Anda di halaman 1dari 11

Skenario 3

Supervisi
1. Definsi Supervisi
➢ Supervisi berasal dari kata super (bahasa Latin yang berarti di atas) dan videre (bahasa Latin
yang berarti melihat). Supervisi berarti “melihat dari atas” (Suarli & Bahtiar, 2009). Secara
umum yang dimaksud dengan supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan
berkala oleh “atasan” terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh “bawahan” untuk
kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat
langsung guna mengatasinya (Triwibowo, 2013; Suarli & Bahtiar, 2009).

➢ Supervisi keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara
berkesinambungan oleh supervisor mencakup masalah pelayanan keperawatan, masalah
ketenagaan dan peralatan agar pasien mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat
(Depkes, 2000 dalam Nursalam, 2012).

➢ Supervisi meliputi segala bantuan dari pemimpin/penanggung jawab kepada perawat yang
ditujukan untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam mencapai tujuan
asuhan keperawatan. Kegiatan supervisi ini merupakan dorongan bimbingan dan
kesempatan bagi pertumbuhan dan perkembangan keahlian dan kecakapan para perawat
(Suyanto, 2009).

➢ Pitman (2011) mendefinisikan supervisi sebagai suatu kegiatan yang digunakan untuk
menfasilitasi refleksi yang lebih mendalam dari praktek yang sudah dilakukan, refleksi ini
memungkinkan staf mencapai, mempertahankan, dan kreatif dalam menigkatkan kualitas
pemberian asuhan keperawatan melalui sarana pendukung yang ada.

➢ Supervisi menurut Rowe, dkk (2007) adalah kegiatan yang menjadi tanggung jawab manajer
untuk memberikan dukungan, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta nilai-
nilai kelompok, individu atau tim.

➢ Supervisi merupakan kegiatan professional yang dilakukan untuk pengembangan


pengetahuan dan keterampilan yang saling membantu melalui proses pembelajaran sesuai
dengan tanggung jawab dalam tindakan praktek (NHS, 2012).

➢ Supervisi adalah suatu strategi tata kelola untuk meningkatkan kemampuan praktisi baik dari
kualitas maupun kompetensi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan (Dawson, Phillips dan Leggat, 2012).

➢ Supervisi memungkinkan seorang manajer keperawatan dapat menemukan berbagai


kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruang yang bersangkutan
melalui analisis secara komprehensif bersama-sama dengan anggota perawat secara efektif
dan efisien. Kegiatan supervisi seharusnya meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan
keperawatan yang menjadi fokus dan tujuan utama, bukan malah menyibukkan diri mencari
kesalahan atau penyimpangan (Arwani & Supriyatno, 2006).

➢ Supervisi secara langsung memungkinkan manajer keperawatan menemukan berbagai


hambatan ataupun permasalahan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruang
perawatan (Suyanto, 2008).

-Created by NMH & NRA-


➢ Frimpong, Helleringer, Williams, Yeji dan Phillips (2011), menunjukkan bahwa kegiatan
supervisi dapat meningkatkan produktivitas kerja perawat. Supervisees (penerima supervisi)
yang mendapatkan dukungan dari supervisor (pelaksana supervisi) menunjukkan bahwa
produktivitas kerjanya lebih tinggi dari pada yang tidak mendapat dukungan dari supervisor.

Frekuensi Pelaksanaan Supervisi


➢ Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berkala. Supervisi yang dilakukan hanya
sekali dapat dikatakan bukan supervisi yang baik, karena organisasi/lingkungan selalu
berkembang (Suarli & Bahtiar, 2009).

➢ Tidak ada pedoman yang pasti mengenai berapa kali supervisi harus dilakukan. Hal yang
digunakan sebagai pegangan umum, supervisi biasanya bergantung dari derajat kesulitan
pekerjaan yang dilakukan, serta sifat penyesuaian yang akan dilakukan. Jika derajat
kesulitannya tinggi serta sifat penyesuaiannya mendasar, maka supervisi harus lebih sering
dilakukan (Azwar, 2010; Suarli & Bahtiar, 2009).

2. Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Supervisi


➢ Tujuan Supervisi :
✓ Mengorganisasikan staf dan pelaksanan keperawatan
✓ Melatih staf dan pelaksana keperawatan
✓ Memberikan arahan dalam pelaksanaan tugasnya agar menyadari dan mengerti
terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan
✓ Memberikan layanan kemampuan staf dan pelaksana keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan.

