Anda di halaman 1dari 19

Skenario 2

Peran Perawat di Palliative Care

Skenario

Seorang wanita berusia 35 tahun, didiagnosis dengan kanker payudara stadium 4 tulang metastasis
(kankernya sudah mengarah kea rah tulang), hari ke 7 pasca mastektomi / Post mastektomi dan dia
menderita asites. kondisinya sangat lemah dan tidak bisa bergerak karena nyeri tulang belakang skala
8. pasien hanya ditemani ibunya. suaminya dan 2 anak kecil belum pernah ke rumah sakit. pasien
mengatakan dia ingin pulang karena dia merindukan anak-anaknya dan menolak untuk pasangan NGT.
dia terlihat sangat lemah, cachexia, tidak mau makan, semua kebutuhan dasar dibantu oleh perawat
dan ibunya. dia seorang moslemah tetapi tidak sholat karena dia merasa kotor karena lukanya. dia
ingin pulang dan berkumpul bersama keluarganya, tetapi dokter tidak mengizinkan, karena kondisinya
tidak membaik.

Kata Sulit
1. Metastase Tulang
Metastasis (bahasa Yunani: "perubahan status") adalah penyebaran kanker dari situs awal ke
tempat lain di dalam tubuh (misalnya otak atau hati). Sel kanker dapat melepaskan diri dari tumor
utama, masuk ke pembuluh darah, ikut bersirkulasi dalam aliran darah, dan tumbuh di jaringan
normal yang jauh dari tumor asalnya.

Metastasis adalah gerakan atau penyebaran sel kanker dari satu organ atau jaringan ke organ
atau jaringan lainnya. Sel kanker tersebut biasanya menyebar melalui darah atau kelenjar getah
bening. Penyebaran kanker ini dapat terjadi di mana saja, baik di dalam jaringan, ke organ
terdekat maupun organ yang jauh.

Metastasis tulang adalah suatu kondisi di mana sel kanker telah berpindah dari daerah asal
dan menetap pada tulang manapun di tubuh sehingga terbentuk tumor baru. Kondisi ini berbeda
dari jenis kanker lain yang bermula pada tulang.

Tulang merupakan salah satu bagian tubuh yang dapat terkena metastasis, selain hati dan
paru-paru. Pasien dapat terserang lebih dari satu metastasis (di mana kondisi ini dinamakan
metastase.

Metastasis tulang bukan penyakit kambuhan, yang ditandai dengan munculnya kembali
kanker baik pada daerah asal maupun di dekatnya. Namun, ada kalanya kanker terdeteksi melalui
metastasis, di mana kondisi ini disebut penyakit kambuh berjarak.

Orang yang memiliki kanker payudara, ginjal, gondok, dan paru-paru lebih mungkin terserang
metastasis tulang dibandingan jenis kanker lainnya. Tingkat potensinya lebih dari 60%. Sementara
itu, pria dan wanita yang mengalami pertumbuhan tulang tidak normal (yang dapat dideteksi
melalui tes pencitraan) ketika berada pada usia tua, seperti 45 tahun ke atas, perlu memeriksakan
dirinya sendiri untuk penyakit kanker primer atau sekunder. Pertumbuhan tulang mencapai
puncaknya pada umur 20-an dan kemudian turun setelah itu.

-Created By NMH & NRA-


Penyebab
Dalam keadaan normal, sel membelah, dewasa, dan mati untuk membuat sel baru terbentuk
dan mepertahankan hidup. Proses kematian yang terpogram disebut apoptosis. Namun,
beberapa sel pada akhirnya dapat rusak atau tidak dewasa dan tidak bersikap normal. Sel ini
merupakan yang rentan untuk menjadi sel ganas atau kanker.

Karena sel kanker juga dapat membelah, sel kanker tunggal dapat menjadi tumor dan dapat
menempel pada jaringan dan pembuluh darah pada daerah asal terbentuknya (situs utama).
Meskipun beberapa sel kanker membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk berkembang dan
menyebar, kanker lain dapat sangat agresif.

Sel kanker yang sudah menyerang pembuluh darah akhirnya dapat mencapai aliran darah
(atau sistem limfatik). Sel kanker dapat bergerak ke seluruh tubuh sampai mereka menetap pada
daerah tertentu (situs sekunder) seperti tulang.

Setelah kanker menyebar, kemungkinan sel kanker bertahan hidup turun secara signifikan
sebagaimana tidak adanya pengobatan apapun untuk metastasis tulang. Satu-satunya pilihan
adalah untuk memperlambat pertumbuhan atau menghentikan berkembangnya penyakit, serta
untuk membuat gejalanya lebih mudah ditangani melalui pengobatan, operasi, dan pengobatan
non-bedah seperti kemoterapi dan terapi radiasi.

Gejala Utama Metastasis Tulang


Dibandingkan dengan jenis metastasis lainnya, terutama yang menyerang paru-paru dan hati,
metastasis tulang lebih terlihat karena gejalanya. Gejalanya termasuk:
➢ Tekanan pada sumsum tulang belakang
➢ Rentan patah tulang
➢ Nyeri (yang berkisar dari nyeri ringan hingga menyiksa)
➢ Peningkatan kadar kalsium dalam darah

Gejala ini terjadi baik karena kerusakan maupun hancurnya sel osteolitik, yaitu salah satu sel
yang ditemukan pada tulang. Ini berarti mineral tulang telah larut. Kemungkinan hasil akhir
lainnya adalah pembentukan tulang baru. Karena tulang telah terbentuk akibat berkembangnya
sel kanker, tulang dapat tumbuh dengan tidak normal dan maka itu dapat menjadi cacat. Kondisi
ini juga dapat digambarkan dengan masa tulang yang lebih padat. Meskipun biasanya kondisi
tersebut merupakan gabungan dari keduanya.

