PEMBAHASAN
2.1.2 Etiologi
Epulis gravidarum dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah, sebagai berikut (Magliarti, 2014):
1. Adanya reaksi perkembangan jaringan granulomatik pada saat
kehamilan
2. Peningkatan kadar hormon progesteron dan esterogen yang memicu
respon iritasi berlebih
3. Dapat didukung oleh overhanging, karies servikal ataupun poket
periodontal
2.1.3 Epidemiologi
Menurut hasil penelitian yang dimuat journal obstetric gynecology
tahun 2010 tercatat 5-10% ibu kerap mengalami efulis gravidarum selama
kehamilan. Selain itu, juga ada berdasarkan data riset kesehatan dasar 2009
menunjukkan 72,1% penduduk Indonesia mengalami gangguan kesehatan
gigi pada ibu hamil. Menurut jurnal periodontal Abidin Boy edisi 2009 77%
prevalensi epulis gravidarum pada ibu hamil yang melahirkan bayi prematur
dengan berat badan lahir rendah (BBLR) juga menderita gingivitis (Stiawan
SM, 2017)
5
6
terdapat jaringan ikat yang menunjukkan adanya edema dan infiltrasi oleh
sel neutrofil, sel plasma dan limfosit. Selain itu terdapat jaringan granulasi
longgar yang kaya pembuluh darah dan proliferasi sel-sel endothelial secara
khusus menyertai campuran infiltrasi sel-sel inflamatori.
2.1.6 Terapi
Pada epulis gravidarum biasanya tidak ada pengobatan jika terjadi
selama kehamilan karena lesi bisa sembuh dengan sendirinya setelah
melahirkan dan dianjurkan menjaga kebersihan mulut, menyikat gigi dengan
baik dan teratur dan mengonsumsi makanan atau minuman yang
mengandung nutrisi (Selvan, 2016).
Apabila lesi terasa sakit dan mengganggu bisa dilakukan Eksisi
pembedahan. Eksisi pembedahan dapat dilakukan dengan scalpel, pulsed
laser surgery, cryosurgery, radiosurgery dan intralesional injeksi natrium
tetradecyl sulfat, etanol atau kortikosteroid dan dilakukan setelah
melahirkan karena sebagian lesi mengalami perdarahan (Riganelli, 2016).
2.1.7 Prognosa
Prognosa dari epulis garvidarum ini sangat baik. Umumnya lesi ini
akan mengecil dan menghilang dengan sendirinya segera setelah ibu
melahirkan. Perawatan yang berkaitan dengan lesi ini sebaiknya ditunda
setelah kelahiran kecuali bila ada rasa sakit dan perdarahan terus terjadi
sehingga menggunakan penyikatan gigi yang optimal dan rutinitas sehari-
hari (Kusumawardani, 2019).
2.2.2 Etiologi
Epulis granulomatosa dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah, sebagai berikut (Magliarti, 2014):
1. Terdapat iritasi pada daerah penimbunan jaringan nekrotik tulang
sebagai proses pertahanan.
2. Adanya sisa tulang yang tajam setelah dilakukan ekstraksi gigi.
3. Tumpatan gigi yang tidak baik.
4. Kalkulus pada subgingiva.
5. Bagian yang tajam dari gigi yang berlangsung lama.
6. Sisa akar gigi yang tertinggal.
2.2.3 Epidemiologi
Berdasarkan penelitian, epulis granulomatosa dinyatakan dapat
timbul pada semua umur, namun terbanyak pada usia dewasa muda dan
lebih sering terjadi pada wanita akibat perubahan hormon selama pubertas,
kehamilan, dan monopouse (Manovijay, 2015)
(Gambar 1)
Pemeriksaan histologis mengungkapkan elemen jaringan ikat yang
terdiri dari proliferasi fibroblas yang montok dan sel endotel dengan inti
bentuk spindle. Banyak dan berbagai ukuran pembuluh darah.
(gambar 2)
Di sebagian besar daerah, epitel skuamosa berlapis non-keratin
yang terserang ulserasi.
10
2.2.6 Terapi
Terapi pada epulis granulomatosa dapat melibatkan bedah eksisi
dan kuretase tulang yang terlibat. Gigi yang berdekatan dengan epulis juga
perlu dicabut bila sudah tidak dapat dipertahankan atau juga dapat dilakukan
pembersihan karang gigi (scalling) dan penghalusan akar (root planning)
(Kamal, 2012).
Pro Biopsi Eksisi Epulis dengan anastesi lokal, Medikasi dengan
R/Amoxicillin tab. 500mg/8jam No. XV ditambahkan dengan
R/Paracetamol tab/. 500 mg/8 jam (Kamal, 2012).
2.3.2 Etiologi
Epulis fibromatosa dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah, sebagai berikut (Praba et al, 2015):
1. Adanya tumpatan yang overhanging
11
2.3.3 Epidemiologi
Epulis fibromatosa lebih sering dijumpai dibandingkan jenis
lainnya dan sering mengalami kekambuhan bila operasi pengangkatannya
tidak sempurna, umumnya dijumpai pada orang dewasa, terutama pada
bagian gingiva, bibir, dan mukosa bukal (Wicaksono A, 2014)
beraturan. Stroma terdiri dari jaringan ikat fibrosa padat, kolagen, dan sel
radang kronis.
2.3.6 Terapi
Apabila epulis fibromatosa ini tidak mengganggu makan atau
pernapasan, penatalaksanaan nonbedah dapat dilakukan. Apabila lesi
memiliki intervensi bedah maka harus dipertimbangkan untuk eksisi bedah
atau juga bisa menggunakn eksisi laser CO2 biasanya memerlukan anastesi
lokal, tetapi jarang perlu dijahit. Keuntungan eksisi laser ini lebih sedikit
perdarahan, nyeri pasca bedah lebih rendah dan penyembuhannya lebih
cepat (Ghadimi, 2015).