Anda di halaman 1dari 30

BAB II

PEMBAHASAN

Kedua jenis hormon kelamin ovarium adalah estrogen dan progestin.


Sejauh ini yang paling penting dari estrogen adalah estradiol dan yang paling
penting dari progestin adalah progesteron.

Ketika seorang anak perempuan dilahirkan, masing-masing ovarium


dikelilingi oleh selapis sel-sel granulosa; ovum, dengan selubung sel granulosa
tersebut disebut folikel primordia, seperti diperlihatkan pada gambar. Sepanjang
masa kanak-kanak, sel-sel granulosa diyakini berfungsi memberi makanan untuk
ovum dan untuk menyekresi suatu faktor penghambat pematangan oosit, yang
membuat ovum tetap tertahan dalam kondisi primordial, dalam fase profase
pembelahan meiosis. Kemudian, sesudah pubertas, bila FSH dan LH dari kelenjar
hipofisis anterior mulai disekresikan dalam jumlah yang cukup, seluruh ovarium,
bersama dengan folikelnya, akan mulai tumbuh.

Tahap pertama pertumbuhan folikel berupa pembesaran sedang dari


ovarium itu sendiri, yang meningkatkan diameternya menjadi dua sampai tiga kali

4
lipat. Kemudian diikuti dengan pertumbuhan lapisan sel-sel granulosa tambahan
di dalam beberapa folikel; folikel-folikel ini dikenal sebagai folikel primer.

Perkembangan Folikel Antral dan Vesikular. Selama beberapa hari


pertama setiap siklus seksual bulanan wanita, konsentasi FSH dan LH yang
disekresi dari kelenjar hipofisis anterior meningkat dari sedikit menjadi sedang,
dengan peningkatan FSH yang sedikit lebih besar daripada LH dan lebih awal
beberapa hari LH. Hormon-hormon ini, khususnya FSH, dapat mempercepat
pertumbuhan 6 sampai 12 folikel primer setiap bulan. Efek awal adalah proliferasi
sel-sel granulosa yang berlangsung capat, menyebabkan lebih banyak lapisan pada
sel-sel tersebut. Selain itu, sel-sel terbentuk kumparan yang dihasilkan dari
interstisium ovarium berkumpul dalam beberapa lapisan di luar sel granulosa,
membentuk massa sel kedua yang disebut teka. Teka terbagi menjadi dua lapisan.
Di dalam teka interna, sel-selnya mempunyai karakteristik epitelium yang mirip
sel-sel granulosa dan membentuk kemampuan utuk menyekresi hormon steroid
seks tambahan (esterogen dan progesteron). Lapisan luar, teka eksterna,
berkembang menjadi kapsul jaringan ikat yang vaskular. Kapsul ini akan menjadi
kapsul dari folikel yang sedang tumbuh.

Sesudah tahap awal pertumbuhan poliferasi, yang berlangsung selama


beberapa hari, massa sel granulosa menyekresi cairan folikular yang mengandung
esterogen dalam kadar yang tinggi. Pengumpulan cairan ini menyebabkan
munculnya antrum di dalam massa sek granulosa, seperti diperlihatkan pada
gambar.

Pertumbuhan awal folikel rimer menjadi tahap antral dirangsang oleh FSH
itu sendiri. Kemuadia peningkatan pertumbuhan secara besar-besaran terjadi,
menuju ke arah pembentukan folikel yang lebih besar lagi yang disebut dengan
folikel vesikular. Peningkatan pertumbuhan ini terjadi sebagai berikut: (1)
Esterogen disekresikan ke dalan folikel dan menyebabkan sel-sel granulosa
membentuk jumlah reseptor FSH semakin banyak; menyebabkan sel-sel granulosa
jauh lebih sensitif pada FSH. (2) FSH dari hipofisis dan esterogen bergabung
untuk memacu reseptor LH sel-sel granilosa sebenarnya, sehingga terjadi
rangasangan LH sebagai tambahan terhadap rangsangan oleh FSH dan

5
membentuk peningkatan sekresi folikular yang lebih cepat. (3) peningkatan
jumlah esterogen dari foliel ditambah dengan peningkatan LH dari kelenjar
hipofisis anteriior bersama-sama bekerja untuk menyebabkan proliferas sel-sel
teka folikular dan juga meningkatkan sekresi folikular.

Sekali folikel antral mulai tumbuh, pertumbuhan folikel-folikel tersebut


terjadi sangat cepat. Diameter ovum sendiri juga membesar 3 sampai 4 kali lagi,
menghasilkan penigkatan diameter menjadi 10 kali lipat, atau peningkatan massa
sebesar 1000 kali lipat. Ketia folikel membesar, ovum sendiri tetap tertanam di
dalam massa sel granula yang terletak pada sebuah kutup folikel.

Hanya Satu Folikel yang Mengalami Pematangan Penuh Setiap


Bulan, dan Sisanya Mengalami Atresia (cacat). Setelah pertumbuhan selama
satu minggu atau lebih—tetapi sebelum menjadi ovulasi—salah satu dari folikel
mulai tumbuh melebihi semua folikel lain; sisa 5 sampai 11 folikel lain tumbuh
berinvolusi (suatu proses yang disebut atresia), dan sisa folikel ini disebut atretik.

Penyebab atresia masih belum diketahui, tetapi didalilkan sebagai berikut:


Sejumlah besar estrogen yang berasal dari folikel yang tumbuh cepat tersebut
bekerja pada hipotalamus untuk lebih menekan kecepatan sekresi FSH oleh
kelenjar hipofisis anterior, dngan cara ini mengahambat lebih jauh folikel-foikel
yang kurang berkembang. Oleh karena itu, folikel yang paling besar dapat
melanjutkan pertumbuhannya karena efek-efek umpan balik positif intrinsik yang
dimilikinya, sementara semua folikel yang lain berhenti tumbuh, dan mengalami
involusi.

Proses atresia tersebut penting karena biasanya peristiwa tersebut


normalnya hanya membuat satu folikel tummbuh cukup besar untuk berovulasi
tiap bulan; hal ini mencegah lebih dari satu anak yang berkembang setiap
kehamilan. Folikel tunggal tersebut mencapai diameter 1 sampai 1,5 sentimeter
pada saat ovulasi dan disebut sebagai folikel matang.

Ovulasi pada wanita yang mempunyai siklus seksual normal 28 hari terjadi
pada 14 hari sesudah menstruasi dimulai. Tak berapa lama sebelum ovulasi,
dinding luar folikel yang menonjol akan membengkak dengan cepat, dan daerah

6
kecil pada bagian tengah kapsul folikular, disebut stigma, akan menonjol seperti
puting. Dalam waktu 30 menit kemudian, cairan mulai mengalir dari folikel
melalui stigma, dan sekitar 2 menit kemudian, stigma akan robek cukup besar,
menyebabkann cairan yang lebih kental di tengah folikel mengalami evaginasi
keluar. Cairan ini membawa ovum bersamanya, yang dikelilingi massa dari
beberapa ratus sel granulosa kecil yang disebut sebagai korona radiata.

