakan lingkaran tertutup dari DNA untai ganda. Kotak-kotak tersebut
menggambarkan gen-gen virus, masing-masingnya mengkode suatu protein. Regio
regulasinya ialah segmen DNA yang tidak mengkode protein, tetapi berpartisipasi dalam
meregulasi ekspresi gen virus dan replikasi dari DNA virus.
Penyebab veruka vulgaris ialah Human papillomavirus (HPV), terutama HPV tipe 2
diikuti tipe 1 dan 4. (ForbeForbes, M. K., Eaton, N. R., & Krueger, R. F. (2018). Akses
Publik HHS Naskah penulis. 305, 1–24.s, Eaton and Krueger, 2018)

2.3 Epidemiologi

2
Semua kalangan usia dapat terkena penyakit ini, tetapi pada bayi dan anak usia
dini jarang ditemukan. Insiden terbanyak pada anak usia sekolah dan mencapai
puncaknya pada masa remaja dan dewasa muda dengan frekuensi kejadian yang sama
pada laki-laki dan perempuan. Veruka vulgaris tersebar luas di seluruh dunia dan
diperkirakan terjadi pada 7-12% dari seluruh populasi.(Tampi, Mawu and Niode, 2016)

Veruka vulgaris dapat terjadi pada semua usia, umumnya terdapat pada anak-
anak dan dewasa muda sekitar 25%. Belum ada data pasti mengenai jumlah pasien veruka
vulgaris di Indonesia. Terdapat 23 pasien veruka vulgaris (0,41%) dari 5.644 pasien yang
datang berobat ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan dan 121
pasien veruka vulgaris (1,75%) dari 6.908 pasien.(ForbeForbes, M. K., Eaton, N. R., &
Krueger, R. F. (2018). Akses Publik HHS Naskah penulis. 305, 1–24.s, Eaton and
Krueger, 2018)

2.4 Faktor Resiko


1. Paling banyak pada anak-anak.
2. jenis kelamin : Insiden pada pria dan wanita sama (Sefri Hardiansyah, 2018)

2.5 Diagnosa.
2.5.1 Anamnessa.
keluhan utama tumbuh kutil pada jari sejak dua minggu yang lalu. Keluhan
dirasakan sejak dua minggu yang lalu. Pada awalnya timbul kutil pada ibu jari kanan.
Keluhan nyeri dan gatal disangkal. Kutil pada penderita dirasakan tdak terlalu
mengganggu aktivitas.

2.5.2 Pemeriksaan fisik


 lokasi lesi terdapat pada falang satu dan tiga dextra. tersering ditemukan di tangan
(terutama jari tangan), selain itu bisa terdapat di lutut, siku atau bagian tubuh lain
yang terkena trauma.(Rahmawati et al., 2020)
 Effloresensi berupa papula putih keabuan, bentuk bulat, ukuran ± 3-4 mm,
multiple, berbatas tegas, padat dengan permukaan kasar,di atas kulit normal.
(Khairuzzaman, 2016)

2.5.3 Pemeriksaan Penunjang

3
 Histopatologi Gambaran epidermal akantosis dengan papilomatosis,
hiperkeratosis, parakeratosis, terdapat pemanjangan rete ridges kearah tengah
veruka, dan penonjolan pembuluh darah dermis yang memungkinkan terjadinya
trombus. Pemeriksaan histopatologi diperlukan pada lesi yang memiliki diagnosis
banding atau kelainan yang luas. Gambaran histopatologis epidermis pada veruka
vulgaris akan didapatkan hyperkeratosis, parakeratosis, pailomatosis, dan
akantosis. Pada dermis akan didapatkan pelebaran pembuluh darah dan sebukan
sel-sel radang kronik (Neo et al., 2009) & (Steven KL , 2019)

Gambar 2. Histopatologi

 Dermoskopi Gambaran red-black (hemorrhagic) dot dikelilingi white halo yang


dihubungkan dengan papilomatosis, red-black (hemorrhagic) streaks pada weight
bearing area palmoplantar, dan hairpin vessels. Pemeriksaan dermoskopi dapat
membantu diagnosis dan evaluasi terapi . (Neo et al., 2009)

Gambar 2.3 .Gambaran Dermoskopi

4
2.6 Patogenesis
Defek membran kulit sehingga virus masuk dengan autoinokulasi atau
inokulasi lalu memasuki stem cell atau merubah sel yang terinfeksi mejadi
menyerupai stem cell. DNA viral akan bergabung dengan DNA di dalam sel dengan
bantuan protein virus.infeksi di sel basal akan menyebabkan peningkatan proliferasi
menyebabkan hyperplasia sel. Lalu muncul pada kulit setelah 2-9 bulan inokulasi.
(suhana bt.bahtiar.2017)

2.7 Patofisiologi
Inokulasi bisa terjadi karena autoinokulasi atau inokulasi dari luar menginfeksi
kulit atau membrane mukosa. Infeksi ke epidermis bisa dikarenakan defek membrane
misal: disebabkan gesekan, luka atau kulit digaruk. Virus akan masuk melalui lapisan
kulit yang rusak ke bagian epidermis. Virus harus memasuki sel punca atau merubah
sel yang terinfeksi menjadi menyerupai sel punca.

