FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001
PAPER
PLEOMORFIC ADENOMA
Disusun oleh:
M. FAHRI ARIZA
140100001
Pembimbing:
dr. Fithria Aldy, M.Ked(Oph), Sp.M (K)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini dengan
judul “PLEOMORFIC ADENOMA “ Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada dokter pembimbing penulis, dr. Fithria Aldy, M.Ked(Oph),
Sp.M (K) yang telah meluangkan waktunya dan memberikan bimbingan serta
masukan dalam penyusunan paper ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari kesempurnaan
baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan
kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan paper selanjutnya.
Paper ini diharapkan bermanfaat bagi yang membaca dan dapat menjadi
referensi dalam pengembangan wawasan di bidang medis.
Penulis
i
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001
DAFTAR ISI
ii
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Rongga Mulut dan Palatum............................................................... 3
Gambar 2. Kelenjar Saliva Mayor .......................................................................4
Gambar 3. Kelenjar Saliva Minor ....................................................................... 5
Gambar 4. Adenoma Pleomorfik ........................................................................ 9
Gambar 5. Tomografi Komputer Pada Adenoma Pleomorfik ............................. 10
Gambar 6. Histopatologi Adenoma Pleomorfik .................................................. 11
Gambar 7. Operasi Pada Adenoma Pleomorfik................................................... 13
iii
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001
BAB I
PENDAHULUAN
1
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001
Pasien sering datang dengan keluhan timbul benjolan di langit-langit rongga mulut
sehingga mengeluh terganggu untuk mengunyah dan menelan makanan. Diagnosis
adenoma pleomorfik dapat ditegakkan melalui pemeriksaan histopatologi, FNAB
(Fine Needle Aspiration Biopsy) serta biopsi insisi. Pemeriksaan penunjang seperti
radiologi dengan tomografi komputer atau MRI untuk mengetahui lokasi, besar tumor,
batas tumor serta perluasan tumor. 4,6,9
Diagnosis banding dari adenoma pelomorfik palatum adalah abses palatum,
kista odontogenik, sarkoma, serta tumor jaringan lunak seperti limfoma, lipoma dan
fibroma. Perubahan kearah malignansi adalah 6% dari seluruh kasus adenoma
pleomorfik dengan gambaran klinis yaitu pertumbuhan yang cepat dan adanya riwayat
eksisi berulang. Pilihan penatalaksanaan dari adenoma pleomorik palatum adalah
eksisi tumor secara trans oral dengan angka kesembuhan mencapai lebih dari 95%.
Resiko kekambuhan sangat rendah. Tumor ini biasanya tidak kambuh kembali apabila
dilakukan pengangkatan tumor secara keseluruhan. 7,8,9
1.2 Manfaat
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menguraikan teori-teori
tentang Pleomorfic Adenoma. Penyusunan makalah ini sekaligus untuk memenuhi
persyaratan pelakasanaan kegiatan Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di
Departemen Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
1.3 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan
pemahaman penulis serta pembaca khususnya peserta P3D untuk lebih memahami
tentang Pleomorfic Adenoma, dan mampu melaksanakan diagnosis serta
penatalaksanaan terhadap gangguan ini sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter
Indonesia.
2
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Palatum durum memisahkan rongga mulut dengan rongga hidung dan dengan
sinus maksila. Mukosa palatum adalah epitel skuamosa pseudostratified berkeratin.
Lapisan submukosa terdiri atas kelenjar-kelenjar liur minor terutama daerah palatum
durum. Lapisan periosteal yang menutup palatum durum menjadi barier relatif untuk
penyebaran sel kanker ke os palatinum. Saraf dan pembuluh darah yang memperdarahi
dan mempersarafi palatum berasal dari foramina palatina di medial molar ketiga.
