Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OP PROSTATEKTOMI DI

RUANG ISMAIL 2 RS ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan Medikal Bedah

Dosen Pembimbing: Fitria Handayani, M.Kep., Sp. KMB


Pembimbing Ruangan: Ns. Noor Faizah, S.Kep

Disusun Oleh:
Auzan Hudzaifah
22020116140068

Kelas A16.2

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OP TURP
(TRANSURETHRAL RESECTION OF THE PROSTATE) DI RUANG ISMAIL 2
RS. ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG
Tanggal Masuk : 25 Juni 2019

No. RM : 52-22-18

Tanggal Pengkajian : 25 Juni 2019

A. Identitas
a. Identitas Klien
Nama : Tn. S
Tanggal lahir : 06 Januari 1947
Umur : 72 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Diagnosa Medis : Benign Prostatic Hyperplasia
Alamat : Tlogosari Sidomukti VI No. 25 Semarang
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ninik Lestari
Hubungan dengan klien : Adik
Alamat : Desa Gebugan, Kec. Bergas, Kab. Semarang
RT 05/01
No. HP : (024) 692xxxx
B. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien tidak bisa BAK
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan Setelah pagi hari klien merasa tidak bisa kencing walaupun
sudah mengejan. Klien tidak merasa panas, tidak mual dan muntah, klien tidak
merasakan sakit di bagian pinggang.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mempunyai riwayat penyakit Jantung koroner dan hipertensi
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat penyakit keturunan di dalam keluarga klien
C. Genogram

: Perempuan : Garis keturunan : Meninggal

: Tn. S : Menikah

: Laki-laki : Tinggal serumah


D. Pengkajian Kebutuhan Dasar
1. Kebutuhan nutrisi dan cairan
Sebelum Sakit : Makan tidak banyak hanya sedikit-sedikit, Jika makan banyak
selalu dimuntahkan kembali
Setelah Sakit : Setelah operasi pasien dapat makan setengah porsi. Namun
setelah itu pasien memakan makanan sedikit
2. Kebutuhan Aktifitas dan Mobilisasi
Sebelum Sakit : Pasien dapat berjalan namun tidak dapat berjalan lama karena
jika berjalan terlalu lama pasien merasa pusing dan lemas.
Setelah Sakit : Pasien hanya beristirahat di tempat tidur dan ketika ingin
duduk pasien di bantu oleh keluarganya.
3. Kebutuhan Oksigenasi
Sebelum sakit : Pasien dapat bernafas secara spontan tanpa perlu bantuan alat
pernafasan
Setelah sakit : Pasien dapat bernafas secara spontan tanpa perlu bantuan alat
pernafasan
4. Kebutuhan Eliminasi
Sebelum sakit : Sudah lebih dari 1 minggu pasien tidak BAB. Pasien
mengatakan dalam sehari sering kencing.
Ketika Sakit : Pasien mengatakan bahwa setelah operasi belum BAB. Pasien
terpasang kateter, warna urine pasien jernih
5. Kebutuhan Aman Nyaman
Sebelum sakit: Pasien tidak mengalami gangguan keamanan dan kenyamanan
Setelah Sakit : Pasien hanya berbaring di tempat tidur. Klien mengatakan adanya
rasa nyeri
P : Nyeri ketika hendak duduk dan bergerak
Q : Seperti di tusuk-tusuk
R : Luka bekas operasi di bagian perut kanan bawah
S:4
T : Hilang timbul
6. Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit : Pasien mengatakan jika pasien tidur biasa tidur jam 11 malam
sampai jam 4 shubuh
Setelah Sakit : Setelah operasi pasien dapat tidur nyenyak.
7. Kebutuhan Spiritual
Sebelum Sakit : Pasien beragama islam. Pasien selalu menjalankan sholat lima
waktu. Pasien kadang sholat di masjid dan kadang sholat di rumah. Pasien sholat
menggunakan kursi karena tidak bisa berdiri lama
Setelah sakit : Pasien dapat sholat lima waktu. Namun pasien melakukan sholat
sembari berbaring.
8. Personal Hygiene
Sebelum sakit: Pasien mandi 2 kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari.
Pasien juga menggosok gigi pada saat mandi, melakukan keramas.
Setelah sakit : Kebutuhan personal hygiene dibantu oleh keluarga. Pasien disibin
oleh keluarga satu hari sekali.
9. Kebutuhan Rekreasi
Sebelum sakit: Pasien mengatakan dirinya jarang rekreasi. Pasien hanya di
rumah saja.
Setelah sakit : Pasien hanya berbaring di kamarnya. Karena pasien baru selesai
di operasi
10. Kebutuhan Komunikasi
Sebelum sakit: Pasien tidak memiliki hambatan komunikasi
Setelah sakit : Pasien tidak memiliki hambatan komunikasi
11. Kebutuhan Termoregulasi
Sebelum sakit: Pasien tidak demam. Suhu tubuh pasien normal 36oC
Setelah sakit : Pasien tidak mengalami demam. Suhu tubuh pasien normal,
36,4oC
12. Kebutuhan Persepsi-Sensori, Kognitif
Sebelum sakit : Pasien tidak memiliki hambatan persepsi, sensori dan kognitif
Setelah sakit :
 Persepsi : Keluarga kurang mengetahui mengenai penyakit yang dialami oleh
pasien.
 Kognitif : Kesadaran pasien komposmentis. Pasien dapat menjawab semua
pertanyaan dengan tepat.
 Sensori :
 Mata : Pasien dapat mengedipkan mata. Ketika ada orang berbicara mata
pasien tertuju kepada orang yang berbicara tersebut
 Hidung : Tidak ada lesi, tidak ada secret
 Telinga : Kedua telinga simetris. Pasien dapat mendengar. Tidak ada lesi.
Tidak ada secret
 Kulit : Tidak ada lesi. Turgor kulit pasien baik
 Lidah : Pasien dapat merasakan rasa seperti, manis, asin, asam, dan pahit
13. Kebutuhan Konsep Diri
Sebelum sakit : Tidak ada masalah kepribadian pada pasien
Setelah sakit : Pasien mengatakan optimis dengan keadaanya. Pasien menerima
atas penyakit yang dialaminya. Pasien percaya diri.
14. Kebutuhan Stress Koping
Jika ada masalah pasien berusaha untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan
mengajak diskusi istrinya.
15. Kebutuhan Seksual Reproduksi
Pasien sudah menikah. Pasien memiliki dua orang anak yaitu keduanya adalah
laki-laki.
E. Pemeriksaan Fisik
Penampakan umum klien
Keadaan umum Baik
Kesadaran Komposmentis
GCS E: 4; M: 6; V: 5. Skor: 15
TD : 161/82 mmHg RR : 20 HR : 68 Suhu : 37oC SPO2 :
x/menit x/menit 98%

