Anda di halaman 1dari 50

MAKALAH

Dosen Pengampuh: Ns. Alamsyah, S. Kep.,M.Kes

Komunikasi

Di Susun Oleh:
KELOMPOK 4
AKPER 1-A
Serka Sudianto 219042
Rezki Ramli 219032
Nur Insani 219029
Sindi Astika Sari 219037
Siti Nurkahfiani Kadir 219039
Mutiara 219024
Kurnia 219019
Hikmawati Rahman 219014
Sri Wahyuni 219040
Indri angraeni 219016
Abdul Rahman 219001
Rezky fatika sari 219031

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA

AKADEMIK KEPERAWAYAN PELAMONIA

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami

kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan

tepat waktu. Shalawat serta salam Penulis mengucapkan syukur kepada

Allah SWT atas limpah nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik

maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan

pembuatan makalah dengan mata kuliah antropologi keperawatan yang

berjudul “Komunikasi”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata

sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di

dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari

pembaca untuk makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih

kepada semua pihak khususnya kepada Ns. Alamsyah, S. Kep.,M.Kes

yang telah membimbing dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga

makalah ini dapat bermanfaat, Terima kasih.

Makassar, 5 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

A. Latar belakang ............................................................................. 1

B. Rumusan masalah ........................................................................ 2

C. Tujuan ........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................... 3

A. Penerapan komunikasi pada bayi dan anak ................................ 3

B. Penerapan komunikasi terapeutik pada remaja............................ 15

C. Penerapan komunikasi pada orang dewasa dan lansia ............... 21

BAB III PENUTUP ............................................................................. 43

A. Kesimpulan ................................................................................... 43

B. Saran ............................................................................................ 44

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi merupakan aktivitas yang paling sering terjadi dalam

kehidupan kita. Sejak bangun tidur di pagi hari hingga kembali

berangkat tidur di malam hari, rata-rata manusia menghabiskan

sekitar 70% dari waktunya untuk berkomunikasi.

Para ahli komunikasi bahkan mensinyalir bahwa berkat komunikasi

manusia mampu mengembangkan kualitas kemanusiannya. Seorang

bayi dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang

mampu melahirkan ide-ide baru berkat proses komunikasi yang

berlangsung secara terus-menerus dengan orang-orang

disekitarnya. Sebaliknya terasa sulit dibayangkan bahwa seorang

bayi yang dibesarkan dalam lingkungan yang sepi dan bisu menjadi

manusia dewasa yang normal.

Komunikasi adalah usaha menyalurkan peasan atau pengertian.

Komunikasi dikatakan sempurna apabila penerima (receiver) dapat

menangkap pesan atau pengertian sesuai dengan yang

dimaksudkan oleh pengirim (sender). Namun perlu dicatat bahwa

komunikasi tidak boleh dirancukan dengan kesepakatan-

kesepakatan. Dalam komunikasi seorang penerima pesan dapat saja

menolah atau tidak sependapat dengan isi pesan yang diterimanya.

1
Jadi yang dipentingkan dalam komunikasi adalah penyampaian dan

pemahaman isi pesan yang disalurkan.

Dari pengertian diatas, komunikasi tidaklah sematamata menyangkut

seorang pembicara atau pendengar. Komunikasi memiliki

kompleksitas yang dapat ditelusuri berdasarkan jenis-jenisnya yakni:

verbal-non verbal, lisan-tertulis, resmi-tak resmi, sadar-tak sadar,

manusiawi-mesin. Pada pembahasan kali ini akan dijelaskan

beberapa hal mengenai komunikasi terhadap bayi, anak, remaja

dewasa dan lansia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan komunikasi pada anak?

2. Bagaimana penerapan komunikasi pada remaja?

3. Bagaimana penerapan komunikasi pada dewasa?

4. Bagaimana penerapan komunikasi pada lansia?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui penerapan komunikasi pada anak.

2. Untuk mengetahui penerapan komunikasi pada remaja.

3. Untuk mengerahui penerapan komunikan pada dewasa.

4. Untuk mengetahui penerapan komunikasi pada lansia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Komunikasi

Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi atau

pengoperan lambang yang dilakukan oleh seseorang individu yang

menginformasikan (komunkator) kepada individu atau kelompok

pendengar (komunikan) yang mempunyai tujuan baik dari

komunikator maupun komunikan atau untu kedua-

duanya.Komunikasi keperawatan merupakan proses kerjasama

dalam memberikan dan menerima informasi yang diberikan

perawat dengan klien atau keluarganya yang bertujuan untuk

mencapai kesepakatan tindakan keperawatan. [ CITATION Tri141 \l

1033 ]

Dalam praktek keperawatan, komunikasi adalah suatu alat

yang penting untuk membina hubungan terapeutik yag dapat

mempengaruhi kualitas pelayana keperawatan. karena dapat

mempengaeuhi tingkat kepuasaan paien terhadap pelayanan yang

diberikan. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi

professional bagi perawat yang direncanakan dan dilakukan untuk

membantu penyermbuhan atau pemulihsn pasien. Dengan memiliki

keterampilan komuniikasi terapeutik yang baik, perawat akan lebih

mudah menjalin hubungan saling percaya dengan pasien, dan hal

3
ini akan lebih efektif bagi perawat dalam memberikan kepuasaan

professional dalam asuhan keperawatan. [ CITATION Mah17 \l 1033 ]

B. Penerapan Komunikasi Pada Bayi dan Anak

Manusia melakukan komunikasi sepanjang rentang hidupnya,

yaitu semenjak bayi dalam Rahim ibu sampai lansia dan bahkan

sampai menjelang ajal. Sejak dalam kandungan anak berkomunikasi

dengan ibunya dengan cara menendang dan melakukan pergerakan-

pergerakan secara teratur, sedangkan ibu/ayah/kakak berkomunikasi

dengan bayi yang ada dalam kandungnnya melalui elusan atau

kecupan lembut pada perut ibu serta panggilan lembut dekat perut

ibu.hal ini dilakukan dalam rangka membinan hubungan dan

berinteraksi sedini mungkin dengan anak untuk memberikan

stimulasi komunikasi secara dini.

Dalam melakukan komunikasi pada anak, perawat perlu

memperhatikan usia dan tingkat tumbuh kembang anak. [ CITATION

Tri16 \l 1057 ]

1. Aspek Penting Komunikasi Pada Anak

Komunikasi adalah hubungan timbal balik antara

komunikator dan komunikan. Orang dewasa berusaha melakukan

komunikasi yang bisa dipahami anak. Dan anak juga

menggunakan bahasa atau isyarat-isyarat yang bisa dipahami

orang dewasa. Aspek penting dalam komunikasi supaya anak

bisa paham komunikasi sebagai berikut :

4
a. Orang dewasa harus menggunakan bentuk bahasa yang

bermakna bagi anak. Maksudnya sebagai berikut :

1) Menggunakan isyarat seperti menunjuk objek secara

jelas jika objek tersebut ingin dilihat oleh anak.

