Anda di halaman 1dari 22

PAPER NAMA : M.

FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001

PAPER

PLEOMORFIC ADENOMA

Disusun oleh:
M. FAHRI ARIZA

140100001

Pembimbing:
dr. Fithria Aldy, M.Ked(Oph), Sp.M (K)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini dengan
judul “PLEOMORFIC ADENOMA “ Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada dokter pembimbing penulis, dr. Fithria Aldy, M.Ked(Oph),
Sp.M (K) yang telah meluangkan waktunya dan memberikan bimbingan serta
masukan dalam penyusunan paper ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari kesempurnaan
baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan
kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan paper selanjutnya.
Paper ini diharapkan bermanfaat bagi yang membaca dan dapat menjadi
referensi dalam pengembangan wawasan di bidang medis.

Medan, 18 Maret 2021

Penulis

i
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3
2.1 Anatomi ................................................................................................... 3
2.2 Definisi .................................................................................................... 6
2.3 Epidemiologi ............................................................................................ 7
2.4 Faktor Resiko ........................................................................................... 7
2.5 Etiologi .................................................................................................... 7
2.6 Gambaran Klinis ..................................................................................... 8
2.7 Diagnosis ................................................................................................ 9
2.8 Histopatologi ......................................................................................... 10
2.9 Diagnosis Banding ................................................................................ 12
2.10 Penatalaksanaan .................................................................................... 13
2.11 Prognosis ............................................................................................... 13
BAB III KESIMPULAN .................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 16

ii
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Rongga Mulut dan Palatum............................................................... 3
Gambar 2. Kelenjar Saliva Mayor .......................................................................4
Gambar 3. Kelenjar Saliva Minor ....................................................................... 5
Gambar 4. Adenoma Pleomorfik ........................................................................ 9
Gambar 5. Tomografi Komputer Pada Adenoma Pleomorfik ............................. 10
Gambar 6. Histopatologi Adenoma Pleomorfik .................................................. 11
Gambar 7. Operasi Pada Adenoma Pleomorfik................................................... 13

iii
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Adenoma pleomorfik adalah tumor jinak kelenjar saliva yang paling sering
terjadi pada kelenjar ludah minor. Adenoma pleomorfik pada palatum berasal dari
kelenjar ludah minor dan lebih sedikit terjadi dibanding adenoma pleomorfik yang
berasal kelenjar saliva mayor. Adenoma pleomorfik paling sering ditemukan pada
kelenjar saliva mayor (50%), palatum (42,8%), bibir atas (10,1%), pipi (5,5%),
tenggorok (2,5%) dan region retromolar (0,7%). Tumor ini merupakan tumor jinak
dengan karasteristik tumbuh lambat, setelah mencapai ukuran tertentu akan menetap
dan tidak berkembang lagi, tanpa rasa sakit, disertai pembengkakan dan tidak
menyebabkan ulserasi mukosa yang melapisinya. Adenoma pleomorfik mempunyai
kapasitas tumbuh membesar dan dapat berubah menjadi maligna. 1,2
Adenoma pleomorfik palatum dapat terjadi pada semua umur, namun paling
sering terjadi pada orang dewasa yaitu dekade ketiga sampai keenam kehidupan.
Angka kejadian pada wanita lebih sering dibandingkan laki-laki dengan
perbandingannya 2:1. Penyebabnya belum diketahui secara pasti namun diduga terjadi
akibat adanya kelainan kromosom klonal 8q12 dan 12q15. Beberapa faktor yang juga
dapat berpengaruh diantaranya adalah pemakaian tembakau, virus serta paparan
radiasi. 1,3,4,5
Adenoma pleomorfik ditemukan sekitar 3-10% dari neoplasma daerah kepala
dan leher. Pada kelenjar ludah mayor parotis sekitar 53-77%, tumor submandibular 44-
68% dan 33-43% dari kelenjar ludah minor. Palatum merupakan lokasi yang paling
sering pada intra oral yaitu sekitar 42,8%-68,8%. Di RS Moh. Hoesin Palembang
sendiri angka kejadian adenoma pleomorfik pada 5 tahun terakhir adalah sebanyak 2
kasus yaitu tumor pada palatum dan nasolabial.
Gambaran klinis adenoma pleomorfik palatum yaitu massa tumor tunggal,
berbentuk bulat dengan permukaan licin, padat kenyal, keras, batas tegas, mobile,
pertumbuhan lambat, tidak nyeri serta tidak ditemukan adanya tanda-tanda peradangan
dan ulkus.