Siapa yang Harus Ditemui dan Jenis Perawatan yang Tersedia


Dokter ahli onkologi (dokter spesialis yang menangani kanker) memantau kemungkinan
metastasis tulang terutama jika pasien dianggap berisiko tinggi. Namun demikian, kondisi ini
biasanya ditemukan melalui pengamatan dan perasaan pribadi pasien dan pemeriksaan
pencitraan mulai dari sinar X hingga pemindaian CT, PET, dan MRI.

Tidak terdapat pengobatan untuk metastasis tulang. Penanganan yang ada sering kali
merupakan gabungan dari beberapa metode untuk menghentikan perkembangan kondisi
secepat mungkin. Karena itu, pasien diberikan obat nyeri yang tepat seperti ibuprofen. Jika nyeri
semakin memburuk, dokter mungkin akan memberikan morfin. Obat yang digunakan untuk
mengobati osteoporosis juga biasanya menjadi bagian dari perawatan.

-Created By NMH & NRA-


Pengobatan kanker standar seperti kemoterapi dan terapi radiasi juga dapat mengatasi
kondisi ini. Pada kemoterapi, obat atau gabungan obat diberikan ke dalam tubuh, yang akhirnya
membunuh sel, termasuk sel kanker. Sementara itu, jenis pengobatan kanker lainnya seperti
terapi radiasi menggunakan sinar gamma atau sinar X untuk menyingkirkan sel ganas.

Jenis pengobatan baru saat ini semakin sering dipilih untuk mengurangi rasa sakit pada pasien.
Pengobatan ini termasuk melakukan kemoterapi dengan obat-obatan seperti bifosfonat, yang
dapat mencegah kerusakan tulang.

Operasi juga merupakan pilihan lainnya, dan biasanya dilakukan untuk menjaga kestabilan
tulang dan mencegah patah tulang. Peralatan seperti sekrup dan pelat juga dapat digunakan.

Pengobatan yang disebutkan di atas memiliki risiko yang beragam. Misalnya, kemoterapi
standar bahkan dapat membunuh sel normal, yang dapat membahayakan kekebalan pasien
sementara operasi dapat menyebabkan infeksi. Di sisi lain, terapi radiasi dapat menyebabkan luka
bakar pada daerah tindakan.

Dokter bersama pasien harus berhati-hati mengukur apakah manfaat dari pengobatan lebih
besar daripada risikonya. Jika tidak, pasien dapat beralih ke perawatan paliatif yang bertujuan
untuk mengurangi kuatnya gejala dan menjaga kualitas hidup pasien.

2. Kanker Payudara
Kanker payudara adalah kondisi ketika sel kanker terbentuk di jaringan payudara. Kanker bisa
terbentuk di kelenjar yang menghasilkan susu (lobulus), atau di saluran (duktus) yang membawa
air susu dari kelenjar ke puting payudara. Kanker juga bisa terbentuk di jaringan lemak atau
jaringan ikat di dalam payudara.

Kanker payudara terbentuk saat sel-sel di dalam payudara tumbuh tidak normal dan tidak
terkendali. Sel tersebut umumnya membentuk tumor yang terasa seperti benjolan. Meski
biasanya terjadi pada wanita, kanker payudara juga bisa menyerang pria.

Kanker payudara pada pria dapat terjadi pada usia berapa pun. Namun biasanya, penyakit ini
lebih sering dialami oleh pria berusia 60-70 tahun. Beberapa faktor yang meningkatkan risiko pria
terkena kanker payudara adalah keturunan, paparan radiasi di bagian dada, obesitas, sindrom
Klinefelter, penyakit hati yang sudah parah, dan penggunaan hormon estrogen untuk mengobati
kanker prostat.

Kanker payudara yang paling umum terjadi, terbagi dalam beberapa jenis.
➢ Ductal carcinoma in situ. Kanker ini tumbuh di duktus, dan tidak menyebar ke jaringan
sekitarnya. Jenis kanker ini termasuk kanker stadium awal dan mudah diobati. Namun
demikian, kanker ini bisa menyebar ke jaringan sekitarnya jika tidak segera ditangani.
➢ Lobular carcinoma in situ. Adalah kanker yang tumbuh di lobulus. Sama seperti ductal
carcinoma in situ, kanker ini tidak menyebar ke jaringan sekitarnya.
➢ Invasive ductal carcinoma. Kanker ini tumbuh di duktus dan bisa menyebar ke jaringan
sekitarnya, bahkan bisa menyebar ke area tubuh yang lain. Jenis kanker ini terjadi pada 70-
80% kasus kanker payudara.
➢ Invasive lobular carcinoma. Adalah kanker yang tumbuh di lobulus dan bisa menyebar ke
jaringan sekitarnya. Kanker ini terjadi pada 10% kasus kanker payudara.

-Created By NMH & NRA-


Sedangkan jenis kanker payudara yang jarang terjadi adalah
➢ Angiosarcoma. Adalah jenis kanker yang tumbuh di pembuluh darah dan saluran getah
bening di payudara.
➢ Penyakit Paget. Penyakit Paget merupakan kanker yang tumbuh di puting payudara, lalu
meluas ke area hitam di sekitar puting (areola).
➢ Tumor phyllodes. Jenis kanker yang jarang ini tumbuh di jaringan ikat payudara yang disebut
stroma.
➢ Inflammatory breast cancer. Adalah jenis kanker payudara yang jarang, namun berkembang
cepat dan menyumbat saluran getah bening, sehingga membuat payudara tampak
meradang seperti infeksi.
➢ Triple negative breast cancer. Adalah jenis kanker yang menunjukkan hasil negatif pada
pemeriksaan keberadaan reseptor hormon estrogen (ER), reseptor hormon progesterone
(PR), dan reseptor protein HER-2 pada jaringan kanker, yang biasanya positif pada kanker
payudara.