7
Lonjakan LH Penting dalam Ovulasi. LH diperlukan untuk
pertumbuhan akhir folikel dan ovulasi. Tanpa hormon ini, walaupun FSH tersedia
dengan jumlah besar, folikel tidak akan berkembang ke tahap ovulasi.

Sekitar dua hari sebelum ovulasi laju kecepatan sekresi LH oleh kelenjar
hipofisis anterior meningkat dengan pesat, begitu juga dengan FSH. LH
memounyai efek khusus terhadap sel granulosa dan sel teka, yang mengubah
kedua jenis sel tersebut terutama menjadi sel yang bersifat menyekresikan-
progesteron. Oleh karena itu, kecepatan sekresi esterogen mulai menurun kira-kira
satu hari sebelum ovulasi, sementara sejumlah pemingkatan progesteron mulai
disekresikan.

Pada lingkungan tersebut terjadi: (1) pertumbuhan folikl yang berlangsung


cepat (2) berkurangnya sekresi esterogen sesusah fase sekresi esterogen yang
berlangsung lama, dan (3) dimulainya sekresi progesteron, terjadi ovulasi. Tanpa
adanya lonjakan hormon LH praovulasi, ovulasitak akan berlangsung.

LH dalam jumlah besar yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior.


LH menyebabkan sekresi hormpon-hormon steroid folikular dengan cepat, yang
mengandung progres peristiwa, keduanya dibutuhkan untuk ovulasi: (1) teka
eksterna (kapsul folikel) mulai melepaskan enzim proteolitik dari lisosom yang
mengakibatkan pelarutan dinding kapsul folikular sehingga seluruh folikel
membengkak dan degenerasi stigma. (2) seacara bersamaan juga akan terjadi
pertumbuhan pembuluh darah baru yang berlangsung cepat ke dalam dinding
folikel, dan pada saat yang sama, proslagnandin (hormon setempat yang
mentgakibatkan vasodilasi) akan disekresi ke dalam jaringan folikular. Kedua
efek ini akan mengakibatkan transudasi plasma ke dalam folikel, yang berperan
pada pembengkakan folikel. Akhirnya, kombinasi dari pembengakakan folikel
dan degenerasi stigma mengakibatkan pecahnya folikel disertai dengan
pengeluaran ovum.

Korpus Luteum—Fase “Luteal” Siklus Ovarium

Selama beberapa jam pertama sesudah ovum dikeluarkan dari folikel, sel-
sel granulosa dan teka interna yang tersisa berubah dengan cepat menjadi sel

8
lutein. Diameter sel ini membesar dua kali atau lebih dan trtsi dengan inklusi
li[idd yang memberi trampilan kekuningan. Proses ini disebut luteinisasi, dan
seluruh massa dari sel bersama-sama disebut sebagai korpus luteum, Suplai
vaskular yang berkembang dengan baik juga tumbuh ke dalam korpus luteum.

Sel-sel greanulosa dalam korpus luteum mengembangkan retikulum


endoplasma halus intrasel yang luas yang membentuk sejumlah besar hormon
seks wanita progesteron dan esterogen. Pada wanita normal, diameter korpus
luteum tumbuh menjadi kira-kira 1,5 cm. Tahap perkembangan ini dicapai dalam
waktu 7 sampai 8 hari setelah ovulasi.

Fungsi Luteinisasi LH. Perubahan sel-sel granulosa dan sel teka menjadi lutein
sangat bergantung pada LH yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior.
Fungsi inilah yang menyebabkan LH mendapat julukan “luteinisasi” untuk
“kekuningan”. Luteinisasi juga bergantung pada pengeluaran ovum dari folikel.

Sekresi Korpus Luteum: Fungsi Tambahan dari LH. Korpus luteum adalah
organ yang sangat sekretorik, yang menyekresikan sejumlah besar progesteron
dan esterogen. Sekali LH bekerja pada sel granulosa dan sel teka untuk
menimbulkan luteinisasi, maka sel-sel lutein yang baru terbentuk, seperti
terprogram untuk meneruskan tahapan yang sudah diatur yaitu: (1) proliferasi, (2)
pembesaran, dan (3) sekresi, diikuti dengan (4) degenerasi. Semua itu terjadi
dalam 12 hari.

Involusi Korpus Luteum dan Timbulnya Siklus Ovarium Berikutnya.


Esterogen khususnya, dan progesteron, dalam jumlah lebih sedikit, yang disekresi
oleh korpus luteum selama tahap kuteal dari siklus ovarium, mempunyai efek
umpan balik yang kuat terhadap kelenjar hipofisis anterior untuk mempertahankan
kecepatan sekresi FSH maupun LH yang rendah. Selain itu, sel lutein juga
menyekresi sejumlah kecil hormon inhibin, yang sama seperti inhibin yang
disekresi oleh Sertoli dari testis pria. Hormon ini menghambat sekresu kelenjar
hiofisis anterior, khususnya sekresi FSH. Konsentrasi FSH dan LH dalam darah
yang rendah terjadi dan hilangnya hormon ini akhirnya menyebabkan korpus

9
luteum berdegradadsi secara meyeluruh, suatu proses yang disebut involusi korpus
luteum.

Involusi akhir biasanya terjadi pada hampir tapat 12 hari pada amsa hidup
korpus luteum, sekitar hari ke 26 dari siklus seksual wanita normal., 2 hari
sebelum menstruasi dimulai. Pada saat ini pengehentian sekresi esterogen,
progesteron dan inhibin dari korpus luteum akan menghilangkan umpan balik
halangan dari kelenjar hipofisis antetior, memungkinkan kelenjar meningkatkan
sekresi FSH dan LH kembali. FSH dan LH akan merangsang oertumbauhan
folikel baru, memulai siklus ovarium baru. Terhentinya sekresi progesteron dan
esterogen secara sementara pada waktu ini akan menyebabkan menstruasi oleh
uterus.

Dampak dari semua proses ini adalah, kira kira setiap 28 hari, hormon
gonadotropik dari kelenjar hipofisis anterior menyebabkan kira kira 8 sampai 12
folikel yang baru mulai tumbuh didalam ovarium. Satu dari folikel ini akhirnya
“matang” dan berovulasi pada hari ke 14 siklus seksual. Selama pertumbuhan
folikel akan disekresi banyak estrogen.

Sesudah ovulasi, sel-sel sekretorik pada folikel berovulasi berkembang


menjadi kopus luteum yang menyekresi sebagian besar hormon wanita utama,
progesteron dan estrogen. Setelah dua minggu kemudian, korpus luteum akan
mulai berdegradasi, sedangkan hormon ovarium yaitu estrogen dan progesteron
akan sangat berkurang jumlahnya dan akan terjadi menstruasi. Keadaan ini
diikuiti dengan siklus ovarium yang baru.