1
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001

Pasien sering datang dengan keluhan timbul benjolan di langit-langit rongga mulut
sehingga mengeluh terganggu untuk mengunyah dan menelan makanan. Diagnosis
adenoma pleomorfik dapat ditegakkan melalui pemeriksaan histopatologi, FNAB
(Fine Needle Aspiration Biopsy) serta biopsi insisi. Pemeriksaan penunjang seperti
radiologi dengan tomografi komputer atau MRI untuk mengetahui lokasi, besar tumor,
batas tumor serta perluasan tumor. 4,6,9
Diagnosis banding dari adenoma pelomorfik palatum adalah abses palatum,
kista odontogenik, sarkoma, serta tumor jaringan lunak seperti limfoma, lipoma dan
fibroma. Perubahan kearah malignansi adalah 6% dari seluruh kasus adenoma
pleomorfik dengan gambaran klinis yaitu pertumbuhan yang cepat dan adanya riwayat
eksisi berulang. Pilihan penatalaksanaan dari adenoma pleomorik palatum adalah
eksisi tumor secara trans oral dengan angka kesembuhan mencapai lebih dari 95%.
Resiko kekambuhan sangat rendah. Tumor ini biasanya tidak kambuh kembali apabila
dilakukan pengangkatan tumor secara keseluruhan. 7,8,9
1.2 Manfaat
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menguraikan teori-teori
tentang Pleomorfic Adenoma. Penyusunan makalah ini sekaligus untuk memenuhi
persyaratan pelakasanaan kegiatan Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di
Departemen Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
1.3 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan
pemahaman penulis serta pembaca khususnya peserta P3D untuk lebih memahami
tentang Pleomorfic Adenoma, dan mampu melaksanakan diagnosis serta
penatalaksanaan terhadap gangguan ini sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter
Indonesia.

2
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi

Palatum durum memisahkan rongga mulut dengan rongga hidung dan dengan
sinus maksila. Mukosa palatum adalah epitel skuamosa pseudostratified berkeratin.
Lapisan submukosa terdiri atas kelenjar-kelenjar liur minor terutama daerah palatum
durum. Lapisan periosteal yang menutup palatum durum menjadi barier relatif untuk
penyebaran sel kanker ke os palatinum. Saraf dan pembuluh darah yang memperdarahi
dan mempersarafi palatum berasal dari foramina palatina di medial molar ketiga.
Foramina ini dapat menjadi jalur penyebaran tumor. Arteri palatina yang berasal dari
arteri maksilaris interna berjalan ke anterior melalui foramen nasopalatinum ke rongga
hidung menyediakan suplai darah. Jaras sensorik dan sekremotorik berasal dari cabang
maksilaris nervus trigeminal dan ganglion pterigopalatinum menuju palatum durum
melalui nervus palatinus. Secara anatomi palatum molle adalah bagian orofaring yang
terdiri atas mukosa di kedua permukaan. Diantaranya terdapat jaringan penyambung,
serabut otot, aponeurosis, pembuluh darah, kelenjar limfatik dan kelenjar liur minor.
Secara fungsional palatum molle memisahkan orofaring dan nasofaring selama proses
bicara dan menelan.8,10

Gambar 1. Rongga mulut dan palatum

3
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001

Kelenjar saliva merupakan suatu kelenjar eksokrin yang berperan dalam


mempertahankan kesehatan mulut. Kelenjar saliva merupakan organ yang terbentuk
dari sel-sel khusus yang mensekresi saliva kedalam rongga mulut. Saliva terdiri dari
cairan encer yang mengandung enzim dan cairan kental yang mengandung mukus.
Menurut struktur anatomisnya manusia memiliki kelenjar saliva yang terbagi atas
kelenjar saliva mayor dan minor. Kelenjar saliva mayor dan minor menghasilkan
saliva yang berbeda-beda menurut rangsangan yang diterimanya. Rangsangan ini
dapat berupa rangsangan mekanis seperti mastikasi, rangsangan kimiawi seperti rasa
pahit, manis, asam, asin, rangsang neural, rangsang psikis berupa emosi atau stress
dan rangsangan sakit. 11,12