Penyebab Kanker Payudara


Kanker payudara terjadi karena sel-sel di payudara tumbuh tidak normal dan tidak terkendali.
Sel-sel ini membelah dengan cepat dan berkumpul membentuk benjolan, lalu bisa menyebar ke
kelenjar getah bening atau ke organ lain.

Belum diketahui apa penyebab sel-sel tersebut berubah menjadi sel kanker, namun para ahli
menduga adanya interaksi antara faktor genetik dengan gaya hidup, lingkungan, dan hormon,
sehingga sel menjadi abnormal dan tumbuh tidak terkendali.

Faktor Risiko Kanker Payudara


Beberapa faktor diketahui bisa meningkatkan risiko kanker payudara. Namun demikian,
seseorang dengan sejumlah faktor risiko belum tentu terserang kanker payudara, sebaliknya
seseorang tanpa faktor risiko dapat terkena kanker. Seseorang yang pernah terserang kanker di
satu payudara memiliki risiko tinggi terkena kanker pada payudara yang lain.
Faktor lain yang bisa meningkatkan risiko kanker payudara antara lain:
➢ Usia. Risiko kanker payudara akan meningkat seiring usia bertambah.
➢ Jenis kelamin. Wanita lebih rentan terserang kanker payudara dibanding pria.
➢ Paparan radiasi. Seseorang yang pernah menjalani radioterapi, rentan mengalami kanker
payudara.
➢ Obesitas. Berat badan yang berlebih meningkatkan risiko terserang kanker payudara.
➢ Belum pernah hamil. Wanita yang pernah hamil dan menyusui memiliki risiko kanker
payudara lebih kecil dibanding wanita yang belum pernah hamil dan menyusui.
➢ Melahirkan pada usia tua. Wanita yang baru memiliki anak di atas usia 30 tahun lebih
berisiko mengalami kanker payudara.
➢ Konsumsi alkohol. Studi terbaru menunjukkan, konsumsi alkohol dalam jumlah sedikit tetap
meningkatkan risiko kanker payudara.
➢ Terapi pengganti hormon. Setelah menopause, wanita yang mendapat terapi pengganti
hormon dengan estrogen dan progesterone lebih berisiko terkena kanker payudara.
➢ Mulai menstruasi terlalu muda. Wanita yang mengalami menstruasi di bawah usia 12 tahun
diketahui lebih berisiko mengalami kanker payudara.
➢ Telat menopause. Wanita yang belum mengalami menopause hingga usia 55 tahun juga
berisiko mengalami kanker payudara.
➢ Riwayat kanker payudara pada keluarga. Mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2 juga bisa
membuat kanker payudara diturunkan dari orang tua ke anaknya. Selain itu, seseorang yang
memiliki anggota keluarga dekat yang menderita kanker payudara, juga lebih berisiko
mengalaminya.

-Created By NMH & NRA-


Gejala kanker payudara bisa bervariasi, bisa sama bisa juga tidak, di antaranya:
➢ Adanya benjolan di payudara atau penebalan jaringan yang terasa berbeda dari jaringan di
sekitarnya.
➢ Perubahan pada bentuk dan ukuran payudara.
➢ Kulit payudara memerah.
➢ Pengelupasan kulit areola dan kulit payudara.
➢ Nyeri dan pembengkakan pada payudara.
➢ Darah ke luar dari puting payudara.
➢ Benjolan atau pembengkakan di bawah ketiak.
➢ Puting tertarik masuk ke dalam.

Diagnosis Kanker Payudara


Dokter akan menjalankan pemeriksaan fisik pada kedua payudara dan kelenjar getah bening
di ketiak untuk mengetahui adanya benjolan atau kelainan lain. Sejumlah tes penunjang juga bisa
menjadi pilihan untuk mendiagnosis kanker payudara.

Tes mammografi adalah tes yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis kanker payudara,
khususnya pada stadium awal. Meski umumnya tes ini bisa mendeteksi benjolan pada payudara
ganas atau tidak, namun tetap bisa terjadi kesalahan 10 hingga 15 persen, karena mammografi
bukan merupakan tes untuk memastikan kanker payudara. Tes lain yang umum dijalankan untuk
kanker payudara adalah USG mammae. Pada tes ini, gelombang suara akan menghasilkan
gambaran di dalam payudara, sehingga diketahui apakah benjolan yang muncul berupa struktur
padat atau kista yang berisi cairan. Jika diperlukan, tes MRI bisa dilakukan untuk memberi
gambaran yang lebih jelas daripada hasil yang didapatkan dari tes mammografi atau USG.

Untuk mengetahui secara pasti apakah pasien menderita kanker payudara, dokter akan
melakukan biopsi yaitu, yaitu dengan memeriksa sampel jaringan di laboratorium. Sampel akan
diteliti untuk mengetahui jenis sel yang menyebabkan benjolan atau kanker, tingkat agresifitas
kanker, dan apakah sel tersebut mengandung reseptor hormon atau protein (ER, PR, dan HER2).
Stadium Kanker Payudara

Setelah hasil biopsi menunjukkan jaringan tersebut merupakan kanker payudara, dokter akan
menentukan stadium kanker pada pasien. Stadium ini diklasifikasikan berdasarkan seberapa luas
area penyebaran kanker payudara. Klasifikasi ini membantu dokter menentukan jenis
pengobatan yang akan dipilih.
➢ Stadium 0
Kanker tidak berkembang lebih jauh dari tempat tumbuhnya di duktus atau lobulus, dan
belum menyebar ke jaringan di sekitarnya. Kondisi ini disebut in situ.

