Irigasi merupakan salah satu cara medikasi lokal yang telah lama dilakukan. Proses irigasi
memerlukan waktu yang pendek untuk mengaplikasikan agen medikasi. Pada pasien dengan
penyakit periodontal, irigasi dilaksanakan dengan 2 tahap, yaitu:
a. Fase terapi
Pada tahapan ini, irigasi dilakukan dengan larutan antimikroba oleh dokter gigi di tempat
praktek, sebagai tambahan untuk scalling dan root planning, dengan pertimbangan bahwa
masih terdapat bakteri dalam pocket setelah dilakukan prosedur mekanis.
b. Fase pemeliharaan (maintenance)
dilakukan irigasi di rumah setiap hari dengan air ataupun agen antimikroba dapat dilakukan saat
melakukan rutinitas harian seperti menyikat gigi maupun saat menggunakan dental floss.
Supaya dapat berpenetrasi dengan baik pada poket periodontal, masukkan cannula
yang tumpul dengan menggunakan hand syringe sampai kedalaman 1-3 mm pada pocket
periodontal. Penetrasi irrigant yang didapatkan dengan mekanisme ini berkisar antara
70%-95% dari kedalaman pocket. Side-port dan end-port cannula bisa mendapatkan level
penetrasi yang sama, walaupun side-port cannula mempunyai tekanan yang terendah
pada ejection site. Tekanan yang diaplikasikan pada ujung tip kira-kira 0,7 kPa samapai 35
kPa (0,1 Psi sampai 5 Psi). Diusahakan jangan menutup canula untuk menghindari tekanan
balik. Alat-alat yang dipakai sama dengan prosedur irigasi supragingival atau dapat juga
menggunakan syringe.
2. Konsentrasi
Irrigant harus dalam konsentrasi yang ideal untuk menjadi bakterisid maupun
bakteriostatis. Larutan chlorhexidine akan berkurang ataupun tidak berfungsi samasekali
ketika berkontak dengan komponen darah dalam poket periodontal, maka dari itu harus
dihindarkan.
3. Durasi
Irrigant harus dapat bertahan dalam konsentrasi ideal dalam jangka waktu tertentu
sehingga dapat efektif untuk mengatasi biofilm. Durasi ini tergantung pada aksi flushing
GCF. Jika GCF dalam volume besar, maka irrigant akan terbuang keluar. Half-life dari
larutan untuk irigasi subgingival kira-kira 13 menit.
Air dan beberapa agen kimiawi lain telah terbukti efektif sebagai bahan irigasi (irrigant)
dalam mengurangi gingivitis. Irigasi subgingival dengan variasi dalam agen antimikroba telah
terbukti mengurangi jumlah mikroorganisme yang menyebabkan penyakit periodontal,
bahkan dalam beberapa penelitian kecil, telah direkomendasikan bahwa irigasi subgingiva
dapat mengurangi kedalaman pocket, namun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
hal tersebut. Irrigant yang diaplikasikan pada supragingiva maupun subgingiva telah
dibuktikan aman dan dapat diterima pasien dengan baik (Rose dkk., 2000). Salah satu
penelitan tentang irigasi akan dijelaskan lebih lanjut.
Penelitian pada yang dilakukan oleh Fine dkk. (1994), menunjukkan bahwa irigasi yang
dilakukan di tempat dokter gigi dengan PerioPik ® (Teledyne Water Pik) yang dilanjutkan
dengan irigasi subgingiva yang dilakukan di rumah dengan Pik Pocket ® (Teledyne Water Pik)
dan Water Pik Oral Irrigator® . Bahan irigasi yang digunakan adalah Listerine ® (Warner Lambert
Company). Subjek pada penelitian ini adalah 50 pasien dengan periodontitis pada 4 sisi
bilateral dengan kedalaman poket 4-5 mm, yang berdarah pada waktu dilakukan probing.
Beberapa mikroba yang ditemukan adalah Porpbyromonus gingivulis, Prevotelh intermediu,
Fusobucterium sp, Cupnocytopbugu sp, Streptococcus sunguis, Porpbyromonus loescbeii, and
Zeponemu denticoh. Secara mikrobial, irigasi yang dilaksanakan dengan obat
kumur/mouthrinse yang bersifat antimikroba akan menghasilkan reduksi/pengurangan
patogen periodontal (termasuk spesies yang berpigmen hitam, yang bertahan hidup hingga 42
hari) yang signifikan dibandingkan dengan kontrol.
Secara klinis, irigasi subgingiva dengan obat kumur yang bersifat antimikroba akan
mengurangi plak supragingival, perdarahan pada waktu probing, dan warna kemerahan
dibandingkan dengan kontrol. Namun tidak terdapat perbedaan pada kedalaman probing
maupun level perlekatan (attachment) pada kelompok kontrol dan perlakuan. Dari penelitian
tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa irigasi subgingival dengan angen antimikroba,
mempunyai peran penting dalam penanganan periodontitis kronis, berkaitan dengan efek
mengurangi mikroflora pada subgingival dan mengurangi plak supragingival dan gingivitis.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Quinyern dkk., aplikasi 0,2% chlorhexidine
selama 10 menit dalam 3 kali chairside irrigation, tidak menghasilkan hasil yang lebih baik
daripada pelaksanaan scalling dan root planning. Penggunaan chlorhexidine sebagai
desinfektan akan memberikan proses penyembuhan yang lebih cepat dan tingkat sakit yang
lebih sedikit. Secara klinis, akan terlihat skor plak supragingiva berkurang dan kesehatan
jaringan periodontal akan lebih baik. Namun, jika dibandingkan dengan scalling dan root
planning, prosedur irigasi subgingiva ini kurang tepat jika dilakukan sebagai monotherapy atau
terapi tunggal untuk mengatasi penyakit periodontitis.