➢ Bush (2005), mengemukaan bahwa ada tiga fungsi utama supervise yaitu:
✓ Fungsi formatif, meliputi proses edukatif untuk mengembangkan keterampilan
✓ Fungsi restorative, yaitu memberikan dukungan professional yang terus-menerus
untuk mengurangi stress dan kelelahan
✓ Fungsi normative, meliputi fungsi manajerial untuk perbaikan, peningkatan dan
pengendalian kualitas praktek profesional pelayanan keperawatan.

➢ Manfaat dan tujuan supervisi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (Azwar, 2010;
Suarli & Bahtiar, 2009):
✓ Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas kerja ini erat
hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta
makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan
bawahan.
✓ Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi kerja ini erat
kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga
pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia dapat dicegah.

-Created by NMH & NRA-


➢ Pitman (2011) manfaat supervisi terdiri atas :
✓ Manfaat bagi perawat pelaksana
• Timbul perasaan dihargai dan dapat meningkatkan rasa percaya diri.
• Supervisi mendorong praktek keperawatan yang aman dan mencerminkan
pelayanan perawatan pada pasien, hal ini dapat meningkatkan kepuasan kerja
perawat.
• Meningkatkan pengembangan priadi dan profesional, supervisi yang dilakukan
secara keseluruhan dan terus menerus dapat meningkatkan profesionalisme dan
pengembangan pribadi serta komitmen untuk belajar secara terus-menerus.
• Perasaan diberdayakan dan difasilitasi untuk bertanggug jawab atas pekerjaan
mereka dan keputusan-keputusan yang diambil (Allen and Armorel, 2010; Pitman,
2011).

✓ Manfaat bagi manajer


• Tantangan bagi manajer untuk menfasilitasi staf dalam mengembangkan diri dan
meningkatkan profesionalisme, sehingga kualitas pelayanan yang bermutu dapat
tercapai.
• Meningkatkan kualitas dan keamanan pasien Tujuan yang paling penting dari
supervisi adalah meningkatkan kualitas dari pelayanan dan keamanan pasien.
Supervisi memegang peranan utama dalam mendukung pelayanan yang bermutu
melalui jaminan kualitas, manajemen resiko, dan manajemen kinerja

3. Sasaran, Komponen, Karakteristik, Prinsip Supervisi


➢ Prinsip pokok supervisi secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut (Suarli & Bahtiar,
2009):
✓ Tujuan utama supervisi ialah untuk lebih meningkatkan kinerja bawahan, bukan untuk
mencari kesalahan. Peningkatan kinerja ini dilakukan dengan melakukan pengamatan
langsung terhadap pekerjaan bawahan, untuk kemudian apabila ditemukan masalah,
segera diberikan petunjuk atau bantuan untuk mengatasinya
✓ Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat supervisi harus edukatif dan
suportif, bukan otoriter
✓ Supervisi harus dilakukan secara teratur atau berkala. Supervisi yang hanya dilakukan
sekali bukan supervisi yang baik
✓ Supervisi harus dapat dilaksanakan sedemikan rupa sehingga terjalin kerja sama yang
baik antara atasan dan bawahan
✓ Strategi dan tata cara supervisi yang akan dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan
masing-masing bawahan secara individu
✓ Supervisi harus dilaksanakan secara fleksibel dan selalu disesuaikan dengan
perkembangan.

➢ Menurut Keliat (1993) :


✓ Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi RS.
✓ Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan hubungan antar
manusia, kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan.
✓ Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas dan terorganisir dan dinyatakan melalui
petunjuk, peraturan dan kebijakan dan uraian tugas standar.
✓ Supervisi adalah proses kerjasama yang demokratis antara supervisor dan perawat
pelaksana.

-Created by NMH & NRA-


✓ Supervisi menggunakan proses manajemen termasuk menerapkan misi, falsafah, tujuan
dan rencana yang spesifik untuk mencapai tujuan.
✓ Supervisi menciptakan lingkungan yang mendukung komunikasi efektif, merangsang
kreativitas dan motivasi.

4. Jenis atau Klasifikasi dan Model Supervisi


Beberapa model supervisi dapat diterapkan dalam kegiatan supervisi antara lain (Suyanto, 2009):
➢ Model Konvensional
Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk menemukan masalah dan
kesalahan dalam pemberian asuahan keperawatan. Supervisi dilakukan untuk mengoreksi
kesalahan dan memata-matai staf dalam mengerjakan tugas. Model ini sering tidak adil
karena hanya melihat sisi negatif dari pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan perawat
pelaksana sehingga sulit terungkap sisi positif, hal yang baik ataupun keberhasilan yang telah
dilakukan (Suyanto, 2009).