➢ Stadium 1
✓ Stadium 1a – Tumor berukuran hingga 20 mm dan belum menyebar ke kelenjar getah
bening di ketiak.
✓ Stadium 1b – Kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di ketiak, dengan ukuran
lebih besar dari 0,2 mm namun kurang dari 2 mm. Sedangkan pada payudara terdapat
tumor dengan ukuran tidak lebih dari 20 mm atau bisa tidak nampak tumor.

➢ Stadium 2
✓ Stadium 2a – Kanker payudara sudah masuk pada stadium ini jika:
Kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di ketiak dengan ukuran 2 mm atau
lebih, dengan tumor di payudara tidak lebih dari 20 mm atau tidak tampak tumor di
payudara.

-Created By NMH & NRA-


Ukuran tumor lebih besar dari 20 mm, namun tidak lebih besar dari 50 mm, tetapi
belum menyebar ke kelenjar getah bening di ketiak.

✓ Stadium 2b – Stadium ini ditandai dengan:


Ukuran tumor lebih besar dari 20 mm, namun tidak lebih besar dari 50 mm, dan sudah
menyebar ke 1 hingga 3 kelenjar getah bening di ketiak.

Ukuran tumor lebih besar dari 50 mm, namun tidak menyebar ke kelenjar getah
bening.

➢ Stadium 3
Kanker semakin membesar dan menyebar ke dinding payudara atau ke kulit di sekitar
payudara. Sel kanker juga menyebar ke lebih banyak kelenjar getah bening.
✓ Stadium 3a – Kanker payudara sudah masuk pada stadium ini jika:
Kanker sudah menyebar ke 4 hingga 9 kelenjar getah bening di ketiak atau kelenjar
getah bening di dalam payudara, dengan ukuran tumor di payudara hingga 50 mm. Bisa
juga tidak ada tumor di payudara.

Ukuran tumor lebih besar dari 50 mm, dan sudah menyebar ke 1 hingga 3 kelenjar
getah bening di ketiak.

✓ Stadium 3b – Tumor sudah menyebar ke kulit dinding payudara.


✓ Stadium 3c – Ukuran tumor bisa bervariasi, dan telah menyebar hingga ke 10 kelenjar
getah bening atau lebih di ketiak, atau sudah menyebar ke kelenjar getah bening di
dalam payudara dan leher.

➢ Stadium 4
Pada stadium ini, ukuran tumor bisa bervariasi, dan telah menyebar jauh ke organ
lain, seperti tulang, paru-paru, hati, atau otak.

Tahapan Penyebaran Kanker


Sel kanker dapat menyebar secara lokal dengan berpindah ke jaringan sehat terdekat. Kanker
juga dapat menyebar secara regional, yakni ke kelenjar getah bening, jaringan, atau organ di
sekitarnya. Selain itu, kanker juga dapat menyebar ke bagian tubuh yang jauh.

Sel kanker menyebar melalui tubuh dalam serangkaian tahap, meliputi:


➢ Tumbuh ke dalam atau menyerang jaringan sehat di dekatnya.
➢ Bergerak melewati dinding kelenjar getah bening terdekat atau pembuluh darah.
➢ Bergerak menuju sistem aliran getah bening dan darah ke bagian tubuh yang lain.
➢ Kemudian, berhenti di pembuluh darah kecil di tempat yang jauh, menyerang dan
menembus dinding pembuluh darah, lalu bergerak ke jaringan sekitarnya.
➢ Tumbuh di jaringan tersebut sampai terbentuk tumor kecil.
➢ Setelah itu, menyebabkan pembuluh darah baru tumbuh, yang menciptakan suplai darah
yang memungkinkan tumor untuk terus tumbuh.

-Created By NMH & NRA-


Kanker dapat menyebar ke bagian tubuh mana saja tergantung dari lokasi pertama tumor itu
berasal. Namun, beberapa tempat yang biasanya mengalami metastasis adalah tulang, liver atau
hati, paru-paru, otak, peritoneum atau rongga perut, kelenjar adrenal, dan vagina.

Kanker yang telah menyebar atau mengalami metastasis akan menjadi kanker metastatik.
Kanker metastatik tidak selalu menimbulkan gejala. Bila gejala terjadi, jenis dan frekuensinya
akan bergantung pada ukuran dan lokasi penyebaran tumor tersebut.

Beberapa tanda umum dari kanker metastatik adalah sakit dan patah tulang saat kanker telah
menyerang tulang; sakit kepala, kejang, atau pusing saat kanker sudah menyebar ke otak; sesak
napas saat kanker sudah menyebar ke paru-paru; penyakit kuning atau bengkak di perut saat
kanker telah menyebar ke hati.

Secara garis besar, kanker payudara dikategorikan ke dalam empat tahapan, yaitu:
➢ Stadium 1: merupakan tahap paling awal dari kanker payudara. Diameter tumor pada tahap
ini biasanya tidak melebihi dua centimeter. Tumor-tumor kecil berkelompok mungkin
ditemukan pada kelenjar getah bening.
➢ Stadium 2: proses penyebaran kanker dimulai di tahap ini. Kanker mungkin tampak di
beberapa kelenjar getah bening, dan tumor dalam payudara akan membesar namun tidak
melebihi lima centimeter.
➢ Stadium 3: dokter mengklasifikasikan tahapan ini sebagai stadium lanjut, di mana
penyebaran sel kanker sudah memengaruhi hampir keseluruhan kelenjar getah bening dan
jaringan dada. Di tahap ini kanker terkadang menjalar ke jaringan kulit dada, menyebabkan
peradangan dan luka.
➢ Stadium 4: kanker telah menyebar ke berbagai organ tubuh.

