Supervisi
1. Definsi Supervisi
➢ Supervisi berasal dari kata super (bahasa Latin yang berarti di atas) dan videre (bahasa Latin
yang berarti melihat). Supervisi berarti “melihat dari atas” (Suarli & Bahtiar, 2009). Secara
umum yang dimaksud dengan supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan
berkala oleh “atasan” terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh “bawahan” untuk
kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat
langsung guna mengatasinya (Triwibowo, 2013; Suarli & Bahtiar, 2009).
➢ Supervisi keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara
berkesinambungan oleh supervisor mencakup masalah pelayanan keperawatan, masalah
ketenagaan dan peralatan agar pasien mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat
(Depkes, 2000 dalam Nursalam, 2012).
➢ Supervisi meliputi segala bantuan dari pemimpin/penanggung jawab kepada perawat yang
ditujukan untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam mencapai tujuan
asuhan keperawatan. Kegiatan supervisi ini merupakan dorongan bimbingan dan
kesempatan bagi pertumbuhan dan perkembangan keahlian dan kecakapan para perawat
(Suyanto, 2009).
➢ Pitman (2011) mendefinisikan supervisi sebagai suatu kegiatan yang digunakan untuk
menfasilitasi refleksi yang lebih mendalam dari praktek yang sudah dilakukan, refleksi ini
memungkinkan staf mencapai, mempertahankan, dan kreatif dalam menigkatkan kualitas
pemberian asuhan keperawatan melalui sarana pendukung yang ada.
➢ Supervisi menurut Rowe, dkk (2007) adalah kegiatan yang menjadi tanggung jawab manajer
untuk memberikan dukungan, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta nilai-
nilai kelompok, individu atau tim.
➢ Supervisi adalah suatu strategi tata kelola untuk meningkatkan kemampuan praktisi baik dari
kualitas maupun kompetensi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan (Dawson, Phillips dan Leggat, 2012).
➢ Tidak ada pedoman yang pasti mengenai berapa kali supervisi harus dilakukan. Hal yang
digunakan sebagai pegangan umum, supervisi biasanya bergantung dari derajat kesulitan
pekerjaan yang dilakukan, serta sifat penyesuaian yang akan dilakukan. Jika derajat
kesulitannya tinggi serta sifat penyesuaiannya mendasar, maka supervisi harus lebih sering
dilakukan (Azwar, 2010; Suarli & Bahtiar, 2009).
➢ Bush (2005), mengemukaan bahwa ada tiga fungsi utama supervise yaitu:
✓ Fungsi formatif, meliputi proses edukatif untuk mengembangkan keterampilan
✓ Fungsi restorative, yaitu memberikan dukungan professional yang terus-menerus
untuk mengurangi stress dan kelelahan
✓ Fungsi normative, meliputi fungsi manajerial untuk perbaikan, peningkatan dan
pengendalian kualitas praktek profesional pelayanan keperawatan.
➢ Manfaat dan tujuan supervisi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (Azwar, 2010;
Suarli & Bahtiar, 2009):
✓ Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas kerja ini erat
hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta
makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan
bawahan.
✓ Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi kerja ini erat
kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga
pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia dapat dicegah.
➢ Model Ilmiah
Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan sehingga tidak hanya
mencari kesalahan atau masalah saja. Oleh karena itu, supervisi yang dilakukan dengan
model ini memilki karasteristik yaitu: dilakukan secara berkesinambungan, dengan prosedur,
instrumen dan standar supervisi yang baku, menggunakan data yang objektif sehingga dapat
diberikan umpan balik dan bimbingan (Suyanto, 2009).
➢ Model Klinis
Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana dalam
mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan kinerjanya dalam pemberian
asuahn keperawatan meningkat. Supervisi dilakukan secara sistematis melalui pengamatan
pelayanan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya dibandingkan
dengan standar keperawatan (Suyanto, 2009).
➢ Model Artistik
Supervisi model artistik dilakukan dengan pendekatan personal untuk menciptakan rasa
aman sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat pelaksana yang disupervisi. Sehingga
akan tercipta hubungan saling percaya sehingga hubungan antara perawat dan supervisor
akan terbuka dam mempermudah proses supervisi (Suyanto, 2009).
• Kegiatan Supportive
- Melatih perawat ‘menggali’ emosi ketika bekerja
• Kegiatan Managerial
- Melibatkan perawat dalam peningkatkan ‘standar’/ SOP
➢ Model Experimental
✓ Diperkenalkan Milne dan James di Newcastle University UK dan Department of Health
US tahun 2005
✓ Adopsi penelitian Milne, Aylott dan Fitzpatrick.
✓ Bentuk kegiatan supervisi klinik keperawatan:
• Training
- Supervisor mengajarkan teknik-teknik keperawatan tertentu
- Training biasanya dilakukan secara berjenjang kepada setiap perawat,
• Mentoring
- Supervisor sebagai penasihat berkaitan dengan masalah rutin sehari-hari
- Kegiatan ini lebih mirip kegiatan supportive dalam model academic.