Virus akan memasukan bagian DNA dan protein virus  ke dalam sel yang
terinfeksi.Setelah masuk, sebuah salinan atau beberapa salinan dari DNA viral
bergabung dengan DNA di dalam sel dengan bantuan protein virus. Lalu terdapat dua
jalur yaitu:

1. Fase lysogenic virus akan masuk dalam keadaan dorman tidak menimbulkan
gejala

2. Fase lytic virus akan bereplikasi terus menerus sehingga akan menyebabkan sel
mengalami ruptur sehingga akan menginfeksi sel-sel lain akan menimbulkan
gejala

Fase lysogenic dapat masuk ke fase lytic dikarenakan stress (faktor emosional,
terpapar sinar matahari berlebih). Infeksi virus di sel basal akan menyebabkan
peningktan proliferasi sel sehingga akan menyebabkan hyperplasia sel dan
menimbukan papilomatosis. (suhana bt.bahtiar.2017)

5
2.8 Diagnosis Banding

2.9 Penatalaksanaan
2.9.1 Non Farmakologi
 Krioterapi dengan nitrogen cair.
 krioterapi (bedah beku) dengan nitrogen cair digunakan pada kutil yang tidak
berhasil diobati dengan obat olesan. (Khairuzzaman, 2016)
 Elektrodesikasi dan kuretase
 Setelah diberikan anastesi lokal dengan lidokain, letakkan jarum listrik pada
puncak lesi dan tahan hingga jaringan mulai agak menggelembung.
Selanjutnya lesi dapat diangkat dengan kuret. (Khairuzzaman, 2016)

2.9.2 farmakologi
2.9.2.1 Sistemik

6
Tidak Ada
2.9.2.2 Topikal
 Asam salisilat
Obat ini mempunyai efek keratolitik. Cara pemakaiannya dioleskan 2 tetes, 2
kali sehari. Obat ini hanya dioleskan pada kulit yang terkena veruka vulgaris
saja.
 Asam laktat
Obat ini mempunyai efek kaustik. Cara pemakaiannya dioleskan 1 tetes, 2 kali
sehari hanya pada kulit yang terkena veruka vulgaris.

2.10 Edukasi
 Kurangi kontak dengan lesi karena dapat meningkatan risiko penularan ke
bagian tubuh yang lain
 Jangan mencoba untuk mencabut lesi.
 tidak menggaruk lesi.
 Menjaga higiene perorangan supaya tidakt ertular, misalnya dengan
menghindari kontak langsung (Neo et al., 2016)

2.11 Komplikasi
Pada veruka jenis veruka vulgaris tidak terdapat literatur atau penelitian yang
menunjukan komplikasi yang berarti. Tetapi hal ini tidak senada dengan veruka pada
genital atau veruka genitalis. Risiko terbentuknya kanker serviks pada wanita yang
menderita veruka genitalis tinggi, terlebih lagi pada wanita yang mempunyai
kebiasaan merokok.(suhana bt.bahtiar.2017)

2.12 Prognosis
Prognosis Baik. Veruka vulgaris merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri.
65% sembuh spontan dalam 2 tahun.(Sefri Hardiansyah, 2018)
Bila dekstrusi baik ,tidak terjadi rekurensi akan tetapi,dapat juga terjadi infeksi
berulang atau regresi spontan. (Menaldi ,2016)

2.13 Profesionalisme

7
Membantu mengontrol kesembuhan pasien dengan pemberian obat dan dosis
yang tepat. Dan kontrol ulang, bila keadaan tidak membaik bisa dirujuk ke dokter
spesialis kulit dan kelamin.