Kanker payudara stadium 4 digolongkan sebagai stadium terparah yang membutuhkan terapi
intensif dan berkelanjutan. Berikut ini adalah 10 tanda dan gejala paling umum dari kanker
payudara stadium 4:
➢ Benjolan di payudara
Benjolan tumor payudara pada tahapan awal kanker sangat jarang bisa dilihat atau
dirasakan. Untuk mendeteksi adanya benjolan dan tanda-tanda kanker sejak dini, dokter
akan melakukan pemindaian gambar dengan mammogram.

Di setiap kasus stadium 4, benjolan akan tampak kasat mata dan dapat dirasakan.
Benjolan tumor biasanya terdapat di bawah ketiak atau sekitarnya. Dokter biasanya akan
merekomendasikan untuk menjalani operasi pengangkatan tumor. Pasien juga dapat
merasakan perubahan yang terjadi pada payudara mereka, seperti pembengkakan payudara
dan daerah sekitarnya.

➢ Perubahan kulit
Kanker payudara dapat memengaruhi penampilan kulit. Umumnya, penampakan
abnormal terjadi di kulit sekitar puting dan adanya kehadiran tumor-tumor kecil dalam
payudara. Perubahan tidak hanya terjadi pada struktur dan penampilan, namun kulit juga
akan terasa gatal atau kesemutan, terlihat memerah dan menebal. Beberapa pasien
melaporkan kulit di daerah payudara mereka mengering dan pecah-pecah.

-Created By NMH & NRA-


Peradangan akibat kanker juga dapat memengaruhi kulit. Sel kanker akan menutup
jalur getah bening dan menyebabkan kemerahan, pembengkakan, dan kulit mencekung ke
dalam. Semua kanker payudara stadium 4 memiliki gejala peradangan kulit yang serupa.
Pada beberapa kasus tertentu, penebalan payudara dan warna kemerahan di kulit
menunjukkan tanda-tanda awal kanker.

➢ Keluarnya cairan dari puting tanpa sebab


Cairan yang keluar dari puting secara tiba-tiba adalah gejala yang umum ditemukan
di semua tahapan kanker payudara. Cairan yang menetes keluar bisa berwarna kuning
seperti nanah, darah, atau seperti air biasa.

➢ Pembengkakan
Pada tahap awal kanker, walau ukuran dan penampilan payudara terlihat normal,
namun sel kanker sedang tumbuh dan berkembang di dalamnya. Di tahapan lanjutan, pasien
mungkin akan mulai menyadari adanya pembengkakan di area payudara dan di bawah
ketiak, di mana kelenjar getah bening berada. Pembengkakan akan mulai terasa sangat jelas
dan menyakitkan di stadium 4.

➢ Rasa sakit dan tidak nyaman


Seiring pertumbuhan kanker, pasien akan merasakan sakit dan tidak nyaman di area
payudara mereka. Apalagi jika sel kanker menyebabkan peradangan kemerahan, atau jika
iritasi kulit terjadi. Tumor berukuran besar juga menyebabkan sakit dan tekanan yang tidak
nyaman pada payudara. Rasa sakit di kulit mungkin juga diakibatkan oleh luka bakar akibat
terapi radiasi.

➢ Kelelahan
Kelelahan merupakan gejala yang paling sering dilaporkan muncul pada pasien kanker
payudara. Kelelahan melanda setidaknya seperempat populasi pasien selama terapi
berlangsung, lainnya merasakan kelelahan setelah usai menjalani terapi. Pada stadium 4,
kelelahan akan menjadi semakin tak tertahankan dan sulit untuk ditangani.

➢ Insomnia
Beberapa pasien melaporkan menopause sebagai hasil terapi kanker payudara, dan
mengalami “kepanasan” (hot flashes) yang membuat mereka sulit tidur nyenyak di malam
hari. Kanker payudara stadium 4 dapat menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman yang
mengganggu tidur.

Kehadiran insomnia pada pasien kanker payudara seringkali luput untuk untuk
ditangani. Para ahli merekomendasikan pasien untuk menjalankan terapi kognitif dan
perubahan gaya hidup daripada mengharuskan mereka untuk mengonsumsi pil tidur untuk
membantu memperbaiki pola tidur mereka.

➢ Kram perut, hilang nafsu makan, penurunan berat badan


Kanker dan juga terapi penyembuhannya dapat menyebabkan mual, muntah, diare,
dan sembelit. Obat-obatan, stress akibat penyakit, dan insomnia juga dapat mengganggu
sistem pencernaan. Akan semakin sulit untuk mematuhi pola makan sehat saat gejala-gejala
ini mulai terlihat, yang memerangkap pasien dalam sebuah lingkaran setan. Pasien akan
menghindari makanan tertentu yang diketahui menyebabkan sakit perut, akibatnya sistem
pencernaan mengeluhkan kekurangan serat dan nutrisi untuk dapat bekerja dengan baik.
Muncullah sembelit.

-Created By NMH & NRA-


Seiring waktu, pasien akan kehilangan nafsu makan dan kesulitan untuk mencerna
makanan yang mereka perlukan. Penurunan berat badan akan sangat drastis terlihat dan
menyebabkan malnutrisi.