➢ Model 4S
✓ Diperkenalkan oleh Page dan Wosket dari hasil penelitian di Greater Manchester UK
dan New York tahun 1995.
✓ Model supervisor ini dikembangkan dengan 4 strategi yaitu structure, skills, support dan
sustainability.
• Structure, dilakukan perawat RN’s dalam pengkajian dan asuhan pasien (sekitar 6-
8 orang), bertujuan untuk mengembangkan pengalaman perawat dalam hal
konsultasi, fasilitasi dan assisting.
• Skills, dilakukan supervisor untuk meningkatkan ketrampilan praktis
• Support, dilakukan dengan tujuan untuk sharing
• Sustainability/ keberlanjutan, bertujuan untuk tetap mempertahankan
pengalaman, ketrampilan, nilai-nilai yang telah dianut perawat.
✓ Objektifitas Pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak berstandarisasi dapat menganggu objektifitas. Untuk
mencegah keadaan seperti ini maka diperlukan suatu daftar isian atau check list yang
telah dipersiapkan.
✓ Pendekatan Pengamatan
Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak kesan negatif, misal rasa
takut, tidak senang, atau kesan menganggu pekerjaan. Dianjurkan pendekatan
pengamatan dilakukan secara edukatif dan suportif, bukan kekuasaan atau otoriter.
➢ Tidak Langsung
Teknik supervisi yang dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan sehingga
supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan (Suarli dan Bahtiar, 2009).
Teknik pokok supervisi pada dasarnya identik dengan teknik penyelesaian masalah (Azwar, 2010;
Suarli & Bahtiar, 2009):
➢ Pengamatan Langsung
Pengamatan langsung harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan yaitu:
✓ Sasaran Pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya dapat menimbulkan kebingungan,
dan untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pada pengamatan langsung perlu
ditetapkan sasaran pengamatan, yakni hanya ditujukan pada sesuatu yang bersifat
pokok dan strategis saja (selective supervision) (Azwar, 2010; Suarli & Bahtiar, 2009).
✓ Objektivitas Pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak terstandardisasi dapat menggangu objektivitas.
Mencegah keadaan yang seperti ini, maka pengamatan langsung perlu dibantu dengan
dengan suatu daftar isi yang telah dipersiapkan.
✓ Pendekatan Pengamatan
Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak dan kesan negatif,
misalnya rasa takut dan tidak senang, atau kesan mengganggu kelancaran pekerjaan.
Pengamatan langsung harus dilakukan sedemikian rupa sehingga berbagai dampak atau
kesan negatif tersebut tidak sampai muncul.
Cara Supervisi
➢ Langsung
✓ Pengarahan harus lengkap
✓ Mudah dipahami
✓ Menggunakan kata-kata yang tepat
✓ Berbicara dengan jelas dan lambat
✓ Berikan arahan yang logis
✓ Hindari memberikan banyak arahan pada satu saat
✓ Pastikan bahwa arahan dipahami
✓ Yakinkan bahwa arahan anda dilaksanakan atau perlu tindak lanjut
➢ Tidak langsung
✓ laporan baik tertulis maupun lisan
✓ Umpan balik dapat diberikan secara tertulis
Proses Supervise
Menurut Rowe, dkk (2007) elemen proses dalam supervisi yaitu :
➢ Standar praktek keperawatan yang digunakan sebagai acuan dalam menilai dan
mengarahkan penyimpangan yang terjadi.
➢ Fakta empiric dilapangan, sebagai pembanding untuk pencapaian tujuan dan menetapkan
kesenjangan.
➢ Adanya tindak lanjut sebagai upaya mempertahankan kualitas maupun upaya memperbaiki.
Hambatan Supervise
Perilaku supervisor yang tidak efektif menurut Kilminster dan Jolly meliputi :
➢ Kaku atau kurang fleksibel dalam menghadapi permasalaahan yang muncul.
➢ Rendah empati.
➢ Kegagalan untuk memberikan dukungan.
➢ Kegagalan untuk mengikuti kekhawatiran staf yang di supervisi.
➢ Tidak memberikan suatu pengajaran.
➢ Kurang toleransi terhadap masalah yang timbul.
➢ Menekankan aspek evaluasi yang negative.
✓ Yang disupervisi:
• Menerima penjelasan terkait kegiatan dan tujuan supervise
• Mempersiapkan diri terhadap kegiatan supervisi yang akan dilakukan.