2) Memilih kata-kata secara tepat dan struktur bahasa yang

mudah dipahami anak.

b. Anak berusaha juga agar komunikasinya dipahami orang

lain. Maksudnya sebagai berikut :

1) Anak menggunakan isyarat-isyarat tertentu untuk

menyampaikan keinginan atau mengungkapkan

perasaannya agar orang dewasa paham dengna apa

yang dia sampaikan.

2) Semakin bertambah besar anak, komunikasi dengan

isyarat semakin kuragn diperlukan karena pemahaman

komunikasi anak sudah lebih baik.

2. Bentuk-bentuk Komunikasi Pada Bayi dan Anak

Sebelum bayi mampu menyampaikan keinginan dengan

kata-kata, bayi melakukan komunikasi melalui kode-kode khusus

untuk menyampaikan keinginannya sebagai bentuk

komunikasinya. Komunikasi ini disebut komunikasi prabicara (

prespeech). Komunikasi ini bersifat sementara, berlangsung

selama tahun pertama kelahiran bayi, dan akan berakhir seiring

5
dengan perkembangan bayi/anak telah menunjukkan

kematangan fungsi mental dan emosionalnya.

Bentuk komunikasi prabicara pada bayi ada empat , yaitu

tangisan, celoteh, isyarat dan ekspresi emosional.

a. Tangisan

Tangisan seorang bayi merupakan bentuk komunikasi

dari seorang bayi kepada orang dewasa. Dengan tangisan

itu, bayi dapat memberikan pesan kepada orang dewasa.

Seperti memberitahu kebutuhannya contohnya pada saat

lapar, dingin, panas, lelah, dan ketika butuh perhatian. Bayi

juga akan menangis jika merasa tertekan dan sakit.

Frekuensi tangis bayi akan berkurang seiring dengan

meningkatnya kemampuan bicaranya.

b. Ocehan (cooing) Dan Celoteh (babbling)

Ocehan timbul karena bunyi eksplosif yang disebabkan oleh

perubahan gerakan mekanisme “suara”. Ocehan terjadi pada

bulan awal kehidupan bayi, seperti merengek, menjerit,

menguap, bersin, menangis, dan mengeluh.

Ocehan akan berkembang menjadi celoteh. Bayi mulai

berceloteh pada awal bulan kedua, kemudian meningkat

cepat antara bulan keenam dan kedelapan. Celoteh

merupakan indicator mekanisme perkembangan otot saraf

bayi.

6
1) Nilai Celoteh

Berceloteh merupakan praktik verbal sebagai dasar

perkembangan gerakan berlatih dalam bicara bayi.

Berceloteh membantu bayi merasakan bahwa dia bagian

dari kelompok sosial.

2) Isyarat

Isyarat adalah gerakan anggota badan tertentu yang

berfungsi sebagai pengganti atau pelengkap bicaara.

Bahasa isyarat bayi dapat mempercepat komunikasi dini

pada anak. Contohnya:

a) Tersenyum dan mengacungkan tangan yang berarti

ingin digendong.

b) Menggeliat,meronta, dan menangis pada saat ibu

mengenakan pakaiannya atau memandikannya. Hal

ini berarti bayi tidak suka akan pembatasan gerak.

3) Ungkapan Emosional

Dilakukan melalui perubahan tubuh dan roman muka.

Contohnya:

a) Tubuh yang mengejang / gerakan-gerakan

tangan/kaki disertai jeritan dan wajah tertawa adalah

bentuk ekspresi kegembiraa pada bayi.

7
b) Menegangkan bada, gerakan membanting

tangan/kaki, roman muka tegang, dan menangis

adalah bentuk ungkapan marah/tidak suka.

3. Teknik-teknik Komunikasi Pada Anak

Secara umum ada dua teknik berkomunikasi yang

digunakan pada anak yaitu,

a. Teknik Verbal

1) Bercerita (story telling)

Bercerita menggunakan bahasa anak dapat

menghindari ketakutan-ketakutan yang terjadi selama

anak dirawat. Dapat dilakukan dengan cara meminta

anak menceritakan pengalamannya ketika sedang

diperiksa dokter. Teknik ini juga dapat menggunakan

gambar dari suatu peristiwa (misalnya gambar perawat

waktu membantu makan) dan meminta anak untuk

menceritakannya dan selanjutnya perawat masuk dalam

masalah yang dihadapi anak. Tujuan teknik ini adalah

membantu anak masuk dalam masalahnya.

Contonya, anak bercerita tentang ketakutannya saat

diperiksa oleh perwat. Kemudian, perwat cerita bahwa

pasien anak di sebelah juga diperiksa, tetapi tidak

merasa takut karena perawatnya baik dan ramah-ramah.

8
Dengna demikian, perasaan takut anak akan berkurang

karena semua anak juga diperiksa seperti dirinya.

2) Bibliotheraphy (biblioterapi)

Yaitu teknik komunikasi terapeutik pada anak yang

dilakukan dengan menggunakan buku-buku dalam

rangka proses therapeutic dan supportive. Tujuannya

adalah membantu anak mengungkapkan perasaan-

perasaannya dan perhatiannya melalui aktivitas

membca.

(a) Mimpi adalah aktivitas tidak sadar sebagi bentuk

perasaan dan pikiran yang ditekan kealam tidak

sadar,.mimpi dapat digunakan perawat untuk

mengidentifikasi adanya perasaan bersalah,

tertekan, jengkel, atau marah yang mengganggu

anak sehingga terjadi ketidaknyamanan.

(b) Meminta utnuk menyebutkan keinginan. Dengan

meminta anak mengungkapkan keinginan, dapat

diketahui berbagai keluhan yang dirasakan pada

anak dan keinginan tersebut dapat menunjukan

perasaan dan pikiran anak pada saat itu.

(c) Bermain dan permainan. Dengan bermain dapat

memberikan petunjuk mengenai tumbuh kembang

fisik,intelektual dan sosial. Terapeutik play sering

9
digunakan untuk mengurangi trauma akibat sakit

atau masuk rumah sakit/untuk mempersiapkan anak

sebelum dilakukan prosedur medis/keperawatan.

Perawat dapat melakukan permainan bersama anak

sehingga perawat dapat dapat bertanya dan

mengeksplorasi perasaan anak selama di rumah

sakit.

(d) Melengkapi kalimat (sentences completion).

Dilakukan dengan cara meminta anak

menyempurnakan/melengkapi kalimat yang dibuat

perawat. Tujuan teknik ini yaitu perawat dapat

mengetahui perasaan anak tanpa bertanya secara

langsung kepadanya, misalnya terkait dengan

kesehatannya/perasaannya. Pertanyaan dimulai

dengan yang netral kemudian dilanjutkan dengan

pertanyaan yang difokuskan pada perasaannya.