10
A. Hormon Progesteron
Sejauh ini yang paling penting dari progestin adalah progesterone.
Akan tetapi, sejumlah kecil progestin lain, yaitu 17-𝛼-hidroksiprogesteron,
disekresi bersama dengan progesteron dan mempunyai efek yang pada
dasarnya sama. Namun untuk praktisnya, biasanya progesterone dianggap
sebagai satu-satunya progestin yang penting.
Pada wanita normal yang tidak hamil, progesterone disekresi
dalam jumlah cukup banyak hanya separuh akhir dari setiap siklus
ovarium, ketika hormon ini disekesi oleh korpus luteum.
Hormon progesteron tentunya berefek pada organ lain, yakni:
 Efek progesteron pada uterus
Sejauh ini fungsi progesteron yang paling penting adalah untuk
meningkatkan perubahan sekretorik pada endometerium uterus
selama separuh terakhir siklus seksual bulanan wanita,
sehingga mempersiapkan uterus untuk menerima ovum yang
sudah dibuahi. Fungsi ini akan dibicarakan nanti dalam
kaitannya dengan siklus endometerium dari uterus. Selain dari
efek terhadap dari endometerium, progesteron juga mengurangi
frekuensi dan intensitas kontraksi uterus, sehingga dapat
membantu untuk mencegah terlepasnya ovum yang sudah
berimplantasi.
 Efek progesteron pada tuba fallopi
Progesteron juga meningkatkan sekresi pada mukosa yang
membatasi tuba fallopi. Sekresi ini dibutuhkan untuk nutrisi
ovum yang telah dibuahi, dan sedang membelah, sewaktu
ovum bergerak dalam tuba fallopi sebelum berimplantasi.
 Efek progesteron pada payudara
Progesteron meningkatkan perkembangan lobulus dan alveoli
payudara, mengakibatkan sel-sel alveolar berproliferasi,
membesar dan menjadi bersifat sekretorik. Akan tetapi
progesteron, tidak menyebabkan alveoli menyekresi air susu,
air susu disekresi hanya sesudah payudara yang sudah siap

11
dirangsang lebih lanjut oleh prolaktin dari kelenjar hipofisis
anterior.
Progesteron juga menyebabkan payudra membengkak.
Sebagian dari pembengkakan ini terjadi karena perkembangan
sekretorik dari lobulus dan alveoli, tetapi sebagian lagi
kelihatannya dihasilkan oleh peningkatan cairan dari dalam
jaringan subkutan.

 Efek progesteron pada kehamilan ibu


o Progesteron menyebabkan sel-sel desidua tumbuh di
endometrium uterus, dan sel-sel ini memainkan peranan
penting dalam nutrisi embrio awal.
o Progesteron menurunkan kontraktilitas uterus gravid,
jadi mencegah kontraksi uetrus yang menyebabkan
abortus spontan.
o Progesteron juga membantu perkembangan hasil
konsepsi bahkan sebelum implantasi, karena
progesteron secara khusus meningkatkan sekresi tuba
fallopi dan uterus ibu untuk menyediakan bahan nutrisi
yang sesuai untuk perkembangan morula dan
blastokista. Selain itu, ada beberapa alasan untuk
mempercayai bahwa progesteron bahkan memengaruhi
pembelahan sel pada awal perkembangan embrio.

12
B. Hormon Estrogen
Pada wanita normal yang tidak hamil, estrogen disekresikan dalam
jumlah berarti hanya oleh ovarium, walupun juga disekresi dalam jumlah
kecil oleh korteks adrenal. Selama kehamilan, estrogen dalam jumlah
sangat besar juga disekresi oleh plasenta.
Hanya 3 estrogen yang ada dalam jumlah bermakna di dalam
plasma wanita yaitu 𝛽-estradiol, estron dan estriol. Estrogen utama yang
disekresikan oleh ovarium adalah 𝛽-estradiol. Estron disekresi dalam
jumlah kecil tetapi sebagian estron dibentuk di jaringan perifer dari
androgen yang disekresi oleh korteks ginjal dan oleh sel teka ovarium.
Estriol adalah estrogen yang lemah, merupakan produk oksidasi yang
berasal baik dari estradiol maupun estron, dengan pengubahan yang terjadi
terutama di dalam hati.
Potensi estrogenik 𝛽-estradiol adalah 12 kali lebih besar daripada
estron dan 80 kali lebih besar daripada estriol. Dengan mengingat potensi
relatif ini, seseorang dapat melihat efek total estrogenik dari 𝛽-estradiol
biasanya beberapa kali lipat dari kedua hormon lain. Oleh karena itulah, 𝛽-
estradiol dianggap sebagai estrogen yang paling utama, walaupun efek
estrogenik dari estron juga tidak dapat diabaikan.

Fungsi primer dari estrogen adalah untuk menimbulkan proliferasi


sel dan pertumbuhan jaringan organ-organ kelamin dan jaringan lain yang
berkaitan dengan reproduksi. Estrogen mempunyai efek terhadap organ
lain sebagai berikut:

 Efek estrogen pada uterus dan organ kelamin luar wanita

Selama masa kanak-kanak, estrogen disekresi hanya dalam


jumlah kecil, tetapi pada saat pubertas, jumlah yang disekresi pada
wanita dibawah pengaruh hormon-hormongonadotropin hipofisis
meningkat sampai 20 kali lipat atau lebih. Pada saat ini, organ-
organ kelamin wanita akan berubag dari yang dimiliki seoarang
anak menjadi yang dimiliki seorang wanita dewasa. Ovarium, tuba
fallopi, uterus, dan vagina, semuanya bertambah besar. Selain itu,

13
genitalia eksterna membesar, dengan deposisi lemak pada mons
pubis dan labia mayora dan disertai pembesaran labia minoria.

Selain itu, estrogen juga mengubah epitel vagina dari tipe


kuboid menjadi bertingkat, yang dianggap lebih tahan terhadap
trauma dan infeksi daripada epitel sel kuboid prapubertas. Infeksi
vagina pada anak sering dapat disembuhkan dengan pemberian
estrogen hanya karena estrogen dapat meningkatkan ketahanan
epitel vagina.

Selama beberapa tahun pertama sesudah pubertas, ukuran


uterus meningkat menjadi dua sampai tiga kali lipat, tetapi yang
lebih penting daripada bertambahnya ukuran uterus adalah
perubahan yang berlangsung pada endometerium uterus di bawah
pengaruh estrogen. Estrogen menyebabkan terjadinya proliferasi
yang nyata stroma endometerium dan sangat meningkatkan
perkembangan kelenjar endometerium, yang nantinya akan
membantu memberi nutrisi pada ovum yang berimplantasi. Efek
ini akan dibicarakan nanti di bab yang berkaitan di siklus
endometerium.

