PEMBAHASAN
4
lipat. Kemudian diikuti dengan pertumbuhan lapisan sel-sel granulosa tambahan
di dalam beberapa folikel; folikel-folikel ini dikenal sebagai folikel primer.
Pertumbuhan awal folikel rimer menjadi tahap antral dirangsang oleh FSH
itu sendiri. Kemuadia peningkatan pertumbuhan secara besar-besaran terjadi,
menuju ke arah pembentukan folikel yang lebih besar lagi yang disebut dengan
folikel vesikular. Peningkatan pertumbuhan ini terjadi sebagai berikut: (1)
Esterogen disekresikan ke dalan folikel dan menyebabkan sel-sel granulosa
membentuk jumlah reseptor FSH semakin banyak; menyebabkan sel-sel granulosa
jauh lebih sensitif pada FSH. (2) FSH dari hipofisis dan esterogen bergabung
untuk memacu reseptor LH sel-sel granilosa sebenarnya, sehingga terjadi
rangasangan LH sebagai tambahan terhadap rangsangan oleh FSH dan
5
membentuk peningkatan sekresi folikular yang lebih cepat. (3) peningkatan
jumlah esterogen dari foliel ditambah dengan peningkatan LH dari kelenjar
hipofisis anteriior bersama-sama bekerja untuk menyebabkan proliferas sel-sel
teka folikular dan juga meningkatkan sekresi folikular.
Ovulasi pada wanita yang mempunyai siklus seksual normal 28 hari terjadi
pada 14 hari sesudah menstruasi dimulai. Tak berapa lama sebelum ovulasi,
dinding luar folikel yang menonjol akan membengkak dengan cepat, dan daerah
6
kecil pada bagian tengah kapsul folikular, disebut stigma, akan menonjol seperti
puting. Dalam waktu 30 menit kemudian, cairan mulai mengalir dari folikel
melalui stigma, dan sekitar 2 menit kemudian, stigma akan robek cukup besar,
menyebabkann cairan yang lebih kental di tengah folikel mengalami evaginasi
keluar. Cairan ini membawa ovum bersamanya, yang dikelilingi massa dari
beberapa ratus sel granulosa kecil yang disebut sebagai korona radiata.
7
Lonjakan LH Penting dalam Ovulasi. LH diperlukan untuk
pertumbuhan akhir folikel dan ovulasi. Tanpa hormon ini, walaupun FSH tersedia
dengan jumlah besar, folikel tidak akan berkembang ke tahap ovulasi.
Sekitar dua hari sebelum ovulasi laju kecepatan sekresi LH oleh kelenjar
hipofisis anterior meningkat dengan pesat, begitu juga dengan FSH. LH
memounyai efek khusus terhadap sel granulosa dan sel teka, yang mengubah
kedua jenis sel tersebut terutama menjadi sel yang bersifat menyekresikan-
progesteron. Oleh karena itu, kecepatan sekresi esterogen mulai menurun kira-kira
satu hari sebelum ovulasi, sementara sejumlah pemingkatan progesteron mulai
disekresikan.
Selama beberapa jam pertama sesudah ovum dikeluarkan dari folikel, sel-
sel granulosa dan teka interna yang tersisa berubah dengan cepat menjadi sel
8
lutein. Diameter sel ini membesar dua kali atau lebih dan trtsi dengan inklusi
li[idd yang memberi trampilan kekuningan. Proses ini disebut luteinisasi, dan
seluruh massa dari sel bersama-sama disebut sebagai korpus luteum, Suplai
vaskular yang berkembang dengan baik juga tumbuh ke dalam korpus luteum.
Fungsi Luteinisasi LH. Perubahan sel-sel granulosa dan sel teka menjadi lutein
sangat bergantung pada LH yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior.
Fungsi inilah yang menyebabkan LH mendapat julukan “luteinisasi” untuk
“kekuningan”. Luteinisasi juga bergantung pada pengeluaran ovum dari folikel.