Foramina ini dapat menjadi jalur penyebaran tumor. Arteri palatina yang berasal dari
arteri maksilaris interna berjalan ke anterior melalui foramen nasopalatinum ke rongga
hidung menyediakan suplai darah. Jaras sensorik dan sekremotorik berasal dari cabang
maksilaris nervus trigeminal dan ganglion pterigopalatinum menuju palatum durum
melalui nervus palatinus. Secara anatomi palatum molle adalah bagian orofaring yang
terdiri atas mukosa di kedua permukaan. Diantaranya terdapat jaringan penyambung,
serabut otot, aponeurosis, pembuluh darah, kelenjar limfatik dan kelenjar liur minor.
Secara fungsional palatum molle memisahkan orofaring dan nasofaring selama proses
bicara dan menelan.8,10
3
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001
4
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001
Duktus parotis merupakan kelenjar saliva terbesar dibanding yang lain dengan
berat 20-30 gram, panjang duktus 35-40 mm, dengan diameter 3 mm. Mengandung
sejumlah besar enzim antara lain amilase, lisozim, asam fosfatase, aldolase dan
kolinesterase. 11,12
Kelenjar submandibula merupakan kelenjar saliva terbesar kedua dengan
berat 8-10 gram. Berbentuk oval seperti kacang, terletak di trigonum submandibular.
Duktus mandibular disebut ductus Wharton. Duktus muncul dari permukaan bagian
dalam kelenjar dan berjalan sampai mencapai dasar mulut, kemudian bermuara pada
karunkula sublingualis didekat frenulum lidah. Panjang duktus 40-50 mm, dengan
diameter lebih kecil daripada ductus Stensen. Kelenjar submandibula terdiri 75%
serous dan 25% mukous. 11,12
Kelenjar sublingualis terletak dibawah lidah dan dibawah membran mukosa
mulut. Merupakan kelenjar terkecil dari kelenjar saliva mayor. Kelenjar ini
bentuknya memanjang dengan berat 2-3 gram. Duktusnya yaitu ductus Bartholin.
Kelenjar sublingual hampir seluruhnya mukous dengan sedikir serous. 11,12
5
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001
6
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001
Tumor ini merupakan tumor campur (benign mixed tumor), yang terdiri dari
komponen epitel, mioepitel dan mesenkim dan tersusun dalam beberapa variasi
komponennya. Dinamakan pleomorfik karena terbentuk dari sel-sel epitel dan
jaringan ikat yang secara histologi dikarakteristik dengan struktur yang beraneka
ragam, biasanya terlihat seperti gambaran lembaran, untaian atau seperti pulau-pulau
dari spindel atau stellata. 22
2.3 Epidemiologi
Tumor kelenjar ludah mencakup 2%-6,5% kasus dari seluruh tumor pada
kepala dan leher. 80% tumor kelenjar ludah terdapat pada kelenjar ludah parotis,
10%-15% pada kelenjar ludah submandibula, sisanya pada kelenjar ludah sublingual
dan kelenjar ludah minor.23 80% tumor kelenjar ludah parotis merupakan tumor jinak
dan 95% terjadi pada usia dewasa.
Adenoma pleomorfik merupakan tumor jinak kelenjar ludah yang tersering
ditemukan dan merupakan 60-65% kasus dari seluruh neoplasma kelenjar ludah.
Sekitar 80% dari kasus adenoma pleomorfik ditemukan di kelenjar ludah parotis,
10% di kelenjar ludah submandibula, dan 10% terdapat di kelenjar ludah minor.
Kekerapannya sebesar 2,4-3,05 per 100.000 populasi per tahun, dengan rerata umur
40-60an tahun, walaupun telah dilaporkan berbagai kasus yang muncul antara dekade
23
pertama hingga kesepuluh dengan predominansi ringan pada perempuan.
2.4 Faktor Resiko
Adenoma pleomorfik secara umum disebabkan oleh sumbatan, tetapi
predisposisi terjadinya dapat dihubungkan dengan rokok dan terpapar radiasi. 24
namun beberapa kepustakaan mengatakan bahwa ada yang disebabkan faktor
lingkungan seperti, virus, diet, dan pajanan pekerjaan dapat meningkatkan risiko
terjadinya tumor-tumor kelenjar saliva.