 Efek estrogen pada tuba fallopi

Estrogen berpengaruh pada mukosa yang membatasi tuba


fallopi, sama seperti efek estrogen terhadap endometerium uterus.
Estrogen dapat menyebabkan jaringan kelenjar lapisan tersebut
berproliferasi, dan yang penting, estrogen dapat menyebabkan
jumlah sel-sel epitel bersilia yang membatasi tuba fallopi
bertambah banyak. Aktivitas silia juga meningkat. Silia tersebut
selalu bergerak ke arah uterus, yang membantu mendorong ovum
yang telah dibuahi oleh sperma.

 Efek estrogen terhadap kontraktilitas uterus saat akan


melakukan persalinan

14
Rasio Estrogen Terhadap Progesteron mempengaruhi
kontraktilitas uterus. Progesteron menghambat kontraksi uterus
selama kehamilan, sehingga membantu mencegah ekspulsi fetus.
Sebaliknya, estrogen mempunyai kecenderungan nyata untuk
meningkatkan derajat kontraktilitas uterus, yang terjadi karena
estrogen meningkatkan jumlah taut celah (gap junction) antara sel-
sel otot polos uterus yang berdekatan, namun juga karena pengaruh
lain yang masih belum dimengerti. Baik progresteron maupun
estrogen disekreksikan dalam jumlah yang secara progresif makin
bertambah selama kehamilan, tetapi mulai kehamilan bulan ke
tujuh dan seterusnya sekresi estrogenterus meningkat sedangkan
sekresi progesteron tetap konstan atau mungkin sedikit menurun.
Oleh karena itu, diduga bahwa rasio estrogen terhadap progesteron
cukup meningkat menjelang akhir kehamilan, sehingga paling
tidak berperan sebagian dalam peningkatan kontraktilitas uterus.

 Efek estrogen pada payudara

Payudara primoldial baik pada wanita maupun pria pada


dasarnya sama. Nyatanya, dan di bawah pengaruh hormon-hormon
yang tepat, payudara pria, selama dua dekade kehidupan yang
pertama, dapat cukup berkembang untuk memproduksi susu
denngan cara yang sama seperti payudara wanita.

Estrogen dapat menyebabkan perkembangan jaringan


stroma payudara, pertumbuhan sistem duktus yang luas, dan
deposit lemak pada payudara. Lobulus dan alveoli payudara sedikit
berkembang di bawah pengaruh estrogen sendiri, tetapi sebenarnya
progesteron dan prolaktin yang menakibatkan terjadinya
pertumbuhan yang nyata dan berfungsinya struktur-struktur
tersebut.

Ringkasannya, estrogen memulai pertumbuhan payudara


dan alat-alat pembentuk air susu payudara. Estrogen juga berperan

15
dlam pertumbuhan karakteristik dan penampilan luar payudara
wanita dewasa. Akan tetapi, estrogen tidak menyelesaikan
tugasnya yaitu mengubah payudara menjadi organ yang
memproduksi susu.

 Efek estrogen pada tulang rangka

Estrogen menghambat aktivitas osteoklastik di dalam


tulang sehingga merangsang pertumbuhan tulang. Pada saat
pubertas, ketika wanita masuk ke masa reproduksi, laju
pertumbuhan tinggi badannya menjadi cepat selama beberapa
tahun. Akan tetapi, estrogen juga mempunyai efek poten lainnya
terhadap pertumbuhan tulang rangka. Estrogen dapat menyebabkan
terjadinya penggabungan awal epifisis dengan batang tulang
panjang. Efek estrogen ini lebih kuat dibandingkan dengan efek
serupa testosteron pada pria. Sebagai akibatnya, pertumbuhan
wanita biasanya terhenti beberapa tahun lebih cepat daripada
pertumbuhan pria. Wanita “kasim” (eunuch), yang sama sekali
tidak memproduksi estrogen biasany tumbuh beberapa inci lebih
tinggi daripada wanita dewasa yang normal, karena epifisisnya
tidak menyatu pada waktu yang normal.

16
 Osteoporosis pada tulang karena kekurangan estrogen pada
usia tua

Sesudah menopause, hampir tidak ada estrogen yang di


sekresi oleh ovarium. Kekurangan estrogen ini akan menyebabkan,
meningkatkan aktivitas osteoklastik pada tulang, berkurangnya
matriks tulang, dan berkurangnya deposit kalsium dan fosfat
tulang. Pada beberapa wanita, efek ini sangat hebat, sehingga
menyebabkan osteoporosis. Karena osteoporosis dapat sangat
melemahkan tulang dan mnyebabkan fraktur tulang, khususnya
fraktur tulang vertebra, maka banyak wanita pascamenopause
mendapat perawatan profilaksis dengan penggantian estrogen
untuk mencegah efek osteoporosis.

 Efek estrogen pada deposisi protein

Estrogen dapat menyebabkan sedikit peningkatan total


protein tubuh, yang terbukti dari adanya keseimbangan nitrogen
yang sedikit positif apabila diberikan estrogen. Keadaan ini
terutama dihasilkan dri efek pemacu pertumbuhan dari estrogen
pada organ-organ kelamin, tulan, dan beberapa jaringan tubuh yang
lain. peningkatan deposisi protein oleh testosteron lenih bersifat
umum dan jauh lebih kuat daripada yang disebabkan oleh estrogen.

 Efek estrogen pada metabolisme dan penyimpanan lemak

Estrogen sedikit meningkatkan laju kecepatan metabolisme


seluruh tubuh, tetapi kira-kira sepertiga dari efek peningkatan yang
disebabkan oleh hormon kelamin pria, yaitu testoteron. Estrogen
juga menyebabkan peningkatan jumlah simpanan lemak dalam
jaringan subkutan. Sebagai akibatnya, prosentasi lemak tubuh pada
tubuh wanita dianggap lebih besar dibandingkan pada tubuh pria,
yang mengandung lebih banyak protein. Selain simpanan lemak
pada payudara dan jaringan subkutan, estrogen juga menyebabkan

17
simpanan lemak pada bokong dan paha, yang merupaka
karakteristik sosok feminim.

 Efek estrogen pada distribusi rambut

Estrogen tidak terlalu mempengaruhi persebaran rambut.


Akan tetapi rambut akan tumbuh di daerah pubis dan aksila
sesudah pubertas. Peningkatan jumlah androgen yang dibentuk
oleh kelenjar adrenal setelah pubertas adalah hormon yang
terutama berperan pada pertumbuhan tersebut.

 Efek estrogen pada kulit

Estrogen dpat menyebabkan kulit berkembang membentuk


tekstur yang halus dan biasanya lembut, tetapi meskipun demikian,
kulit wanita lebih tebal daripada kulit seorang anak atau kulit
wanita yang dikastrasi. Estrogen juga menyebabkan kulit menjadi
lebih vaskuler, efek ini seringkali berkaitan dengan meningkatkan
kehangatan kulit, juga menyebabkan lebih banyak perdarahan pada
permukaan yang terluka dibandingkan perdarahan yang terjadi
pada pria.

