Anda di halaman 1dari 14

Refarat

Melanoma Maligna

Referat ini dibuat untuk melengkapi persyaratan mengikuti kepaniteraan klinik


senior (KKS) di bagian Ilmu Kedokteran Kulit dan Kelamin di
RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai

Disusun Oleh:

Lawrence Hasanah Rizal

102119030

Pembimbing :

dr. Hj. Hervina,Sp.KK, FINSDV, MKM

KKSILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RSUD. Dr.R.M. DJOELHAM BINJAI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BATAM

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan referat tentang “Melanoma Maligna”. Referat ini
disusun sebagai syarat untuk memenuhi menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior bagian
Ilmu Kulit dan Kelamin RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai.

Penulis menyadari bahwa, referat ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa adanya arahan,
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada dr. Hj. Hervina, Sp.KK, FINSDV, MKMselaku
pembimbing dan rekan-rekan sejawat seperjuangan yang telah memberikan dukungan
kepada penulis. Semoga arahan, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal
ibadah pembimbing dan rekan-rekan sehingga memperoleh balasan yang lebih baik dari
Allah SWT.

Mengingat keterbatasan pengetahuan serta pengalaman penulis,penulis menyadari bahwa


referat ini tidak luput dari kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan referat ini. Semoga referat ini bermanfaat
bagi pembaca serta dapat dijadikan sebagai sumbangan pikiran untuk perkembangan
pendidikan khususnya pendidikan kedokteran.

Binjai,Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 2
MELANOMA MALIGNA
2.1 Definisi.................................................................................................... 2
2.2 Etiologi ................................................................................................... 2
2.3 Epidemiologi........................................................................................... 3
2.4 Faktor resiko........................................................................................... .... 3
2.5 Diagnosis................................................................................................. 4
2.5.1 Anamnesis................................................................................................ 5
2.5.2 Pemeriksaan Fisik..................................................................................... 5
2.5.3 Pemeriksaan Penunjang............................................................................ 5
2.6 Patofisiologi.............................................................................................. 5
2.8 Diagnosis banding.................................................................................... 6
2.9 Penatalaksanaan........................................................................................ 6
2.10 Komunikasi dan Edukasi......................................................................... 7
2.11 Komplikasi............................................................................................... 8
2.12 Prognosis.................................................................................................. 8
2.13 Profesionalisme.......................................................................................... 9
BAB III KESIMPULAN.....................................................................................

10
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Melanoma merupakan keganasan agresif yang berasal dari sel penghasil pigmen
(melanosit). 95% kasus ditemukan pada kulit, namun dapat juga ditemukan pada
berbagai organ seperti mata, telinga, mulut, saluran cerna, mukosa genital dan
leptomeningen. Risiko metastasis melanoma lebih besar dibandingkan kanker kulit
lain seperti karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa. Meskipun kejadian
melanoma lebih jarang dibandingkan kedua kanker kulit tersebut, namun melanoma
lebih sering menyebabkan kematian, (Bae E,2019)
Keluhan utama melanoma kulit adalah terjadinya perubahan pigmentasi kulit
yang dapat disertai perdarahan, pengerasan kulit dan gatal. Tanda lain yang penting
adalah lesi melanoma tampak berbeda dibandingkan lesi kulit lain, disebut dengan
“The Ugly Duckling Sign”. (Bartov V, 2018)
Melanoma merupakan kanker kelima terbanyak pada pria dan kanker keenam
terbanyak pada wanita. Insiden melanoma meningkat cepat diseluruh dunia, bahkan
pada negara yang dahulunya memiliki insiden melanoma rendah.yaitu sekitar 75%
dari semua kasus kanker kulit. Pembedahan merupakan modalitas utama dan paling
efektif pada kasus melanoma. Namun pada kondisi dimana pembedahan tidak dapat
dilakukan atau terdapat faktor komorbid serta prognostik yang buruk dari hasil
histopatologi post operasi, maka diperlukan terapi adjuvan post operasi lain yang juga
efektif. Saat ini radioterapi menjadi salah satu pilihan terapi yang dinilai cukup
efektif dan aman baik untuk tujuan kuratif maupun paliatif pada kasus melanoma
(Bae E,2019)

