Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Fototerapi merupakan modalitas terapi dengan menggunakan


sinar biru yang digunakan untuk pengobatan hiperbilirubinemia
(unconjugated) atau ikterus pada bayi baru lahir. Tujuan dari fototerapi
adalah untuk mengendalikan kadar bilirubin serum agar tidak mencapai
nilai yang dapat menimbulkan ensefalopati bilirubin atau kernikterus. 2
Fototerapi merupakan tindakan yang efektif untuk mencegah
kadar Total Bilirubin Serum (TSB) meningkat. Uji klinis telah divalidasi
kemanjuran fototerapi dalam mengurangi hiperbilirubinemia tak
terkonjugasi yang berlebihan, dan implementasinya telah secara drastis
membatasi penggunaan transfusi tukar.(1) Penelitian menunjukkan
bahwa ketika fototerapi belum dilakukan, 36% bayi dengan berat
kelahiran kurang dari 1500 gram memerlukan transfusi tukar.2
Penelitian berbasis rumah sakit di USA menyimpulkan bahwa 5
s.d 40 bayi dari 1000 bayi kelahiran cukup bulan dan kurang bulan
memperoleh fototerapi sebelum dipulangkan dari perawatan. (3) Ketika
fototerapi telah digunakan, hanya 2 dari 833 bayi (0,24%) yang
menerima transfusi tukar. Pada bulan Januari 1988 dan Oktober 2007,
tidak ada transfusi tukar yang dibutuhkan di NICU Rumah Sakit William
Beaumont, Royal Oak, Michigan untuk 2425 bayi yang berat lahirnya
kurang dari 1500 gram.3
Dalam kurun waktu 20 tahun angka kematian bayi (AKB) telah
berhasil diturunkan secara tajam, namun AKB menurut Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002 – 2003 adalah 35 per
1000 KH. Angka tersebut masih tinggi, dan saat ini mengalami

1
penurunan cukup lambat. Jika dilihat dari umur saat bayi meninggal
berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 sekitar
57% kematian terjadi di masa neonatal dengan penyebab utama
kematian adalah asfiksia bayi baru lahir 27%, prematuritas dan berat
badan lahir rendah (BBLR) 29%, masalah pemberian makan 10%,
tetanus neonatorum 10%, masalah hematologi 6%, infeksi 5%, dan
lainnya 13%. Kematian neonatus yang disebabkan karena masalah
hematologi adalah ikterus dan defisiensi vitamin K.4

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Fototerapi

Gambar.2.1.Fototerapi

Fototerapi merupakan terapi pilihan pertama yang dilakukan


terhadap bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia (Kumar et at,2010)
.fototerapi merupakan penatalaksanaan hiperbilirubinemia yang
bertujuan untuk menurunkan konsentrasi bilirubin dalam sirkulasi atau
mencegah peningkatan kadar bilirubin.

Fototerapi merupakan modalitas terapi dengan menggunakan


sinar biru yang digunakan untuk pengobatan hiperbilirubinemia
(unconjugated) atau ikterus pada bayi baru lahir. Tujuan dari fototerapi
adalah untuk mengendalikan kadar bilirubin serum agar tidak mencapai
nilai yang dapat menimbulkan ensefalopati bilirubin atau kernikterus.2

3
Sinar fototerapi akan mengubah bilirubin yang ada di dalam
kapiler-kapiler superfisial dan ruang-ruang usus menjadi isomer yang
larut dalam air yang dapat diekstraksikan tanpa metabolisme lebih lanjut
oleh hati. Maisels, seorang peneliti bilirubin, menyatakan bahwa
fototerapi merupakan obat perkutan.3
Bila fototerapi menyinari kulit, akan memberikan foton-foton
diskrit energi, sama halnya seperti molekul-molekul obat, sinar akan
diserap oleh bilirubin dengan cara yang sama dengan molekul obat
yang terikat pada reseptor .5

Gambar 2.2 Mekanisme fototerapi

Molekul-molekul bilirubin pada kulit yang terpapar sinar akan


mengalami reaksi fotokimia yang relatif cepat menjadi isomer
konfigurasi, dimana sinar akan merubah bentuk molekul bilirubin dan
bukan mengubah struktur bilirubin. Bentuk bilirubin 4Z, 15Z akan
berubah menjadi bentuk 4Z,15E yaitu bentuk isomer nontoksik yang
bisa diekskresikan. Isomer bilirubin ini mempunyai bentuk yang berbeda

4
dari isomer asli, lebih polar dan bisa diekskresikan dari hati ke dalam
empedu tanpa mengalami konjugasi atau membutuhkan pengangkutan
khusus untuk ekskresinya .6

Bentuk isomer ini mengandung 20% dari jumlah bilirubin serum.