Contoh lainnya “Apa yang menyenangkan waktu

dirumah ?”, “kalau di rumah sakit ini, apa yang

menyenangkan ?”.

(e) Pro dan kontra. Caranya anak diminta mengajukan

pilihan positif/negative sesuai dengan pendapat

anak. Tujuannya untuk mengeksplorasi perasaan-

perasaan anak, baik yang menyenangkan maupun

10
tidak menyenangkan. Teknik ini dimulai dari hal-hal

yang bersifat netral, selanjutnya yang serius.

Contohnya, Topik netral : anak diminta menceritakan

hobinya, selanjutnnya menyebutkan kebaikan-

kebaikan dari hobinya dan keburukan-keburukan dari

hobinya. Topik khusus : anak diminta menceritakan

pengalamannya dirawat di rumah sakit, serta

menyebutkan kebaikan-kebaikan dan keburukan-

keburukan dirawat di rumah sakit.

b. Teknik Nonverbal

1) Menulis

Adalah pendekatan komunikasi secara efektif.

Ungkapan rasa yang sulit dikomunikasikan secara verbal

bisa ditempuh dengan komunikasi lewat tulisan. Cara ini

dapat dilakukan apabila anak sudah memiliki

kemampuan untuk menulis. Tujuannya yaitu anak dapat

mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih,

marah, atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan

pada anak yang jengkel, marah, dan diam. Caranya

memeriksa/menyelidiki tulisan anak, dengan meminta

anak menulis.

11
2) Menggambar

Dilakukan dengan cara meminta anak untuk

meggambarkan sesuatu terkait dengan dirinya, misalnya

perasaannya, apa yang dipikirkan, keinginan, dan lain-

lain. Contoh lainnya meminta anak menggambar suatu

lingkaran untuk melambangkan orang-orang yang

berada dalam lingkungan hidupnya dan lingkaran yang

menunjukkan keakraban/kedekatan.

Struat dan Sundeen (1998) menguraikan bahwa dalam

berkomunikasi dengan anak dapat digunakan beberapa

teknik yaitu :

a) Nada Suara

Gunakan nada suara lembut, terutama jika emosi anak

dalam keadaan tidak stabil.

b) Aktivitas Pengalihan

Untuk mengurangi kecemasan anak saat berkomunikasi,

gunakan aktivitas pengalihan, misalnya membiarkan

anak dengan barang-barang kesukaannya. Contoh

boneka, mobil-mobilan, kacamata dan lain-lain.

c) Ungkapan Marah

Pada situasi ini, izinkalah anak untuk mengungkapkan

perasaan marahnya serta dengarkanlah apa yang

menyebabkannya merasa marah.

12
d) Sentuhan

Kontak fisik yang dilakukan dengan cara memegang

sebagian tangan/ bagian tubuh anak. Misal pundak,

usapan di kepala, berjabat tangan, dan pelukan.

e) Penerapan Komunikasi

Perkembangan komunikasi pada bayi dan anak

tergantung dari perkembangna otak dan fungsi

kognitifnya, yaitu kemampuan organ sensorik dalam

menerima rangsangan.

Berikut akan diuraikan perkembangan komunikasi, mulai dari

bayi toddler dan pasekolah, usia ssekolah, dan remaja.

1) Penerapan Komunikasi Pada Bayi (0-1 tahun)

Sesaat setelah bayi dilahirkan dan ibu diizinkan

menggendong si kecil dalam dekapannya, itulah saat ibu

berkomunikasi dengan bayinya. Meskipun baru

dilahirkan bayi bayi bisa dengan cepat belajar mengenali

dunianya melalui pancaindra.

Bayi terlahir dengan kemampuan menangis karena

dengan cara itu bayi berkomunikasi bayi menyampaikan

keinginannya melalui komunkasi nonverbal. Bayi akan

tampak tenang serta merasa nyaman dan aman jika ada

kontak fisik yang dekat, terutama dengan orang yang

dikenalnya (ibu). Tangisan bayi itu adalah cara bayi

13
memberitahukan bahwa ada sesuatu tidak enak dia

rasakan, misalnya lapar popok basah, kedinginan, lelah

dan lain-lain.

Bayi yang agak besar akan merasa tidak nyaman jika dia

melakukan kontak fisik dengan orang yang tidak

dikenalnya. Bayi akan tersenyum, mengerak0gerakkan

kaki dan tangannya berulang-ulang jika dia ingin

mengatakan kegembiraannya serta menjerit, menangis,

atau merengek, jika dia merasa tidak nyaman. Bayi juga

akan tersenyum dan kegirangam jika dia merasa

kenyang, aman atau nyaman serta menangis atau

gelisah jika merasa lapar, basah, BAB digigit nyamuuk

atau kepanasan/kedinginan (komunikasi nonverbal).

2) Penerapan Komunikasi Pada Kelompok toddler (1-3

tahun) Dan Prasekolah (3-6 tahun)

Pada kelompok usia ini anak sudah mampu

berkomunikasi secara verbal. Anak sudah mampu

menyatakan keinginan dengan menggunakan kata-kata

yang sudah dikuasainya.

Contoh implementasi komunikasi dalam keperawatan

sebagai berikut :

(a) Memberi tahu apa yang terjadi pada diri anak.

14
(b) Memberi kesempatan pada anak untuk menyentuh

alat pemeriksaan yang akan digunakan.

(c) Nada suara rendah dan bicara lembut.

(d) Hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti

kata-kata “jawab dong”

(e) Mengalihkan aktivitas saat komunikasi, misalnya

dengan memberikan mainan saat komunikasi.

(f) Menghindari konfrontasi langsung.

(g) Jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak.

(h) Bersalaman dengan anak saat memulai interaksi

karena bersalaman dengna anak merupakan cara

untuk menghilangkan perasaan cemas.

(i) Mengajak anak menggambar, menulis, atau

bercerita untuk menggali perasaan dan pikiran

anak.

3) Komunikasi Pada Usia Sekolah (7-11 tahun)

Pada masa ini, anak sudah mampu untuk memahami

komunikasi penjelasan sederhana yang diberikan.

Contoh implementasi komunikasi dalam keperawatan

sebagai berikut :

(a) Memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak

dengna menggunakan kata-kata sederhana yang

spesifik.

15
(b) Menjelaskan sesuatu yang ingin diketahui anak.

(c) Pada usia ini, keingintahuan pada aspek fungsional

dan procedural dari objek tertentu sangat tinggi.

(d) Jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan

membuat anak tidak mampu berkomunikasi secara

efektif.

B. Penerapan Komunikasi Terapeutik Pada Remaja

Masa remaja adalah masa yang sulit. Pada saat ini, reaja

dihadapkan pada dua sisi yang bertentangan, yaitu berfikir dan

berperilaku antara anak dengan orng dewasa. Kelompok ini sering

engalami ketegangan karena sulitnya menentukan sikap antara

perilaku anak dengan perilaku sebagai orang dewasa. Masa ini

adalah masa yang penuh konflik dan dilema. Konflik yang terjadi

dapat berhubungan dengan-dengan perubahan dalam dirinya,

sedangkan dilema yang terjadi dapat berhubungan dengan

perbedaan nilai, persepsi, atau keyakinan antara dirinya dengan

orang dewasa.