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Melanoma merupakan keganasan agresif yang berasal dari sel penghasil
pigmen (melanosit). 95% kasus ditemukan pada kulit, namun dapat juga
ditemukan pada berbagai organ seperti mata, telinga, mulut, saluran cerna,
mukosa genital dan leptomeningen. Karena sebagian besar sel melanoma masih
menghasilkan melanin, maka melanoma sering berwarna colat atau hitam.(Bae
E,2019)

2.2 Etiologi
luka bakar yang parah pada masa kanak-kanak sangat terkait dengan
peningkatan risiko melanoma, sementara pajanan akibat kerja tidak
meningkatkan risiko. Temuan ini mendukung hipotesis bahwa risiko melanoma
dipengaruhi terutama oleh paparan sinar matahari yang intens secara intermiten
yang tampaknya melumpuhkan pengawasan kekebalan normal dan kerusakan
melanosit abnormal. Kulit terbakar pada masa remaja merusak pengawasan
kekebalan seumur hidup dan mengganggu apoptosis normal sel neoplastik.
Kerentanan genetik juga dapat membantu menjelaskan melanoma di area yang
tidak terkena matahari/ tertutup. Sebanyak 1 dari 10 kasus melanoma mungkin
terkait dengan gen yang diturunkan yang diturunkan. (Bartos V, 2018)

2
3

2.3 Epidemiologi
Melanoma merupakan kanker kelima terbanyak pada pria dan kanker keenam
terbanyak pada wanita. Insiden melanoma meningkat cepat diseluruh dunia,
bahkan pada negara yang dahulunya memiliki insiden melanoma rendah.
Peningkatannya dari 4,7 menjadi 7,7 kasus per 100.000 laki – laki lanjut usia dan
dari 5,5 menjadi 13,9 kasus per 100.000 perempuan Risikonya meningkat seiring
dengan pertambahan usia. Orang kulit putih diperkirakan memiliki risiko
melanoma 10 kali lipat lebih besar dibanding orang kulit hitam, orang Asia dan
Hispanic. Tempat predileksi melanoma umumnya pada daerah dada dan
punggung pada pria dan tungkai bawah pada wanita

2.4 Faktor Resiko

a. Paparan cahaya matahari dan radiasi ultraviolet

Sinar Ultraviolet (UV) bisa berasal dari matahari atau tanning beds. Sinar UV dapat
merusak DNA sel-sel kulit, merusak gen yang menguntrol pertumbuhan dan pembelahan
sel hingga mengakibatkan terbentuknya sel-sel ganas. (Bristow I, 2016)

b. Riwayat keluarga dengan melanoma Sekitar 5-10% pasien melanoma memiliki


riwayat keluarga dengan melanoma. Riwayat melanoma pada keluarga tingkat
pertama meningkatkan risiko melanoma sebanyak 2 kali lipat. Faktor genetik pada
melanoma dikaitkan dengan mutasi gen CDKN2A (p16). Melanoma dengan
predisposisi genetik biasanya terjadi pada usia yang lebih muda (< 40 tahun), terdapat
lesi primer multipel atau terdapat riwayat lesi prekursor seperti nevus displastik.
Melanoma dengan predisposisi genetik cenderung bersifat superfisial dan memiliki
prognosis yang lebih baik. (Bristow I, 2016)

c. Riwayat melanoma kulit sebelumnya

Riwayat melanoma kulit sebelumnya meningkatkan risiko melanoma kulit primer


kedua sebesar 2.3% (10 kali lipat dibanding populasi normal). Risiko kumulatif
terjadinya melanoma primer kedua pada survivor mela-noma kulit adalah 0.99% pada
1 tahun, 2.06% pada 5 tahun, 3.17% pada 10 tahun dan 5.34% pada 20 tahun.
Peningkatan risiko pada survivor melanoma ini diduga berkaitan dengan kerentanan
genetik, gaya hidup dan kepatuhan melakukan control rutin. (Bristow I, 2016)
4