Sekresi Korpus Luteum: Fungsi Tambahan dari LH. Korpus luteum adalah
organ yang sangat sekretorik, yang menyekresikan sejumlah besar progesteron
dan esterogen. Sekali LH bekerja pada sel granulosa dan sel teka untuk
menimbulkan luteinisasi, maka sel-sel lutein yang baru terbentuk, seperti
terprogram untuk meneruskan tahapan yang sudah diatur yaitu: (1) proliferasi, (2)
pembesaran, dan (3) sekresi, diikuti dengan (4) degenerasi. Semua itu terjadi
dalam 12 hari.
9
luteum berdegradadsi secara meyeluruh, suatu proses yang disebut involusi korpus
luteum.
Involusi akhir biasanya terjadi pada hampir tapat 12 hari pada amsa hidup
korpus luteum, sekitar hari ke 26 dari siklus seksual wanita normal., 2 hari
sebelum menstruasi dimulai. Pada saat ini pengehentian sekresi esterogen,
progesteron dan inhibin dari korpus luteum akan menghilangkan umpan balik
halangan dari kelenjar hipofisis antetior, memungkinkan kelenjar meningkatkan
sekresi FSH dan LH kembali. FSH dan LH akan merangsang oertumbauhan
folikel baru, memulai siklus ovarium baru. Terhentinya sekresi progesteron dan
esterogen secara sementara pada waktu ini akan menyebabkan menstruasi oleh
uterus.
Dampak dari semua proses ini adalah, kira kira setiap 28 hari, hormon
gonadotropik dari kelenjar hipofisis anterior menyebabkan kira kira 8 sampai 12
folikel yang baru mulai tumbuh didalam ovarium. Satu dari folikel ini akhirnya
“matang” dan berovulasi pada hari ke 14 siklus seksual. Selama pertumbuhan
folikel akan disekresi banyak estrogen.
10
A. Hormon Progesteron
Sejauh ini yang paling penting dari progestin adalah progesterone.
Akan tetapi, sejumlah kecil progestin lain, yaitu 17-𝛼-hidroksiprogesteron,
disekresi bersama dengan progesteron dan mempunyai efek yang pada
dasarnya sama. Namun untuk praktisnya, biasanya progesterone dianggap
sebagai satu-satunya progestin yang penting.
Pada wanita normal yang tidak hamil, progesterone disekresi
dalam jumlah cukup banyak hanya separuh akhir dari setiap siklus
ovarium, ketika hormon ini disekesi oleh korpus luteum.
Hormon progesteron tentunya berefek pada organ lain, yakni:
Efek progesteron pada uterus
Sejauh ini fungsi progesteron yang paling penting adalah untuk
meningkatkan perubahan sekretorik pada endometerium uterus
selama separuh terakhir siklus seksual bulanan wanita,
sehingga mempersiapkan uterus untuk menerima ovum yang
sudah dibuahi. Fungsi ini akan dibicarakan nanti dalam
kaitannya dengan siklus endometerium dari uterus. Selain dari
efek terhadap dari endometerium, progesteron juga mengurangi
frekuensi dan intensitas kontraksi uterus, sehingga dapat
membantu untuk mencegah terlepasnya ovum yang sudah
berimplantasi.
Efek progesteron pada tuba fallopi
Progesteron juga meningkatkan sekresi pada mukosa yang
membatasi tuba fallopi. Sekresi ini dibutuhkan untuk nutrisi
ovum yang telah dibuahi, dan sedang membelah, sewaktu
ovum bergerak dalam tuba fallopi sebelum berimplantasi.
Efek progesteron pada payudara
Progesteron meningkatkan perkembangan lobulus dan alveoli
payudara, mengakibatkan sel-sel alveolar berproliferasi,
membesar dan menjadi bersifat sekretorik. Akan tetapi
progesteron, tidak menyebabkan alveoli menyekresi air susu,
air susu disekresi hanya sesudah payudara yang sudah siap
11
dirangsang lebih lanjut oleh prolaktin dari kelenjar hipofisis
anterior.
Progesteron juga menyebabkan payudra membengkak.