Eliminasi melalui urin dan saluran cerna sama-sama penting dalam
mengurangi muatan bilirubin. Reaksi fototerapi menghasilkan suatu foto
oksidasi melalui proses yang cepat. Fototerapi juga menghasilkan
lumirubin, dimana lumirubin ini mengandung 2% sampai 6% dari total
bilirubin serum. Lumirubin diekskresikan melalui empedu dan urin
karena bersifat larut dalam air.6

Sinar Fototerapi

Gambar 2.3 gelombang sinar

5
Sinar yang digunakan pada fototerapi adalah suatu sinar tampak
yang merupakan suatu gelombang elektromagnetik. Sifat gelombang
elektromagnetik bervariasi menurut frekuensi dan panjang gelombang,
yang menghasilkan spektrum elektromagnetik. Spektrum dari sinar
tampak ini terdiri dari sinar merah, oranye, kuning, hijau, biru, dan ungu.
Masing masing dari sinar memiliki panjang gelombang yang berbeda
beda.2,5
Panjang gelombang sinar yang paling efektif untuk menurunkan
kadar bilirubin adalah sinar biru dengan panjang gelombang 425-475
nm.Sinar biru lebih baik dalam menurunkan kadar bilirubin dibandingkan
dengan sinar biru-hijau, sinar putih, dan sinar hijau. Intensitas sinar
adalah jumlah foton yang diberikan per sentimeter kuadrat permukaan
tubuh yang terpapar. Intensitas yang diberikan menentukan efektifitas
fototerapi, semakin tinggi intensitas sinar maka semakin cepat
penurunan kadar bilirubin serum. Intensitas sinar yang diberikan
menentukan efektivitas dari fototerapi. Intensitas sinar diukur dengan
menggunakan suatu alat yaitu radiometer fototerapi. Intensitas sinar ≥
30 μW/cm2/nm cukup signifikan dalam menurunkan kadar bilirubin
untuk intensif fototerapi. Intensitas sinar yang diharapkan adalah 10 –
40 μW/cm2/nm. Intensitas sinar maksimal untuk fototerapi standard
adalah 30 – 50 μW/cm2/nm. Semakin tinggi intensitas sinar, maka akan
lebih besar pula efikasinya. 3,6
Faktor-faktor yang berpengaruh pada penentuan intensitas sinar
ini adalah jenis sinar, panjang gelombang sinar yang digunakan, jarak
sinar ke neonatus dan luas permukaan tubuh neonatus yang disinari
serta penggunaan media pemantulan sinar. Rekomendasi AAP
menganjurkan fototerapi dengan jarak 10 cm kecuali dengan
menggunakan sinar halogen.Sinar halogen dapat menyebabkan luka

6
bakar bila diletakkan terlalu dekat dengan bayi. Bayi cukup bulan tidak
akan kepanasan dengan sinar fototerapi berjarak 10 cm dari bayi. Luas
permukaan terbesar dari tubuh bayi yaitu badan bayi, harus diposisikan
di pusat sinar, tempat di mana intensitas sinar paling tinggi. 7

Gambar 2.4 Panduan untuk fototerapi pada bayi dengan usia


kehamilan 35 minggu atau lebih

Fototerapi diindikasikan pada kadar bilirubin yang meningkat


sesuai dengan umur pada neonatus cukup bulan atau berdasarkan
berat badan pada neonatus kurang bulan, sesuai dengan rekomendasi
American Academy of Pediatrics (AAP).5,7

7
Tabel 2.1. Rekomendasi AAP penanganan hiperbilirubinemia pada
neonatus sehat dan cukup bulan. 7
Transfusi
Pertimbangan Transfusi
Usia ( jam ) Terapi sinar tukar dan
terapi sinar tukar
terapi sinar
>15 mg/dl >20 mg/dl >25 mg/dl
>12mg/dl
25-48 ( >250 (>340 (425 µmol/L)
(>200 µmol/L)
µmol/L) µmol/L)
>25mg/dl >30 mg/dl
>15mg/dl >18 mg/dl
49-72 (425 (510µmol/L)
(>250 µmol/L) (>300µmol/L)
µmol/L)
>25mg/dl >30mg/dl
>17 mg/dl >20mg/dl
>72 (>425 (>510
(>290 µmol/L) (>340µmol/L
µmol/L) µmol/L)