d. Nevi berukuran besar atau multipel

Nevi berukuran besar (> 2% area permukaan tubuh atau diameter > 20 cm)
meningkatkan risiko melanoma 2,5 kali. Selain itu, nevi multiple juga meningkatkan
risiko melanoma. Pada individu yang memiliki 16-40 nevus, risiko relative / Relative
Riskmenderita melano-ma sebaesar 1.47 disbanding individu dengan nevus < 15.
Sedang individu dengan nevus 101-120, memiliki risiko relative menderita melanoma
sebesar 6.89 (Bristow I, 2016)

e. Kondisi imunosupresi

Semua terapi imunosupresi seperti pada pasien paska transplantasi organ


berpotensi merusak skin immune system network sel dan sitokin, yang menyebabkan
meningkatnya insiden kanker kulit termasuk melanoma (Bristow I, 2016)

f. Warna kulit

Individu dengan kulit putih memiliki risiko mengalami melanoma kulit 10 kali
lipat lebih besar dibandingkan kulit hitam, ras Asia dan Hispanic. Hal ini mungkin
terkait dengan sensitivitas yang lebih tinggi pada kulit putih terhadap paparan sinar
matahari. Khusus untuk subtipe Acral Lentiginous Melanoma (ALM), jarang
ditemukan pada orang kulit putih (sekitar 2-8%) namun lebih sering ditemukan pada
orang kulit hitam (60–72%) dan orang Asia (29–46%) (Bristow I, 2016).

2.5 Diagnosis.

a. Anamnesis

Memberikan pertanyaanriwayat terpapar sinar matahari yang lama, riwayat kulit


terbakar yang berulang akibat paparan sinar matahari, riwayat menderita melanoma
maligna sebelumnya ataupun keluarga yang pernah menderita melanoma maligna,
riwayat immunosuppressant diseases, dan jika memang ada lesiditanyakan sesuai
Glasgow 7-point checklistdimana jika ada 2 poin dari kriteria mayorseperti perubahan
ukuran, perubahan warna, dan perubahan bentuk dengan 1 poin dari kriteria minor
seperti mengeluarkan darah, perubahan sensasi, inflamasi atau diameter lebih dari
7mm. jika didapatkan3 poin maka dicurigai terdapatkeganasan kulit (Nevares, 2018)

b. Pemeriksaan Fisik

Ada 4 jenis melanoma maligna yang berbeda terlihat dari gambaran klinis:

 Superficial Spreading Melanoma (SSM)merupakan 70% jenis melanoma


maligna, biasanya berkembang pada tempat yang sebelumnya ada naevus,
mengalami perubahan yang lambat hingga membutuhkan beberapa tahun,
5

kemudian tumbuh secara vertikal dan berkembang menjadi nodula


birukehitaman.Berupa plak berukuran 0,5 –3 cm dengan tepi meninggi dan
ireguler. Terdapat bermacam-macam warna, seperti abu-abu, biru, hitam, dan
kemerahan (Wang B, 2019)

 Nodular melanoma(NM), terhitung 15% dari semua melanoma

maligna dan bisa menjadi lebih agresif daripada SSM dengan permulaan klinis
yang pendek. Lesiini berasal dari de novo di kulit dan lebih banyak pada laki-
laki daripada perempuan, biasanya di badan, kepala, atau leher. Biasanya
berupa papula berwarna biru atauhitam, diameternya 1-2 cm, dan berbatas
tegas

 Lentigo Maligna Melanoma(LMM), jenis ini jarang ditemukan di Indonesia, di


Negara barat lokasi yang tersering pada wajah sekitar 4-10% dan umumnya
pada usia tua, pertumbuhannya vertikal dan sangat lambat, berupa makula
kecokelatan.LMM berhubungan dengan paparan sinar matahari yang panjang
dan intens, lebih sering terkena perempuan daripada laki-laki