1. Kepala
Bentuk kepala mesochepal, rambut berwarna putih, tidak ada benjolan, tidak
ada lesi.
2. Mata
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, bentuk simetris,
tidak ada sekret
3. Hidung
Tidak ada lesi, tidak ada serumen, tidak ada polip, hidung pasien simetris
antara kanan dan kiri.
4. Mulut
Tidak ada lesi, gigi berwarna kuning, mukosa bibir kering, tidak ada
stomatitis
5. Telinga
Telinga simetris antara yang kanan dan kiri, tidak ada lesi, tidak mengalami
gangguan pendengaran, tidak ada serumen.
6. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe, tidak ada lesi
7. Paru-paru
 Inspeksi : dada pasien simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ditemukan vocal fremitus, tidak ada
benjolan
 Perkusi : bunyi sonor pada seluruh lapang paru
 Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak terdengar wheezing, ronkhi, dan
krekels
8. Jantung
 Inspeksi : datar, simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi, tidak ada
benjolan
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
 Perkusi : bunyi pekak
 Auskultasi : S1 dan S2 reguler
9. Abdomen
 Inspeksi : Bentuk datar, ada luka bekas operasi prostatektomi
 Auskultasi : bising usus 9x/menit
 Perkusi : bunyi timpani
 Palpasi : terdapat nyeri tekan bekas operasi prostatektomi, tidak
ada distensi, tidak ada benjolan
P : Nyeri ketika hendak duduk dan bergerak
Q : Seperti di tusuk-tusuk
R : Luka bekas operasi di bagian perut kanan bawah
S:4
T : Hilang timbul
10. Genitalia
Pasien seorang pria, terpasang kateter
11. Ekstremitas atas
Akral hangat, tangan kiri terpasang infus RL 20 tpm, tidak ada edem, tidak
ada lesi, kulit berwarna sawo matang
12. Ekstremitas bawah
Tidak ada edem, tidak ada varises, tidak ada lesi.
13. Kekuatan otot

Tangan kanan Tangan kiri


4444 4444

Kaki kanan Kaki kiri


4444 4444
G. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal Pemeriksaan: 25-06-2019
Jenis
Hasil Nilai Rujukan Satuan Interpretasi Rasional
Pemeriksaan
Hematologi
Darah Lengkap
Hemoglobin 11,0 13,2 – 17,3 g/dL Rendah
Lekosit 3200 3800 – 10600 /mm3 Rendah
Hematokrit 35,0 40 – 52 % Normal
Trombosit 202000 150000 - 440000 /mm3 Normal
Eritrosit 3,71 4,4 – 5,9 juta/mm3 Rendah
LED - 0 – 10 mm/jam
Index Eritrosit
MCV 94,0 80 – 100 Fl Normal
MCH 29,5 26 – 34 Pg Normal
MCHC 31,4 32 – 36 g/dL Normal
RDW 14,6 11,5 – 14,5 % Normal
MPV 8,1 7,0 – 11,0 fL Normal
Hitung Jenis (Diff)
Eosinofil 1,9 2–4 % Normal
Basofil 0,2 0–1 % Normal
Neutrofil 68,4 50 – 70 % Normal
Limfosit 22,0 25 – 40 % Rendah
Monosit 7,5 2–8 % Normal
Kimia Klinik
Ureum H 55 10 – 50 mg/dL Tinggi Pemeriksaan ureum dan kreatinin untuk mengetahui
Kreatinin H 2,9 0,62 – 1,10 mg/dL Tinggi fungsi ginjal. Pada pasien BPH jika terjadi kenaikan
ureum dan kreatinin maka patut untuk dicurigai
mengenai fungsi ginjalnya.