➢ Napas terengah-engah
Sesak dada, sulit untuk menarik napas dalam-dalam, dan kesulitan bernapas mungkin
dapat terjadi pada kanker stadium 4. Terkadang, gejala ini mengindikasikan bahwa kanker
telah menjalar hingga paru-paru. Kemo dan terapi radiasi adalah salah satu faktor risiko dari
gejala ini. Kesulitan bernapas di tahap ini akan diikuti oleh batuk kering kronis.

➢ Gejala lain yang berkaitan dengan penyebaran kanker


Penyebaran kanker dapat memunculkan beberapa gejala yang dapat terdeteksi.
✓ Tulang: Saat kanker menyebar, sel tersebut akan merusak fisiologis tulang,
menyebabkan rasa ngilu dan meningkatnya risiko keretakan tulang. Gejala pada tulang
biasanya ditemukan di pinggul, tulang belakang, lengan, kaki, rusuk, atau tengkorak
kepala. Rasa sakit dan tidak nyaman pada tulang juga akan menyulitkan pasien untuk
berjalan.
✓ Paru-paru: sel kanker yang memengaruhi paru-paru dapat menyebabkan kesulitan
bernapas dan batuk kronis.
✓ Hati: kanker hati mungkin tidak akan memunculkan gejala selama beberapa waktu.
Namun pada stadium akhir, pasien akan mengalami sakit kuning, demam, dan
penurunan berat badan secara signifikan.

Pengobatan Kanker Payudara


Pengobatan kanker payudara bisa dengan prosedur bedah, kemoterapi, radioterapi, atau
terapi hormon. Pada sejumlah kasus, dua atau lebih prosedur dikombinasikan untuk mengobati
kanker payudara. Pengobatan yang dipilih tergantung pada tipe, stadium, dan tingkat sel kanker.
➢ Bedah Lumpektomi
Bedah lumpektomi dilakukan untuk mengangkat tumor yang tidak terlalu besar beserta
sebagian kecil jaringan sehat di sekitarnya. Prosedur ini umumnya diikuti radioterapi untuk
mematikan sel kanker yang mungkin tertinggal di jaringan payudara. Pasien dengan tumor
yang besar bisa menjalani kemoterapi terlebih dahulu untuk menyusutkan ukuran tumor,
sehingga tumor bisa dihilangkan dengan lumpektomi.

➢ Bedah Mastektomi
Pilihan prosedur bedah yang lain adalah mastektomi, yaitu bedah yang dilakukan
oleh dokter bedah onkologi untuk mengangkat seluruh jaringan di payudara. Mastektomi
dilakukan jika pasien tidak bisa ditangani dengan lumpektomi. Ada beberapa tipe bedah
mastektomi, yaitu:
✓ Simple/total mastectomy – Dokter mengangkat seluruh payudara, termasuk putting,
areola, dan kulit yang menutupi Pada beberapa kondisi, beberapa kelenjar getah bening
bisa ikut diangkat.
✓ Skin-sparing mastectomy – Dokter hanya mengangkat kelenjar payudara, putting, dan
areola. Jaringan dari bagian tubuh lain akan digunakan untuk merekonstruksi ulang
payudara.
✓ Nipple-sparing mastectomy – Jaringan payudara diangkat, tanpa menyertakan kulit
payudara dan puting. Namun jika ditemukan kanker pada jaringan di bawah puting dan
areola, maka puting payudara juga akan diangkat.
✓ Modified radical mastectomy – Prosedur ini mengombinasikan simple mastectomy dan
pengangkatan seluruh kelenjar getah bening di ketiak.

-Created By NMH & NRA-


✓ Radical mastectomy – Dokter mengangkat seluruh payudara, kelenjar getah bening di
ketiak, dan otot dada (pectoral).
✓ Double mastectomy – Prosedur ini dilakukan sebagai pencegahan pada wanita yang
berisiko tinggi terserang kanker payudara dengan mengangkat kedua payudara.

➢ Bedah Pengangkatan Kelenjar Getah Bening


Dokter akan melakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah kanker sudah tersebar ke
kelenjar getah bening di ketiak. Pemeriksaan ini juga untuk menentukan stadium kanker
yang dialami pasien. Pengangkatan kelenjar getah bening dapat dilakukan bersamaan
dengan operasi pengangkatan tumor di payudara, atau dilakukan secara terpisah. Dua jenis
pembedahan untuk mengangkat kelenjar getah bening adalah:
✓ Sentinel lymph node biopsy (SLNB). Dokter hanya mengangkat kelenjar getah bening di
ketiak yang kemungkinan akan terlebih dulu terkena kanker.
✓ Axillary lymph node dissection (ALND). Dokter mengangkat lebih dari 20 kelenjar getah
bening di ketiak.

Komplikasi yang timbul dari bedah untuk kanker payudara tergantung dari prosedur yang
dilakukan. Secara umum, prosedur bedah bisa menyebabkan pendarahan, nyeri, dan
pembengkakan lengan (limfedema).

➢ Radioterapi
Pilihan pengobatan lain bagi pasien kanker payudara adalah radioterapi atau terapi
radiasi dengan menggunakan sinar berkekuatan tinggi, seperti sinar-X dan proton.
Radioterapi bisa dilakukan dengan menembakkan sinar ke tubuh pasien menggunakan
mesin (radioterapi eksternal), atau dengan menempatkan material radioaktif ke dalam
tubuh pasien (brachytherapy)

Radioterapi eksternal biasanya dijalankan setelah pasien selesai menjalani


lumpektomi, sedangkan brachytherapy dilakukan jika kecil risikonya untuk muncul kanker
payudara kembali. Dokter juga bisa menyarankan pasien untuk menjalani radioterapi pada
payudara setelah mastektomi, untuk kasus kanker payudara yang lebih besar dan telah
menyebar ke kelenjar getah bening.