 Acral Lentigo Melanoma (ALM), ini biasanya banyak

ditemukan pada orang kulit berwarna.Biasa pada orang Asia terutama Jepang,
terhitung insiden 70% di Jepang.Lesiini berwarna dan sering ditemukan pada
telapak tangan, telapak kaki, atau di bawah nail bed. Jenis ini dinyatakan
paling agresif dibanding jenis yang lain

c. Pemeriksaan dermoskopi

Pemeriksaan ini dilakukan sesuai dengan manifestasi klinis “Melanoma Maligna


ADCDEF”

d. Pemeriksaan Histopatologi dengan Biopsi

Pemeriksaan histopatologi dengan biopsi ini merupakan standar diagnosis melanoma


maligna. Apabila ditemukan lesi pigmentasi yang diduga melanoma maligna setelah lesi
pigmentasi memenuhi 2 kriteria mayor dan 1 kriteriaminor maka selanjutnya dilakukan
biopsi eksisi luas. Semua lesi yang diduga melanoma maligna seharusnya dihilangkan
sempurna vertikal dan horizontal.Prinsip biopsi harus sempurna, jenis biopsi tergantung pada
ukuran dan lokasi anatomi lesi. Bila kurang dari 2 cm dilakukan eksisi tumor dengan batas
tumor 2-5 mm sedangkan insisi tumor dilakukan ketika diameter lesi lebih dari 2 cm dan
secara anatomi letak lesi sulit seperti di daerah wajah.Tindakanlymph node dissection dan
terapi adjuvan dipengaruhi oleh kedalaman lesi. Untuk 5-6 mm punch biopsy dilakukan
untuk mengambil lesi yang mencapai subcutaneous fat. (Richtig, 2018)

2.6 Patofisiologi

Melanosit adalah sel dendritik khusus yang berasal dari puncak saraf yang
memiliki kemampuan untuk menyebar ke seluruh permukaan tubuh. Kemampuan
penyebaran ini dapat membantu menjelaskan kemampuan melanoma untuk
6

bermetastasis di seluruh dataran jaringan dan melalui pembuluh darah, saraf, dan
limfatik. Metastasis ini membantu membuat melanoma lebih mematikan daripada
kanker kulit lainnya yang terbatas pada penyebaran yang berdekatan. Meskipun kaki
menerima lebih sedikit paparan sinar matahari, melanoma pada kaki lebih mematikan
daripada melanoma paha bagian proksimal. Meskipun tingkat kelangsungan hidup 5
tahun untuk melanoma pada anak sapi adalah 94%, tingkat kelangsungan hidup 5
tahun untuk melanoma kaki adalah 77%. Melanoma akral memiliki prognosis yang
jauh lebih buruk daripada subtipe melanoma lainnya (Richtig E, 2018)

2.7 Diagnosis Banding

 Nevus Displastik/nevus Atipik

 Karsinoma sel basal

 Blue nevi

2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan berdasarkan stadium

1. Tindakan Bedah

- Eksisi dengan evaluasi tepi lesi

- Mohs Micrography Surgery

2. Terapi Sistemik

Stadium I dan II

- Interferon- alpha dosis rendah : 3 mU s.c 3x seminggu selama 18 -24 bulan

- Interferon- alpha dosis tinggi : 15-20 mU/m i.v (atau i.m) 5 hari/minggu selama
4 minggu atau 10 mU/m* s.c 3x/minggu

- Injeksi BCG subkutan 0,375mg, diulang setiap 1-3 bulan

Stadium lll dan IV sesuai dengan peformance status (ECOG 0-4)

- Hasil kurang baik cukup diberikan kemoterapi single: dacarbazine dosis 1000
mg/m (hari 1, intravena) atau dacarbazine dosis 250 mg/m (hari 1-5,intravena)

Hasil baik diberikan kombinasi kemoterapi (CVD)

- Cisplatin dosis 20 mg/m (hari 1-4, intravena)

- Vinblastin dosis 1,2-4 mg/m (hari 1-4, intravena)


7

- Dacarbazine dosis 20 mg/m (hari 1, intravena)

Bila terdapat metastasis ke otak, diberikan temozolamide dosis 200 mg/m2

(hari 1-5 oral). (Moreno S, 2015)