Tanggal pemeriksaan: 25-06-2019


Nama Test Hasil Satuan Nilai Rujukan Interpretasi Rasional
Koagulasi
Waktu perdarahan (BT) 1’30’ Menit 1-3 Normal
Waktu pembekuan (CT) 3’30” Menit 2-6 Normal
Kimia Klinik
Glukosa sewaktu 81 mg/dL 75-140 Normal
Kalium 4,1 mEq/L 3,5 – 5,0 Normal
Natrium 135 mEq/L 135 – 147 Normal
Klorida 100 mEq/L 95 – 105 Normal
Kalsium 9,91 mg/dl 8,8 – 10,3 Normal
Imunologi/ Serologi
HBsAg Negatif

H. Terapi
Jenis Terapi Dosis Rute Indikasi dan Cara Kerja Kontra Indikasi Efek Samping
Injeksi 1 gr/ 12 jam IV Indikasi: Penderita yang Nyeri pada tempat
Ceftriaxone Infeksi saluran pernafasan, infeksi hipersensitif suntikan, indurasi,
saluran urin, infeksi tulang, sendi, terhadap golongan rash, pruritus,
dan kulit, infeksi intra-abdominal, sefalosporin. peningkatan nilai
gonorrhea, septik aernia, infeksi Penderita yang SGPT, SGOT,
pembedahan, meningitis (Kasim & pernah mengalami alkalin fosfatase,
Trisna , 2016 ) hipersensitivitas dan bilirubin.
Cara kerja: terhadap penisilin. Sakit kepala,
Mekanisme kerja chepalosporins (Kasim & Trisna , pusing, mual,
(ceftriaxone) sebagai antimikroba 2016 ) muntah, diare,
yaitu menghambat sintesis dinding disgesia, vaginitis,
sel, dimana dinding sel berfungsi monliasis. Lain-
mempertahankan bentuk lain: berkeringat,
mikroorganisme dan ‘menahan’ sel diaphoresis
baketri, yang memiliki tekanan leukositosis,
osmotic yang tinggi di dalam selnya. limfositosis,
Tekanan di dalam sel pada bakteri monositosis,
Gram-positif 3-5 kali lebih besar basofilia,
daripada bakteri Gram-negatif. penurunan waktu
Kerusakan pada dinding sel prothrombin,
(misalnya oleh lisozim) atau jaundice,
hambatan pembentukannya dapat glikosuria,
mengakibatkan lisis pada sel hematuria,
anafilaksis,
bronkospasme,
serum sickness,
palpitasi,
epistaksis, biliary
uliasis,
agranulositosis,
renal precipitation
dan nefrolitiasis
(Kasim & Trisna ,
2016 )
Injeksi 40 mg / 12 jam IV Indikasi: Hipersensitif Omeprazole dapat
Omeprazole Pengobatan jangak pendek pada (Kasim & Trisna , ditoleransi,
duodenal ulser, gastrik ulser, refluks 2016 ) nausea, sakit
oesophagitis erosive/ ulseratif kepala, diare,
pengobatan syndrome Zollinger- konstipasi, dan
Ellison (Kasim & Trisna , 2016 ) flatulence jarang
Cara Kerja: terjadi
Omeprazole merupakan obat
antisekresi/ seringkali termasuk
dalam golongan penghambat pompa
proton (Proton Pum Inhibitor/ PPI)
yang mempunyai tempat kerja dan
bekerja langsung pada pompa asam
lambung dari sel-sel parietal di
lambung.
Injeksi Ketorolac I vial / 12 jam IV Indikasi: Alergi terhadap Nyeri dada, lemas,
Ketorolac parentral diindikasi untuk ketorolac, ulkus sesak, bicara rero,
penata laksnakan jangka pendek peptikum aktif, masalah
(maksimal 2 hari) terhadap nyeri akut pasien yang penglihatan atau
derajat sedang-berat segera setelah diduga/ keseimbangan
OP (Kasim & Trisna , 2016 ) didiagnosis  BAB hitam,
Cara Kerja: menderita peny. berdarah, atau
Termasuk golongan NSAID Serebrovaskular, gelap;
(Nonsteroidal anti-imflammatory diatesis hemoragik  Batuk darah atau
Drug) yang bekerja dengan memblok (gangguan muntah seperti
produksi substansi alami tubuh yang hemostasis) antara kopi
menyebabkan inflamasi lain gangguan  Bengkak atau
koagulasi, karena berat badan naik
ketorolac cepat
menghambat  Lebih jarang atau
agregasi trombosit tidak buang air
sehingga dapat kecil
memperpanjang  Mual, nyeri
waktu perdarahan, perut,demam
hypovolemia, ringan, tidak napsu
akibat dehidrasi makan, urin gelap,
atau sebab lain, BAB dempul,
gangguan giunjal sakit kuning (kulit
derajat sedang- atau mata
berat (kreatinin menguning)
serum >160 Demam, sakit
mmol/L), hamil, tenggorokan, dan
persalinan, sakit kepala
melahirkan, atau dengan lepuhan,
menyusui, anak < mengelupas, dan
16 tahun, bila ruam kulit merah
diberikan secara  Tanda awal
epidural atau sariawan di mulut
intratekal. (Kasim atau ruam kulit,
& Trisna , 2016 ) tidak peduli
seberapa ringan
 Kulit pucat,
mudah memar,
kesemutan berat,
baal, nyeri, lemah
otot; atau
 Demam, sakit
kepala, kaku leher,
menggigil,
sensitivitas
terhadap cahaya
meningkat, bintik
kecil ungu pada
kulit, dan/atau
kejang (konvulsi)

