PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
a. Mengetahui cara kerja hormon aldosteron, sistem renin angiotensin
aldosteron, dan vasopresin.
b. Mengetahui hubungan hormon aldosteron, sistem renin angiotensin
aldosteron, dan vasopresin.
c. Mengetahui hormon aldosteron, sistem renin angiotensin aldosteron, dan
vasopresin.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Sintesis Hormon Aldosteron
1. terjadi di zona glomerulosa
2. pregnenolon diubah menjadi progesteron oleh 2 enzim yaitu 3β-
hidroksisteroid
3. dehidrogenase (3β-OHSD) dan ∆5,4 isomerase.
4. progesteron mengalami hidroksilasi membentuk 11-
deoksikortikosteron (DOC) yang merupakan mineralokortikoid aktif
(yang menahan ion Na+)
5. terjadi hidroksilasi berikutnya membentuk kortikosteron yang
mempunyai aktivitas glukokortikoid dan merupakan mineralokortikoid
lemah.
6. Kortikosteron diubah menjadi 18-hidroksikortikosteron dengan
bantuan enzim 18-hidroksilase (aldosteron sintase)
7. 18-hidroksikortikosteron diubah menjadi aldosteron (konversi 18-
alkohol menjadi aldehid)
4
5
Transport Plasma Hormon Aldosteron
Aldosteron tidak memiliki protein pengikat spesifik dalam plasma tapi
membentuk suatu ikatan yang lemah dengan albumin. Kortikosteron dan 11-
deoksikortikosteron, yaitu hormon steroid lainnya dengan efek
mineralokortikoid, terikat pada CBG.
6
7
Pengaturan Sintesis Hormon Aldosteron
8
Stimulator Renin Inhibitor Renin
tekanan darah turun tekanan darah naik
perubahan posisi dari
berbaring perubahan posisi dari tegak
ke tegak ke berbaring
deplesi garam konsumsi garam
preparat β-adrenergik antagonis β-adrenergik
prostaglandin inhibitor prostaglandin
kalium
vasopresin (ADH)
angiotensin II
9
Sumber : Sherwood, Lauralee. 2016. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem
10
berperan dalam menambah volume plasma dan
meningkatkan tekanan arteri.
11
12
Patofisiologi Hormon Aldosteron
Kelebihan
Terjadi aldosteronisme primer (sindrom Conn), yaitu manifestasi
klasik mencakup gejala hipertensi, hipokalemia, hipernatremia,
dan alkalosis. Kadar renin dan angiotensin II dalam plasma
disupresi
Aldosteronisme sekunder menyerupai aldosteronisme primer,
kecuali pada kenaikan kadar renin dan angiotensin II. Terjadi
ketika ada stenosis srteri renalis disertai penurunan tekanan
perfusi dapat menimbulkan hiperplasia serta hiperfungsi sel
jukstaglomerular, meyebabkan naiknya kadar renin dan
angiotensin II.
Kekurangan (tanpa hormone aldosteron)
Tidak terjadi reabsorpsi kecil Na+ dependen-aldosteron di segmen
distal tubulus. Malahan, Na+ yang tidak direabsorpsi ini kemudian
keluar bersama urine. Tanpa aldosterone, pengeluaran terus-
menerus sebagian kecil Na+ yang terfiltrasi ini dapat dengan cepat
mengeluarkan kelebihan Na+ dari tubuh.
13
H2O ketika CES terlalu pekat (yaitu, hipertonik) dan H2O harus
dipertahankan dalam tubuh dan dihambat oleh kelebihan H2O ketika CES
terlalu encer (yaitu, hipotonik) dan kelebihan H2O harus dikeluarkan
melalui urin.
Diuretik adalah agen yang meningkatkan tingkat urin formasi. Hormon
antidiuretik mengikat reseptor pada sel-sel di saluran pengumpul ginjal dan
mempromosikan reabsorpsi air kembali ke dalam sirkulasi. Dalam absense
dari antidiuretik hormon, saluran pengumpul yang hampir impermeabel
terhadap air mengalir keluar sebagai urin.
Hormon antidiuretik merangsang reabsorpsi air dengan aquaporins ke
dalam membran tubulus ginjal. Transportasi saluran terlarut air bebas
melalui sel-sel tubular dan kembali ke dalam darah yang menyebabkan
penurunan dalam plasma osmolaritas dan osmolaritas meningkatkan urin.
Efek pada Sistem Vaskular pada banyak spesies, konsenterasi tinggi
hormon antidiuretik menyebabkan penyempitan luas dari arteiol yang
menyebabkan tekanan arteri meningkat.