 Efek estrogen pada perkembangan elektrolit

Kemiripan sifat kimia pada hormon-hormon estrogenik


terhadap hormon-hormon andrenokorteks telah diketahui.
Estrogen, seperti aldosteron dan beberapa hormon adrenokorteks
yang lainnya, dapat menyebabkan terjadinya retensi natrium dan
air oleh tubulus ginjal. Efek estrogen ini normalnya ringan dan
jarang bermakna, kecuali pada masa kehamilan, pembentukan
estrogen dalam jumlah besar oleh plasenta dapat menyebabkan
retensi cairan tubuh.

18
C. Sintesis dan Sekresi Progesteron dan Estrogen
Keduanya disintesis di dalam ovarium terutama dari kolesterol
yang berasal dari darah. Walaupun dalam jumlah kecil diperoleh dari asetil
koenzim A, suatu molekul multiple yang dapat berkombinasi untuk
membentuk inti steroid yang tepat.
Selama sintesis, terutama progesteron dan hormon kelamin pria,
testoteron akan disintesis pertama kali, kemudian selama fase folikular
siklus ovarium., sebelum kedua hormon permulaan ini keluar dari
ovarium, hamper semua testoteron dan sebagian besar progesterone akan
diubah menjadi estrogen oleh sel-sel granulosa. Selama fase luteal dari
siklus, jauh lebih banyak progresteron yang dibentuk yang semuanya akan
diubah, jumlah ini berperan pada sekresi progresteron yang banyak
kedalam sirkulasi darah pada waktu tersebut. Selain itu, testoteron
disekresikan ke dalam plasma wanita oleh ovarium dalam jumlah sekitar
seperlimabelas dari testoteron yang disekresikan ke dalam plasma pria
oleh testis.

19
Lalu estrogen dan progresteron, ditransport dalam darah terutama
berikatan dengan albumin plasma dan dengan globulin khusus pengikat
estrogen dan progesteron. Ikatan antara hormon- hormon ini dan protein
plasma umumnya kurang erat sehingga dengan cepat hormon ini
dilepaskan ke jaringan setelah waktu 30 menit kemudian.

Kemudian, hati mengkonjugasi estrogen untuk membentuk


glukuronida dan sulfat, dan hampir seperlima dari produk konjugasi ini
disekresikan ke dalam empedu, sebagian besar sisanya disekresikan ke
dalam urine. Hati juga mengubah estrogen poten, estradiol, dan estron
menjadi estriol estrogen yang sama sekali tidak poten. Oleh karena itu,
berkurangnya fungsi hati sesungguhnya meningkatkan aktivitas, estrogen
di dalam tubuh, yang kadang-kadang menimbulkan hiperestrinise.

Sementara itu, dalam waktu beberapa menit sesudah sekresi,


hampir semua progresteron didegradasi menjadi steroid lain yang tidak
mempunyai efek progestasional. Serupa dengan estrogen, hati juga penting
untuk degradasi metabolisme ini.

Pada akhir produk yang utama dari degradasi progesteron adalah


pregnandiol. Sekitar 10 persen dari progesteron asli disekresikan dalam
urin bentuk ini. Oleh karena itu, seseorang dapat memperkirakan
kecepatan pembentukan progesteron di dalam tubuh dari kecepatan
ekskresi ini.

Plasenta, seperti korpus luteum, menyekresikan estrogen dan


progesteron. Penelitian histokimia dan fisiologi menunjukkan bahwa
kedua hormon ini, seperti kebanyakan hormon plasenta yang lain, juga
dieksresi oleh sel-sel sinsisial trofoblas plasenta.

Gambar dibawah menunjukkan bahwa menjelang akhir usia


kehamilan, pembentukan estrogen plasenta setiap hari meningkat menjadi
30 kali kadar produksi ibu yang normal. Akan tetapi, sekresi estrogen oleh
plasenta cukup berbeda dari sekresi estrogen oleh ovarium. Yang paling
penting, estrogen yang disekresikan oleh plasenta tidak disintesis oleh de

20
novo dari zat-zat dasar dalam plasenta. Sebaliknya, estrogen hampir
seluruhnya dibentuk dari senyawa steroid androgen,
dehidroepiandrosteron dan 16-hidroksidehidroepiandrosteron, yang
dibentuk di kelenjar adrenal ibu dan juga di kelenjar adrenal fetus.
Androgen yang lemah ini kemudian ditranspor oleh darah ke plasenta dan
diubah oleh sel-sel trofoblas menjadi estradiol, estron, dan estriol.
(Korteks kelenjar adrenal fetus sangat besar, dan kira-kira 80 persen terdiri
dari sesuatu yang disebut zona fetus, yang fungsi utamanya adalah
menyekresi dehidroepiandrosteron selama kehamilan.

Progesteron juga penting untuk berhasilnya suatu kehamilan-


kenyataannya hormon ini sama pentingnya seperti estrogen. Selain
disekresikan dalam jumlah cukup banyakoleh korpus luteum pada awal
kehamilan, progesteron juga nantinya disekresikan dalam jumlah banyak
oleh plasenta, kira-kira peningkatan 10 kali lipat selama kehamilan, seperti
yang ditunjukkan oleh gambar.

21
D. Siklus Menstruasi

Tahun tahun reproduksi normal wanita ditandai dengan perubahan


ritmis bulanan kecepatan sekresi hormon-hormon wanita dan perubahan fisik.
Pola ritmis ini disebut siklus bulanan wanita atau siklus menstruasi.

Ada dua poin penting dalam siklus ini. Pertama, setiap siklusnya hanya
ada satu ovum matang yang dikeluarkan dari ovarium, artinya pada keadaan
normal hanya ada satu janin yang tumbuh dalam satu waktu. Kedua,
endometrium uterus dipersiapkan terlebih dahulu untuk implantasi ovum yang
telah dibuahi.

Produksi berulang dari estrogen dengan progesteron oleh ovarium


mempunyai kaitan dengan siklus endometrium pada lapisan uterus yang
bekerja melalui tahapan berikut ini :

(1) Proliferasi endometrium uterus;


(2) Perubahan sekretoris pada endometrium; dan
(3) Deskuamasi endometrium, yang dikenal sebagai menstruasi.

1. Fase Proliferasi (Fase Estrogen) Siklus Endometrium, yang Terjadi


Sebelum Ovulasi.

22
Pada permulaan setiap siklus seksual bulanan., sebagian besar
endometrium telah berdekuamasi (terkikis) akibat menstruasi. Sesudah
menstruasi hanya selapis tipis stroma endometrium yang tertinggal, dan
sel-sel epitel yang tertinggal adalah yang terletak di bagian lebih dalam
dari kelenjar yang tersisa serta pada kripta endometrium. Di bawah
pengaruh estrogen, yang disekresi dalam jumlah lebih banyak oleh
ovarium selama bagian pertama siklus ovarium, sel-sel stroma dan sel
epitel berproliferasi dengan cepat. Permukaan endometrium akan
mengalami epitelisasi kembali dalam waktu 4 sampai 7 hari sesudah
terjadinya menstruasi.