Tabel 2.2 Tatalaksana hiperbilirubinemia pada Neonatus Kurang


Bulan Sehat dan Sakit ( >37 minggu )

Neonatus kurang bulan Neonatus kurang bulan sakit


sehat :Kadar Total :Kadar Total Bilirubin Serum
Bilirubin Serum (mg/dl) (mg/dl)
Berat badan Terapi Transfusi
Terapi sinar Transfusi tukar
sinar tukar
Hingga 1000 5-7
10 4-6 8-10
g
1001-1500 g 7-10 10-15 6-8 10-12
1501-2000 g 10 17 8-10 15
>2000 g 10-12 18 10 17

8
Kontraindikasi fototerapi adalah pada kondisi dimana terjadi
peningkatan kadar bilirubin direk yang disebabkan oleh penyakit hati
atau obstructive jaundice.

PROSEDUR PEMBERIAN FOTOTERAPI

Gambar 2.5 Persiapan terapi sinar

A. Persiapan unit terapi sinar (2),(8)


1. Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan
2. Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluorosens
berfungsi dengan baik.
3. Ganti tabung/lampu fluorosens yang telah rusak atau berkelip-
kelip
4. Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan
tabung tersebut.
5. Ganti tabung setelah penggunaan 3 bulan, walaupun tabung
masih berfungsi.

9
6. Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator,dan
tempatkan tirai putih di sekitar daerah unit ditempatkan untuk
memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi.

B. Pemberian terapi sinar 2,5,8


1. Tempatkan bayi dibawah sinar terapi
2. Bila berat bayi 2 kg atau lebih, tempatkan bayi dalam keadaan
telanjang pada basinet. Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam
inkubator.
3. Tutup mata bayi dengan penutup mata dengan menggunakan
kain putih yang tebal
4. Balikkan bayi tiap 3 jam
5. Pastikan bayi diberikan asupan makanan
6. Motivasi ibu untuk menyusui bayinya, paling kurang setiap 3
jam.
7. Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah di pompa,
tingkatkan volume cairan atau ASI sebanyak 10% volume total
per hari selama bayi masih di terapi.
8. Bila bayi sedang menerima O2, matikan terapi sinar sebentar
untuk mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral
9. Ukur suhu bayi setiap 3 jam. Bila suhu bayi lebih dari 37,50 C,
sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi
dari unit terapi sinar.
10. Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam
11. Hentikan terapi sinar jika kadar bilirubin < 13 mg/dL.
12. Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi
tukar, persiapkan kepindahan bayi dan secepatnya kirim bayi

10
ke rumah sakit tersier untuk melakukan transfusi tukar.
Sertakan contoh darah ibu dan bayi.
13. Bila bilirubin serum tidak dapat diperiksa, hentikan terapi sinar
setelah 3 hari.
14. Setelah terapi sinar dihentikan, Observasi bayi selama 24 jam
dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum.
15. Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di
atas nilai untuk memulai terapi sinar , ulangi terapi sinar seperti
yang telah dilakukan. Ulangi langkah ini pada setiap
penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil
pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di
bawah nilai untuk memulai terapi sinar.
16. Bila terapi sinar tidak diperlukan lagi, bayi bisa menerima
asupan ( Minum ASI / susu formula ) dengan baik dan tidak
ada masalah lain selama perawatan, pulangkan bayi.

Komplikasi terapi sinar

Setiap cara pengobatan selalu akan disertai efek samping. Di dalam


penggunaan terapi sinar, penelitian yang dilakukan selama ini tidak
memperlihatkan hal yang dapat mempengaruhi proses tumbuh
kembang bayi, baik komplikasi segera ataupun efek lanjut yang terlihat
selama ini bersifat sementara yang dapat dicegah atau ditanggulangi
dengan memperhatikan tata cara pengunaan terapi sinar yang telah
dijelaskan diatas.

11
Kelainan yang mungkin timbul pada terapi sinar antara lain :

1. Peningkatan “insensible water loss”/dehidrasi pada bayi


2. Frekuensi defekasi yang meningkat/ tinja lebih lembek
Bilirubin indirek menghambat laktase sehingga menyebabkan
konsistensi tinja lebih lembek.
3. bronze baby syndrome. Hal ini terjadi karena tubuh tidak mampu
mengeluarkan dengan segera hasil terapi sinar. Perubahan warna
kulit yang bersifat sementara ini tidak mempengaruhi proses tumbuh
kembang bayi.
4. Kenaikan suhu
Beberapa penderita yang mendapatkan terapi mungkin
memperlihatkan kenaikan suhu, Bila hal ini terjadi, terapi dapat terus
dilanjutkan dengan mematikan sebagian lampu yang dipergunakan.
5. Beberapa kelainan lain seperti gangguan minum, letargi, iritabilitas
kadang-kadang ditemukan pada penderita. Keadaan ini hanya
bersifat sementara dan akan menghilang dengan sendirinya.