Penerapan komunikasi terapeutik pada remaja:

1. Perkebangan Komunikasi Pada usia Remaja

Perkembangan komunikasi pada usia remaja dapat

ditunjukkan dengan kemampuan berdiskusi atau berdebat. Pada

usia remaja, pola perkembangaan kognisinya sudah mulai

berfikir secara septual mengingat masa ini adalah masa

16
peralihan anak menjadi dewasa, sedangkan secara

emosionalsudah mulai menunukkan perasaan malu. Anak usia

remaja seringkali merenung kehdupan tentang asa depan yang

direfleksikan dalam komunikasi.

Sehubungan perkembangan komunikasi ini, yang dapat kita

lakukan adalah mengizinkan remaja berdiskusi atau curah

pendapat pada teman sebaya. Hindari beberapa pertanyaan

yang menimbulkan rasa malu dan aga kerahasiaan dalam

komunikasi karena akan menimbulkan ketidakpercayaan remaja.

2. Sikap Terapeutik Berkomunikasi Dengan Remaja

Remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke dewasa.

Pada masa transisi ini remaja dapat mengalami kesulitan yang

menumbulkan kemampuan adaptasi. Remaja sering tidak

mendapat tempat untuk mengekspresikan ungkapan hatinya dan

cenderung tertekan hal ini akan dapat mempengaruhi

komunikasi remaja terutama kmunikasi terhadap orang tua atau

orang dewasa lainnya.

Dalam berkomunikasi dengan remaja perawat atau orang

dewasa lain harus mampu bersikap sebagai “sahabat” buat

remaja. Tidak meremahkan atau memperlakukan dia sebagai

anak kecil dan tidak membiarkan dia berperilaku sebagai orng

dewasa. Pola asuh remaja perlu cara khusus. Walau usia masih

tergolong anak-anak, ia tak bisa diperlakukan seperti anak kecil.

17
Remaja sudah mulai menunjukkan jati diri. Biasanya remaja lebih

senang berkumpul bersama teman sebaya ketimbang dengan

orang tua.

Sikap perawat, orang tua, atau orang dewasa lain yang perlu

diperhatikan saat berkomunikasi dengan remaja:

a. Menjadi pendengar yang baik dan memberi kesempatan

pada mereka untuk mengekspresikan perasaannya, pikiran,

dan sikapnya.

b. Mengajak remaja berdiskusi terkait dengan parasaan,

pekiran, dan sikapnya.

c. Jangan memotong pembicaraan dan jangan berkomentar

atau berespons yang berlebihan pada saat remaja

menunjukkan sikap emosional.

d. Memberikan sopport atas segala masalah yang dihadapi

remaja dan membantu untuk menyelesaikan dengan

mendiskusikannya.

e. Perawaat atau orang dewasa lain harus dapat menjadi

sahabat buat remaja, tempat berbagi cerita suka dan duka.

f. Duduk bersama remaja, memeluk, merangkul, mengobrol,

dan bercengkerama dengan mereka serta sering melakukan

makan bersama.

18
3. Suasana Komunikasi Yang Kondusif Pada Remaja

Keberhasilan berkomunikasi dengan remaja dapat

dipengaruhi oleh seasana psikologis antara perawat/orang

dewasa/orang tua lain dengan remaja.

a. Suasana hormat menghormati

Orang dewasa akan mampu berkomunikasi dengan baik

apabila pendapat pribadinya dihormati, ia lebih senang kalau

ia boleeh turut bepikir dan mengemukakan pikirannya.

b. Suasana saling menghargai

Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, dan sistem

nilai yang dianut perlu dihargai. Meremehkan dan

menyampingkan harga diri mereka akan dapat menjadi

kendala dalam jalannya komunikasi.

c. Suasana saling percaya

Saling memercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar

adanya akan dapat membawa hasil yang diharapkan.

d. Suasana saling terbuka terbuka untuk mengungkapkan diri

dan terbuka untuk mendengarkaan orang lain. Hanya dalam

susana keterbukaan segala alternati dapat tergali.

Komunikasi verbal dan nonverbal reaja perlu diperhatikan,

misalnya ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan nada suara yang

memberikan tanda tentang status emosionalnya.

19
4. Peranan Komunikasi Sesuai Tingkat Perkembangan Remaja

Berkomunikasi dengan anak yang sudah masuk usia remaja

(praremaja) sebenarnya lebih mudah. Permasalahan mereka

sudah memadai untuk berbicara tentang masalah yang

kompleks. Dalam berkomunikasi dengan remaja, kita tidak bisa

mengendalikan alur pembicaraan, mengatur, atau memegang

kendali secara otoriter. Remaja sudah punya pemikiran dan

perasaan sendiri tentang hal yang ia bicarakan pada.

Contoh respons yang sering diungkapkan oleh orang tua

kepada anaknya yang bisa menyebabkan terputusnya

komunikasi adalah mengancam, memperingatkan, memerintah,

menilai, mengkritik, tidak setuju, mengalahkan, menasehati,

menyelesaikan masalah, menghindar, mengalihkan perhatian,

menertawakan, mendesak, memberi kuliah, mengajari,

mencemooh, membuat malu, menyelidiki, menghasut, serta

memuji, menyetujui.

Perhatikanlah bagaimana penerapan komunikasi terapeutik

pada remaja berikut ini:

Komunikasi terbuka, “bagaimana sekolahmu hari ini?”, apa

yang membuatmu merasa senang hari ini di sekolah?”

Komunikas dua arah, yaitu bergantian berbicara dan yang

mendengarkan. Jangan mendominasi pembicaraan serta

20
sediakan waktu untuk remaja untuk menyampaikan

pendapatnya.

a. Mendengar aktif artinya tidak hanya sekedar mendengar,

tetapi juga memahami dan menghargai apa yang

diutarakan remaja. Terima dan refleksikan emosi yang

ditunjukkan, misalnya dengan mengatakan, “ibu tahu kamu

merasa kesal karna diejek seperti itu.”

b. Sediakan waktu yang cukup untuk berkomunikasi dengan

remaja. Jika sedang tidak bisa, katakan terus terang

daripada anda tidak fokus dan memutuskan komunikasi

dengan remaja.

c. Jangan memaksa remaja untuk mengungkapkan sesuatu

yang dia rahasiakan karena akan membuatnya tidak

nyaman dan enggan berkomunikasi. Anak remaja sudah

mulai memiliki privasi yang tidak boleh diketahui orang lain

termasuk orang tuanya.

d. Utarakan perasaan anda jika ada perilaku remaja yang

kurang tepat dan jangan memarahi atau membentak.