Kemudian, selama satu setengah minggu (10 hari) berikutnya


yaitu, sebelum terjadi ovulasi ketebalan endometrium sangat meningkat
karena jumlah sel stroma bertambah banyak dan karena pertumbuhan
kelenjar endometrium serta pembuluh darah baru yang progresif ke dalam
endometrium. Pada saat ovulasi, endometrium mempunyai ketebalan 3
sampai 5 milimeter.

Kelenjar endometrium, khususnya dari daerah serviks, akan


menyekresi mukus yang encer mirip benang. Benang mukus akan tersusun
di sepanjang kanalis servikalis (saluran leher rahim), membentuk saluran
yang membantu mengarahkan sperma ke arah yang tepat dari vagina
menuju ke dalam uterus.

2. Fase Sekretorik (Fase Progestasional) Siklus Endometrium, yang Terjadi


Setelah Ovulasi.

Selama sebagian besar separuh akhir siklus bulanan, setelah


ovulasi terjadi, progesteron dan estrogen bersama-sama disekresi ke dalam
jumlah yang besar oleh korpus luteum. Estrogen menyebabkan sedikit
proliferasi sel tambahan pada endometrium selama fase siklus ini,
sedangkan progesteron menyebabkan pembengkakan yang nyata dan
perkembangan sekretorik dari endometrium. Kelenjar makin berkelok-
kelok, kelebihan substansi sekresinya bertumpuk di dalam sel epitel

23
kelenjar. Selain itu, sitoplasma dari sel stroma bertambah banyak,
simpanan lipid dan glikogen sangat meningkat dalam sel stroma, dan
suplai darah ke dalam endometrium lebih lanjut akan meningkat sebanding
dengan perkembangan aktivitas sekresi, dengan pembuluh darah yang
menjadi sangat berkelok-kelok. Pada puncak fase sekretorik, sekitar 1
minggu setelah ovulasi, ketebalan endometrium sudah menjadi 5 sampai 6
milimeter.

Maksud keseluruhan dari semua perubahan endometrium ini


adalah untuk menghasilkan endometrium yang sangat sekretorik, yang
mengandung sejumlah besar cadangan nutrien yang membentuk kondisi
yang cocok untuk implantasi ovum yang sudah dibuahi selama separuh
akhir siklus bulanan. Dari saat sebuah ovum yang sudah dibuahi
memasuki kavum uteri dari tuba fallopi (yang terjadi 3 sampai 4 hari
setelah ovulasi) sampai waktu ovum berimplantasi (7 sampai 9 hari setelah
ovulasi), sekret uterus yang disebut “susu uterus” menyediakan makanan
bagi pembelahan awal ovum. Kemudian, sekali ovum berimplantasi di
dalam endometrium, sel-sel trofoblos pada permukaan blastokis yang
berimplantasi mulai mencerna endometrium dan mengabsorbsi substansi
yang disimpan endometrium, jadi menyediakan jumlah persediaan nutrisi
yang semakin besar untuk embrio yang berimplantasi.

3. Menstruasi.

Jika ovum tidak dibuahi, kira-kira 2 hari sebelum akhir siklus


bulanan, korpus luteum di ovarium tiba-tiba berinvolusi, dan hormon-
hormon ovarium (estrogen dan progesteron) menurun dengan tajam
sampai kadar sekresi yang rendah.

Menstruasi disebabkan oleh berkurangnya estrogen dan


progesteron, terutama progesteron, pada akhir siklus ovarium bulanan.
Efek pertama adalah penurunan rangsangan terhadap sel-sel endometrium
oleh kedua hormon ini, yang diikuti dengan cepat oleh involusi
endometrium sendiri menjadi kira-kira 65% dari ketebalan semula.

24
Kemudian, selama 24 jam sebelum terjadinya menstruasi, pembuluh darah
yang berkelok-kelok, yang mengarah ke lapisan mukosa endometrium.,
akan menjadi vaskospastik, mungkin disebabkan oleh efek involusi,
seperti pelepasan bahan vasokonstriktor mungkin salah satu tipe
vasokonstriktor prostaglandin yang terdapat dalam jumlah sangat banyak
pada saat ini.

Vasospasme, penurunan zat nutrisi endometrium, dan hilangnya


rangsangan hormonal menyebabkan dimulainya proses nekrosis pada
endometrium, khususnya dari pembuluh darah. Sebagai akibatnya, darah
akan merembes ke lapisan vaskular endometrium, dan daerah pendarahan
akan bertambah besar dengan cepat dalam waktu 24 sampai 36 jam.
Perlahan-lahan lapisan nekrotik bagian luar dari endometrium terlepas dari
uterus pada daerah pendarahan tersebut, sampai kira-kira 48 jam setelah
terjadinya menstruasi, semua lapisan superfisial endometrium sudah
berdeskuamasi. Masa jaringan deskuamasi dan darah di dalam kavum
uteri, ditambah efek kontraksi dari prostaglandin atau zat-zat lain di dalam
lapisan yang terdeskuamasi, seluruhnya bersama-sama akan merangsang
kontraksi uterus yang menyebabkan dikeluarkannya isi uterus. Selama
menstruasi normal, kira-kira 40 mililiter darah dan tambahan 35 ml cairan
serosa dikeluarka. Cairan menstruasi ini normalnya tidak membentuk
bekuan, karena fibrinolisin dilepaskan bersama dengan bahan nekrotik
endometrium. Bila terjadi pendarahan yang berlebihan dari permukaan
uterus, jumlah fibrinolisin mungkin tidak cukup untuk mencegah
pembekuan. Adanya bekuan darah selama menstruasi sering merupakan
bukti klinis adanya kelainan patolosi dari uterus.

Dalam waktu 4 sampai 7 hari sesudah dimulainya menstruasi,


pengeluaran darah akan berhenti, karena pada saat ini endometrium sudah
mengalami epitelisasi kembali.

Selama menstruasi, sangat banyak leukosit dikeluarkan bersama


dengan bahan nekrotik dan darah. Ada kemungkinan bahwa ada beberapa
substansi yang dilepaskan karena nekrosis endometrium merupakan

25
penyebab pengeluaran leukosit. Sebagai akibat dari pengeluaran leukosit
ini dan kemungkinan faktor yang lain juga, uterus menjadi sangat resisten
terhadap infeksi selama menstruasi. Walaupun permukaan endometrium
telanjang, ini tetaplah perlindungan yang sangat bernilai.