Sebagian dari pembengkakan ini terjadi karena perkembangan
sekretorik dari lobulus dan alveoli, tetapi sebagian lagi
kelihatannya dihasilkan oleh peningkatan cairan dari dalam
jaringan subkutan.
12
B. Hormon Estrogen
Pada wanita normal yang tidak hamil, estrogen disekresikan dalam
jumlah berarti hanya oleh ovarium, walupun juga disekresi dalam jumlah
kecil oleh korteks adrenal. Selama kehamilan, estrogen dalam jumlah
sangat besar juga disekresi oleh plasenta.
Hanya 3 estrogen yang ada dalam jumlah bermakna di dalam
plasma wanita yaitu 𝛽-estradiol, estron dan estriol. Estrogen utama yang
disekresikan oleh ovarium adalah 𝛽-estradiol. Estron disekresi dalam
jumlah kecil tetapi sebagian estron dibentuk di jaringan perifer dari
androgen yang disekresi oleh korteks ginjal dan oleh sel teka ovarium.
Estriol adalah estrogen yang lemah, merupakan produk oksidasi yang
berasal baik dari estradiol maupun estron, dengan pengubahan yang terjadi
terutama di dalam hati.
Potensi estrogenik 𝛽-estradiol adalah 12 kali lebih besar daripada
estron dan 80 kali lebih besar daripada estriol. Dengan mengingat potensi
relatif ini, seseorang dapat melihat efek total estrogenik dari 𝛽-estradiol
biasanya beberapa kali lipat dari kedua hormon lain. Oleh karena itulah, 𝛽-
estradiol dianggap sebagai estrogen yang paling utama, walaupun efek
estrogenik dari estron juga tidak dapat diabaikan.
13
genitalia eksterna membesar, dengan deposisi lemak pada mons
pubis dan labia mayora dan disertai pembesaran labia minoria.
14
Rasio Estrogen Terhadap Progesteron mempengaruhi
kontraktilitas uterus. Progesteron menghambat kontraksi uterus
selama kehamilan, sehingga membantu mencegah ekspulsi fetus.
Sebaliknya, estrogen mempunyai kecenderungan nyata untuk
meningkatkan derajat kontraktilitas uterus, yang terjadi karena
estrogen meningkatkan jumlah taut celah (gap junction) antara sel-
sel otot polos uterus yang berdekatan, namun juga karena pengaruh
lain yang masih belum dimengerti. Baik progresteron maupun
estrogen disekreksikan dalam jumlah yang secara progresif makin
bertambah selama kehamilan, tetapi mulai kehamilan bulan ke
tujuh dan seterusnya sekresi estrogenterus meningkat sedangkan
sekresi progesteron tetap konstan atau mungkin sedikit menurun.
Oleh karena itu, diduga bahwa rasio estrogen terhadap progesteron
cukup meningkat menjelang akhir kehamilan, sehingga paling
tidak berperan sebagian dalam peningkatan kontraktilitas uterus.
15
dlam pertumbuhan karakteristik dan penampilan luar payudara
wanita dewasa. Akan tetapi, estrogen tidak menyelesaikan
tugasnya yaitu mengubah payudara menjadi organ yang
memproduksi susu.
16
Osteoporosis pada tulang karena kekurangan estrogen pada
usia tua
17
simpanan lemak pada bokong dan paha, yang merupaka
karakteristik sosok feminim.
18
C. Sintesis dan Sekresi Progesteron dan Estrogen
Keduanya disintesis di dalam ovarium terutama dari kolesterol
yang berasal dari darah. Walaupun dalam jumlah kecil diperoleh dari asetil
koenzim A, suatu molekul multiple yang dapat berkombinasi untuk
membentuk inti steroid yang tepat.
Selama sintesis, terutama progesteron dan hormon kelamin pria,
testoteron akan disintesis pertama kali, kemudian selama fase folikular
siklus ovarium., sebelum kedua hormon permulaan ini keluar dari
ovarium, hamper semua testoteron dan sebagian besar progesterone akan
diubah menjadi estrogen oleh sel-sel granulosa. Selama fase luteal dari
siklus, jauh lebih banyak progresteron yang dibentuk yang semuanya akan
diubah, jumlah ini berperan pada sekresi progresteron yang banyak
kedalam sirkulasi darah pada waktu tersebut. Selain itu, testoteron
disekresikan ke dalam plasma wanita oleh ovarium dalam jumlah sekitar
seperlimabelas dari testoteron yang disekresikan ke dalam plasma pria
oleh testis.