Gambar 2. Kelenjar saliva mayor

Kelenjar saliva mayor terdiri dari sepasang kelenjar parotis, submandibula


dan sublingual. Kelenjar parotis terletak dibagian bawah telinga dibelakang ramus
mandibula meluas ke lengkung zygomatikum didepan telinga dan mencapai dasar
dari muskulus masseter. Duktus parotis yakni duktus stensen yang menyilang
permukaan otot masseter. Duktus kelenjar ini berjalan menembus pipi dan bermuara
ke vestibulum oris pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi berhadapan molar dua
atas.

4
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001

Duktus parotis merupakan kelenjar saliva terbesar dibanding yang lain dengan
berat 20-30 gram, panjang duktus 35-40 mm, dengan diameter 3 mm. Mengandung
sejumlah besar enzim antara lain amilase, lisozim, asam fosfatase, aldolase dan
kolinesterase. 11,12
Kelenjar submandibula merupakan kelenjar saliva terbesar kedua dengan
berat 8-10 gram. Berbentuk oval seperti kacang, terletak di trigonum submandibular.
Duktus mandibular disebut ductus Wharton. Duktus muncul dari permukaan bagian
dalam kelenjar dan berjalan sampai mencapai dasar mulut, kemudian bermuara pada
karunkula sublingualis didekat frenulum lidah. Panjang duktus 40-50 mm, dengan
diameter lebih kecil daripada ductus Stensen. Kelenjar submandibula terdiri 75%
serous dan 25% mukous. 11,12
Kelenjar sublingualis terletak dibawah lidah dan dibawah membran mukosa
mulut. Merupakan kelenjar terkecil dari kelenjar saliva mayor. Kelenjar ini
bentuknya memanjang dengan berat 2-3 gram. Duktusnya yaitu ductus Bartholin.
Kelenjar sublingual hampir seluruhnya mukous dengan sedikir serous. 11,12

Gambar 3. Kelenjar saliva minor

5
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001

Kelenjar saliva minor muncul setelah pembentukan kelenjar saliva mayor


yaitu pada minggu ke 12. Kelenjar saliva minor jumlahnya 600-1000 kelenjar dengan
ukuran 1-5 mm. Kelenjar ini merupakan sejumlah asinus yang terhubung dalam
lobulus kecil. Kebanyakan kelenjar saliva minor terletak dalam mukosa dan
submukosa rongga mulut, yang hanya mensekresi saliva kurang dari 5% dari
pengeluaran saliva selama 24 jam. Kelenjar saliva minor diantaranya glandula
labialis yang terletak pada bibir atas dan bibir bawah dengan asinus-asinus
seromukous. Glandula bukalis terdapat pada mukosa pipi dengan asinus-asinus
seromukous. Glandula lingualis anterior terletak pada bagian bawah ujung lidah
disebelah menyebelah garis median dengan asinus-asinus seromukous. Kelenjar
Von-Ebner atau disebut juga Gustatory Gland atau kelenjar lingualis posterior yang
terletak pada pangkal lidah dengan asinus-asinus mukous. Glandula palatum dengan
asinus yang bersifat mukous. Kebanyakan kelenjar saliva minor menerima inervasi
parasimpatis dari saraf lingual kecuali kelenjar saliva minor di palatum yang
menerima inervasi parasimpatis dari saraf palatina yang berasal dari ganglion
sfenopalatina.11,12
Sekresi saliva sekitar 0,5 -1,5 liter perhari, kecepatan aliran 0,1 sampai 4 ml
per menit. Pada kecepatan 0,5 ml/menit sekitar 95% saliva disekresi oleh kelenjar
parotis dan kelenjar submandibularis, sisanya disekresi oleh kelenjar sublingual dan
kelenjar-kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva berperan memproduksi saliva dimulai
dari proksimal oleh duktus asinus yang akan dialirkan ke duktus interkelasi, menuju
duktus interlobulus, kemudian duktus intralobulus dan berakhir pada duktus
kolektivus. 11,12
2.2 Definisi
Adenoma Pleumorfik merupakan tumor jinak yang tumbuh lambat,
konsistensi kenyal dengan permukaan yang halus, ekspansif, terlokalisir, berkapsul,
dapat digerakkan, tidak bermetastasis (tidak mempunyai anak sebar) dan tidak
menimbulkan rasa sakit. Tumor dapat membesar mendesak jaringan sekitarnya.