BAB III
KESIMPULAN

Veruka vulgaris atau sering dikenal dengan nama kutil (common wart) sering terjadi
pada anak-anak, tetapi juga terdapat pada dewasa dan orang tua. Tempat predileksi
utamanya adalah di ekstremitas bagian ekstensor, walaupun demikian penyebarannya
dapat ke bagian lain tubuh termasuk mukosa mulut dan hidung. Kutil ini berbentuk bulat
berwarna abu-abu, besarnya lentikular atau dapat berkonfluensi berbentuk plakat serta
permukaannya kasar (verukosa). (Anda et al., 2016)
Pemeriksaan fisik : lokasi lesi terdapat pada falang satu dan tiga dextra. tersering
ditemukan di tangan (terutama jari tangan), selain itu bisa terdapat di lutut, siku atau
bagian tubuh lain yang terkena trauma.(Rahmawati et al., 2020)
Effloresensi berupa papula putih keabuan, bentuk bulat, ukuran ± 3-4 mm,
multiple, berbatas tegas, padat dengan permukaan kasar,di atas kulit normal.
(Khairuzzaman, 2016)
Pemeriksaan Penunjang Dermoskopi Gambaran red-black (hemorrhagic) dot
dikelilingi white halo yang dihubungkan dengan papilomatosis, red-black (hemorrhagic)
streaks pada weight bearing area palmoplantar, dan hairpin vessels. Pemeriksaan
dermoskopi dapat membantu diagnosis dan evaluasi terapi.6,7 . (Neo et al., 2016)
Edukasi Kurangi kontak dengan lesi karena dapat meningkatan risiko penularan
ke bagian tubuh yang lain ,Jangan mencoba untuk mencabut lesi. tidak menggaruk
lesi.Menjaga higiene perorangan supaya tidaktertular, misalnya dengan menghindari
kontak langsung (Neo et al., 2016)
Pada veruka jenis veruka vulgaris tidak terdapat literatur atau penelitian yang
menunjukan komplikasi yang berarti. Tetapi hal ini tidak senada dengan veruka pada
genital atau veruka genitalis. Risiko terbentuknya kanker serviks pada wanita yang

8
menderita veruka genitalis tinggi, terlebih lagi pada wanita yang mempunyai kebiasaan
merokok.(suhana bt.bahtiar.2017)
Prognosis Baik. Veruka vulgaris merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri.
65% sembuh sponlan dalam 2 tahun.(Sefri Hardiansyah, 2018)
Bila dekstrusi baik ,tidak terjadi rekurensi akan tetapi,dapat juga terjadi infeksi
berulang atau regresi spontan. (Menaldi ,2016)

DAFTAR PUSTAKA

1. Anda, P. et al. (2016) ‘Cryosurgery dalam Penatalaksanaan Veruka’, Portal Garuda,


pp. 2–9. Available at: http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=14459&val=970.
2. ForbeForbes, M. K., Eaton, N. R., & Krueger, R. F. (2018). Akses Publik HHS
Naskah penulis. 305, 1–24.s, M. K., Eaton, N. R. and Krueger, R. F. (2018) ‘Akses
Publik HHS Naskah penulis’, (305), pp. 1–24.
3. Hehanussa, A. et al. (2019) ‘Diagnosis Skrofuloderma dan Tuberkulosis Kutis
Verukosa pada Seorang Pasien ( Diagnosis of Skrofuloderma and Verrucous
Tuberculosis Cutis One Patient )’, Bikkk, 22(3), pp. 221–226.
4. Khairuzzaman, M. Q. (2016) ‘No Title 血清及尿液特定蛋白检测在糖尿病肾病早
期诊断中的意义’, 4(1), pp. 64–75.
5. Neo, A. G. et al. (2016) Photocyclization of tosylstilbenes as a key reaction in the
preparation of an analogue of the antitumor agent CC-1065, Journal of Organic
Chemistry. doi: 10.1021/jo900140t.
6. suhana Bt.Bahtiar.(2017),veruka vulgaris.laboratorium dermatologi dan
venereologi.fakultas kedokteran. mulawarna.
7. Rahmawati, Y. W. et al. (2020) ‘Manifestasi Klinis Infeksi Human Papillomavirus di
Bidang Dermatology dan Venereol- ogy’, 5(1), pp. 1–6.
8. Sefri Hardiansyah, E. (2018) 済無 No Title No Title, Jurnal Abdimas Dewantara. doi:
10.1017/CBO9781107415324.004.
9. Tampi, P. G. I., Mawu, F. O. and Niode, N. J. (2016) ‘Profil Veruka Vulgaris Di
Poliklinik Kulit Dan Kelamin Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Januari -
Desember 2013’, e-CliniC, 4(1), pp. 2–7. doi: 10.35790/ecl.4.1.2016.10974.
10. Menaldi, Sri Linuwih Sw. 2016. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Edisi Ketujuh,

9
Cetakan Pertama 2015. Penerbit: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Hal 141-142
11. Steven KL, William YT. Non-Genital Wart. Diakses dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4054795/ pada 14 Februaru 2019
12.  Witchey D, Witchey N, Roth-Kauffman M, Kauffman M. Plantar Warts: Epidemiology,
Pathophysiology, and Clinical Management. The Journal of the American Osteopathic
Association. 2018;118(2):92.

10

Anda mungkin juga menyukai