SKENARIO IV
BLOK PENYAKIT DENTOMAKSILOFASIAL I
SEMESTER GENAP 2013/2014
Oleh kelompok 4:
Ketua
: Arini Al Haq
(131610101040)
Scriber meja
(131610101047)
Scriber papan
: Farah Firdha A.
(131610101046)
Anggota
: 1. Mochammad Fahmi
(131610101026)
(131610101032)
3. Aditya Pristyhari
(131610101034)
4. Ari Kurniasari
(131610101038)
(131610101041)
6. Pungky Anggraini
(131610101042)
(131610101045)
SKENARIO IV
PENYAKIT INFEKSI KELENJAR LUDAH
Seorang laki-laki berusia 16 tahun datang ke RSGM Universitas Jember
dengan keluhan adanya pembengkakan pada daerah dasar mulut. Pembengkakan
timbul sejak 2 minggu yang lalu tidak disertai rasa sakit. Pernah dibawa ke
puskesmas 5 hari yang lalu dan mendapat peawatan antibiotika tetapi
pembengkakan tidak hilang/sembuh. Dari anamnesis riwayat penyakit terdahulu,
sekitar usia 12 tahun pasien mengatakan pernah mengalami pembengkakan pada
pipi kanan di depan telinga yang meluas sampai sudut rahang yang disertai rasa
sakit dan demam. Penyakit tersebut sembuh sendiri setelah 2 minggu kemudian.
Pada saat itu banyak teman-teman sekolahnya juga menderita penyakit yang sama.
Pada pemeriksaan klinis ekstraoral kondisi sekarang, terdapat pembengkakan pada
daerah submandibula kanan, palpasi lunak dan tidak sakit. Pada pemeriksaan
intraoral terdapat pembengkakan pada bawah lidah di daerah frenulum lingualis
dan berwarna kemerahan, jika ditekan terasa sakit dan tidak ada fistula dan tidak
ada pus discharge. Pemeriksaan gigi geligi terdapat karies profunda perforasi
pada gigi 16 dan 46. Pemeriksaan vitalitas gigi negatif (tidak bereaksi), lidah tidak
ada kelainan. Dokter menduga kelainan tersebut berasal dari kelainan pada duktus
kelenjar ludah submandibular yang tidak berhubungan dengan penyakit yang
pernah diderita pada usia 12 tahun yang lalu dan bersifat non-neoplastik. Untuk
memastikan
diagnosa
dokter
merencanakan
pemeriksaan
Sialografi.
STEP 1
1.
Pus discharge
jaringan.
2.
Sialografi
Non-neoplastik
bulan, tidak ada pertumbuhan yang terjadi dengan cepat/ tidak sempurna,
contohnya tumor, kanker, dll.
STEP 2
1.
2.
3.
4.
Mengapa pada pemeriksaan intraoral saat ditekan sakit, tapi saat palpasi
tidak?
5.
Mengapa saat di palpasi lunak dan tidak sakit padahal terjadi pembengkakan?
6.
7.
8.
9.
STEP 3
1.
Parotitis
Radang pada kelenjar parotis yang disebabkan oleh Mumps virus (virus
RNA berantai tunggal). Parotitis bisa terjadi pada satu sisi atau dua ssisi
sekaligus, bengkak di depan telinga agak ke bawah sampai angulus
mandibula tidak terlihat. Virus ini memiliki nukleokapsid (envelope) yang
mengandung protein. Virus Mumps dapat ditularkan melalui alat makan
yang sama.
Patogenesis: virus Mumps termasuk golongan paramyxovirus dapat
menular ke orang lain melalui droplet cairan pada penderita parotitis.
Virus masuk ke epitel saluran pernapasan, lalu ke jaringan lain melalui
pembuluh darah dan kemudian menginfeksi kelenjar ludah. Kebanyakan
(60%) menginfeksi kelenjar parotis, sehingga penyakit ini disebut parotitis.
Virus masih bisa hidup di dalam tubuh selama 1-14 hari. Gejala berupa
demam suhu tubuh 38,8-39,5 0C.
Mukokel
Terjadi karena trauma, contohnya karena menggunakan alat makan
dengan tekanan berlebih. Biasanya terjadi di kelenjar saliva mayor.