➢ Model Ilmiah
Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan sehingga tidak hanya
mencari kesalahan atau masalah saja. Oleh karena itu, supervisi yang dilakukan dengan
model ini memilki karasteristik yaitu: dilakukan secara berkesinambungan, dengan prosedur,
instrumen dan standar supervisi yang baku, menggunakan data yang objektif sehingga dapat
diberikan umpan balik dan bimbingan (Suyanto, 2009).

➢ Model Klinis
Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana dalam
mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan kinerjanya dalam pemberian
asuahn keperawatan meningkat. Supervisi dilakukan secara sistematis melalui pengamatan
pelayanan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya dibandingkan
dengan standar keperawatan (Suyanto, 2009).

➢ Model Artistik
Supervisi model artistik dilakukan dengan pendekatan personal untuk menciptakan rasa
aman sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat pelaksana yang disupervisi. Sehingga
akan tercipta hubungan saling percaya sehingga hubungan antara perawat dan supervisor
akan terbuka dam mempermudah proses supervisi (Suyanto, 2009).

Menurut Sudaryanto (2008) menyatakan model-model supervisi terdiri dari :


➢ Model Development
✓ Diperkenalkan Dixon pada rumah sakit mental dan southern cost addiction technology
transfer center tahun 1998
✓ Bertujuan agar pasien yang dirawat mengalami proses developmental yang lebih baik.
✓ Menjadi tugas utama perawat.
✓ Supervisor diberikan kewenangan untuk membimbing perawat dengan 3 cara yaitu :
• Change agent seperti supervisor membimbing perawat menjadi agen perubahan,
ditransfer kepada pasien
• Counselor seperti supervisor membimbing, 24 mengajarkan kepada perawat yang
berkaitan dengan tugas rutin perawat.
• Teaching seperti supervisor mengenalkan dan mempraktikkan nursing practice
yang sesuai dengan tugas perawat.

-Created by NMH & NRA-


➢ Model Academic
✓ Farington di Royal College of Nursing UK (1995)
✓ Untuk membagi pengalaman supervisor kepada para perawat sehingga ada proses
pengembangan kemampuan professional yang berkelanjutan (CPD; continuing
professional development).
✓ supervisi klinik merupakan proses formal dari perawat professional (RN’s) untuk
support dan learning sehingga pengetahuan dan kompetensi perawat dapat
dipertanggungjawabkan sehingga pasien mendapatkan perlindungan dan merasa aman
selama menjalani perawatan
✓ Dalam model academic proses supervisi klinik meliputi 3 kegiatan yaitu kegiatan
educative, supportive dan managerial.
• Kegiatan Educative
- Mengajarkan ketrampilan dan kemampuan
- Membangun pemahaman tentang reaksi dan refleksi dari setiap intervensi
keperawatan
- Supervisor melatih perawat untuk mengexplore strategi, teknik-teknik lain
dalam bekerja

• Kegiatan Supportive
- Melatih perawat ‘menggali’ emosi ketika bekerja

• Kegiatan Managerial
- Melibatkan perawat dalam peningkatkan ‘standar’/ SOP

➢ Model Experimental
✓ Diperkenalkan Milne dan James di Newcastle University UK dan Department of Health
US tahun 2005
✓ Adopsi penelitian Milne, Aylott dan Fitzpatrick.
✓ Bentuk kegiatan supervisi klinik keperawatan:
• Training
- Supervisor mengajarkan teknik-teknik keperawatan tertentu
- Training biasanya dilakukan secara berjenjang kepada setiap perawat,

• Mentoring
- Supervisor sebagai penasihat berkaitan dengan masalah rutin sehari-hari
- Kegiatan ini lebih mirip kegiatan supportive dalam model academic.

➢ Model 4S
✓ Diperkenalkan oleh Page dan Wosket dari hasil penelitian di Greater Manchester UK
dan New York tahun 1995.
✓ Model supervisor ini dikembangkan dengan 4 strategi yaitu structure, skills, support dan
sustainability.
• Structure, dilakukan perawat RN’s dalam pengkajian dan asuhan pasien (sekitar 6-
8 orang), bertujuan untuk mengembangkan pengalaman perawat dalam hal
konsultasi, fasilitasi dan assisting.
• Skills, dilakukan supervisor untuk meningkatkan ketrampilan praktis
• Support, dilakukan dengan tujuan untuk sharing
• Sustainability/ keberlanjutan, bertujuan untuk tetap mempertahankan
pengalaman, ketrampilan, nilai-nilai yang telah dianut perawat.