6
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001

Tumor ini merupakan tumor campur (benign mixed tumor), yang terdiri dari
komponen epitel, mioepitel dan mesenkim dan tersusun dalam beberapa variasi
komponennya. Dinamakan pleomorfik karena terbentuk dari sel-sel epitel dan
jaringan ikat yang secara histologi dikarakteristik dengan struktur yang beraneka
ragam, biasanya terlihat seperti gambaran lembaran, untaian atau seperti pulau-pulau
dari spindel atau stellata. 22
2.3 Epidemiologi
Tumor kelenjar ludah mencakup 2%-6,5% kasus dari seluruh tumor pada
kepala dan leher. 80% tumor kelenjar ludah terdapat pada kelenjar ludah parotis,
10%-15% pada kelenjar ludah submandibula, sisanya pada kelenjar ludah sublingual
dan kelenjar ludah minor.23 80% tumor kelenjar ludah parotis merupakan tumor jinak
dan 95% terjadi pada usia dewasa.
Adenoma pleomorfik merupakan tumor jinak kelenjar ludah yang tersering
ditemukan dan merupakan 60-65% kasus dari seluruh neoplasma kelenjar ludah.
Sekitar 80% dari kasus adenoma pleomorfik ditemukan di kelenjar ludah parotis,
10% di kelenjar ludah submandibula, dan 10% terdapat di kelenjar ludah minor.
Kekerapannya sebesar 2,4-3,05 per 100.000 populasi per tahun, dengan rerata umur
40-60an tahun, walaupun telah dilaporkan berbagai kasus yang muncul antara dekade
23
pertama hingga kesepuluh dengan predominansi ringan pada perempuan.
2.4 Faktor Resiko
Adenoma pleomorfik secara umum disebabkan oleh sumbatan, tetapi
predisposisi terjadinya dapat dihubungkan dengan rokok dan terpapar radiasi. 24
namun beberapa kepustakaan mengatakan bahwa ada yang disebabkan faktor
lingkungan seperti, virus, diet, dan pajanan pekerjaan dapat meningkatkan risiko
terjadinya tumor-tumor kelenjar saliva.

2.5 Etiologi
Penyebab Adenoma Pleomorfik pada kelenjar saliva belum diketahui secara
pasti, diduga karena keterlibatan lingkungan dan faktor genetik. Secara umum β-
catenin memainkan peranan penting di dalam perkembangan adenoma pleomorfik.
Tidak hanya dalam perubahan bentuk maligna, tetapi juga di dalam pengaturan
fungsi-fungsi fisiologis.

7
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001

Ekspresi molekul-molekul adhesi di dalam neoplasma-neoplasma kelenjar saliva juga


pernah diteliti. Studi saat ini mengatakan, penelitian untuk memperjelas peran sel di
dalam onkogenesis dan sitodiferensiasi adenoma pleomorfik dan karsinoma dari
kelenjar saliva yaitu ekspresi dari β-catenin berupa imunohistokemikal yang di uji
dalam lesi-lesi maupun dalam kelenjar saliva normal. 13,14
Gen β-catenin adalah CTNNB1, yang dipetakan pada kromosom 3p21.9 β-
catenin tercakup didalam tranduksi isyarat (Wingless/WNT) dan spesifikasi dari sel
selama embriogenesis. Studi terbaru menunjukkan β-catenin secara langsung
berhubungan dengan anggota keluarga dari faktor transkripsi yang melibatkan
aktifasi dari gen target yang spesifik. Beberapa kelompok cacat genetik didalam
adenoma pleomorfik sebagian besar ditandai dengan penyimpangan struktur,
khususnya translokasi resiprokal. Subgrup yang besar ditandai oleh penyusunan
kembali regu 8q12. Gen kromosom 8p12 dikembangkan dari regulasi zinc finger
gene, menunjukkan PLAG1. Secara fungsional adalah signifikan, sebagaimana
mempunyai pengaruh dalam stabilitas dan translatabilitas dari hasil fusi mRNA dan
sebagai konsekuensinya juga pada konsentrasi PLAG1 dan β-catenin. Studi ini
mengkonfirmasikan reduksi ekspresi molekul adhesi didalam sel-sel neoplasma dari
tumor jika dibandingkan dengan duktus kelenjar sel. Hal ini dapat dihubungkan
dengan translokasi antara PLAG1 dan CTNNB1. 12,14
Kejadian Adenoma pleomorfik telah ditemukan untuk meningkatkan 15-20
tahun setelah terpapar radiasi. Satu studi menunjukkan bahwa virus simian (SV40)
mungkin memainkan peran penyebab dalam pengembangan adenoma pleomorfik.
Virus Epstein-Barr merupakan salah satu faktor didalam perkembangan tumor-tumor
limphoephitelial kelenjar saliva. 12,14
2.6 Gambaran Klinis
Adenoma Pleomorfik mempunyai gambaran klinis berupa massa tumor
tunggal yang berada pada submukosa tanpa adanya ulserasi ataupun inflamasi di
sekitarnya, keras, bulat, mudah digerakkan (mobile), pertumbuhan lambat, tanpa rasa
sakit dan berkonsistensi kenyal. Jika berasal dari kelenjar saliva minor, biasanya
adenoma pleomorfik tumbuh di palatum durum dengan alasan palatum merupakan
lokasi tersering dan konsentrasi terbanyak aliran kelenjar saliva minor pada saluran
cerna bagian atas. 15,16
8
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001