3. Terapi Radiasi

a. Tatalaksana radiasi

Melanoma sudah sejak lama dianggap bersifat radioresisten, hal ini didasari oleh cell
survival modelsyang memperlihatkan cell linesmelanoma memiliki kemampuan
yang tinggi untuk memperbaiki kerusakan subletal akibat radiasi. Untuk mengatasi
hal ini di rekomendasikan penggunaan regimen hipofraksinasi,namun toleransi
radiasi pada jaringan normal harus benar-benar diperhatikan untuk mencegah
terjadinya kerusakan ireversibel akibat radiasi

b. Indikasi radiasi pada lesi primer

Melanoma dengan batas sayatan suboptimal Pada sebagian besar kasus melanoma
post operasi dengan batas sayatan suboptimal, dilakukan reeksisi dengan margin
yang lebih lebar. Namun pada beberapa lokasi khususnya didaerah kepala leher,
batas sayatan yang lebar mungkin sulit dicapai tanpa disertai defisit kosmetik yang
besar. Radioterapi dapat dipertimbangkan pada kasus ini. Didapatkan local control
rate sebesar 88% post kombinasi operasi dan radioterapi dengan regimen
hipofraksinasi

c. Lesi ulserasi yang tebal

Lesi T4b (> 4 mm dan ulseratif) memiliki local relapse rate post operasi sebesar 10%
–15%. Pada kasus ini direkomendasikan margin operasi > 3 cm (Wang M, 2018)

2.9 Edukasi dan Komunikasi

1.Edukasi dan informasi kepada pasien tentang penyakit melanoma, upaya diagnosis,
dan penatalaksanaannya.

2. Edukasi tentang manfaat dan efek samping pengobatan (eksisi luas, diseksi KGB,
kemoterapi, radioterapi, terapi lokal).

3. Monitoring respon pengobatan:

 Setidaknya pemeriksaan kulit tahunan seumur hidup

 Edukasi pasien untuk pemeriksaan kulit mandiri secara berkala serta


pemeriksaan KGB untuk stadium IA-IV NED

 Pemeriksaan darah rutin tidak direkomendasikan


8

 Pencitraan radiologis dindikasikan untuk menginvestigasi tanda atau gejala


spesifik USG KGB regional dapat dipertimbangkan pada pasien dengan
pemeriksaan fisik KGB tidak jelas, pasien yang ditawarkan namun tidak
menjalani SLNB, atau pasien dengan SLNB positif yang tidak menjalani
diseksi KGB lengkap.

 Ultrasonografi KGB basin bukan merupakan penganti SLNB.

 Jadwal tindaklanjut dipengaruhi oleh risiko rekurensi, melanoma primer


sebelumnya, dan riwayat keluarga melanoma, dan meliputi faktor-faktor lain,
seperti moles atipik/nevi displastik, dan kepentingan pasien/dokter

2.10 Komplikasi

1. Metastasis dapat terjadi pada local (di dalam atau sekitar lesi primer),
padalimfonodi, atau pada:

- Kulit yang jauh dari lesi primer

- Limfonodi yang jauh

- Organ-organ dalanm

- Tulang

- CNS.

2. Metastasis dapat berlangsung cepat secara hematogen maupun limfogen.

3. Ulkus mudah berdarah. (Wang M, 2018)

2.11 Prognosis

Prognosis melanoma tidak ditentukan oleh satu macam faktor saja, namun
multifaktor dan utamanya bergantung pada: (1) ketebalan tumor, (2) ada tidaknya
ulserasi secara histologi, dan (3) adanya metastase pada kelenjar limfe.

Pada Cutaneus Melanoma stage I dan II

 Bila ketebalan tumor Imm diasosiasikan dengan angka ketahananhidup antara


91-95% tergantung ada tidaknya ulserasi secara histologidan klasifikasi Clark
lebih besar dari tingkat III.

 Ketebalan tumor 1-4 mm, diasosiasikan dengan angka ketahan hidupantara 63-
89% bergantung pada ulserasi dan ketebalan dari tumorprimer.