19
Lalu estrogen dan progresteron, ditransport dalam darah terutama
berikatan dengan albumin plasma dan dengan globulin khusus pengikat
estrogen dan progesteron. Ikatan antara hormon- hormon ini dan protein
plasma umumnya kurang erat sehingga dengan cepat hormon ini
dilepaskan ke jaringan setelah waktu 30 menit kemudian.
20
novo dari zat-zat dasar dalam plasenta. Sebaliknya, estrogen hampir
seluruhnya dibentuk dari senyawa steroid androgen,
dehidroepiandrosteron dan 16-hidroksidehidroepiandrosteron, yang
dibentuk di kelenjar adrenal ibu dan juga di kelenjar adrenal fetus.
Androgen yang lemah ini kemudian ditranspor oleh darah ke plasenta dan
diubah oleh sel-sel trofoblas menjadi estradiol, estron, dan estriol.
(Korteks kelenjar adrenal fetus sangat besar, dan kira-kira 80 persen terdiri
dari sesuatu yang disebut zona fetus, yang fungsi utamanya adalah
menyekresi dehidroepiandrosteron selama kehamilan.
21
D. Siklus Menstruasi
Ada dua poin penting dalam siklus ini. Pertama, setiap siklusnya hanya
ada satu ovum matang yang dikeluarkan dari ovarium, artinya pada keadaan
normal hanya ada satu janin yang tumbuh dalam satu waktu. Kedua,
endometrium uterus dipersiapkan terlebih dahulu untuk implantasi ovum yang
telah dibuahi.
22
Pada permulaan setiap siklus seksual bulanan., sebagian besar
endometrium telah berdekuamasi (terkikis) akibat menstruasi. Sesudah
menstruasi hanya selapis tipis stroma endometrium yang tertinggal, dan
sel-sel epitel yang tertinggal adalah yang terletak di bagian lebih dalam
dari kelenjar yang tersisa serta pada kripta endometrium. Di bawah
pengaruh estrogen, yang disekresi dalam jumlah lebih banyak oleh
ovarium selama bagian pertama siklus ovarium, sel-sel stroma dan sel
epitel berproliferasi dengan cepat. Permukaan endometrium akan
mengalami epitelisasi kembali dalam waktu 4 sampai 7 hari sesudah
terjadinya menstruasi.
23
kelenjar. Selain itu, sitoplasma dari sel stroma bertambah banyak,
simpanan lipid dan glikogen sangat meningkat dalam sel stroma, dan
suplai darah ke dalam endometrium lebih lanjut akan meningkat sebanding
dengan perkembangan aktivitas sekresi, dengan pembuluh darah yang
menjadi sangat berkelok-kelok. Pada puncak fase sekretorik, sekitar 1
minggu setelah ovulasi, ketebalan endometrium sudah menjadi 5 sampai 6
milimeter.
3. Menstruasi.
24
Kemudian, selama 24 jam sebelum terjadinya menstruasi, pembuluh darah
yang berkelok-kelok, yang mengarah ke lapisan mukosa endometrium.,
akan menjadi vaskospastik, mungkin disebabkan oleh efek involusi,
seperti pelepasan bahan vasokonstriktor mungkin salah satu tipe
vasokonstriktor prostaglandin yang terdapat dalam jumlah sangat banyak
pada saat ini.
25
penyebab pengeluaran leukosit. Sebagai akibat dari pengeluaran leukosit
ini dan kemungkinan faktor yang lain juga, uterus menjadi sangat resisten
terhadap infeksi selama menstruasi. Walaupun permukaan endometrium
telanjang, ini tetaplah perlindungan yang sangat bernilai.
26
b. Pusat Hipotalamus untuk Pelepasan GnRH.