2.5 Etiologi
Penyebab Adenoma Pleomorfik pada kelenjar saliva belum diketahui secara
pasti, diduga karena keterlibatan lingkungan dan faktor genetik. Secara umum β-
catenin memainkan peranan penting di dalam perkembangan adenoma pleomorfik.
Tidak hanya dalam perubahan bentuk maligna, tetapi juga di dalam pengaturan
fungsi-fungsi fisiologis.
7
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001
Pada kelenjar saliva minor, adenoma pleomorfik lebih sering dijumpai pada
palatum. Adenoma Pleomorfik biasanya mobile, kecuali di palatum terkadang sering
lebih melekat. Adenoma pleomorfik dapat menyebabkan atrofi ramus mandibula jika
lokasinya pada kelenjar parotis. Gejala dan tanda tumor ini tergantung pada
lokasinya. Adenoma Pleomorfik pada kelenjar parotis dapat menyebabkan
kelumpuhan nervus fasialis tetapi ini jarang di jumpai, tapi apabila tumor ini
bertambah besar mungkin kelumpuhan nervus fasialis bisa di jumpai, seperti ketika
tumor ini menjadi maligna. Apabila tumor ini di jumpai pada kelenjar saliva minor,
gejala yang timbul bermacam-macam tergantung pada lokasi tumor. Gejala yang
timbul dapat berupa disfagia, dispnea, serak dan susah mengunyah. 13,,15,17
2.7 Diagnosis
Diagnosis adenoma pleomorfik ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) atau biopsi insisi,
Tomografi komputer dan histopatologi jaringan hasil operasi sebagai diagnosis
pastinya. Tomografi komputer dan juga MRI dilakukan untuk mengetahui apakah
terdapat keterlibatan tulang, jaringan lunak ataupun saraf, juga untuk mengetahui
kedalaman tumor apakah masih superfisial atau sudah cukup dalam yang nantinya
berguna sebagai panduan tindakan operatif yang akan dilakukan.6,18
9
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001
10
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001
Secara klasik bentuknya bifasik dan ditandai dengan campuran epitel poligonal dan
elemen mioepitel berbentuk spindle-shaped dalam berbagai variabel dengan latar
belakang stroma yang mukoid, miksoid, tulang rawan atau hialin. Elemen epitel berada
dalam saluran seperti struktur lembaran, gumpalan atau jalinan berhelai dan terdiri dari
poligonal, spindle atau berbentuk sel stellata. Area metaplasia skuamosa dan mutiara
epitel dapat terjadi. Tumor tidak tertutup kapsul, tetapi hanya dikelilingi oleh
pseudokapsul fibrosa dengan berbagai ketebalan. Tumor meluas melalui parenkim
kelenjar yang normal dalam bentuk finger-like pseudopodia, tapi ini bukanlah tanda
transformasi menjadi ganas.19,20
11
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001
12
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001
2.10 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tumor adenoma pleomorfik adalah pembedahan dengan
mengupayakan agar seluruh jaringan tumor terangkat. Eksisi tumor dengan
mengangkat periosteum dan juga tulang jika terdapat keterlibatan tulang. Jika
pengambilan tumor tidak hati-hati dan meninggalkan sel tumor di dalam jaringan
mesenkim glandula, maka dapat terjadi kekambuhan. Defek post operasi atau
kerusakan jaringan lunak palatum dapat mengalami penyembuhan sendiri sedangkan
kerusakan jaringan keras palatum dapat diperbaiki dengan bantuan obturator prostetik,
flap local dan flap free radial forearms. Penyembuhan komplit dari defek
membutuhkan waktu sekitar dua setengah bulan dan pasien dipantau setiap bulan
selama satu tahun. 2,6,13
2.11 Prognosis
Prognosisnya sangat baik setelah reseksi bedah dengan tingkat kesembuhan
lebih dari 95%, namun kekambuhan bisa terjadi pada adenoma pleomorfik, terutama
yang terjadi di kelenjar parotis. Risiko kekambuhan lebih sering pada yang gambaran
mikroskopisnya di dominasi myxoid. Kekambuhan disebabkan oleh banyak faktor
yaitu termasuk pengangkatan kapsul yang tidak lengkap, nodul tumor di luar kapsul
5,13
dan ruptur tumor intraoperatif. Kekambuhan biasanya terjadi secara multinodular.