 Tebal tumor >4 mm memil iki angka ketahanan hidup 67% tanpaulserasi, dan
45% dengan adanya ulserasi primer.
9

 Adanya ulserasi akan menurunkan angka ketahanan hidup pada setiaptingkat


tumor. (Bristow I, 2016)

Stage III

Metastase pada kelenjar limfë regional diasosiasikan dengan angka ketahanan hidup 5
tahun sebesar 13-69%, tergantung pada jumlah kelenjar limfe yang telah terkena, secara
mikroskopik maupun makroskopik, dan adanya ulserasi pada tumor primer.

Stage IV

Prognosis untuk melanoma yang telah bermetastase jauh sangatlah buruk,dengan angka
ketahanan hidup median hanya 6-9 bulan dan 5 tahunsebesar 7-19%, tergantung pada
tempat yang terkena metastase.Umumnya, metastase pada jaringan lunak, kelnjar, dan
paru-paru memilikiprognosis yang lebih baik dibandingkan dengan adanya metastase
keorgan-organ dalam, seperti hati. (Bristow I, 2016)

2.13 Provesionalisme

 membantu pasien untuk menilai perubahan nevi seperti pada bentuk ,ukuran,
batas,warna, tanda2 keganasan

 Merujuk ke dokter spesialis kulit untuk di lakukan tindakan lebih lanjut


BAB III

KESIMPULAN

Melanoma merupakan keganasan agresif yang berasal dari sel penghasil


pigmen (melanosit). 95% kasus ditemukan pada kulit, namun dapat juga
ditemukan pada berbagai organ seperti mata, telinga, mulut, saluran cerna,
mukosa genital dan leptomeningen. Karena sebagian besar sel melanoma masih
menghasilkan melanin, maka melanoma sering berwarna colat atau hitam.
Melanoma merupakan kanker kelima terbanyak pada pria dan kanker keenam
terbanyak pada wanita. Insiden melanoma meningkat cepat diseluruh dunia,
bahkan pada negara yang dahulunya memiliki insiden melanoma rendah.
Peningkatannya dari 4,7 menjadi 7,7 kasus per 100.000 laki – laki lanjut usia dan
dari 5,5 menjadi 13,9 kasus per 100.000 perempuan Risikonya meningkat seiring
dengan pertambahan usia. Faktor resiko terjadinya melanoma meliputi, Paparan
cahaya matahari dan radiasi ultraviolet,riwayat keluarga dengan
melanoma,riwayat melanoma kulit sebelumnya, nevi berukuran besar atau
multipel. Diagnosis di tegakan berdasarkan anamnesis, pemerisaan fisik,
pemeriksaan penunjang. Prognosis melanoma tidak ditentukan oleh satu macam
faktor saja, namun multifaktor dan utamanya bergantung pada: (1) ketebalan
tumor, (2) ada tidaknya ulserasi secara histologi, dan (3) adanya metastase pada
kelenjar limfe.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Bae E, Leone D, Konnikov N, Mahalingam M. Demographics, Risk


Factors, and Incidence of Melanoma in Patients in the New England VA
Healthcare system. Mil Med. 2019 May
2. Bartos V, Kullová M. Malignant Melanomas of the Skin Arising on the
Feet. Klin Onkol. 2018 Jul.
3. Bristow I, Bower C. Melanoma of the Foot. Clin Podiatr Med Surg. 2016
Jul.
4. Nevares-Pomales OW, Sarriera-Lazaro CJ, Barrera-Llaurador J, Santiago-
Vazquez M, Lugo-Fagundo N, Sanchez JE, Sanchez JL. Pigmented
Lesions of the Nail Unit. Am J Dermatopathol. 2018
5. Richtig E. ASCO Congress 2018: melanoma treatment. Memo. 2018
6. Wang B, Qu XL, Chen Y. Identification of the potential prognostic genes
of human melanoma. J Cell Physiol. 2019 Jun
7. Wang M, Xu Y, Wang J, Cui L, Wang J, Hu XB, Jiang HQ, Hong ZJ,
Yuan SM. Surgical Management of Plantar Melanoma: A Retrospective
Study in One Center. J Foot Ankle Surg. 2018 Jul

Anda mungkin juga menyukai