Gambar 4. Adenoma pleomorfik

Pada kelenjar saliva minor, adenoma pleomorfik lebih sering dijumpai pada
palatum. Adenoma Pleomorfik biasanya mobile, kecuali di palatum terkadang sering
lebih melekat. Adenoma pleomorfik dapat menyebabkan atrofi ramus mandibula jika
lokasinya pada kelenjar parotis. Gejala dan tanda tumor ini tergantung pada
lokasinya. Adenoma Pleomorfik pada kelenjar parotis dapat menyebabkan
kelumpuhan nervus fasialis tetapi ini jarang di jumpai, tapi apabila tumor ini
bertambah besar mungkin kelumpuhan nervus fasialis bisa di jumpai, seperti ketika
tumor ini menjadi maligna. Apabila tumor ini di jumpai pada kelenjar saliva minor,
gejala yang timbul bermacam-macam tergantung pada lokasi tumor. Gejala yang
timbul dapat berupa disfagia, dispnea, serak dan susah mengunyah. 13,,15,17
2.7 Diagnosis
Diagnosis adenoma pleomorfik ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) atau biopsi insisi,
Tomografi komputer dan histopatologi jaringan hasil operasi sebagai diagnosis
pastinya. Tomografi komputer dan juga MRI dilakukan untuk mengetahui apakah
terdapat keterlibatan tulang, jaringan lunak ataupun saraf, juga untuk mengetahui
kedalaman tumor apakah masih superfisial atau sudah cukup dalam yang nantinya
berguna sebagai panduan tindakan operatif yang akan dilakukan.6,18

9
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001

Gambar 5. Tomografi komputer pada adenoma pleomorfik

Gambaran tomografi komputer adenoma pleomorfik adalah suatu penampang


yang tajam pada dasarnya, mengelilingi lesi homogen yang mempunyai suatu
kepadatan yang lebih tinggi dibanding jaringan glandular. Dari tampilan MRI,
Adenoma Pleomorfik menunjukkan pola homogenous dengan intensitas signal
intermediete atau rendah (radiolusen) pada T1- weighted images, intensitas signal
tinggi (radiopak) dengan pola inhomogenous pada T2-weighted images dan
peningkatan pola inhomogenous pada CE T1-weighted images. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk mengetahui lokasi, besar tumor, batas tumor serta perluasan tumor.
MRI dengan resolusi tinggi untuk jaringan lunak memberikan gambaran yang lebih
baik pada perluasan tumor secara vertical dan inferior. Tomografi computer lebih
unggul dari MRI dalam mengevaluasi tulang terutama untuk diagnosis erosis dan
perforasi tulang palatum dan kemungkinan keterlibatan kavum nasi atau sinus
maksila. 6,18
2.8 Histopatologi
Dinamakan Adenoma pleomorfik karena terbentuk dari sel-sel epitel dan
jaringan ikat. Secara histologi ada 3 bentuk utama adenoma pleomorfik yaitu miksoid
dimana 80% di dominasi oleh stroma, selular dengan predominan berupa
mioepitelioma dan klasik yang merupakan bentuk campuran antara miksoid dan
selular.