Radioterapi atau terapi radiasi pada kanker payudara dapat berlangsung selama 3 hari
hingga 6 minggu, tergantung dari jenis terapi yang dilakukan. Radioterapi bisa menimbulkan
komplikasi seperti kemerahan pada area yang disinari, serta payudara juga mungkin dapat
menjadi keras dan membengkak.

➢ Terapi Hormon
Pada kasus kanker yang dipengaruhi hormon estrogen dan progesteron, dokter bisa
menyarankan pasien menggunakan penghambat estrogen, seperti tamoxifen. Obat ini bisa
diberikan pada pasien selama 5 tahun. Sedangkan obat penghambat aromatase,
seperti anastrozole, letrozole, dan exemestane, diresepkan dokter untuk menghambat
produksi hormon estrogen pada wanita yang telah melewati masa menopause.

Pada wanita yang belum mencapai menopause, hormon pelepas gonadotropin,


seperti goserelin, bisa digunakan untuk mengurangi kadar estrogen pada rahim. Pilihan lain
adalah dengan mengangkat indung telur atau menghancurkannya dengan radioterapi agar
hormon tidak terbentuk.

-Created By NMH & NRA-


Obat lain pada kanker ER positif atau PR positif adalah everolimus, yang menghambat
fungsi protein mTOR agar sel kanker tidak bertumbuh dan membentuk pembuluh darah
baru. Efek samping dari everolimus antara lain adalah diare dan muntah, bahkan bisa
meningkatkan kadar kolesterol, trigliserida, dan gula dalam darah.

➢ Kemoterapi
Kemoterapi yang dilakukan setelah bedah (adjuvant chemotherapy), bertujuan untuk
membunuh sel kanker yang mungkin tertinggal saat prosedur bedah, atau sel kanker sudah
menyebar namun tidak terlihat meski dengan tes pemindaian. Sel kanker yang tertinggal
tersebut bisa tumbuh dan membentuk tumor baru di organ lain.

Sedangkan kemoterapi yang dilakukan sebelum bedah (neoadjuvant chemotherapy)


bertujuan untuk menyusutkan ukuran tumor agar bisa diangkat dengan pembedahan.
Kemoterapi jenis ini biasanya dilakukan untuk menangani kanker yang ukurannya terlalu
besar untuk dibuang melalui operasi.

Jenis obat yang umum digunakan pada adjuvant chemotherapy dan neoadjuvant
chemotherapy adalah anthracylines (doxorubicin dan epirubicin), taxanes (paclitaxel dan d
ocetaxel), cyclophosphamide, carboplatin, dan 5-fluorouracil. Umumnya dokter
mengombinasikan 2 atau 3 obat di atas.

Kemoterapi juga bisa digunakan pada kanker stadium lanjut, terutama pada wanita
dengan kanker yang telah menyebar hingga ke area ketiak. Lama terapi tergantung pada
seberapa baik respon pasien. Jenis obat yang umumnya digunakan
adalah vinorelbine, capecitabine, dan gemcitabine. Untuk kanker stadium lanjut, dokter bisa
menggunakan satu obat, atau mengombinasikan dua obat.

Obat kemoterapi umumnya diberikan secara intravena, bisa dengan suntikan atau
dengan infus. Pasien diberikan obat dalam siklus yang diikuti masa istirahat untuk
memulihkan diri dari efek yang ditimbulkan obat. Siklus ini biasanya berlangsung dalam 2
hingga 3 minggu, dengan jadwal pemberian tergantung pada jenis obatnya.

Efek samping yang timbul dari kemoterapi tergantung dari obat yang digunakan,
namun umumnya pasien mengalami kerontokan rambut, infeksi, mual, dan muntah. Dalam
beberapa kasus, kemoterapi bisa menyebabkan menopause yang terlalu dini, kerusakan
saraf, kemandulan, serta kerusakan jantung dan hati. Meski sangat jarang terjadi,
kemoterapi juga bisa menyebabkan kanker darah.

➢ Terapi Target
Terapi lain untuk pasien kanker payudara adalah terapi target. Terapi ini menghambat
pertumbuhan dan penyebaran sel kanker, tanpa merusak sel-sel yang sehat.

Terapi target umumnya diterapkan pada kanker HER2 positif. Obat yang digunakan
pada terapi target ditujukan untuk menghambat perkembangan protein HER2, yang
membantu sel kanker tumbuh lebih agresif. Beberapa obat yang digunakan dalam terapi
target adalah trastuzumab, pertuzumab, dan lapatinib. Obat-obat tersebut ada yang
diberikan secara oral atau melalui suntikan, dan bisa digunakan untuk mengobati kanker
stadium awal maupun stadium lanjut.

-Created By NMH & NRA-


Efek samping yang mungkin muncul dari terapi target pada kanker HER2 positif bisa
ringan atau berat, di antaranya kerusakan jantung yang bisa berkembang ke gagal jantung.
Risiko gangguan jantung bisa meningkat jika obat terapi target dikombinasikan dengan
kemoterapi. Efek samping lain yang mungkin timbul adalah pembengkakan pada tungkai,
sesak napas, dan diare. Penting untuk diingat, obat ini tidak disarankan untuk mengobati
kanker payudara pada wanita hamil, karena bisa menyebabkan keguguran.