Injeksi Asam 50 g/ 8 jam IV Indikasi: Hipersensitif dan Gangguan-


Tranexamat Epistaksis, prostatektomi, konisasi telah diterapi gangguan
serviks, edema angioneurotik dengan thrombin, gastrointestinal;
herediter, perdarahan abnormal kelainan mual, muntah-
sesudah operasi, perdarahan sesudah penglihatan warna muntah, anorexia,
operasi gigi pada penderita (Kasim & Trisna , eksantema dan
hemophilia (Kasim & Trisna , 2016 ) 2016 ) sakit kepala dapat
Cara Kerja: timbul, pada
Menghambat hancurnya bekuan pemberian secara
darah yang sudah terbentuk, oral. Dengan
sehingga perdarahan tidak terus injeksi intravena
terjadi. yang cepat dapat
menyebabkan
pusing dan
hipotensi. Untuk
menghindari hal
tersebut maka
pemberian dapat
dilakukan dengan
kecepatan tidak
lebih dari 1 mL/
menit (Kasim &
Trisna , 2016 )
Ramipril 10 mg / 24 jam PO Indikasi: Hipersensitivitas, Pembengkakan
Hipertensi dalam bentuk tunggal atau riwayat jaringan di bawah
kombinasi dengan tiazid, gagal angioedema kulit
jantung kongestif (Kasim & Trisna , (Kasim & Trisna , (angioedema),
2016 ) 2016 ) batuk, hipotensi,
Cara Kerja: sakit kepala,
Bekerja dengan menghambat pusing, mual,
hormone angiotensin I menjadi muntah, hipotensi
angiotensin II. Angiotensin II ortostatik,
merupakan zat yang membuat pingsan, vertigo,
pembuluh darah menyempit. Dengan diare
tidak terbentuknya angiotensin II otot
pembuluh darah lemas dan pembuluh
darah akan menjadi lebar, sehingga
darah dapat megalir lebih lancar dan
tekanan darah turun.
Isosorbid Dinitrat 5 mg/ 8 jam PO Indikasi: Hipersensitif atau Hipotensi
Pengobatan dan pencegahan idionsinkrasi ortostatik,
serangan akut angina pectoris (Kasim terhadap nitrit/ takikardia,
& Trisna , 2016 ) nitrat yang lain, kardiomiopati
Cara kerja: hipotensi berat, hipermitropik,
Merupakan golongan nitrat yang infark jantung akut sakit kepala,
digunakan untuk mencegah dan disertai penurunan palpitasi (Kasim &
mengobati angina pada penderita tekanan pengisian, Trisna , 2016 )
penyakit jantung koroner. Obat kegagalan
tersebut bekerja dengan melebarkan sirkulasi akut
pembuluh darah agar aliran darah ke (Kasim & Trisna ,
otot jantung lancar 2016 )
Domperidon 1 tb/ 12 jam PO Indikasi: Hipersensitif Pusing, sakit
Mual, muntah (Kasim & Trisna , (Kasim & Trisna , kepala.
2016 ) 2016 ) mengantuk, nyeri
Cara Kerja: payudara, cemas,
Bekera dengan cara mempercepat denyut jantung
proses pencernaan makanan di dalam meningkat, diare.
lambung agar lanjut ke usus. (Kasim & Trisna ,
2016 )
Ranitidin 1 vial/ 12 jam IV Indikasi: Hipersensiitf Diare, muntah-
Tukak lambung dan duodenum akut, (Kasim & Trisna , muntah, sakit
refluks esofagitis, keadaan 2016 ) kepala, insomnia,
hiperseksresi patologis, (sindrom vertigo, ruam,
Zollinger-Ellison), hipersekresi kontipasi, sakit
paska bedah. (Kasim & Trisna , 2016 perut, suli
) menelan, urine
Cara Kerja: tampak keruh,
Bekerja dengan cara menghambat bingung,
sekresi asam lambung berlebih, berhalusinasi
sehingga rasa sakit dapat reda dan (Kasim & Trisna ,
luka pada lambung perlahan-lahan 2016 )
akan sembuh
ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Analisa Data Masalah Etiologi
1 DS: Nyeri Akut Agens cedera fisik
 Pasien mengatakan jika dia bergerak maka akan (Prostatektomi)
merasakan sakit di luka setelah operasi prostatektomi
P : Nyeri ketika hendak duduk dan bergerak
Q : Seperti di tusuk-tusuk
R : Luka bekas operasi di bagian perut kanan bawah
S:4
T : Hilang timbul
DO
 Pasien menunjukkan bagian yang sakit
2 DS: Ketidakseimbangan Ketidakmampuan makan
 Pasien mengatakan tidak bisa makan banyak-banyak, nutrisi: kurang dari
jika makan banyak ada rasa ingin dimuntahkan kembali kebutuhan tubuh
DO
 Masih banyaknya sisa makanan yang diberi dari rumah
sakit
3 DS: Resiko Infeksi Gangguan integritas kulit
 Pasien mengatakan nyeri pada luka setelah operasi
prostatektomi
DO:
 Terdapat luka yang dibalut dengan kapas setelah
operasi prostatektomi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama klien : Tn. S
No. RM : 52-22-18
Ruang : Ismail 2
No Diagnosa Keperawatan Tanggal Ditemukan Tanggal Teratasi
1 Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik
(prostatektomi)
2 Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan makan
3 Resiko infeksi berhubungan dengan malnutrisi
RENCANA KEPERAWATAN
No. No. DX Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan Rasional