10
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001

Secara klasik bentuknya bifasik dan ditandai dengan campuran epitel poligonal dan
elemen mioepitel berbentuk spindle-shaped dalam berbagai variabel dengan latar
belakang stroma yang mukoid, miksoid, tulang rawan atau hialin. Elemen epitel berada
dalam saluran seperti struktur lembaran, gumpalan atau jalinan berhelai dan terdiri dari
poligonal, spindle atau berbentuk sel stellata. Area metaplasia skuamosa dan mutiara
epitel dapat terjadi. Tumor tidak tertutup kapsul, tetapi hanya dikelilingi oleh
pseudokapsul fibrosa dengan berbagai ketebalan. Tumor meluas melalui parenkim
kelenjar yang normal dalam bentuk finger-like pseudopodia, tapi ini bukanlah tanda
transformasi menjadi ganas.19,20

Gambar 6. Histopatologi adenoma pleomorfik

Setiap jaringan tumornya dihubungkan oleh jaringan epitelial dan mesenkim.


Proporsi tiap elemennya mempunyai luas yang bervariasi dengan satu yang lebih
dominan. Adenoma pleomorfik tipe selular mempunyai elemen epitel yang lebih
dominan. Tipe miksoid didominasi oleh elemen berupa miksoma atau
miksokondroma. Tipe campuran adalah tipe yang klasik, pada bentuk ini termasuk
bentuk spindle, skuamosa, basaloid, kuboid, plasmasitoid, onkositik , mukoid dan
sebaseous.19,20

11
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001

2.9 Diagnosis Banding


Adenoma pleomorfik di diagnosis banding dengan kista odontogenik dan
non-odontogenik, tumor jaringan lunak seperti lipoma, neurofibroma. 5,13
a. Kista Odontogenik
Dinding epitelnya berasal dari sisa-sisa epitel organ pembentuk gigi.1 Adanya
proliferasi dan degenerasi kistik dari epitel odontogenik dapat menimbulkan kista
odontogenik.5 Berdasarkan etiologinya, kista ini dapat dibagi lagi menjadi tipe
developmental dan inflammatory.25
b. Kista Non-odontogenik
Dinding kista berasal dari sumber-sumber selain organ pembentuk gigi.
Kelompok ini meliputi lesi-lesi yang sebelumnya diklasifikasikan sebagai kista
fisural yang dianggap berasal dari epitel yang membatasi proses embrionik
pembentukan wajah.25
c. Lipoma
Lipoma merupakan tumor jinak yang terdiri dari sel jaringan lemak, yang bisa
tumbuh dimana saja pada bagian tubuh, baik seeara subkutan maupun submukosa.
Diagnosis lipoma superfisial ditegakkan berdasarkan gejala klinis, yaitu dari
anamnesis didapatkan benjolan di bawah kulit tanpa rasa nyeri, yang hila berukuran
besar mungkin memberikan gangguan seeara kosmetik dan fungsionaL. Pada
pemeriksaan fisik terlihat benjolan berbatas tegas, sewama dengan kulit, terasa lunak,
dan mobile hila diraba. Berbeda dengan lipoma di bagian dalam tubuh yang sulit
untuk dieksplorasi pada pemeriksaan fisik sehingga memerlukan pemeriksaan
penunjang untuk membantu menegakkan diagnosis sekaligus menentukan perluasan
lipoma.26
d. Neurofibroma
Neurofibroma terdiri dari dua kata, yaitu neuro dan fibroma. Neuro berarti
saraf dan fibroma adalah pembengkakan atau benjolan yang terjadi pada jaringan
fibrosa. Neurofibroma adalah benjolan (tumor) yang berisi jaringan saraf dan bersifat
jinak.27

