A. Pengertian
Pemberian terapi oksigen adalah memberikan oksigen kedalam paru-paru.
Oksigenisasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan cara melancarkan
saluran masuknya oksigen atau memberikan aliran gas oksigen (O2) sehingga konsentrasi
oksigen meningkat dalam tubuh.
Dalam pemberian terapi oksigen kita harus memilih metode yang tepat agar terapi
dapat maksimal dan tepat guna. Selama pemberian terapi oksigen ini lanjutkan pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang dan pengobatan yang diperlukan.
Pastikan jumlah oksigen yang diberikan ke bayi tidak terlalu sedikit atau berlebihan.
Pemberian oksigen yang terlalu sedikit dapat mengakibatkan kerusakan berlanjut bahkan
kematian sedangkan pemberian oksigen yang terlalu berlebihan dapat mengakibatkan
kerusakan paru dan retina. Meskipun demikian, kerusakan ini dapat terjadi dalam beberapa
hari (bukan dalam menit atau jam) setelah pemberian oksigen yang berlebihan dan jarang
terjadi pada bayi dengan umur kehamilan lebih dari 35 minggu.
Pemberian oksigen berupa pemberian oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran
pernapasan dengan menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada klien dapat
melalui tiga cara, yaitu melalui: kateter nasal, kanula nasal dan masker oksigen.
B. Tujuan
1. Mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2. Menurunkan kerja paru-paru
3. Menurunkan kerja jantung
4. Mengoreksi kondisi hipoksia
5. Mencegah terjadinya disfungsi pernafasan dan trauma pada anak
C. Indikasi
1. Klien dengan keadaan tidak sadar,
2. Sianosis,
3. Hipovolemia,
4. Perdarahan,
5. Anemia berat, Keracunan gas karbondioksida, Asidosis
6. Selama dan sesudah pembedahan
D. Pengkajian
Pengkajian harus berfokus pada hal-hal berikut:
1. Catatan medis tentang program terapi oksigen yaitu tentang alat bantu oksigen,
kecepatan, konsentrasi oksigen
2. Dapatkan riwayat alergi dalam keluarga, gangguan genetic, disfungsi pernafasan
sebelumnya, infeksi, allergen, trauma, iritan lain
3. Observasi pernafasan terhadap frekuensi, kedalaman, kesulitan bernafas, irama
pernafasan
4. Observasi adanya bukti infeksi, batuk, mengi, wheezing, sianosis, nyeri dada, sputum,
kesulitan bernafas dan sindrom distress pernafasan
E. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efisiensi surfaktan, obstruksi
mekanis, inflamasi, peningkatan secret, ketidaknyamanan, kerusakan persepsi dan
kognitif, nyeri
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan suplai oksigen,
hipoventilasi alveolus
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi, nyeri, kerusakan
neurologis atau musculoskeletal
4. Risiko tinggi asfiksia berhubungan dengan obstruksi jalan nafas (internal, eksternal
dan oksigen yang tidak adekuat
5. Risiko injuri berhubungan dengan efek hipoksia
6. Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur pemberian oksigen
7. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi dari pemberian oksigen
F. Kriteria Evaluasi
1. Klien akan mempertahankan jalan nafas dan oksigenasi efektif
2. Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda asfiksia
G. Evaluasi
Gunakan oksimeter untuk meyakinkan bayi mendapat terapi oksigen yang adekua.
Bila tidak tersedia oksimeter amati tanda kecukupan oksigen dengan menilai apakah bayi
mengalami kesulitan bernafas atau sianosis sentral (lidah dan bibir biru). Perlu
diperhatikan bahwa pengamatan ini tidak dapat membedakan apakah jumlah oksigen
dalam darah normal atau berlebihan. Bila terjadi kesulitan bernafas sedang sampai berat,
beri oksigen dengan kecepatan maksimal. Bila lidah dan bibir menjadi kemerahan pada
pemakaian oksigen dengan kecepatan maksimal, maka turunkan aliran secara pelan dalam
waktu 10 menit. Bila lidah dan bibir kembali menjadi biru, naikkan kecepatan oksigen dan
bila lidah dan bibir tetap kemerahan. Turunkan aliran oksigen dalam waktu satu jam.