1 00132 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (1400)
keperawatan selama 3x24 jam, - Lakukan pengkajian nyeri Untuk mengetahui
diharapkan nyeri akut berhubungan komprehensif yang meliputi lokasi, lokasi, karakteristik,
dengan agens cedera fisik karakteristik, onset/ durasi, durasi, frekuensi
(prostatektomi) dapat teratasi dengan frekuensi, kualitas, intensitas atau kualitas dan intensitas
kriteria hasil: beratnya nyeri dan faktor pencetus dari nyeri yang
Tingkat Nyeri (2102) dirasakan
- Nyeri yang dilaporkan berkurang - Observasi adanya petunjuk
dari sedang menjadi ringan nonverbal mengenai
- Tidak menggosok area yang terkena ketidaknyamanan terutama pada
dampak nyeri mereka yang tidak dapat
- Wajah pasien tidak mengerang atau berkomunikasi secara efektif
menangis - Pastikan perawatan analgesik bagi
Kontrol Nyeri (1605) pasien dilakukan dengan
- Menggunakan tindakan pencegahan pemantauan yang ketat
- Menggunakan tindakan - Gunakan strategi komunikasi
pengurangan nyeri tanpa analgesik terapeutik untuk mengetahui
- Menggunakan analgesik yang pengalaman nyeri dan sampaikan
direkomendasikan penerimaan pasien terhadap nyeri
- Gali pengetahuan dan kepercayaan
pasien mengenai nyeri
- Tentukan akibat dari pengalaman
nyeri terhadap kualitas hidup pasien
(misalnya., tidur, nafsu makan,
pengertian, perasaan, hubungan,
performa kerja, dan tanggung
jawab peran)
- Gali bersama pasien faktor-faktor
yang dapat menurunkan atau
memperberat nyeri
- Evaluasi pengalaman nyeri di masa
lalu yang meliputi riwayat nyeri
kronik individu atau keluarga atau
nyeri yang menyebabkan disability/
ketidakmampuan/ kecacatan,
dengan tepat
- Evaluasi bersama pasien dan tim
kesehatan lainnya, mengenai
efektivitas tindakan pengontrolan
nyeri yang pernah digunakan
sebelumnya
- Bantu keluarga dalam mencari dan
menyediakan dukungan
- Gunakan metode penilaian yang
sesuai dengan tahapan
perkembangan yang
memungkinkan untuk memonitor
perubahan nyeri dan akan dapat
membantu mengidentifikasi faktor
pencetus actual dan potensial
(misalnya., catatan perkembangan,
catatan harian)
- Tentukan kebutuhan frekuensi
untuk melakukan pengkajian
ketidaknyamanan pasien dan
mengimplementasikan rencana
monitor
- Berikan informasi mengenai nyeri,
seperti penyebab nyeri, berapa lama
nyeri akan dirasakan, dan antisipasi
dari ketidaknyamanan dari
prosedur
- Kendalikan faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan
(misalnya., suhu ruangan,
pencahayaan, suara bising)
- Kurangi atau eliminasi faktor-
faktor yang dapat mencetuskan atau
meningkatkan nyeri (misalnya.,
ketakutan, kelelahan, keadaan
monoton dan kurang pengetahuan)
- Pertimbangkan keinginan pasien
untuk berpartisipasi, kemampuan
partisipasi, kecenderungan,
dukungan, dari orang terdekat,
terhadap metode, dan
kontraindikasi, ketika memilih
strategi penurunan nyeri
- Pilih dan implementasikan tindakan
yang beragam (misalnya.,
farmakologi, non farmakologi,
interpersonal) untuk memfasilitasi
penurunan nyeri, sesuai dengan
kebutuhan
- Ajarkan prinsip-prinsip manajemen
nyeri
- Pertimbangkan tipe dan sumber
nyeri ketika memilih strategi
penurunan nyeri.
- Dorong pasien untuk memonitor
nyeri dan menangani nyerinya
dengan tepat
- Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologi (seperti,
biofeedback, TENS, hypnosis,
relaksasi, bimbingan antisipatif,
terapi music, terapi bermain, terapi
aktivitas, akupressur, aplikasi
panas/dingin dan pijatan, sebelum,
sesudah dan jika memungkinkan,
ketika melakukan aktivitas yang
menimbulkan nyeri; sebelum nyeri
terjadi atau meningkat; dan
bersamaan dengan tindakan
penurunan nyeri lainnya)
- Gali penggunaan metode
farmakologi yang diapakai pasien
saat ini untuk menurunkan nyeri.
- Ajarkan metode farmakologi untuk
menurunkan nyeri
- Dorong pasien untuk menggunakan
obat-obatan penurun nyeri yang
adekuat
- Kolaborasi dengan pasien, orang
terdekat dan tim kesehatan lainnya
untuk memilih dan
mengimplementasikan tindakan
penurun nyeri, non farmakologi,
sesuai kebutuhan
- Berikan individu penurun nyeri
yang optimal dengan resepan Pemberian ketorolac
analgesik dapat menurunkan
- Implementasikan penggunaan intensitas nyeri (Sueb
pasien – terkontrol analgesic & Triwibowo , 2016)
(PCA), jika sesuai
- Gunakan tindakan pengontrol nyeri
sebelum nyeri bertambah berat
- Berikan obat sebelum melakukan
aktivitas untuk meningkatkan