13
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001
14
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001
BAB III
KESIMPULAN
15
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001
DAFTAR PUSTAKA
16
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001
13. http://www.neuronarc.com/pleomorphic-adenoma-definition-etiology-
clinical-features-investigation-differential-diagnosis-treatment.html
14. Oh YS, Eisele DW. Salivary Gland Neoplasms. In : Johnson JT, Pou
AM,editors. Head and Neck Surgery-Otolaryngology. 4th ed. Philadelpia :
Lippincot Williams & Wilkins; 2006. p. 1516-17.
15. Thiagarajan B. Pleomorphic adenoma hard palate a case report and literature
review - ENT Scholar. 2013 ; 1-4
16. Byakodi S, Charanthimath S, Hiremath S, Kashalikar JJ. Pleomorphic adenoma
of palate : a case report. Int J Dent Case Reports. 2011 ; 1(1): 36-40.
17. Chaudhari S, Hatwal D, Ashok, Suri V. Pleomorphic adenoma of hard cases
palate: A report of four. IJCRI. 2013 ; 4(2) : 90–94.
18. Singh RB, Baliarsingh, Satpathy AK, Naik CB, Nayak A, Lohar TP.
Pleomorphic adenoma of both harda nd soft palate, a case report, annals and
essences of dentistry vol IV Issue 3, april-Jun 2012, p. 30-34.
19. Ord RA, Pazoki AE. Salivary Gland Disease and Tumors. In : Miloro M, editor.
Peterson′s Principles of oral and Maxillofacial Surgery. 2nd ed. London : BC
Decker : 2004 : p. 671-73
20. Moghe S, Pillai AK, Prabhu S, Nahar S, Kartika UK. Pleomorphic Adenoma
of the Palate:Report of a Case. International Journal of Scientific Study. 2014
; 2(1) : 54-56.
21. Infante-Cossio P, Gonzalez-Cardero E, Garcia-Perla-Garcia A, Montes-Latorre
E, Gutierrez-Perez JL, Prats-Golczer VE. Komplikasi setelah parotidektomi
superfisial untuk adenoma pleomorfik. Med Lisan Patol Lisan Cir Bucal. 2018
Juli 01; 23 (4): e485-e492.
22. Elsoin, Y. 2009. Tumor Kelenjar Liur. Available at http://adamelsoin.blogspot.
com/2009/05/tumor-kelenjar-liur.html. [28 Mei 2010].
23. Wagner AL. Parotid Pleomorphic Adenoma. 2013 Agst 29 [Diakses :
December 13, 2013]. Diunduh dari :
http://emedicine.medscape.com/article/384327-overview.
17
PAPER NAMA : M. FAHRI ARIZA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100001
24. Dalati T, Hussein MR. Juvenile pleomorphic adenoma of the cheek : A case
report and review of literature. Diagn Pathol 2009; 4:32. Available from:
http://www.diagnosticpathology.org. Accessed on March 6, 2010.
25. Underbrink M. Odontogenic cyst and tumor. February 2002. Available from:
http//www.utmb.edu/oto/Gra ndsRound Earlier.dir/Odontogenic Cyst and
Tumor.txt Accessed February 4,2012.
26. Pillai OSR, Vijayalakshmi, Adarsha TV, Thahir M, Gupinathan UK,
Mohammed N. Retropharyngeal lipoma-a case report. Indian Journal of
Otolaryngology Head and Neck Surgery 2007; 59: 360-2.
27. PA Gerben, AS Antal, NJ Neumann, et al. Neurofibromatosis. European
Journal of Medical Research. Maret 2009.
18