Misalnya,”Mama khawatir sekali klau kamu tidak langsung

pulang kerumah. Klau mau kerumah teman, telepon dulu

agar Mama tenang.”

21
e. Dorong anak itu mengatakan hal-hal positif tentang dirinya.

Misalnya, “Aku sedng berusaha menguasai matematika”

daripada “Aku payah dalam matematika”.

f. Perhatikan bahasa tubuh remaja. Orang tua harus bisa

menangkap sinyal-sinyal emosi dari bahasa tubuhnya.

g. Hindari komentar menyindir atau eremehkan anak. Berikan

pujian pada aspek terbaik yang dia lakukan sekecil apapun.

h. Hindari ceramah panjang dan menyalahkan anak.

C. Penerapan KomunikasiI Pada Orang Dewasa Dan Lansia

1. Permasalahan dan perkembangan komunikasi orang dewasa

Erikson (1985) dalam Stuart dan Sundeen (1998)

menjelaskan bahwa pada orang dewasa terjadi perkembangan

psikososial, yaitu intimasi versus isolasi. Orang dewasa sudah

mempunyai sikap-sikap tertentu, bahkan tidak jarang sikap itu

sudah sangat lama menetap dalam dirinya sehingga tak mudah

untuk mengubahnya. Pengetahuan yang selama ini dianggapnya

benar dan bermanfaat belum tentu mudah digantikan dengan

pengetahuan baru jika kebetulan tidak sejalan dengan yang

lama. Orang dewasa bukan seperti gelas kosong yang dapat di

isikan sesuatu. Oleh karena itu, dikatakan bahwa pada orang

dewasa tidak dapat diajarkan sesuatu yang baru untuk

mengubah tingkah lakunya dengan cepat. Orang dewasa, kalau

22
ia sendiri yang ingin belajar hal baru, dia akan terdorong

mengambil langkah untuk mencapai sesuatu yang baru itu.

Pada tahap ini orang dewasa mampu belajar membagi

perasaan cinta kasih, minat, dan permasalahan dengan orang

lain. Cara-cara spesifik yang bisa mereka lakukan adalah terkait

dengan pengetahuan, pengalaman, sikap, kemampuan, harga

diri, dan aktualisasi dirinya.

2. Sikap komunikasi pada orang dewasa

Berdasarkan perkembangan komunikasi pada orang dewasa

dan permasalahan yang terjadi, agar tercapai komunikasi yang

efektif, terutama dalam melaksanakanpelayanan keperawatan,

perlu ditunjukkan dan di terapkan sikap-sikap terapeutik. Dalam

berkomunikasi dengan orang dewasa sampai lansia, di perlukan

pengetahuan tentang sikap-sikap yang khas. Berikut sikap-sikap

psikologi spesifik pada orang dewasa terhadap komunikasinya.

a. Orang dewasa/lansia melakukan komunikasi berdasarkan

pengetahuan/pengalamannya sendiri. Sikap perawat :

Menggunakan motivasi untuk mencari pengetahuan sendiri

sesuai yang di inginkan. Tidaak perlu mengajari, tetapi cukup

memberikan motivasi untuk menggantikan perilaku yang

kurang tepat.

b. Berkomunikasi pada orang dewasa/lansia harus melibatkan

perasaan dan pikiran. Sikap perawat :

23
Gunakan perasaan dan pikirang orang dewasa/lansia

sebagai kekuatang untuk merubah perilakunya.

c. Komunikasi adalah hasil kerja sama antara manusia yang

saling memberi penglaman serta saling mengungkapkan

reaksi dan tanggapannya mengenai suatu masalah. Sikap

perawat :

Bekerja sama dengan orang dewasa/lansia untuk

menyelesaikan masalah. Memberikan kesempatan pada

klien untuk mengungkapkan pengalaman dan memberi

tanggapan sendiri terhadap pengalaman tersebut.

3. Suasana komunikasi pada orang dewasa

Di samping sikap, kita juga harus memperhatikan atau mampu

menciptakan suasana yang dapat mendorong efektivitas

komunikasi pada kelompok usia dewasa, upayakan menciptakan

suasana komunikasi yang dapat mecapai tujuan yan di inginkan.

a. Suasana hormat menghormati

Orang dewasa akan mampu berkomunikasi dengan baik

apabila pendapaat pribadinya di hormati ia lebih senang

kalau ia boleh turut berpikir dan mengemukakan pikirannya.

b. Suasana saling menghargai

Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, dan sistem

nilai yang di anut perlu dihargai. Meremehkan dan

24
menyampingkan harga diri mereka akan dapat menjadi

kendala dalam jalannya komunikasi.

c. Suasana saling percaya

Saling mempercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar

adanya akan membawa hasil yang diharapkan. Jangan

melakukan penyangkalan pada apa yang dikomunikasikan

oleh orang dewasa, karena mereka tidak akan percaya

dengan anda dan mengakibatkan tujuan komunikasi tidak

tercapai.

d. Suasana saling terbuka

Keterbukaan dalam komunikasi sangat diperlukan, baik bagi

orang dewasa maupun lansia. Maksud terbuka adalah

terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk

mendengarkan orang lain. Hanya dalam susana keterbukaan

segala alternatif dapat tergali.

Komunkasi verbal dan nonverbaladalah bentuk komunikasi

yang harus saling mendukung satu sama lain. Seperti halnya

komunikasi pada anak-anak, perilaku nonverbal sama

pentingnya pada orang dewasa. Ekspresi wajah, gerakan tubuh,

dan nada suara meberi tanda tentang status emosional dari

orang dewasa. Orang dewasa yang dirawat di rumah sakit

bisamerasa tidak berdaya, tidak aman, dan tidak mampu ketika

dikelilingi oleh toko-toko yang berwenang. Status kemandirian

25
mereka telah berubah menjadi status ketika orang lain yang

memutuskan kapan mereka tidur. Ini merupakan pengalaman

yang mengancam dirinya ketika orang dewasa tidak berdaya dan

cemas dan ini dapat terungkap dalam bentuk kemarahan dan

agresi.

Dengan dilakukan komunikasi yang sesuai konteks pasien

sebagai orang dewasa oleh para profesional, pasien dewasa

akan mampu menunjukkan perilaku yang adaptif dan mampu

mencapai penerimaan terhadap masalahnya.

4. Teknik komunikasi pada orang dewasa dan penerapannya

Berikut ini tekhnik komunikasi yang secara khusus yang

harus anda terapkan saat berkomunikasi dengan orang dewasa.

a. Penyampaian pesan langsung kepada penerima tanpa

perantara seperti penggunaan telpon atau media komunikasi

lain, misalnya tulisan akan dapat menimbulkan salah

persepsi karna tidak ada feedback untuk mengevalusai

secara langsung.

b. Saling memengaruhi dan dipengaruhi, maksudnya

komunikasi antara perawat dengan pasien harus ada

keseimbangan dan tidak boleh ada yang medominasi. Teknik

ini menekankan pada hubungan saling membantu a

(helping-relationship).