Patogenesis: duktus mengalami penyumbatan, terjadi pemutusan duktus,
kelenjar saliva mengalami pembengkakan yang berisi saliva bukan berupa
pus.
Ranula
Merupakan mukokel yang berada di bagian bawah/ dasar lidah.
Menyerang kelenjar saliva minor maupun kelenjar saliva mayor.
- Sarcoidosis
Bengkak pada kelenjar parotis. Disebabkan karena Mycobacteria.
-
Sialosis
Biasanya terjadi pada penderita Diabetes Melitus, ternasuk kista non
neoplastik.
Sialolithiasis
Pembengkakan pada daerah kelenjar submandibula. Penyebab belum
dipastikan.
dalamnya. Kelainan ini tidak akan terjadi jika aliran dari saliva lancar.
2.
3.
Virus penyebab parotitis dapat menular melalui cairan droplet dari penderita
sebelumya, penularan dapat terjadi dengan memakai alat makan yang sama,
sehingga penyebaran virus ini cepat terjadi dalam daerah sekitarnya.
4.
5.
6.
Tidak ada hubungan yang pasti antara adanya karies profunda perforasi
dengan terjadinya infeksi pada kelenjar ludah.
7.
Karena kelainan tersebut bukan disebabkan oleh bakteri, sehingga tidak akan
bereaksi jika diberi antibiotik.
8.
- Anamnesis
- Diagnosis klinis: ekstraoral dan intraoral
- Radiologi: panoramik dan oklusal
- Sialografi: melihat struktur kelenjar saliva
- Plain film radiography
- CT scan
- Ultrasonografi (USG)
- MRI (Magneting Ressonance Imaging)
9.
Infeksi primer karena virus pada membran mukosa berkeratin, virus masuk
menginfeksi sel, terbentuk 2 antigen (S dan V). Terjadi respons imun non
spesifik (PMN dan IFN). Makrofag memfagosit sel terinfeksi, menyisakan
Etiologi
Trauma
Infeksi
Patofisiologi
Gejala Klinis
Radiologis
Laboratoris
Patologi
Anatomi
Patologi
Klinik
STEP 5
Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
STEP 7
I. Klasifikasi Infeksi Kelenjar Saliva
Penyakit yang menyerang kelenjar saliva dapat diklasifikasikan berdasarkan
penyebabnya:
A. Infeksi
1. Mumps (Paramyxovirus atau Parotitis Epidemika)
Etiologi
Mumps disebabkan infeksi virus akut Paramyxovirus yang merupakan
virus RNA. Infeksi ini ditransmisikan melalui kontak langsung dengan
droplet saliva.
Gejala Klinis
Mumps biasanya terjadi pada anak-anak usia 4 dan 6 tahun.
Masa
inkubasinya
terjadi
selama
2-3
minggu
yang
diikuti
2. Infeksi Citomegalovirus
Etiologi
CMV adalah virus betaherpes yang hanya menyerang manusia. Dapat
ditransmisikan melalui darah, saliva, feces, urin, dan cairan tubuh
lainnya. Angka seropositif yang cukup tinggi ditemukan pada pria
homoseksual, pengguna narkoba, dan orang yang melakukan transfusi
berulang kali. Dapat ditularkan secara vertikal melalui ibu kepada
anak melalui ASI, atau ditularkan kepada anak dalam kandungannya
yang dapat berakibat infeksi kongenital atau malformasi. Infeksi pada
bayi baru lahir dapat menyebabkan kematian.
Gejala Klinis
CMV biasanya terjadi pada orang dewasa muda, yang menampakkan
gejala demam akut, termasuk pembengkakan kelenjar saliva.
disebut
infeksi
primer.Infeksi
primer
berlangsung
penderita
dengan
keganasan.
Infeksi
rekuren
yang
lain
terjadinya penyakit
ini
adalah kalkuli.
obat.
Pasien
pasca
operasi
juga dapat
Haemophylus
influenzae.