-Created by NMH & NRA-


5. Teknik dan Langkah Supervisi
➢ Langsung
Menurut Nursalam (2015) pengamatan yang langsung dilaksanakan supervisi dan harus
memperhatikan hal berikut:
✓ Sasaran Pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya dapat menimbulkan kebingungan.
Untuk mencegah keadaan ini, maka pengamatan langsung ditujukan pada sesuatu yang
bersifat pokok dan strategis saja (selective supervision).

✓ Objektifitas Pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak berstandarisasi dapat menganggu objektifitas. Untuk
mencegah keadaan seperti ini maka diperlukan suatu daftar isian atau check list yang
telah dipersiapkan.

✓ Pendekatan Pengamatan
Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak kesan negatif, misal rasa
takut, tidak senang, atau kesan menganggu pekerjaan. Dianjurkan pendekatan
pengamatan dilakukan secara edukatif dan suportif, bukan kekuasaan atau otoriter.

Teknik supervisi dimana supervisor berpartisipasi langsung dalam melakukan supervisi.


Kelebihan dari teknik ini pengarahan dan petunjuk dari supervisor tidak dirasakan
sebagai suatu perintah, selain itu umpan balik dan perbaikan dapat dilakukan langsung
saat ditemukan adanya penyimpangan (Suarli dan Bahtiar, 2009).

➢ Tidak Langsung
Teknik supervisi yang dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan sehingga
supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan (Suarli dan Bahtiar, 2009).

Teknik pokok supervisi pada dasarnya identik dengan teknik penyelesaian masalah (Azwar, 2010;
Suarli & Bahtiar, 2009):
➢ Pengamatan Langsung
Pengamatan langsung harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan yaitu:
✓ Sasaran Pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya dapat menimbulkan kebingungan,
dan untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pada pengamatan langsung perlu
ditetapkan sasaran pengamatan, yakni hanya ditujukan pada sesuatu yang bersifat
pokok dan strategis saja (selective supervision) (Azwar, 2010; Suarli & Bahtiar, 2009).

✓ Objektivitas Pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak terstandardisasi dapat menggangu objektivitas.
Mencegah keadaan yang seperti ini, maka pengamatan langsung perlu dibantu dengan
dengan suatu daftar isi yang telah dipersiapkan.

✓ Pendekatan Pengamatan
Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak dan kesan negatif,
misalnya rasa takut dan tidak senang, atau kesan mengganggu kelancaran pekerjaan.
Pengamatan langsung harus dilakukan sedemikian rupa sehingga berbagai dampak atau
kesan negatif tersebut tidak sampai muncul.

-Created by NMH & NRA-


➢ Kerja sama
Agar komunikasi yang baik dan rasa memiliki ini dapat muncul, pelaksana supervisi dan yang
disupervisi perlu bekerjasama dalam penyelesaian masalah, sehingga prinsip-prinsip
kerjasama kelompok dapat diterapkan (Azwar, 2010).

Cara Supervisi
➢ Langsung
✓ Pengarahan harus lengkap
✓ Mudah dipahami
✓ Menggunakan kata-kata yang tepat
✓ Berbicara dengan jelas dan lambat
✓ Berikan arahan yang logis
✓ Hindari memberikan banyak arahan pada satu saat
✓ Pastikan bahwa arahan dipahami
✓ Yakinkan bahwa arahan anda dilaksanakan atau perlu tindak lanjut

➢ Tidak langsung
✓ laporan baik tertulis maupun lisan
✓ Umpan balik dapat diberikan secara tertulis

Proses Supervise
Menurut Rowe, dkk (2007) elemen proses dalam supervisi yaitu :
➢ Standar praktek keperawatan yang digunakan sebagai acuan dalam menilai dan
mengarahkan penyimpangan yang terjadi.
➢ Fakta empiric dilapangan, sebagai pembanding untuk pencapaian tujuan dan menetapkan
kesenjangan.
➢ Adanya tindak lanjut sebagai upaya mempertahankan kualitas maupun upaya memperbaiki.

Hambatan Supervise
Perilaku supervisor yang tidak efektif menurut Kilminster dan Jolly meliputi :
➢ Kaku atau kurang fleksibel dalam menghadapi permasalaahan yang muncul.
➢ Rendah empati.
➢ Kegagalan untuk memberikan dukungan.
➢ Kegagalan untuk mengikuti kekhawatiran staf yang di supervisi.
➢ Tidak memberikan suatu pengajaran.
➢ Kurang toleransi terhadap masalah yang timbul.
➢ Menekankan aspek evaluasi yang negative.