26
c. Melakukan komunikasi secara timbal balik secara langsung,

maksudnya komunikasi timbal balik dapat menimalkan

kemungkinan terjadinya salah persepsi.

d. Komunikasi secara berkesinambungan, tidak statis bersifat

dinamis.

Orang deawsa memiliki pengetahuan, pengalaman, sikap,

dan keterampilan yang menetap dan sukar untuk di ubah dalam

waktu singkat. Memberi motivasi dan memberdayakan

pengetahuan atau pengalaman dan sikap yang sudah dimiliki

adalah hal yang penting untuk melakukan komunikasi dengan

orang dewasa dalam rangka mengubah perilakunya.

1) Karakteristik lanjut usia (lansia)

Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti akan

dialami oleh semua orang yang di karuniai usia panjang.

Lanjut usia merupakan kelompok umur pada manusia yang

telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya.

Badan Koordinasi Berencana Nasional mendefinisikan

batasan penduduk lanjut usia di kategorikan dalam Tiga

aspek yaitu:

Secara biologi, penduduk lanjut usia, penduduk yang

mengakami proses penuaan secara terus menerus yang di

tandai dengan menurunnya daya tahan fisik, yaitu semakin

27
rentangnya terhadap serangan penyakit yang dapat

menyebabkan kematian.

Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih di

pandang sebagai beban dari pada sumber daya.

Aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu

kelompok sosial sendiri yang berbeda dengan kelompok usia

produktf dan mempunyai karakteristik yang spesifik.

WHO mengelompokkan lansia menjadi empat kelompok

yang meliputi:

a) Middle age (usia pertengahan, usia 49-59 tahun)

b) Elderly (usia 60-74 tahun)

c) Usia antara 75-90 tahun

d) Very old (> dari 90 thn)

Sementara itu, klasifikasi lansia berdasarkan kronologis

lansia meliputi :

a) Young old (60-75 tahun)

b) Middle old (75-84 tahun)

c) Old-old (> 85 tahun)

Untuk mempermudah memahami bagaimana melakukan

pendekatan ataupun bagaimana strategi komunikasi pada

lansia, perawat perlu tahu masalah dan penyakit yang sering

dihadapi oleh lansia sebagai berikut.

(1) Mudah jatuh

28
(2) Mudah lelah

(3) Nyeri dada

(4) Kekacauan mental

(5) Sesak nafas pada waktu melakukan kerja fisik

(6) Berdebar-debar(palpitasi)

(7) Pembekakan kaki bagian bawah

(8) Nyeri pinggang atau punggung

(9) Nyeri pada sendi pinggul

(10) Berat badan menurun

(11) Sukar menahan buang air (sering ngompol)

(12) Sukar menahan buang air besar

(13) Gangguan sulit tidur

(14) Keluhan perasaan dingin

(15) Kesemutan pada anggota badan

(16) Mudah gatal-gatal

(17) Keluhan pusing-pusing

(18) Sakit kepala

Gangguan komunikasi pada lansia sering terjadi

karena masalah-maslah fisik yang dialami dan penurunan

fungsi dari panca indranya.

29
2) Perkembangan komunikasi pada lansia

Perubahan pada aspek fisik berupa perubahan

neurologis dan sensorik, perubahan visual, dan

pendengaran. Perubahan-perubahan tersebut dapat

menghambat proses penerimaan dan intepretasi terhadap

maksud komunikasi. Perubahan ini juga menyebabkan klien

lansia mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Hal yang

menyebabkan kesulitan komunikasi pada lansia adalah

perubahan kognitif yang berpengaruh pada inteligensia,

kemampuan belajar, daya memori dan motivasi klien.

Perubahan emosi yang sering tampak berupa reaksi

penolakan terhadap kondisi lansia. Berikut ini gejala-gejala

penolakan lansia yang menyebabkan gagalnya komunikasi

pada lansia.

a) Tidak percaya terhadap diagnosis, gejala,

perkembangan, serta keterangan yang diberikan petugas

kesehatan.

b) Menguah keterangan yang diberikan sedemikian rupa

sehingga diterima keliru.

c) Menolak membicarakan perawatnya dirumah sakit.

d) Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara

umum, khususnya tindakan yang langsung

mengikutsertakan dirinya.

30
e) Menolak nasihat-nasihat misalnya istirahat baring,

berganti posisi tidur, terutamanya nasihat tersebut demi

kenyamana klien.

3) Faktor-faktor yang memepengaruhi komunikasi pada

lansia

a) Faktor klien meliputi kecemasan dan penurunan sensori

(penurunan pendengaran dan penglihatan, kurang hati-

hati, tema yang menetap, misal kepedulian terhadap

kebugaran tubuh, kehilangan reaksi, mengulangi

kehidupan,takut kehilangan kontrol, dan kematian.

b) Faktor perawat meliputi perilaku perawat terhadap

lansia dan ketidakpahaman perawat.

c) Faktor lingkungan: lingkungan yang bising dapat

menstimulasi kebingunan lansia dan terganggunya

penerimaan pesan yang disampaikan.

4) Hambatan komunikasi pada lansia dan cara mengatasi

Hambatan komunikasi yang efektif pada lansia

berhubungan dengan keterbatasan fisik yang terjadi akibat

dari proses menua (aging proces), antara lain fungsi

pendengaran yang menurun, mata yang kabur, tidak adanya

gigi, suara yang mulai melemah, dan sebagainya.

Berikut ini adalah cara mengatasi hambatan

berkomunikasi pada lansia :

31
a) Menjaga agar tingkat kebisingan minimum.

b) Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk

mengobrol.

c) Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik

d) Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas

e) Jangan berbicara dengan keras/ berteriak, bicara

langsung dengan telinga yang dapat mendengar denga

lebih baik

f) Berdiri didepan klien jangan terlalu jauh dari lansia

g) Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan

sederhana

h) Beri kesempatan bagi klien untuk berpikir

i) Selalu menanyakan respons, terutama ketika

mengajarkan suatu tugas atau keahlian.

5) Pendekatan komunikasi terapeutik pada lansia

Komunikasi pada lansia merupakan permasalahan

kompleks dan heterogen dibandingkan klien yang lebih

mudah.latar belakang budaya sering memengaruhi klien

lansia untuk memereprepsikan penyakit serta kesediaan

untuk mengikuti aturan rencana pengobatan.untuk

mengurangi pengaruh negatip atau mengurangi hambatan-

hambatan yang terajadi di perlukan komunikasi yang epektif

antara perawat dan klien.

32
Berikut akan di paparkan bagaimana perawat dapat

meningkatan komunikasi pada klien lansia sebagai bentuk

pendekatan dalam melakukan komunikasi pada lansia

sebagai berikut.

a) Buat busana yang menyenangkan dan usahan

berhadapan langsung dengan klien, baik pisik maupun

emosi.

b) Unuk memulai komunikasi berikan intruksi maupun

informasi

Tips yang bisa di pertimbangkan sebagai berikut.