Pengaturan Ritme Bulanan Wanita (Hubungan Antara Hormon


Ovarium dan Hipotalamus – Hipofisis) adalah suatu mekanisme yang
menyebabkan terjadinya siklus bulanan wanita, dijelaskan dalam proses berikut:

1. Hipotalamus menyekresikan GnRH yang menyebabkan kelenjar Hipofisis


Anterior Menyekresikan LH dan FSH
Sekresi sebagian besar hormon-hormon hipofisis anterior diatur
oleh ”hormon pelepas” yang dibentuk di hipotalamus dan dibawa ke
kelenjar hipofisis anterior melalui sistem porta hipotalamus-hipofisis. Bila
menyangkut gonadotropin, ada satu faktor pelepas yang penting, yaitu
GnRH (Gonadotropin Realising Hormone)
a. Sekresi GnRH yang Intermiten dan Pulsatill oleh Hipotalamus
Merangsang Pelepasan LH yang Pullsatil dari Kelenjar Hipofisis
Anterior.

Penelitian menunjukkan bahwa hipotalamus tidak


menyekresikan GnRH secara terus menerus tetapi sebaliknya
menyekresikan GnRH secara pullsatil selama 5 sampai 25 menit
yang terjadi setiap 1 dampai 2 jam.

Yang menarik perhatian kita adalah saat GnRH diinfus


secara terus menerus supaya GnRH terdapat sepanjang waktu, jadi
tidak secara pullsatil, maka kemampuan GnRH dalam
menyebabkan pelepasan LH dan FSH oleh kelenjar hipofisis
anterir akan hilang. Oleh karena itu, untuk alasan yang tidak
diketahui, sifat asli pelepasan GnRH dengan cara pulsatil bersifat
penting untuk fungsi GnRH sendiri.

Pelepasan GnRH dengan cara pulsatil menyebabkan


pengeluaran sekresi LH secara intermiten setiap 90 menit.

26
b. Pusat Hipotalamus untuk Pelepasan GnRH.

Aktivitas syaraf yang meyebabkan pelepasan GnRH dengan


cara pulsatil terutama terjadi di dalam hipotalamus mediobasal,
khususnya di nukleus arkuatus daerah ini. Oleh karena itu, diyakini
bahwa nukleus arkuatus mengatur sebagian besar aktivitas seksual
wanita, walaupun saraf-saraf yang teletak di daerah preoptik
hipotalamus anterior juga menyekresikan GnRH dalam jumlah
yang cukup. Banyak pusat saraf dalam sistem “limbik” otak
(sistem untuk mengatur psikis) mengantarkan sinyal ke dalam
mukleus arkuatus untuk memodifikasi intesitas pelepasan GnRH
dan frekuensi pulsasi, sehingga menyediakan suatu penjelasan
parsial menegnai mengapa faktor-faktor psikis sering memodifikasi
fungsi seksual wanita.

2. Efek Umpan Balik Negatif Estrogen dan Progesteron dalam Menurunkan


Sekresi LH dan FSH

Dalam jumlah yang kecil, estrogen mempunyai efek yang kuat


untuk menghambat produksi LH dan FSH. Selain itu, bila terdapat
progesteron, efek penghambatan dari estrogen akan berlipat-ganda,
walaupun progesteron sendiri hanya mempunyai efek yang kecil.

Efek umpan balik ini kelihatannya terutama bekerja pada kelenjar


hipofisis anterior secara langsung namun efek tersebut juga bekerja sedikit
pada hipotalamus untuk menurunkan sekresi GnRH, terutama dengan
mengubah frekuensi pulsasi GnRH.

27
28
a. Hormon Inhibin dari Korpus Luteum Menghambat Sekresi FSH
dan LH

Selain dari efek umpan balik oleh estrogen dan progesteron,


terdapat hormon lain yang kelihatannya ikut berperan, khususnya
inhibin yang disekresikan bersama dengan hormon seks steroid
oleh sel-sel granulosa dari korpus luteum ovarium dengan cara
yangg sama seperti sel-sel sertoli menyekresikan hormon inhibin
pada testis pria. Hormon tersebut mempunyai efek yang sama pada
wanita seperti halnya pada pria – menghambat sekresi FSH dan
sedikit menghambat LH lewat kelenjar hipofisis anterior. Oleh
karena itu, diyakini bahwa hormon inhibin mungkin cukup penting
dalam menyebabkan berkurangnya sekresi FSH dan LH pada akhir
siklus bulanan seksual wanita.

3. Efek Umpan Balik Positif Estrogen sebelum Ovulasi – Lonjakan LH


Praovulasi

Dengan alasan yang masih belum diketahui seluruhnya, kelenjar


hipofisis anterior dapat menyekresi jumlah LH yang sangat meningkat
selama 1 sampai 2 hari mulai 24 sampai 48 jam sebelum ovulasi.

Ekperimen telah menunjukkan bahwa pemberian infus estrogen


pada wanita di atas kecepatan kritis selama 2 sampai 3 hari selama bagian
terakhir paruh pertama siklus ovarium, akan menyebabkan makin cepatnya
pertumbuhan folikel ovarium, demikian juga semakin cepatnya sekresi
estrogen dari ovarium. Selama periode ini, baik sekresi FSH dan LH oleh
kelenjar hipofisis anterior mula-mula sedikit tertekan. Kemudian secara
mendadak sekresi LH meningkat menjadi 6x lipat – 8x lipat, dan sekresi
FSH meningkat kira-kira 2x lipat. Peningkatan sekresi LH yang sangat
besar ini menyebabkan ovulasi.

Penyebab kenaikan yang mendadak ini dari sekresi LH masih


belum diketahui. Akan tetapi, beberapa penjelasan yang mungkin adalah
sebagai berikut :

29
1) Diperkirakan bahwa estrogen pada saat siklus ini mempunyai efek umpan-
balik positif khusus untuk merangsang sekresi LH demikian juga sedikit
merangsang FSH; ini sangat berbeda dengan efek umpan-balik negatif
yang normal, yang berlangsung selama sisa siklus bulanan wanita.
2) Sel-sel granulosa dari folikel mulai menyekresi progesteron dalam jumlah
sedikit tetapi meningkat, sehari atau bebarapa hari sebelum terjadi
lonjakan LH praovulasi, dan sudah diperkirakan bahwa hal ini merupakan
faktor yang merangsang kelebihan sekresi LH.

Tanpa lonjakan LH praovulasi yang normal ini, tidak akan terjadi


ovulasi.

Osilasi Umpan Balik Sistem Hipotalamus-Hipofisis-Ovarium. Berbeda dengan


hubungan berbagai komponen sistem hormon wanita yang berbeda yang telah
dibahas sebelumnya, osilasi adalah semacam umpan balik negatif yang
mengontrol ritme siklus seksual wanita. Osilasi umpan balik bekerja pada tiga
peristiwa yaitu :

1. Sekresi Hormon Ovarium Pascaovulasi, dan Depresi Gonadotropin


Hipofisis.