✓ Yang disupervisi:
• Mempersiapkan kebutuhan supervisi sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan
• Menerima saran dan kritik perbaikan
• Menjelaskan dan mengklarifikasi permasalahan
• Menerima saran dan menjawab pertanyaan yang diajukan supervisor
➢ Pasca supervise
✓ Supervisor:
• Supervisor memberikan penilaian supervise
- Supervisor mengklarifikasi masalah yang ada
- Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat
• Supervisor memberikan masukan dan solusi pada PP dan PA
• Supervisor memberikan tanggapan dan klarifikasi (sesuai hasil laporan supervisi)
• Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan
- Terdapat dua reinforcement yaitu reinforcement positif atau reward
diberikan pada yang melakukan perilaku positif atau diinginkan mendapatkan
penghargaan sehingga dapat meningkatkan kekuatan respon atau
merangsang pengulangan perilakunya. Yang kedua reinforcement negative
atau hukuman adalah situasi yang terjadi ketika perilaku yang diinginkan
terjadi untuk menghindari konsekuensi negative dari hukuman (Roussel et al,
2003)
- Ada dua follow up perbaikan yaitu short-term follow-up adalah intervensi
jangka pendek melibatkan pasien setelah melalui sebuah episode dari
penyakit akut dan long-term follow-up diberikan pada pasien mendapatkan
intervensi jangka panjang atau tindak lanjut, rencana individual lebih formal
dapat dilakukan bersama dengan orang-orang di sekitarnya untuk
memperluas pemantauan dan mengulangi perilaku positif. (Cohen and Toni,
2005)
✓ Yang disupervisi:
• Mendengarkan penjelasan supervisor dengan baik
• Menerima hasil penilaian dari supervisor
• Memberi penjelasan terkait dengan hasil evaluasi dari supervisor
• Menerima konsekuensi sesuai solusi yang ditawarkan
➢ Supervisi keperawatan dilaksanakan oleh personil atau bagian yang bertanggung jawab
(Suyanto, 2009; Suarli & Bahtiar, 2009) yaitu:
✓ Kepala Ruangan
Kepala ruangan yang bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelayanan
keperawatan yang diberikan pada pasien di ruang perawatan yang dipimpinnya. Kepala
ruangan mengawasi perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan baik
secara langsung maupun tidak langsung disesuaikan dengan metode penugasan yang
diterapkan di ruang perawatan tersebut. Sebagai contoh ruang perawatan yang
menerapkan metode tim, maka kepala ruangan dapat melakukan supervisi secara tidak
langsung melalui ketua tim masing-masing.
Supervisor Keperawatan :
✓ Kepala ruang
supervisi pelayanan keperawatan diunit kerjanya
✓ Pengawas Keperawatan,
Instalasi rawat inap, instalasi rawat jalan
✓ Kepala seksi,
pengawasan kepala seksi
7. EBN
Hasil penelitian dengan uji Person Product Moment diketahui ada hubungan yang tinggi
antara fungsi supervisi kepala ruangan dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di Rumah
Sakit Umum dr Pirngadi Medan. Berdasarkan hasil korelasi tersebut diketahui bahwa fungsi
supervisi kepala ruangan berhubungan positif dengan produktivitas kerja perawat pelaksana.
Hasil yang diperoleh fungsi supervisi kepala ruangan telah dilaksanakan dengan baik.
Produktivitas kerja perawat pelaksana juga diketahui mendekati nilai maksimal. Penelitian ini
menunjukkan bahwa apabila fungsi supervise dilaksanakan dengan baik maka produktivitas kerja
perawat pelaksana juga akan baik.
Hasil penelitian pada produktivitas kerja perawat pelaksana menunjukkan bahwa perawat
pelaksana memiliki produktivitas tinggi. Pada sub variebel efektifitas dan efisiensi terlihat lebih
rendah pada efektifitas. Hasil penelitian untuk hubungan fungsi supervisi kepala ruangan dengan
produktivitas kerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan terdapat
hubungan yang tinggi, hal ini menandakan bahwa semakin baik pelaksanaan fungsi supervisi
maka produktivitas kerja perawat pelaksana akan semakin baik.
Isi Kandungan :
Dan hendaklah di antara kalian (wahai kaum Mukminin), ada segolongan orang yang
mengajak kepada kebaikan dan memerintahkan kepada yang ma’ruf, yaitu sesuatu yang
telah diketahui kebaikannya menurut syariat dan akal, dan melarang dari kemungkaran,
yaitu apa-apa yang diketahui keburukannya dari segi syariat maupun akal. Mereka itu adalah
orang-orang yang beruntung menggapai surga yang penuh kenikmatan.
Dalam ayat ini Allâh menyebutkan kata perintah “taatilah” dalam konteks ketaatan kepada
Allâh Azza wa Jalla dan ketaatan kepada Rasul-Nya, dan Allâh Azza wa Jalla tidak
menyebutkan lagi kata perintah tersebut dalam konteks ketaatan kepada ulil amri
(penguasa/pemimpin), tetapi menjadikan ketaatan kepada ulil amri ini mengikuti ketaatan
kepada Allâh dan Rasul-Nya. Maka Allâh membedakan antara ketaatan secara mutlak
kepada Allâh dan Rasul-Nya dengan ketaatan kepada ulil amri yang
bersifat muqayyad (terikat). Kemudian Allâh Azza wa Jalla memerintahkan untuk
mengembalikan perselisihan yang terjadi kepada Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya setelah
perintah untuk taat kepada ulil amri, sebagai penguat prinsip makna sebelumnya. Wallâhu
a’lam.