Langkah-langkah pada supervisi keperawatan adalah sebagai berikut (Nursalam, 2014):


➢ Pra supervise
✓ Supervisor:
• Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi
• Supervisor menetapkan tujuan dan kompetensi yang akan dinilai

✓ Yang disupervisi:
• Menerima penjelasan terkait kegiatan dan tujuan supervise
• Mempersiapkan diri terhadap kegiatan supervisi yang akan dilakukan.

-Created by NMH & NRA-


➢ Pelaksanaan Supervisi
✓ Supervisor:
• Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrumen yang
telah disiapkan
• Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan
• Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan pembinaan dan klarifikasi
permasalahan
• Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara dan memvalidasi data
sekunder
- Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada
- Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat

✓ Yang disupervisi:
• Mempersiapkan kebutuhan supervisi sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan
• Menerima saran dan kritik perbaikan
• Menjelaskan dan mengklarifikasi permasalahan
• Menerima saran dan menjawab pertanyaan yang diajukan supervisor

➢ Pasca supervise
✓ Supervisor:
• Supervisor memberikan penilaian supervise
- Supervisor mengklarifikasi masalah yang ada
- Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat
• Supervisor memberikan masukan dan solusi pada PP dan PA
• Supervisor memberikan tanggapan dan klarifikasi (sesuai hasil laporan supervisi)
• Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan
- Terdapat dua reinforcement yaitu reinforcement positif atau reward
diberikan pada yang melakukan perilaku positif atau diinginkan mendapatkan
penghargaan sehingga dapat meningkatkan kekuatan respon atau
merangsang pengulangan perilakunya. Yang kedua reinforcement negative
atau hukuman adalah situasi yang terjadi ketika perilaku yang diinginkan
terjadi untuk menghindari konsekuensi negative dari hukuman (Roussel et al,
2003)
- Ada dua follow up perbaikan yaitu short-term follow-up adalah intervensi
jangka pendek melibatkan pasien setelah melalui sebuah episode dari
penyakit akut dan long-term follow-up diberikan pada pasien mendapatkan
intervensi jangka panjang atau tindak lanjut, rencana individual lebih formal
dapat dilakukan bersama dengan orang-orang di sekitarnya untuk
memperluas pemantauan dan mengulangi perilaku positif. (Cohen and Toni,
2005)

• Melakukan dokumentasi hasil supervise

✓ Yang disupervisi:
• Mendengarkan penjelasan supervisor dengan baik
• Menerima hasil penilaian dari supervisor
• Memberi penjelasan terkait dengan hasil evaluasi dari supervisor
• Menerima konsekuensi sesuai solusi yang ditawarkan

-Created by NMH & NRA-


6. Supervisor, Tugas dan Kompetensi Supervisor
➢ Menurut Azwar (2010) yang bertanggung jawab dalam melaksanakan supervisi adalah
atasan yang memiliki kelebihan dalam organisasi. Idealnya kelebihan tersebut tidak hanya
aspek status dan kedudukan, tetapi juga pengetahuan dan keterampilan. Berdasarkan hal
tersebut serta prinsip-prinsip pokok supervisi maka untuk dapat melaksanakan supervisi
dengan baik ada beberapa syarat atau karasteristik yang harus dimilki oleh pelaksana
supervisi (supervisor).

➢ Supervisi keperawatan dilaksanakan oleh personil atau bagian yang bertanggung jawab
(Suyanto, 2009; Suarli & Bahtiar, 2009) yaitu:
✓ Kepala Ruangan
Kepala ruangan yang bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelayanan
keperawatan yang diberikan pada pasien di ruang perawatan yang dipimpinnya. Kepala
ruangan mengawasi perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan baik
secara langsung maupun tidak langsung disesuaikan dengan metode penugasan yang
diterapkan di ruang perawatan tersebut. Sebagai contoh ruang perawatan yang
menerapkan metode tim, maka kepala ruangan dapat melakukan supervisi secara tidak
langsung melalui ketua tim masing-masing.

✓ Pengawas Perawatan (Supervisor)


Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit pelaksana fungsional
(UPF) mempunyai pengawas yang bertanggung jawab mengawasi jalannya pelayanan
keperawatan.