14
gradien osmotik menembus membrane basolateral untuk masuk ke caira
interstisium. Akuaporin di membran basolateral tubulus distal dan
koligentes (AQP-3 dan AQP-4) selalu ada dan terbuka, sehingga membran
ini selalu permeabel terdahap H2O. Dengan memungkinkan lebih banyak
H2O merembes dari lumen ke dalam sel tubulus, saluran-saluran luminal
yang diatur oleh vasopresin ini meningkatkan reabsorpsi H2O dari filtrat ke
cairan interstisium. Respons tubulus terhadap vasopresin bersifat
berjenjang: semakin banyak terdapat vasopresin, semakin banyak saluran
air luminal disisipkan, dan semakin besar permeabilitas tubulus distal dan
koligentes terhadap H2O. Namun, meningkatkan saluran air membran
luminal tidak permanen. Saluran diambil kembali ketika sekresi vasopresin
berkurang dan aktivitas cAMP juga berkurang. Karena itu, permeabilitas
H2O berkurang ketika sekresi vasopresin berkurang. Saluran H2O ini
disimpan di dalam vesikel internal, siap untuk disisipkan kembali pada
membrane luminal ketika sekresi vasopresin meningkat lagi. Perpindahan
AQP-2 ke dalam dan keluar membran luminal di bawah kontrol vasopresin
menyediakan cara untuk mengontrol permeabilitas H2O secara cepat di
tubulus distal dan koligentes, bergantung pada kebutuhan tubuh sesaat.
Vasopresin memengaruhi permebilitias H2O hanya di tubulus distal
dan duktus koligentes. Hormon ini tidak memiliki pengaruh pada 80%
H2O yang difiltrasi dan direabsorpsi tanpa kontrol di tubulus proksimal dan
ansa Henle. Pars aseden ansa Henle selalu impermeabel terhadap H2O
bahkan dengan keberadaan vasopresin.
15
Skema Mekanisme Kerja Vasopresin
16
Patofisiologi Hormon Antidiuretik
Kelebihan ADH
Sering kali terjadi akibat peningkatan pembentukan ADH di hipotalamus,
misalnya karena stress. Selain itu, ADH dapat dibentuk secara ektopik pada
tumor (terutama small cellcarsinoma bronchus) atau penyakit paru. Hal ini
menyebabkan penurunan eksresi air (oligouria). Konsenterasi kompenen
urin yang sukar larut dalam jumlah bermakna dapat menyebabkan
pembentukan batu ginjal (urolitiasis). Pada waktu yang bersamaan terjadi
penurunan osmolaritas ekstrasel (hiperhidrasi hipotonik) sehingga terjadi
pembengkakan sel. Hal ini terutama berbahaya jika menyebabkan edema
serebri.
Kekurangan ADH
Terjadi jika pelepasan ADH berkurang seperti pada diabetes insipidus
sentralis yang diturunkan secara genetik, pada kerusakan neuron, misal
oleh penyakit autoimun atau trauma kelenjar hipofisis lainnya. Penyebab
eksogen lainnya termasuk alkohol atau pajanan terhadap dingin. Di sisi
lain, ADH mungkin gagal mempengaruhi ginjal. Bahkan jika jumlah yang
diekresikan normal, misal pada kerusakan kanal air atau jika kemampuan
pemekatan ginjal terganggu seperti pada defisiensi K+, kelebihan Ca2+
atau inflamasi medula ginjal. Penurunan pelepasan ADH atau efek yang
timbul akibat pengeluaran urin yang kurang pekat dalam jumlah besar dan
dehidrasi hipertonik menyebabkan penyusutan sel. Pasien akan dipaksa
mengkompensasi kehilangan air melalui ginjal dengan meminum banyak
air (polydipsia). Jika osmoreseptor di hipotalamus rusak, defisiensi ADH
akan disertasi dengan hipodipsia dan dehidrasi hipertonik akan menjadi
sangat nyata.
17
Fungsi Fisiologis ADH
18
interstisial ginjal. Kemudian air diabsorpsi dari tubulus dan duktus
koligentes dengan cara osmosis.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hormon merupakan zat kimia yang terbentuk dalam satu organ atau bagian
tubuh dan di bawa darah ke organ atau bagian di mana mereka menghasilkan efek
fungsional. Hormon Aldosteron dan Hormon ADH atau vasopresin, keduanya
mempunyai keterkaitan khususnya dalam sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron
(RAA). Ketika angiotensin II dapat mensekresi korteks adrenal untuk
menghasilakn hormonaldosteron dan juga dapat merangsang pembentukan
hormon ADH atau vasopresin yang pada akhirnya memiliki kesamaan tujuan
yaitu untuk menghemat pengeluaran H2O yang nantinya akan memperbaiki
kenaikan jumlah NaCl atau volume CES dan tekanan darah arteri.
3.2 Saran
Dengan mengetahui peranan dan cara kerja hormon aldosteron, sistem renin
angitensin aldosteron, dan hormon antidiuretik, diharapkan pembaca dapat
menjaga kesehatan ginjal dengan banyak meminum air putih, mengurangi
konsumsi obat-obatan, dan banyak berolahraga. Supaya hormon aldosteron,
sistem renin angiotensis aldosteron, dan hormon antidiuretik dapat menjalankan
fungsinya dengan baik.
20
DAFTAR PUSTAKA
Sherwood, Lauralee. 2002. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Jakarta : EGC
http://blogs.unpad.ac.id/isnanto/files/2010/04/HORMON-KORTEKS-
ADRENAL.pdf diakses pada tanggal 2 September 2016 Pukul 14.14 WIB
https://www.academia.edu/6768332/Fisiologi_Hormon_antidiuretik_ADH diakses
pada tanggal 2 September 2016 Pukul 14.23 WIB
21