12
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001

2.10 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tumor adenoma pleomorfik adalah pembedahan dengan
mengupayakan agar seluruh jaringan tumor terangkat. Eksisi tumor dengan
mengangkat periosteum dan juga tulang jika terdapat keterlibatan tulang. Jika
pengambilan tumor tidak hati-hati dan meninggalkan sel tumor di dalam jaringan
mesenkim glandula, maka dapat terjadi kekambuhan. Defek post operasi atau
kerusakan jaringan lunak palatum dapat mengalami penyembuhan sendiri sedangkan
kerusakan jaringan keras palatum dapat diperbaiki dengan bantuan obturator prostetik,
flap local dan flap free radial forearms. Penyembuhan komplit dari defek
membutuhkan waktu sekitar dua setengah bulan dan pasien dipantau setiap bulan
selama satu tahun. 2,6,13

Gambar 7. Operasi pada adenoma pleomorfik

2.11 Prognosis
Prognosisnya sangat baik setelah reseksi bedah dengan tingkat kesembuhan
lebih dari 95%, namun kekambuhan bisa terjadi pada adenoma pleomorfik, terutama
yang terjadi di kelenjar parotis. Risiko kekambuhan lebih sering pada yang gambaran
mikroskopisnya di dominasi myxoid. Kekambuhan disebabkan oleh banyak faktor
yaitu termasuk pengangkatan kapsul yang tidak lengkap, nodul tumor di luar kapsul
5,13
dan ruptur tumor intraoperatif. Kekambuhan biasanya terjadi secara multinodular.

13
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001

Komplikasi yang jarang dari adenoma pleomorfik adalah perubahan ke arah


ganas yaitu karsinoma ex-pleomorfik adenoma atau nama lainnya benign metastazing
mixed tumor. Kekambuhan juga berkaitan dengan tumor yang mengandung
mesenkimal tinggi, terutama chondroid dan stroma myxoid. Perubahan menjadi ganas
sekitar 6% kasus yang dihubungkan seperti tumor yang sering kambuh, lobus tumor
yang lokasinya lebih dalam, jenis kelamin laki-laki dan usia yang lebih tua. 13,20

14
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001

BAB III
KESIMPULAN

Adenoma pleomorfik pada kelenjar parotis bukanlah lesi yang


umum. Namun, mayoritas pasien datang ke penyedia layanan primer dengan keluhan
massa tidak nyeri di sisi wajah. Dengan demikian, penyedia perawatan primer dan
praktisi perawat harus memiliki beberapa gagasan tentang diagnosis banding lesi
tersebut dan membuat rujukan yang sesuai. Perawatan ideal untuk adenoma
pleomorfik adalah eksisi bedah. Meskipun lesi jinak, dilaporkan tingkat kekambuhan
7-15%. Semua pasien yang menjalani eksisi lesi ini perlu diinformasikan tentang
potensi cedera saraf wajah, yang dapat terjadi jika tumor berada di dekat saraf. Jika
saraf wajah terluka, pasien harus diajari program perawatan mata dan cara
menggunakan tetes pelumas untuk mencegah keratopati. Rujukan ke dokter mata
sangat dianjurkan. Bergantung pada tingkat keparahan cedera saraf, mungkin
diperlukan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun untuk memulihkan fungsi
kelopak mata sepenuhnya. 21

15
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001

DAFTAR PUSTAKA

1. Gothwal AK, Kamath A, Pavaskar R, Satoskar S. Pleomorphic adenma of the


palate, A case report, Journal of clinical and diagnostic research 2012, August,
vol 6 (6), 1109-1111.
2. Mubeen K, Vijayalakshmi KR, Abihishek RP, Girish BG, Singh Ch. Benign
pleomorphic adenoma of minor salivary gland of dentidtry and oral hygiene,
vol 3(6), June 2011, pp 82-88.
3. Perkasa MF, Kurniawati D. Adenoma pleomorfik kelenjar saliva pada bayi,
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar,Hal 1-6
4. Byakordi S, Charanth I, Hirenath S, Kashalikar JJ. Pleomorphic adenoma o
palate, A Case report, Int J Dent case report, India, May 2011, vol 1 No 1, p.
36-40.
5. Sharma S, Bagewadi A, Shetti A. Pleomorphic Adenoma of the Palate- A Case
Report, research paper, Volume : 2 | Issue : 3 | Mar 2013 • ISSN No 2277 –
8179.
6. Dhillon M, Agnihotri PG, Raju SM, Lakhanpal M. Pleomorphic adenoma of
the palate, Cninicoradiological case report, India, JP-Journals-10011-1149,
p.1-3
7. Calder,med,miami.edu/Ralph/o2.pdf. Anatomy of the palate.
8. Http://www.Aboutcancer.com/salivary_anatomy_nett.gif
9. Lenka SP, Padhiary SK, Subudhi SK, Pathak H, Sahoe S. Pleomorphic
adenoma of hard palate, A case report, International Journal of scientific and
research publications, Volume 3, Issue 1, India, Januari 2013, p.1-3.
10. Img.medscape.com/pi/emed/ckb/clinical_prosedures/79926-79932-1520068-
1597047tn.jpg.
11. Holsinger FC and Bui DT. Anatomy, Function, and Evaluation of the Salivary
Glands,p 1-16.
12. Framita J. Tumr parotis dextra, Laporan kasus, Bagian ilmu bedah
RSU.Prof.R.D.Kandau, Manado,2001.