✓ Kepala Bidang Keperawatan


Sebagai top manajer dalam keperawatan, kepala bidang keperawatan, kepala bidang
keperawatan bertanggung jawab melakukan supervisi baik secara langsung atau tidak
langsung melalui para pengawas keperawatan.

Supervisor Keperawatan :
✓ Kepala ruang
supervisi pelayanan keperawatan diunit kerjanya

✓ Pengawas Keperawatan,
Instalasi rawat inap, instalasi rawat jalan

✓ Kepala seksi,
pengawasan kepala seksi

✓ Kepala Bidang keperawatan


supervisi kepada kepala seksi

-Created by NMH & NRA-


Kompetensi Supervisor Keperawatan
Menurut Suyanto (2009), seorang supervisor keperawatan dalam menjalankan tugasnya sehari-
hari harus memiliki kemampuan dalam:
➢ Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas, sehingga dapat dimengerti oleh staf dan
pelaksana keperawatan
➢ Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksanan keperawatan
➢ Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja kepada staf dan pelaksanan
keperawatan
➢ Mampu memahami suatu proses kelompok (dinamika kelompok)
➢ Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan pelaksana keperawatan
➢ Melakukan penilaian terhadap penampilan kinerja perawat
➢ Mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan yang diberikan lebih baik.

7. EBN

Hasil penelitian dengan uji Person Product Moment diketahui ada hubungan yang tinggi
antara fungsi supervisi kepala ruangan dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di Rumah
Sakit Umum dr Pirngadi Medan. Berdasarkan hasil korelasi tersebut diketahui bahwa fungsi
supervisi kepala ruangan berhubungan positif dengan produktivitas kerja perawat pelaksana.
Hasil yang diperoleh fungsi supervisi kepala ruangan telah dilaksanakan dengan baik.
Produktivitas kerja perawat pelaksana juga diketahui mendekati nilai maksimal. Penelitian ini
menunjukkan bahwa apabila fungsi supervise dilaksanakan dengan baik maka produktivitas kerja
perawat pelaksana juga akan baik.
Hasil penelitian pada produktivitas kerja perawat pelaksana menunjukkan bahwa perawat
pelaksana memiliki produktivitas tinggi. Pada sub variebel efektifitas dan efisiensi terlihat lebih
rendah pada efektifitas. Hasil penelitian untuk hubungan fungsi supervisi kepala ruangan dengan
produktivitas kerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan terdapat
hubungan yang tinggi, hal ini menandakan bahwa semakin baik pelaksanaan fungsi supervisi
maka produktivitas kerja perawat pelaksana akan semakin baik.

-Created by NMH & NRA-


8. IRK Kepemimpinan
➢ Surat Ali ‘Imran Ayat 104
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang
yang beruntung.”

Isi Kandungan :
Dan hendaklah di antara kalian (wahai kaum Mukminin), ada segolongan orang yang
mengajak kepada kebaikan dan memerintahkan kepada yang ma’ruf, yaitu sesuatu yang
telah diketahui kebaikannya menurut syariat dan akal, dan melarang dari kemungkaran,
yaitu apa-apa yang diketahui keburukannya dari segi syariat maupun akal. Mereka itu adalah
orang-orang yang beruntung menggapai surga yang penuh kenikmatan.

➢ Surah An- Nisa : 59


“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allâh dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri di
antara kalian. Kemudian jika kalian berselisih pendapat tentang suatu perkara,
kembalikanlah ia kepada Allâh (Al-Quran) dan Rasul (as-Sunnah), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allâh dan Hari Akhir. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih
baik akibatnya.” [An-Nisa’/4:59]

Dalam ayat ini Allâh menyebutkan kata perintah “taatilah” dalam konteks ketaatan kepada
Allâh Azza wa Jalla dan ketaatan kepada Rasul-Nya, dan Allâh Azza wa Jalla tidak
menyebutkan lagi kata perintah tersebut dalam konteks ketaatan kepada ulil amri
(penguasa/pemimpin), tetapi menjadikan ketaatan kepada ulil amri ini mengikuti ketaatan
kepada Allâh dan Rasul-Nya. Maka Allâh membedakan antara ketaatan secara mutlak
kepada Allâh dan Rasul-Nya dengan ketaatan kepada ulil amri yang
bersifat muqayyad (terikat). Kemudian Allâh Azza wa Jalla memerintahkan untuk
mengembalikan perselisihan yang terjadi kepada Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya setelah
perintah untuk taat kepada ulil amri, sebagai penguat prinsip makna sebelumnya. Wallâhu
a’lam.

-Created by NMH & NRA-

Anda mungkin juga menyukai