Gejala klinis
Gejala yang sering dirasakan pada penderita penyakit ini adalah
adanya pembengkakan atau pembesaran glandula dan salurannya
dengan disertai nyeri tekan dan rasa tidak nyaman, dan sering juga
diikuti dengan demam dan lesu
5. Sialadenitis kronis
Etiologi
Etiologi dari sialadenitis kronis adalah sekresi saliva yang sedikit
dan adanya stasis saliva. Kelainan ini lebih sering terjadi pada
kelenjar parotis.
Gejala Klinis
Kelainan ini lebih sering terjadi pada kelenjar parotis. Sebagian
besar penderita menunjukkan adanya kerusakan yang permanen
pada kelenjar yang disebabkan infeksi supuratif akut. Kadang dapat
menimbulkan rasa tegang yang tidak nyaman pada saat makan.
B. Trauma
1. Mukokel
Etiologi
Mucocele adalah Lesi pada mukosa (jaringan lunak) mulut yang
diakibatkan oleh pecahnya saluran kelenjar saliva dan keluarnya
mucin ke jaringan lunak di sekitarnya. Mucocele bukan kista, karena
tidak dibatasi oleh sel epitel. Mucocele dapat terjadi pada bagian
mukosa bukal, anterior lidah, dan dasar mulut. Mucocele terjadi
karena pada saat saliva kita dialirkan dari kelenjar saliva ke dalam
mulut melalui suatu saluran kecil yang disebut duktus. Terkadang bisa
terjadi ujung duktus tersumbat atau karena trauma misalnya bibir
sering tergigit secara tidak sengaja, sehingga saliva menjadi tertahan
tidak dapat mengalir keluar dan menyebabkan pembengkakan
(mucocele). Mucocele juga dapat terjadi jika kelenjar saliva terluka.
Manusia memiliki banyak kelenjar saliva dalam mulut yang
menghasilkan saliva. Saliva tesebut mengandung air, biopsy, dan
enzim. Saliva dikeluarkan dari kelenjar ludah melalui saluran kecil
yang disebut duct (pembuluh).
pada
ukurannya.
Membesar/mengecilnya
mukokel
paru dan ginjal juga mungkin terlibat. Pasien yang mengalami SS juga
sering mengalami arthralgia, myalgia, dan ruam. Banyak dari pasien
SS mengalami Anemia terkait autoimun, hipergammaglobulinemia,
dan kelainan serologic lainnya. SS terutama mempengaruhi wanita
postmenopause, dengan rasio wanita: pria yaitu 9:1.
Gejala Klinis
Pasien SS mengalami komplikasi oral yang disebabkan oleh penurunan
fungsi kelenjar saliva. Seluruh pasien mengeluhkan mulut kering dan
harus menyesap cairan setiap saat sepanjang hari. Keringnya mulut
mengakibatkan kesulitan mengunyah, menelan, dan berbicara tanpa
tambahan cairan. Pasien sering mengalami bibir kering dan angular
cheilitis. Kekurangan aliran saliva menyebabkan peningkatan karies
dan erosi pada struktur enamel.
Patogenesis
Reaksi imunologi yang mendasari patofisiologi Sindrom Sjogren tidak
hanya sistim imun selular tetapi juga sistim imun humoral. Bukti
keterlibatan
sistim
humoral
ini
dapat
dilihat
adanya
letaknya
submandibularis
mudah
yang
superfisial,
divisualisasikan
glandula
dengan
parotis
dan
ultrasonography,
Kesimpulan
Penyakit kelenjar saliva yang disebabkan infeksi terdiri dari Mumps, CMV,
Sialolithiasis, dan Sialodenitis. Penyakit kelenjar saliva yang disebabkan
trauma terdiri dari Mukokel dan Ranula. Penyakit kelenjar saliva yang
disebabkan autoimun adalah Sjgrens Syndrome.
Daftar Pustaka
Greenberg , Glick. 1994. Burket's Oral Medicine: Diagnosis and Treatment.
Publisher: B.C. Decker
Greenberg , Glick , Ship. 2008. Burket's Oral Medicine ed.11th. Publisher: pmph
USA
Yvonne, M. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.
http://repository.usu.ac.id/
Ahmad,
Islamudhin.
2011.
Sindroma
Sjogren.
(online)
http://internis.wordpress.com/2011/01/26/sindroma-sjogren/ . diakses
pada 10 Juni 2014