16
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001

13. http://www.neuronarc.com/pleomorphic-adenoma-definition-etiology-
clinical-features-investigation-differential-diagnosis-treatment.html
14. Oh YS, Eisele DW. Salivary Gland Neoplasms. In : Johnson JT, Pou
AM,editors. Head and Neck Surgery-Otolaryngology. 4th ed. Philadelpia :
Lippincot Williams & Wilkins; 2006. p. 1516-17.
15. Thiagarajan B. Pleomorphic adenoma hard palate a case report and literature
review - ENT Scholar. 2013 ; 1-4
16. Byakodi S, Charanthimath S, Hiremath S, Kashalikar JJ. Pleomorphic adenoma
of palate : a case report. Int J Dent Case Reports. 2011 ; 1(1): 36-40.
17. Chaudhari S, Hatwal D, Ashok, Suri V. Pleomorphic adenoma of hard cases
palate: A report of four. IJCRI. 2013 ; 4(2) : 90–94.
18. Singh RB, Baliarsingh, Satpathy AK, Naik CB, Nayak A, Lohar TP.
Pleomorphic adenoma of both harda nd soft palate, a case report, annals and
essences of dentistry vol IV Issue 3, april-Jun 2012, p. 30-34.
19. Ord RA, Pazoki AE. Salivary Gland Disease and Tumors. In : Miloro M, editor.
Peterson′s Principles of oral and Maxillofacial Surgery. 2nd ed. London : BC
Decker : 2004 : p. 671-73
20. Moghe S, Pillai AK, Prabhu S, Nahar S, Kartika UK. Pleomorphic Adenoma
of the Palate:Report of a Case. International Journal of Scientific Study. 2014
; 2(1) : 54-56.
21. Infante-Cossio P, Gonzalez-Cardero E, Garcia-Perla-Garcia A, Montes-Latorre
E, Gutierrez-Perez JL, Prats-Golczer VE. Komplikasi setelah parotidektomi
superfisial untuk adenoma pleomorfik. Med Lisan Patol Lisan Cir Bucal. 2018
Juli 01; 23 (4): e485-e492.
22. Elsoin, Y. 2009. Tumor Kelenjar Liur. Available at http://adamelsoin.blogspot.
com/2009/05/tumor-kelenjar-liur.html. [28 Mei 2010].
23. Wagner AL. Parotid Pleomorphic Adenoma. 2013 Agst 29 [Diakses :
December 13, 2013]. Diunduh dari :
http://emedicine.medscape.com/article/384327-overview.

17
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001

24. Dalati T, Hussein MR. Juvenile pleomorphic adenoma of the cheek : A case
report and review of literature. Diagn Pathol 2009; 4:32. Available from:
http://www.diagnosticpathology.org. Accessed on March 6, 2010.
25. Underbrink M. Odontogenic cyst and tumor. February 2002. Available from:
http//www.utmb.edu/oto/Gra ndsRound Earlier.dir/Odontogenic Cyst and
Tumor.txt Accessed February 4,2012.
26. Pillai OSR, Vijayalakshmi, Adarsha TV, Thahir M, Gupinathan UK,
Mohammed N. Retropharyngeal lipoma-a case report. Indian Journal of
Otolaryngology Head and Neck Surgery 2007; 59: 360-2.
27. PA Gerben, AS Antal, NJ Neumann, et al. Neurofibromatosis. European
Journal of Medical Research. Maret 2009.

18

Anda mungkin juga menyukai