Sampai saat ini tampaknya belum ditemukan efek lanjut terapi sinar
pada bayi. Komplikasi segera juga bersifat ringan.Mengingat hal ini,
adalah wajar bila terapi sinar mempunyai tempat tersendiri dalam
penatalaksanaan hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir.2,5

12
BAB III

KESIMPULAN

Banyak bayi baru lahir, terutama bayi kecil (bayi dengan berat
lahir < 2500 g atau usia gestasi <37 minggu) mengalami ikterus pada
minggu pertama kehidupannya. Data epidemiologi yang ada
menunjukkan bahwa lebih 50% bayi baru lahir menderita ikterus yang
dapat dideteksi secara klinis dalam minggu pertama kehidupannya

Panjang gelombang sinar yang paling efektif untuk menurunkan


kadar bilirubin adalah sinar biru dengan panjang gelombang 425-475
nm.Sinar biru lebih baik dalam menurunkan kadar bilirubin dibandingkan
dengan sinar biru-hijau, sinar putih, dan sinar hijau. Walaupun fototerapi
dapat menurunkan kadar bilirubin dengan cepat, cara ini tidak dapat
menggantikan tranfusi tukar pada proses hemolisis berat. Fototerapi
dapat digunakan untuk pra- dan pasca – tranfusi tukar.

Faktor-faktor yang berpengaruh pada penentuan intensitas sinar


ini adalah jenis sinar, panjang gelombang sinar yang digunakan, jarak
sinar ke neonatus dan luas permukaan tubuh neonatus yang disinari
serta penggunaan media pemantulan sinar.

Komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi pada terapi sinar antara


lain : dehidrasi, tinja menjadi lembek, bronze baby syndrome, kenaikan
suhu dan gangguan minum. Sedangkan transfusi tukar memiliki
komplikasi yang berat seperti emboli udara atau trombus, henti jantung ,
hipernatremia, asidosis trombositopenia, bakteremia, hipotermia,
hipoglikemia.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Sholeh K, Ari Y, Rizalya D, Gatot IS, Ali U. 2012. Buku Ajar


Neonatologi. Edisi pertama. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia;
p. 147-169
2. Etika, Risa, Dkk. 2010. Hiperbilirubinemia Pada Neonatus.
Surabaya: Divisi Neonatologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fk
Unair/Rsu Dr. Soetomo.

3. Madan A, Macmahon JR, Stevenson DK. Neonatal


Hyperbilirubinemia. Dalam: Taeusch HW, Ballard RA, Gleason CA,
editor. Avery’s disease of the newborn. Edisi ke 8. Philadephia: WB
Saunders CO. 2005; h.1226-53

4. KEMENKES. 2011. Pedoman Teknis Pemberian Injeksi Vitamin K1


Profilaksis Pada Bayi Baru Lahir.kesehatananak.depkes.go.id
diakses 26 Desember 2017

5. Bhutani, V. 2011.Phototherapy to Prevent Severe Neonatal


Hyperbilirubinemia in the Newborn Infant 35 or More Weeks of
Gestation‖. Journal of the American Academy of Pediatrics, Vol.
128, No. 4, PP e1046 - e1052, http://pediatrics.aappublicatio
ns.org/content/128/4/e1046. Diakses pada tanggal 27 Desember
2017

6. Meredith L. Porter, Beth L. Dennis. Hyperbilirubinemia In The Term


Newborn. American Family Physician. 2002. Dewitt Army
Community Hospital, Fort Belvoir, Virginia.
7. American Academy of Pediatrics.2004.Subcomittee on
Hyperbilirubinemia. Management of Hyperbilirubinemia in the
Newborn 35 or more weeks of Gestation‖. Journal of the American
Academy of Pediatrics, Vol. 104, No.1, PP 297-316,
http://pediatrics.aappublicatio ns.org/content/114/1/297. Diakses
pada tanggal 27 Desember 2017

8. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, dkk. Hiperbilirubinemia.


Dalam: Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Indonesia Edisi II.
Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia. 2011; h.114-122

14

Anda mungkin juga menyukai