partisipasi, namun (lakukan)
evaluasi (mengenai) bahaya dari
sedasi
- Pastikan pemberian analgesik dan
atau strategi strategi non
nonfarmakologi sebelum dilakukan
prosedur yang menimbulkan nyeri
- Periksa tingkat ketidaknyamanan
bersama pasien, catat perubahan
dalam catatan medis pasien,
informasikan petugas kesehatan
lain yang merawat pasien
- Evaluasi keefektifan dari tindakan
pengontrol nyeri yang dipakai
selama pengkajian nyeri dilakukan
- Mulai dan modifikasi tindakan
pengontrolan nyeri berdasarkan
respon pasien
- Dukung istirahat/ tidur yang
adekuat untuk membantu
penurunan nyeri
- Dorong pasien untuk
mendiskusikan pengalaman
nyerinya, sesuai kebutuhan
- Beritahu dokter jika tindakan tidak
berhasil atau jika keluhan pasien
saat ini berubah signifikan dari
pengalaman nyeri sebelumnya
- Informasikan tim kesehatan lain/
anggota keluarga mengenai strategi
nonfarmakologi yang sedang
digunakan untuk mendorong
pendekatan preventif terkait
manajemen nyeri
- Gunakan pendekatan multidisiplin
untuk manajemen nyeri, jika sesuai
- Pertimbangkan untuk merujuk
pasien, keluarga dan orang terdekat
pada kelompok pendukung dan
sumber-sumber lainnya, sesuai
kebutuhan
- Berikan informasi yang akurat
untuk meningkatkan pengetahuan
dan respon keluarga terhadap
pengalaman nyeri
- Libatkan keluarga dalam modalitas
penurun nyeri, jika memungkinkan
- Monitor kepuasan terhadap
manajemen nyeri dalam interval
yang spesifik
2 00002 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (1100)
keperawatan selama 3x24 jam, - Tentukan status gizi pasien dan Untuk mengetahui
diharapkan ketidakseimbangan nutrisi: kemampuan (pasien) untuk kemampuan pasien
kurang dari kebutuhan tubuh memenuhi kebutuhan gizi dalam memenuhi
berhubungan dengan ketidakmampuan kebutuhan gizi
makan dapat teratasi dengan kriteria
hasil:
Status Nutrisi (1004) - Identifikasi (adanya) alergi atau Untuk mengetahui
- Asupan gizi pasien bagus intoleransi makanan yang dimiliki apakah pasien
- Asupan makanan pasien bagus pasien memiliki riwayat alergi
Status Nutrisi: Asupan Nutrisi - Tentukan apa yang menjadi terhadap makanan
(1009) preferensi makanan bagi pasien tertentu
- Asupan serat pasien bagus - Instruksikan pasien mengenai
kebutuhan nutrisi (yaitu membahas
pedoman diet dan piramida
makanan)
- Bantu pasien dalam menentukan Agar pasien
pedoman atau piramida makanan mengetahui makanan
yang paling cocok dalam apa saja yang
memenuhi kebutuhan nutrisi dan dikonsumsi untuk
preferensi (misalnya., piramida lansia dan mengetahui
makanan vegetarian, piramida bagaimana cara
panduan makanan, dan piramida mengkonsumsi
makanan untuk lanjut usia lebih makanan yang baik
dari 70 tahun) dan benar untuk lansia
- Tentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan gizi
- Berikan pilihan makanan sambil
menawarkan bimbingan terhadap
pilihan (makanan) yang lebih sehat,
jika diperlukan
- Atur diet yang diperlukan (yaitu.,
menyediakan makanan protein
tinggi; menyarankan menggunakan
bumbu dan rempah-rempah sebagai
alternatif garam, menyediakan
pengganti gula; menambah atau
mengurangi kalori, menambah atau
mengurangi vitamin, mineral atau
suplemen)
- Ciptakan lingkungan yang optimal
pada saat mengkonsumsi akan
(misalnya., bersih, berventilasi,
santai, dan bebas dari bau yang
menyengat)
- Lakukan atau bantu pasien terkait
dengan perawatan mulut sebelum
makan
- Pastikan pasien menggunakan gigi
palsu yang pas, dengan cara yang
tepat,
- Beri obat-obatan sebelum makan
(misalnya., penghilang rasa sakit,
antiemetic), jika diperlukan
- Anjurkan pasien untuk duduk pada
posisi tegak di kursi, jika
memungkinkan
- Pastikan makanan disajikan dengan
cara yang menarik dan pada suhu
yang paling cocok untuk konsumsi
secara optimal
- Anjurkan keluarga untuk membawa
makanan favorit pasien semenara
(pasien beradai di rumah sakit atau
fasilitas perawatan yang sesuai
- Bantu pasien membuka kemasan
makanan, memotong makanan, dan
makan, jika diperlukan
- Anjurkan pasien mengenai
modifikasi diet yang diperlukan
(misalnya, NPO, cairan bening,
cairan penuh, lembut atau diet
sesuai toleransi)
- Anjurkan pasien terkait dengan
kebuthan diet untuk kondisi sakit
(yaitu: untuk pasien dengan
penyakit ginjal, pembatasan
natirum, kalium, protein dan
cairan)
- Anjurkan pasien terkait dengan
kebutuhan makanan tertentu
berdasarkan perkembangan atau
usia (misalnya., peningkatan