(1) Beri waktu ekstra

(2) Hindari ketidak pedulian

(3) Duduk berhadapan dengan klien

(4) Pelihara kontak mata

(5) Mendengarkan

(6) Bicara pelan dengan jelas dan nyaring

(7) Gunakan kata-kata sederhana

(8) Fokuskan pada satu pembicarran

(9) Beri catatan untuk intruksi

(10) Gunakan gambar atau tabel untuk mempermudah

pemahaman

(11) Ringkas poin utama

(12) Berikan kesempatan pada lamsia untuk bertanya

33
(13) Cari tempat yang tenang

(14) Gunakan sentuhan untuk memberikan kenyamanan

pada lansia

Disamping pendekatan di atas keterampilan komunikasi

yang penting dilakukan perawat padas saat komunikasi

dengan lansia sebagai berikut

(1) Perawat membuka wawancara dengan

memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan dan

lama wawancara

(2) Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk

menjawab berkaitan dengan pemunduran kemampuan

untuk merespon verbal

(3) Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai

dengan latar belakan sosiokulturalnya.

(4) Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena

pasien lansia kesulitan dalam berpikir abstrak.

(5) Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian

dengan memberikan respon non verbal seperti kontak

mata seccara langsung, duduk, menyentuh pasie.

(6) Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-

tanda kepribadian pasien dan distres yang ada.

(7) Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien

memalhami tujuan dari wawancara pengkajian

34
(8) Perawat harus memperhatikan respon pasien dengan

mendengarkan dengan cermat dan tetap

mengobservasi.

(9) Tempat mewawancarai diharuskan tidak pada tempat

yang baru dan asing bagi pasien

(10) Lingkungan harus dibuat nyaman dan kursi harus

dibuat senyaman mungkin

(11) Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi

lansia yang sensitif terhadap suara berfrekuensi tinggi

atau perubahan kemampuan penglihatan.

(12) Perawat harus mengonsultasikan hasil wawanccara

kepada keluarga pasien atau orang lain yang sangat

mengenal pasien

(13) Memperhatikan kondisi fisik pasien pada waktu

wawancara.

Secara spesipik, pendekatan komunikasi pada lansia

dapat di llakukan berdasarkan empat aspek, yaitu

pendekatan aspek fisik,psikologis,sosial, dan

spiritual.berikut uraian dari keempat pendekatan pada

lansia.

(a) Pendekatan fisik

Mencari informasi tentang kesehatan objektip,

kebutuhan, kejadian yang di alami, perubahan fiksik

35
organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di

capai dan di kembangkan,serta enyakit yang dapat di

cegah progresvitasnya.pendekatan ini relatip lebih

mudah di laksanakan dan di carikan solusinya karena

riil dan mudah di observasi.

(b) Pendekatan psikologis

Karena pendekatan ini sifatnya abstrak dan mengarah

pada perubahan perilaku,umumnya membutuhkan

waktu yaang lebih lama.umtuk melaksanakan

pendekatan ini, perawat berperan sebagai konselor,

advokat, suporter, dan interpreter terhadap segala

sesuatu yang asing atau sebagai penampung

masalah-masalah rahasia yang pribadi dan sebagaai

sahabat yang akrab bagi klien.

(c) Pendekatan Spiritual

Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam

hubungannya denagn tuhan atau agama yang di

anutnya,terutama ketika klien dalam keadaan sakit atau

mendekati kematian.pendekatan spiritual ini cukup

epekti, terutama bagi klien yang mempunyai kesadaran

tinggi dan latar belakang ke agamaan yang baik.

6) Teknik komunikasi pada lansia

36
Mundakir (2006) mengidentifikasi beberapa teknik

komunikasi yang dapat di gunakan perawat dalam

berkomunikasi denagn lansia sebagai berikut.

a) Teknik asertif

Asertif adalah menyatakan denag sesungguhnya, terima

klien apa adanya. Perwata bersikap menerima yang

menunjukkan sikap peduli dan sabar untuk

mendengarkan dan memperhatikan klien serta berusaha

untuk mengerti/ umtuk mrmahami klien.sikap ini mebantu

peraat untuk menjaga hubugan yang terapeutik dengan

lansia.

b) Responsif

Reaksi spontan perawat terhadap perubahan yang

terjadi pada klien dan segera melakukan klarifikasi

tentang perubahan tersebut. Teknik ini merupakan

bentuk perhatian perawat kepada klien yang di lakukan

secara aktif untuk memberikan ketenanagn klien.

Berespons berarti bersikap aktip atau tidak menunggu

permintaan pada klien

c) Fokus

Dalam berkomunikasi, sering kita jumpai lansia berbicara

panjang lebar dan mengungkapkan pernyataan-

37
pernyataan di luar materi yang tidak relevan dengan

tujuan terapi.

d) Supotif

Lansia sering menujukan sikap labil atau berubah ubah.

Perubahan ini perli di sikapi dengan menjaga kestabilan

emosi klien lansia dengan cara memberikan dukungan

(suportif)

e) Klarifikasi

Klarifikasi adalah teknik yang di gunakan perawat untuk

memperjelas informasi yang di sampaikan klien. Hal ini

pentinh di lakukan perawat karena seringnya perubahan

yang terjadi pada lansia dapat mengakibatkan proses

komunikasi lancar dan kurang bisa di pahami.klarifikasi

di lkukan denag cara mengajukan pertanyaan ulang atau

meminta klien memberi penjelasan ulang dengan tujuan

menyamakan persepsi

f) Sabar dan ihklas

Perubahan yang terjadi pada lansia terkadang

merepotkan seperti ke kanak-kanakan. Perubahan ini

harus di sikapi denagn sabar dan ihklas agar hubungan

antara perawat dan klien lansia dapat efektif. Sabar dan

iklas di lakukan supaya tidak muncul kejengkelan

38
perawat yang dapat merusak komunikasi dan hubungan

perwata dengan klien.

6) Model komunikasi pada lansia

a) Model shannon weaver

Dalam komunikasi ini diperlukan keterlibatan anggota

keluarga sebagai transmitter untuk mengenal lebih jauh

tentang klien. Tujuan komunikasi pada lansia dengan

rekasi penolakan adalah adanya perubahan perilaku

lansia dari penolakan menjadi kooperatif. Dengan model

ini kelebihannya komunikasinnya melibatkan anggota

keluarga atau orang lain yang sangat berpengaruh.