Sianosis sentral merupakan tanda ketidakcukupan oksigen yang timbul lambat. Bila
bayi menunjukkan tanda sianosis sentral, naikkan konsentrasi oksigen segera dan
lanjutkan sampai tanda sianosis hilang. Bila pernafasan bayi membaik (frekuensi nafas
turun 10kali/menit) turunkan kecepatan aliran oksigen. Bila frekuensi nafas bayi dalam
batas normal (30-60 kali/menit) tanpa tarikan dinding dada atau merintih waktu
ekspirasi, hentikan pemberian oksigen dan amati terjadinya sianosis sentral selama 15
menit:
Bila lidah dan bibir tetap kemerahan, hentikan pemberian oksigen
Amati terjadinya sianosis sentral setiap 15 menit selama satu jam berikutnya
Bila terjadi sianosis sentral lagi, beri oksigen sesuai dengan kecepatan aliran yang
terakhir diberikan
H. Dokumentasi
1. Toleransi klien terhadap tindakan seperti saturasi oksigen, frekuensi nafas, kesulitan
bernafas, warna kulit, suara nafas dan kondisi kulit (apakah terdapat iritasi)
2. Tanggal, waktu dan metode dan kecepatan aliran oksigen
I. Patient Safety
1. Selalu pasang oksigen dalam keadaan siap pakai di dekat tempat tidur atau diruang
perawatan
2. Hindari pemakaian korek api di dalam ruang rawat
3. Jauhkan bahan yang mudah meledak dari ruang rawat
4. Monitor nyeri substernal dan keracunan oksigen
9 Tahap Kerja
D Mengatur posisi anak semi fowler atau kepala lebih tinggi
10 Pasangkan dan cek pemasangan sumber oksigen, flow meter,
humidifier dan alat bantu nafas
Head Box
Atur kecepatan oksigen. Kecepatan rendah = 3 L per menit.
Kecepatan tinggi = > 5 L per menit
11 Pasang headbox menutup kepala bayi
12 Pastikan kepala bayi tetap berada dalam headbox, meskipun bayi
dalam keadaan bergerak-gerak
E Prong Nasal
13 Atur kecepatan rendah 0,5 liter per menit dan tinggi 1 liter per menit
14 Letakan prong hanya di dalam cuping hidung bayi
Fiksasi prong dengan menggunakan plester elastic non allergic
Kateter Nasal
Atur kecepatan aliran oksigen. Kecepatan rendah = 0,5 liter per menit
dan kecepatan tinggi = 1 liter per menit
Ukur jarak dari lubang hidung sampai ke batas dalam alis. Ini adalah
panjang pipa yang harus dimasukkan
Masukkan pipa ke dalam lubang hidung
Lihat mulut bayi. Pipa tidak boleh terlihat dari belakang rongga
mulut. Bila pipa masih terlihat maka tariklah pipa perlahan-lahan
sampai pipa tidak terlihat lagi
Sungkup Muka
Atur kecepatan aliran oksigen. Kecepatan rendah = 1 liter per menit
dan kecepatan tinggi lebih dari 2 liter per menit
15 Pasang sungkup di muka bayi menutup mulut dan hidung. Jangan
sampai menekan mata karena dapat menstimulasi reflex vagal
F Fiksasi dengan menggunakan plester elastic jika diperlukan
16 Incubator
17 Gunakan headbox atau hubungkan oksigen ke incubator sesuai
dengan petunjuk pabrik penggunaan incubator
18 Beri tanggal, waktu dan metode pemberian oksigen yang diberikan
Buka sarung tangan dan rapikan alat
G
19 Evaluasi
20 Observasi respon anak. Kaji frekuensi pernafasan, kesulitan nafas,
warna kulit, frekuensi jantung dan warna kulit, frekuensi jantung
dan status mental. Auskultasi suara nafas untuk kesimetrisan dan
21 bayi nafas abnormal. Monitor klien secara berkala
Menganalisa konsentrasi inspirasi oksigen dengan menggunakan
22 oksimeter
23 Kaji tempat-tempat penekanan seperti hidung, telinga, leher dan
monitor air steril
24 Dokumentasi
Evaluasi hasil kegiatan (subjektif dan objektif)
Dokumentasikan : tanggal, jam, jumlah oksigen yang diberikan,
H keadaan klien
25
26
KETERANGAN
Pekanbaru, …………………………….
Penguji
( )