27
28
a. Hormon Inhibin dari Korpus Luteum Menghambat Sekresi FSH
dan LH
29
1) Diperkirakan bahwa estrogen pada saat siklus ini mempunyai efek umpan-
balik positif khusus untuk merangsang sekresi LH demikian juga sedikit
merangsang FSH; ini sangat berbeda dengan efek umpan-balik negatif
yang normal, yang berlangsung selama sisa siklus bulanan wanita.
2) Sel-sel granulosa dari folikel mulai menyekresi progesteron dalam jumlah
sedikit tetapi meningkat, sehari atau bebarapa hari sebelum terjadi
lonjakan LH praovulasi, dan sudah diperkirakan bahwa hal ini merupakan
faktor yang merangsang kelebihan sekresi LH.
30
Dua sampai tiga hari sebelum menstruasi, korpus luteum akan
mengalami regresi sampai hampir berinvolusi secara menyeluruh, dan
sekresi estrogen, progesteron, serta inhibin dari korpus luteum berkurang
menjadi sangat rendah. Hal ini akan melepaskan hipotalamus dan hipofisis
anterior dari efek umpan balik negatif hormon-hormon tersebut. Oleh
karena itu, satu hari atau lebih waktu dimulaiya menstruasi, sekresi FSH
oleh hipofisis mulai meningkat kembali sebanyak dua kali lipat,
selanjutnya beberapa hari setelah dimulainya menstruasi, sekresi LH juga
sedikit meningkat. Hormon-hormon ini merangsang pertumbuhan volikel
ovarium yang baru dan meningkatkan secara progresif sekresi estrogen
kira-kira 12,5 sampai 13 hari sesudah dimulainya siklus bulanan seksual
wanita yang baru. Selama 11-12 hari pertama dari pertumbuhan folikel ini
laju kecepatan sekresi gonadotropin, FSH dan LH akan berkurang sedikit
akibat efek umpan balik negatif terutama dari estrogen, pada kelenjar
hipofisis anterior. Kemudian, secara tiba-tiba terjadi peningkatan FSH. Ini
adalah lonjakan FSH dan LH pascaovulasi yang akan diikuti oleh ovulasi.
3. Lonjakan LH dan FSH Praovulasi Menyebabkan Terjadinya Ovulasi
Kurang lebih 11,5 sampai 12 hari sesudah mulainya siklus bulanan,
penurunan jumlah sekresi FSH dan LH terhenti secara mendadak.
Diperkirakan bahwa kadar estrogen yang tinggi pada saat ini ( atau
dimulainya sekresi progesteron oleh folikel ) mengakibatkan efek
perangsangan uman balik positif pada hipofisis anterior, seperti yang
sudah dijelaskan di atas, yang menyebabkan terjadinya ovulasi dan
perkembangan serta sekresi lebih lanjut oleh korpus luteum. Jadi, sistem
hormonal akan memulai putaran sekresinya yang baru sampai saat ovulasi
yang berikutnya.
31
dilangsungkan pada beberapa waktu antara 4 sampai 5 hari sebelum
ovulasi dan sampai beberapa jam sesudah ovulasi. Jadi, periode kesuburan
wanita setiap bulan termasuk singkat, sekitar 4 sampai 5 hari.
32
Saat menopause, jumlah estrogen yang diproduksi ovarium harus
meningkat di atas lritis agar dapat menciptakan sikulus seksual yang
ritmis. Akibatnya, pada hipogonadisme atau apabila gonad menyekresi
sejumlah kecil estrogen akibat faktor-faktor lain, seperti
hipotiroidisme, siklus ovarium sering tidak berlangsung normal.
Sebaliknya, menstruasi mungkin tidak datang selama beberapa bulan,
atau menstruasi terhenti sama sekali (amenore). Siklus ovarium yang
memanjang, yang berhubungan dengan kegagalan ovulasi, mungkin
disebabkan oleh insufisiensi sekresi LH pada waktu lonjakan LH
praovulasi yang diperlukan untuk ovulasi.
3. Hipersekresi Ovarium
33