Sementara kelemahanya adalah memerlukan waktu yang

cukup lama karena klien lansia kadang kala dalam rekasi

penolakan. Karena tidak ada umpan balik, maka

komunikasi ini tidak dapat dilakukan evaluasi, sehingga

tidak dapat mengetahui sejauh mana perubahan perilaku

yang terjadi pada klien lansia. [ CITATION Tri141 \l 1033 ]

b) Model SMCR

Seperti yang telah dibahas dalam model-model

komunikasi, bahwa pada model ini pesan dalam bentuk

apapun diciptakan sumber, bahasa ataupun isyarat

adalah pesan yang telah diterjemahkan. Saluran adalah

lintasan yang membawa pesan. Dan penerima adalah

39
pihak yang menjadi objek dan tujuan komunikasi. Dalam

model ini juga terdapat istilah encoder (penyandi), yang

berfungsi menunjukkan maksud dari sumber mengenai

pesan yang ingin diberikan pada komunikan, dan

decorder (penyandi balik) selama proses terjadinya

komunikasi. Maka apabila komunikasi pada klien lansia

yang masih sehat secara biopsiko-sosio-spiritul, model ini

akan lebih efektif. Namun apabila klien lansia tidak dalam

kondisi yang sehat dari aspek bio-psiko-sosio-spiritual

maka komunikasi model ini memerlukan ptoses yang

lama.

c) Model leary

Model leary ini saling mempengaruhi dan dipengaruhi

antar individu, untuk selama berkomunikasi dengan klien

lansia harus berhati-hati, jangan sampai menyinggung

perasaannya. Dalam hal sifat sosial perawat sangat

dibutuhkan, sehingga diharapkan selama berkomunikasi

dengan klien lansia, perawat harus dalam rentang love

yang banyak.

d) Model terapeutik

Dalam model ini sangat diperlukan kondisi empati,

kesesuaian dan penghargaan. Empati akan sulit kita

lakukan apabila klien lansia dalam penolakan. Walaupun

40
sulit, namun kita tidak boleh menyokong penolakan

tetapi kita harus memberikan perawatan yang cocok dan

berbicara sesering mungkin, dan jangan sampai

menolak. Dengan komunikasi model ini kelebihannya

klien lansia akn lebih paham terhadap apa yang kita

bicarakan dan kopingnya akan lebih efektif. Namun

kekurangannya klien lansia dengan kondisi empati

kurang cocok diterapkan oleh perawat untuk perawatan

lansia dengan reaksi penolakan.

e) Model keyakinan kesehatan

Model ini menekankan pada persepsi klien lansia untuk

mencari sehat, menjauhi sakit, merasakan adanya

ancaman/manfaat untuk mempertahankan

kesehatannya. Padahal klien lansia dengan reaksi

penolakan, tidak merasakan adanya ancaman

kesehatan, sehingga dalam berkomunikasi dengan klien

lansia dengan reaksi penolakan diperlukan motivasi yang

kuat.

f) Model komunikasi kesehatan

Model komunikasi ini berfokus pada transaksi

antara professional kesehatan dengan klien lansia yang

sesuai dengan permasalahan kesehatan klien tersebut.

41
Dalam komunikasi ini mengandung tiga factor, yaitu

relationship, transaksi, dan konteks.

Relationship, dalam mengadakan komunikasi

dengan klien lansia harus menggunakan ilmu psikososial

dan teknik komunikasi yang terapeutik disertai dengan

sikap perawat yang marah, rapi, bertanggungjawab, dan

dengan menggunakan kata-kata yang santun yang tidak

dapat menyinggung perasaan klien lansia, sehingga akan

terjalin hubungan saling percaya. Perawat harus benar-

benar mengetahui permasalahan yang terjadi pada klien

lansia, ingin disanjung dan tidak mau dibantah, untuk

bersama-sama menyelesaikan masalah.

Transaksi, digunakan untuk mencapai

kesepakatan bersama dalam menyelesaikan masalah

klien lansia. Harus berhati-hati melakukan pada klien

lansia yang dengan reaksi penolakan dalam mencari

informasi, memberikan umpan balik baik secara vebal

maupun non verbal dan hendaknya dilakukan secara

berkesinambungan.

Konteks, harus diketahui oleh seorang perawat

professional mengenai situasi dan permasalahan yang

dihadapi klien lansia. Apabila masalah bersifat individu

sebaiknya diselesaikan secara individu dengan tetap

42
memperhatikan tempat/ruangan dan jenis pelayanan

yang digunakan.

g) Model interaksi king

Dalam model ini, sebelum mengadakan interaksi

harus ada kesepakatan dengan klien lansia. Persepsi

ilmiah yang dimiliki oleh perawat tentang hal-hal yang

akan dikomunikasikan dengan klien lansia harus

disepakati dengan klien lansia sehingga dapat terjadi

suatu aksi yang menyebabkan terjadinya reaksi-interaksi

dan transaksi. Komunikais model ini akan lebih efektif

apabila dilakukan pada klien lansia yang kooperatif,

namun pada klien lansia yang mengalami penolakan

akan mengalami kesulitan untuk dilakukan komunikasi

dengan model ini.

43
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Komunikasi adalah hubungan timbal balik antara komunikator dan

komunikan. Orang dewasa erusaha melakukan komunikasi yang bisa

dipahami anak sebaliknya, anak menggunakan bahasa atau isyarat-

isyarat yang bisa dipahami orang dewasa.

Perkembangan komunikasi pada remaja ditunjukkan dengan

kemampuan berdiskusi atau berdebat karena pola perkrembangan

kognisinya sudah mulai berfikir secara konseptual. Suasana

komunikasi yang kondusif pada remaja adalah saling menghormati,

menghargai, saling percaya dan terbuka. Dalam berkomunikas

dengan remaja, kita tidak bisa mengendalikan alur pembicaraan

mengatur atau memegang kendali secara otoriter.

Komunikasi pada dewasa sampai lansia sulit dan perlu pendekatan

khusus. Pengetahuan yang dianggapnya benar tidak mudah

digantikan dengan pengetahuan baru. Kepada orang dewasa sampai

lansia, tidak dapat diajarkan sesuatu yang baru. Perubahan emosi

dapat berdampak pada perubahan komunikasi lansia yang sering

tampak adalah reaksi penolakan terhadap kondisi manusiawi. Secara

spesifik, pendekatan komunikasi pada lansia dapat dilakukan

44
berdasarkan empat aspek yaitu pendekatan aspek fisik, psikologis,

sosial dan spiritual.

B. Saran

Saran kami sebagai mahasiswa (i) Akademi Keperawatan

Pelamonia kita harus mampu mengetahui bagaimana cara

berkomunikasi dengan baik dan benar pada pasien berdasarkan

tingkat usia mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan lansia

sehingga dapat meningkatkan motivasi positif untuk terus belajar

berkomunikasi dan mengembangkan komunikasi dari para ilmuwan

terdahulu kegenerasi berikutnya.

45
46
DAFTAR PUSTAKA

Tri Anjaswarni. (2016). Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.

Tri Prabowo, S. M. (2014). Komunikasi dalam Keperawatan. Yogyakarta: Penerbit


Fitramaya.

iii

Anda mungkin juga menyukai