kalsium, protein, cairan, dan kalori
untuk wanita menyusui;
peningkatan asupan serat untuk
mencegah konstipasi pada orang
dewasa yang sudah tua)
- Tawarkan makanan ringan yang
padat gizi
- Pastikan diet mencakup makanan
tinggi kandungan serat untuk
mencegah konstipasi
- Monitor kalori dan asupan
makanan
- Monitor kecenderungan terjadinya
penurunan dan kenaikan berat
badan
- Anjurkan pasien untuk memantau
kalori dan intake makanan
(misalnya., buku harian makanan)
- Dorong untuk (melakukan)
bagaimana cara menyiapkan
makanan (dengan) aman dan
teknik-teknik pengawetan makanan
- Bantu pasien untuk mengakses
program-program gizi komunitas
(misalnya., perempuan, bayi, dan
anak, kupon makanan, dan
makanan yang diantar ke rumah)
- Berikan arahan bila diperlukan
3 00004 Setelah dilakukan tindakan Kontrol Infeksi (6540)
keperawatan selama 3x24 jam, - Alokasikan kesesuaian luas ruang
diaharpkan risiko infeksi berhubungan per pasien, seperti yang
dengan malnutrisi dapat teratasi diindikasikan oleh Pedoman Pusat
dengan kriteria hasil: Pengendaluan dan Pencegahan
Kontrol Risiko: Proses Infeksi (1924) Penyakit (Centers for Disease
- Mengidentifikasi faktor risiko Control and Prevention / CDC)
infeksi
- Mengenali faktor individu terkait - Bersihkan lingkungan dengan baik
infeksi setelah digunakan untuk setiap
- Mengetahui perilaku yang pasien
berhubungan dengan risiko infeksi - Ganti peralatan perawatan per
- Mengidentifikasi tanda dan gejala pasien sesuai protokol institusi
infeksi - Isolasi orang yang terkena penyakit
- Mempertahankan lingkungan yang menular
bersih - Tempatkan isolasi sesuai tindakan
pencegahan sesuai
- Pertahankan teknik isolasi yang
sesuai
- Batasi jumlah pengunjung
- Ajarkan cara cuci tangan bagi
tenaga kesehatan
- Anjurkan pasien mengenai teknik
mencuci tangan dengan tepat
- Anjurkan pengunjung untuk
mencuci tangan pada saat
memasuki dan meninggalkan
ruangan pasien
- Gunakan sabun antimikroba untuk
cuci tangan yang sesuai
- Cuci tangan sebelum dan sesudah
kegiatan perawatan pasien
- Lakukan tindakan-tindakan
pencegahan yang bersifat universal
- Pakai sarung tangan sebagaimana
dianjurkan oleh kebijakan
pencegahan universal/ Universal
Precautions
- Pakai pakaian ganti atau jubah saat
menangani bahan-bahan yang
infeksius
- Pakai sarung tangan steril dengan
tepat
- Gosok kulit pasien dengan agen
antibakteri yang sesuai
- Cukur dan siapkan daerah untuk
persiapan prosedur invasif dan/
atau operasi sesuai indikasi
- Jaga lingkungan aseptik yang
optimal selama penusukan di
samping tempat tidur dan saluran
penghubung
- Jaga lingkungan aseptik saat
mengganti tabung dan botol TPN
- Jaga sistem yang tertutup saat
melakukan monitor hemodinamik
invasive
- Ganti iv perifer dan tempat saluran
penghubung serta balutannya
sesuai dengan pedoman CDC saat
ini
- Pastikan penanganan aseptic dari
semua saluran IV
- Pastikan teknik perawatan luka
yang tepat
- Gunakan kateterisasi intermiten
untuk mengurangi kejadian infeksi
kandung kemih
- Ajarkan pasien untuk mendapatkan
specimen urin aliran tengah yang
sesuai pada saat tanda pertama dari
kembalinya gejala
- Dorong batuk dan bernafas dalam
yang tepat
- Tingkatkan intake nutrisi yang
tepat
- Dorong intake cairan yang sesuai
- Dorong untuk istirahat
- Berikan terapi antibiotik yang Pemberian ceftriaxone
sesuai terbukti untuk
- Berikan imunisasi yang sesuai mengatasi infeksi
- Anjurkan pasien untuk meminum (Nugroho , Johan , &
antibiotic seperti yang diresepkan Yusuf , 2017 )
- Ajarkan pasien dan keluarga Agar pasien dan
mengenai tanda dan gejala infeksi keluarga mengetahui
dan kapan harus melaporkannya mengenai tanda dan
kepada penyedia perawatan gejala infeksi di bagian
kesehatan operasi
- Ajarkan pasien dan anggota
keluarga mengenai bagaimana
menghindari infeksi
- Promosikan persiapan dan
pengawetan makanan yang aman
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. S
No Rekam Medik : 52-22-18
Ruang Rawat : Ismail 2
Tgl No. Dx. Jam Tindakan Keperawatan Hasil (Evaluasi formatif) Paraf
25-06- 1 14.30 - Melakukan pengkajian nyeri S:
2019 - Memberikan ketorolac  Pasien mengatakan nyeri di bagian
bekas operasi prostatektomi
- P : Nyeri ketika hendak duduk dan
bergerak
- Q : Seperti di tusuk-tusuk
- R : Luka bekas operasi di bagian
perut kanan bawah
- S:4
- T : Hilang timbul
O:
 Pasien menunjukkan bagian yang
nyeri yang dirasakan