Selama terjadinya fase pascaovulasi-antara ovulasi dan dimulainya


menstruasi, korpus luteum menyekresi sejumlah besar progesteron dan
estrogen, demikian juga inhibin (suatu hormon protein yang diproduksi
oleh sel-sel granulosa dalam folikel ovarium yang secara selektif
menghambat pelepasan FSH, dari hipofisis anterior membantu dalam
mengatur FSH . Bearden, 1984)

Semua hormon ini bersama-sama memberikan efek umpan balik


negatif terhadap kelenjar hipofisis anterior dan hipotalamus sehingga
menyebabkan penekanan FSH dan LH, dan mengurangi hormon ini
sampai kadar terendah, kira-kira 3 sampai 4 hari sebelum timbulnya
menstruasi.

2. Fase Pertumbuhan Folikel

30
Dua sampai tiga hari sebelum menstruasi, korpus luteum akan
mengalami regresi sampai hampir berinvolusi secara menyeluruh, dan
sekresi estrogen, progesteron, serta inhibin dari korpus luteum berkurang
menjadi sangat rendah. Hal ini akan melepaskan hipotalamus dan hipofisis
anterior dari efek umpan balik negatif hormon-hormon tersebut. Oleh
karena itu, satu hari atau lebih waktu dimulaiya menstruasi, sekresi FSH
oleh hipofisis mulai meningkat kembali sebanyak dua kali lipat,
selanjutnya beberapa hari setelah dimulainya menstruasi, sekresi LH juga
sedikit meningkat. Hormon-hormon ini merangsang pertumbuhan volikel
ovarium yang baru dan meningkatkan secara progresif sekresi estrogen
kira-kira 12,5 sampai 13 hari sesudah dimulainya siklus bulanan seksual
wanita yang baru. Selama 11-12 hari pertama dari pertumbuhan folikel ini
laju kecepatan sekresi gonadotropin, FSH dan LH akan berkurang sedikit
akibat efek umpan balik negatif terutama dari estrogen, pada kelenjar
hipofisis anterior. Kemudian, secara tiba-tiba terjadi peningkatan FSH. Ini
adalah lonjakan FSH dan LH pascaovulasi yang akan diikuti oleh ovulasi.
3. Lonjakan LH dan FSH Praovulasi Menyebabkan Terjadinya Ovulasi
Kurang lebih 11,5 sampai 12 hari sesudah mulainya siklus bulanan,
penurunan jumlah sekresi FSH dan LH terhenti secara mendadak.
Diperkirakan bahwa kadar estrogen yang tinggi pada saat ini ( atau
dimulainya sekresi progesteron oleh folikel ) mengakibatkan efek
perangsangan uman balik positif pada hipofisis anterior, seperti yang
sudah dijelaskan di atas, yang menyebabkan terjadinya ovulasi dan
perkembangan serta sekresi lebih lanjut oleh korpus luteum. Jadi, sistem
hormonal akan memulai putaran sekresinya yang baru sampai saat ovulasi
yang berikutnya.

Wanita mengalami masa subur dalam suklus seksualnya karena


ovum akan tetap hidup dan mampu dibuahi sesudah dikeluarkan dari
ovarium mungkin tidak lebih dari 24 jam. Oleh karena itu, sperma harus
segera tersedia sesudah ovulasi agar dapat terjadi pembuahan. Beberapa
sperma dapat tetap subur di dalam saluran reproduksi wanita sampai 5
hari. Oleh karen itu, agar terjadi pembuahan, hubungan kelamin harus

31
dilangsungkan pada beberapa waktu antara 4 sampai 5 hari sebelum
ovulasi dan sampai beberapa jam sesudah ovulasi. Jadi, periode kesuburan
wanita setiap bulan termasuk singkat, sekitar 4 sampai 5 hari.

E. Kelainan Sekresi Hormon Ovarium


1. Hipogonadisme
Hipogonadinisme adalah suatu kondisi ketika hormon seksual
yang dihasilkan oleh kelenjar seksual (pada pria disebut testis dan
pada wanita disebut ovarium) berada di bawah jumlah normal.
Jumlah sekresi ovarium yang kurang dari normal dapat terjadi
karena ovarium yang terbentuk kurang sempurna, tidak terbentuk
ovarium, atau abnormalitas ovarium secara genetik yang
menyekresi hormon-hormon yang keliru karena tidak adanya
enzim di dalam sel-sel sekretoriknya. Jika sejak lahir tidak ada
ovarium atau menjadi tidak berfungsi sebelum pubertas, akan
terjadi eunukisme wanita. Pada kondisi ini, karakteristik seksual
sekunder yang biasanya tidak muncul, dan organ seksual akan tetap
infantil. Tanda khusus dari kondisi ini adalah pertumbuhan tulang
panjang yang lebih lama karena epifisis tidak bergabung dengan
batang tulang pada saat seperti yang terjadi pada wanita remaja
normal. Akibatnya, wanita eunuch pada dasarnya sama tinggi atau
lebih tinggi dari pasangan pria yang mempunyai latar belakang
genetik sama.

Apabila ovarium dari seorang wanita yang sudah berkembang


biak sempurna di angkat, organ-organ kelamin beregresi sampai
batas tertentu sehingga uterus menjadi hampir infantil ukurannya,
vagina menjadi tipis dan mudah rusak. Payudara menjadi atrofi dan
menjadi menggantung, dan rambut pubis menjadi lebih tipis.
Perubahan semacam ini juga terjadi pada wanita sesudah
menopause.

2. Menstruasi Tidak Teratur, dan Amenore Akibat Hipogenesis.

32
Saat menopause, jumlah estrogen yang diproduksi ovarium harus
meningkat di atas lritis agar dapat menciptakan sikulus seksual yang
ritmis. Akibatnya, pada hipogonadisme atau apabila gonad menyekresi
sejumlah kecil estrogen akibat faktor-faktor lain, seperti
hipotiroidisme, siklus ovarium sering tidak berlangsung normal.
Sebaliknya, menstruasi mungkin tidak datang selama beberapa bulan,
atau menstruasi terhenti sama sekali (amenore). Siklus ovarium yang
memanjang, yang berhubungan dengan kegagalan ovulasi, mungkin
disebabkan oleh insufisiensi sekresi LH pada waktu lonjakan LH
praovulasi yang diperlukan untuk ovulasi.

3. Hipersekresi Ovarium

Hipersekresi hormon ovarium yang ekstrem oleh ovarium adalah


suatu keadaan klinis yang langka, karena sekresi estrogen yang
berlebihan secara otomatis akan menurunkan produksi gonadotropin
oleh hipofisis, dan membatasi produksi hormon-hormon wanita
biasanya hanya terdeksi secara klinis apabila tumor kurang
berkembang. Tumor sel granulosa yang jarang dapat berkembang
dalam sebuah ovarium, terjadi lebih sering sesudah monopause
daripada sebelumnya.tumor-tumor ini menyekresi sejumlah besar
estrogen yang memberi efek estrogenik yang biasa termausk hipertrofi
endometrium. Pada kenyataanya perndarahan sering menjadi petunjuk
pertama bahkan satu-satunya keberadaan tumor tersebut.

33

Anda mungkin juga menyukai