PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
1
penurunan cukup lambat. Jika dilihat dari umur saat bayi meninggal
berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 sekitar
57% kematian terjadi di masa neonatal dengan penyebab utama
kematian adalah asfiksia bayi baru lahir 27%, prematuritas dan berat
badan lahir rendah (BBLR) 29%, masalah pemberian makan 10%,
tetanus neonatorum 10%, masalah hematologi 6%, infeksi 5%, dan
lainnya 13%. Kematian neonatus yang disebabkan karena masalah
hematologi adalah ikterus dan defisiensi vitamin K.4
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar.2.1.Fototerapi
3
Sinar fototerapi akan mengubah bilirubin yang ada di dalam
kapiler-kapiler superfisial dan ruang-ruang usus menjadi isomer yang
larut dalam air yang dapat diekstraksikan tanpa metabolisme lebih lanjut
oleh hati. Maisels, seorang peneliti bilirubin, menyatakan bahwa
fototerapi merupakan obat perkutan.3
Bila fototerapi menyinari kulit, akan memberikan foton-foton
diskrit energi, sama halnya seperti molekul-molekul obat, sinar akan
diserap oleh bilirubin dengan cara yang sama dengan molekul obat
yang terikat pada reseptor .5
4
dari isomer asli, lebih polar dan bisa diekskresikan dari hati ke dalam
empedu tanpa mengalami konjugasi atau membutuhkan pengangkutan
khusus untuk ekskresinya .6
Sinar Fototerapi
5
Sinar yang digunakan pada fototerapi adalah suatu sinar tampak
yang merupakan suatu gelombang elektromagnetik. Sifat gelombang
elektromagnetik bervariasi menurut frekuensi dan panjang gelombang,
yang menghasilkan spektrum elektromagnetik. Spektrum dari sinar
tampak ini terdiri dari sinar merah, oranye, kuning, hijau, biru, dan ungu.
Masing masing dari sinar memiliki panjang gelombang yang berbeda
beda.2,5
Panjang gelombang sinar yang paling efektif untuk menurunkan
kadar bilirubin adalah sinar biru dengan panjang gelombang 425-475
nm.Sinar biru lebih baik dalam menurunkan kadar bilirubin dibandingkan
dengan sinar biru-hijau, sinar putih, dan sinar hijau. Intensitas sinar
adalah jumlah foton yang diberikan per sentimeter kuadrat permukaan
tubuh yang terpapar. Intensitas yang diberikan menentukan efektifitas
fototerapi, semakin tinggi intensitas sinar maka semakin cepat
penurunan kadar bilirubin serum. Intensitas sinar yang diberikan
menentukan efektivitas dari fototerapi. Intensitas sinar diukur dengan
menggunakan suatu alat yaitu radiometer fototerapi. Intensitas sinar ≥
30 μW/cm2/nm cukup signifikan dalam menurunkan kadar bilirubin
untuk intensif fototerapi. Intensitas sinar yang diharapkan adalah 10 –
40 μW/cm2/nm. Intensitas sinar maksimal untuk fototerapi standard
adalah 30 – 50 μW/cm2/nm. Semakin tinggi intensitas sinar, maka akan
lebih besar pula efikasinya. 3,6
Faktor-faktor yang berpengaruh pada penentuan intensitas sinar
ini adalah jenis sinar, panjang gelombang sinar yang digunakan, jarak
sinar ke neonatus dan luas permukaan tubuh neonatus yang disinari
serta penggunaan media pemantulan sinar. Rekomendasi AAP
menganjurkan fototerapi dengan jarak 10 cm kecuali dengan
menggunakan sinar halogen.Sinar halogen dapat menyebabkan luka
6
bakar bila diletakkan terlalu dekat dengan bayi. Bayi cukup bulan tidak
akan kepanasan dengan sinar fototerapi berjarak 10 cm dari bayi. Luas
permukaan terbesar dari tubuh bayi yaitu badan bayi, harus diposisikan
di pusat sinar, tempat di mana intensitas sinar paling tinggi. 7
7
Tabel 2.1. Rekomendasi AAP penanganan hiperbilirubinemia pada
neonatus sehat dan cukup bulan. 7
Transfusi
Pertimbangan Transfusi
Usia ( jam ) Terapi sinar tukar dan
terapi sinar tukar
terapi sinar
>15 mg/dl >20 mg/dl >25 mg/dl
>12mg/dl
25-48 ( >250 (>340 (425 µmol/L)
(>200 µmol/L)
µmol/L) µmol/L)
>25mg/dl >30 mg/dl
>15mg/dl >18 mg/dl
49-72 (425 (510µmol/L)
(>250 µmol/L) (>300µmol/L)
µmol/L)
>25mg/dl >30mg/dl
>17 mg/dl >20mg/dl
>72 (>425 (>510
(>290 µmol/L) (>340µmol/L
µmol/L) µmol/L)
8
Kontraindikasi fototerapi adalah pada kondisi dimana terjadi
peningkatan kadar bilirubin direk yang disebabkan oleh penyakit hati
atau obstructive jaundice.
9
6. Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator,dan
tempatkan tirai putih di sekitar daerah unit ditempatkan untuk
memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi.
10
ke rumah sakit tersier untuk melakukan transfusi tukar.
Sertakan contoh darah ibu dan bayi.
13. Bila bilirubin serum tidak dapat diperiksa, hentikan terapi sinar
setelah 3 hari.
14. Setelah terapi sinar dihentikan, Observasi bayi selama 24 jam
dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum.
15. Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di
atas nilai untuk memulai terapi sinar , ulangi terapi sinar seperti
yang telah dilakukan. Ulangi langkah ini pada setiap
penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil
pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di
bawah nilai untuk memulai terapi sinar.
16. Bila terapi sinar tidak diperlukan lagi, bayi bisa menerima
asupan ( Minum ASI / susu formula ) dengan baik dan tidak
ada masalah lain selama perawatan, pulangkan bayi.
11
Kelainan yang mungkin timbul pada terapi sinar antara lain :
Sampai saat ini tampaknya belum ditemukan efek lanjut terapi sinar
pada bayi. Komplikasi segera juga bersifat ringan.Mengingat hal ini,
adalah wajar bila terapi sinar mempunyai tempat tersendiri dalam
penatalaksanaan hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir.2,5
12
BAB III
KESIMPULAN
Banyak bayi baru lahir, terutama bayi kecil (bayi dengan berat
lahir < 2500 g atau usia gestasi <37 minggu) mengalami ikterus pada
minggu pertama kehidupannya. Data epidemiologi yang ada
menunjukkan bahwa lebih 50% bayi baru lahir menderita ikterus yang
dapat dideteksi secara klinis dalam minggu pertama kehidupannya
13
DAFTAR PUSTAKA
14