2 Memberi edukasi mengenai nutrisi S: Pasien dan keluarga mampu


pada lansia menjelaskan mengenai pemberian
nutrisi
O: Pasien dan keluarga tampak
memperhatikan ketika dijelaskan
mengenai nutrisi pada lansia
3 Memberi edukasi mengenai risiko S: Pasien dan keluarga mampu
infeksi pada luka setelah operasi menjelaskan mengenai tanda-tanda
infeksi
O: Pasien dan keluarga memperhatikan
penjelasan mengenai risiko infeksi
Memberi injeksi ceftriaxone S: -
O: Pasien dan keluarga memperhatikan
mengenai tindakan injeksi ceftriaxone
26-06- 1 Melakukan pengkajian nyeri S: Pasien mengatakan masih sedikit
2019 nyeri di bagian prostatektomi
- P : Nyeri ketika hendak duduk dan
bergerak
- Q : Seperti di tusuk-tusuk
- R : Luka bekas operasi di bagian
perut kanan bawah
- S:3
- T : Hilang timbul
O: Pasien menunjukkan bagian yang
nyeri yang dirasakan
EVALUASI KEPERAWATAN
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Tn. S
No. RM : 52-22-18
Ruang Rawat : Ismail 2
Tgl No. Dx Jam Evaluasi Sumatif/ SOAP Paraf
25-06-2019 1 15.00 S: Pasien mengatakan nyeri di bagian bekas operasi prostatektomi
- P : Nyeri ketika hendak duduk dan bergerak
- Q : Seperti di tusuk-tusuk
- R : Luka bekas operasi di bagian perut kanan bawah
- S:4
- T : Hilang timbul
O: Pasien menunjukkan bagian yang terasa nyeri
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
2 S: Pasien dan keluarga mampu menjelaskan mengenai pemberian nutrisi
O: Pasien dan keluarga tampak memperhatikan ketika dijelaskan mengenai nutrisi
pada lansia
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan intervensi
3 S: Pasien dan keluarga mampu menjelaskan mengenai tanda-tanda infeksi
O:
 Pasien dan keluarga memperhatikan penjelasan mengenai risiko infeksi
 Pasien dan keluarga memperhatikan mengenai tindakan injeksi ceftriaxone
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan intervensi
26-06-2019 1 S: Pasien mengatakan masih sedikit nyeri di bagian prostatektomi
- P : Nyeri ketika hendak duduk dan bergerak
- Q : Seperti di tusuk-tusuk
- R : Luka bekas operasi di bagian perut kanan bawah
- S:3
- T : Hilang timbul
O: Pasien menunjukkan bagian yang nyeri yang dirasakan
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
PEMBAHASAN

1. Nyeri Akut berhubungan dengan agens cedera fisik (prostatektomi)


BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) adalah sebuah penyakit yang
disebabkan oleh pembesaran yang terjadi di kelenjar prostat akibat dari
hyperplasia yang jinak. Hal tersebut biasanya terjadi pada laki-laki yang
berusia lanjut. Di Indonesia 90% laki-laki berusia 40 tahun ke atas
mengalami gangguan berupa pembesaran prostat. Hal tersebut diakibatkan
oleh perubahan keseimbangan testosterone dan estrogen, komplikasi yang
disebabkan dari pembesaran prostat dapat menyebabkan gagal ginjal, refluks
vesikuoreter batu hematuria, dan disfungsi seksual (Aprina , Yowanda, &
Sunarsih , 2017)
Penatalaksanaan terbaik untuk mengatasi BPH yaitu dengan
pembedahan, karena jika menggunakan obat-obatan membutuhkan waktu
yang lama untuk keberhasilannya. Salah satu tindakan untuk mengatasi BPH
yaitu dengan pembedahan Transurethral Resection of The Prostate (TUR
Prostate). Prosedur TURP ini menimbulkan luka bedah yang
mengeluarkanmediator nyeri dan menimbulkan nyeri pasca bedah (Datak ,
Yetti, & Hariyanti , 2008)
Untuk mengatasi nyeri tersebut perlu diberikan terapi. Terapi untuk
mengatasi nyeri tersebut yaitu dengan obat anti nyeri. Salah satu obat anti
nyeri adalah ketorolac. Ketorolac dapat menurunkan nyeri pada pasien post
op. (Sueb & Triwibowo , 2016)
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan makan
Selain nyeri, pasien mengeluhkan susah untuk makan. Pasien pun hanya
makan sedikit-sedikit, jika karena makan banyak akan ada rasa dimuntahkan
kembali. Untuk mengatasi hal tersebut disusun rencana intervensi yaitu
mengkaji status dan kemampuan pemenuhan gizi, selanjutnya dikaji apakah
ada riwayat alergi terhadap makanan tertentu dan bantu pasien dalam
menentukan piramida makanan.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit
Karena ada luka operasi prostatektomi pada pasien maka luka tersebut
rawan infeksi apabila luka tersebut tidak di rawat dengan baik dan benar.
Oleh karena itu perlunya perawatan luka yang baik dan benar serta perlu juga
untuk mengetahui mengenai tanda-tanda infeksi. Intervensi untuk mengatasi
risiko infeksi adalah dengan memberi edukasi mengenai tanda-tanda infeksi,
pemberian antibiotik dan perawatan luka yang baik dan benar. Untuk
pemberian antibiotic yaitu dengan menggunakan ceftriaxone (Nugroho ,
Johan , & Yusuf , 2017 ).
DAFTAR PUSTAKA

Aprina , Yowanda, N. I., & Sunarsih . (2017, Agustus ). Relaksasi Progresif terhadap
Intensitas Nyeri Post Operasi BPH . Jurnal Kesehatan , VIII(2), 289-295.

Datak , G., Yetti, K., & Hariyanti , R. T. (2008, November ). Penurunan Nyeri Pasca
Bedah Pasien TUR Prostat Melalui Relaksasi Benson . Jurnal Keperawatan
Indonesia , 12(3), 173-178.

Kasim, F., & Trisna , Y. (2016 ). Informasi Spesialite Obat Indonesia (Vol. 50). Jakarta
Barat, Jakarta , Indonesia : PT. ISFI Penerbitan Jakarta .

Nugroho , H., Johan , H., & Yusuf , N. (2017 ). Efektivitas Pemberian Profilaksis
Ceftriaxone pada Operasi TURP Selama 1 Hari Dengan 3 Hari. Samarinda ,
Kalimantan Timur , Indonesia .

Sueb, & Triwibowo , C. (2016, Juli ). Relaksasi Benson dapat Menurunkan Nyeri Paska
Trans-Urethral Resection Of The Prostate (TURP) . Jurnal Keperawatan
Soedirman , 17-22.

Anda mungkin juga menyukai