3. Post Mastectomy
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Kini mastektomi tidak hanya dilakukan
sebagai tindakan untuk penderita kanker payudara, namun juga bisa dilakukan sebagai tindakan
pencegahan guna menekan risiko munculnya penyakit tersebut.

Mengenali Jenis Mastektomi


Mastektomi dapat dilakukan pada satu payudara ataupun keduanya. Dulu pengangkatan
payudara secara keseluruhan merupakan standar tindakan untuk kanker payudara. Namun, kini
ada beberapa jenis mastektomi, di antaranya sebagai berikut:
➢ Mastektomi radikal
Mastektomi jenis ini semakin jarang dilakukan. Tindakan ini akan mengangkat seluruh
bagian payudara termasuk puting. Mastektomi radikal juga mengangkat kulit bagian atas
payudara, otot di bagian bawah sekaligus kelenjar getah bening.

➢ Mastektomi radikal modifikasi


Mastektomi ini akan mengangkat seluruh bagian payudara dan kelenjar getah bening di
bawah ketiak, namun otot dada umumnya tetap dipertahankan. Sementara, kulit bagian
atas payudara bisa ikut diangkat atau dibiarkan.

➢ Mastektomi parsial
Tindakan ini akan mengangkat bagian payudara yang terkena tumor, kemudian biasanya
dilanjutkan dengan terapi radiasi untuk membunuh dan mencegah penyebaran sel kanker.
Mastektomi parsial umumnya dilakukan untuk penderita kanker payudara stadium 1 atau
2.

➢ Mastektomi preventif
Tindakan ini dilakukan terutama pada wanita dengan risiko tinggi kanker payudara secara
genetik. Menurut penelitian, mastektomi preventif dapat mengurangi risiko kanker
payudara hingga 90 persen pada kelompok wanita yang berisiko tinggi. Tindakan ini dapat
berupa pengangkatan payudara dan puting secara keseluruhan ataupun tetap
mempertahankan keberadaan puting susu.Mastektomi preventif juga umum dilakukan
pada wanita yang menderita kanker payudara pada satu payudara, kemudian dilakukan
tindakan pencegahan pada payudara lainnya.

Kapan Dilakukan Mastektomi?


Mastektomi dilakukan pada beberapa kondisi, antara lain kanker payudara non-invasif pada
jaringan air susu (ductal carcinoma in situ), kanker payudara stadium awal (1 dan 2), kanker
payudara stadium 3 setelah kemoterapi, peradangan kanker payudara setelah kemoterapi,
kanker payudara yang timbul kembali dan Paget’s disease pada payudara.

-Created By NMH & NRA-


Selain itu, ada beberapa kondisi yang disarankan untuk melakukan mastektomi, seperti:
➢ Mengalami peradangan kanker payudara (inflammatory breast cancer).
➢ Memiliki tumor yang lebih besar dari 5 cm atau tumor yang relatif besar dibandingkan
ukuran payudara.
➢ Memiliki penyakit jaringan ikat yang serius, seperti skleroderma atau lupus, yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya efek samping dari radioterapi.
➢ Pernah menjalani pengobatan radioterapi untuk payudara.
➢ Memiliki dua atau lebih kanker di payudara yang sama, namun tidak cukup dekat untuk
diangkat bersamaan tanpa mengubah bentuk payudara.
➢ Sedang hamil dan akan membutuhkan radioterapi saat masih hamil (berisiko
membahayakan janin).
➢ Memiliki faktor genetik seperti mutasi BRCA, yang meningkatkan risiko terkena kanker
payudara untuk kedua

Efek Samping Mastektomi


Tindakan bedah mastektomi tidaklah bebas risiko. Beberapa saat setelah mastektomi,
umumnya timbul rasa sakit atau bengkak pada jaringan di sekitar dada. Juga akan tampak bekas
luka pada payudara seiring dengan perubahan bentuknya.

Beragam efek samping yang umum dirasakan antara lain terasa nyeri, bengkak di tempat
operasi, pembentukan darah di luka (hematoma), penumpukan cairan bening di luka (seroma),
mati rasa di dada atau lengan atas

Nyeri saraf (neuropatik), terkadang digambarkan sebagai rasa terbakar atau tertusuk-tusuk,
di dinding dada, ketiak, dan/atau lengan, yang tidak hilang seiring berjalannya waktu. Kondisi ini
disebut PMPS (post-mastectomy pain syndrome).

Seperti semua operasi, pendarahan dan infeksi di tempat operasi juga mungkin terjadi. Jika
kelenjar getah bening di ketiak ikut diangkat, dapat terjadi efek samping lain, seperti
lymphedema.

4. Cachexia
Kanker kaheksia adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan sekelompok gejala
(sindrom) yang muncul akibat kanker itu sendiri maupun pengobatannya. Kakesia ditandai
dengan penurunan berat badan, gejala anoreksia, dan hilangnya sel lemak dan massa otot secara
terus-menerus seiring waktu sebagai respons pertumbuhan sel kanker ganas.

Di samping itu, pasien kanker yang mengalami kaheksia biasanya tidak merasakan lapar dan
tak memiliki nafsu makan sama sekali. Oleh karena itu, masalah ini bukan sekadar kehilangan
berat badan yang bisa ditangani dengan mengonsumsi makanan yang cukup. Masalah yang
dihadapi oleh pasien kanker yang mengalami kakeksia jauh lebih rumit. Pasalnya, kondisi ini juga
ditandai dengan peradangan sistemik, hilangnya protein tubuh, serta keseimbangan energi.

Apa saja gejala kaheksia (kakeksia) kanker?


Beberapa gejala umum dari kakeksia adalah:
➢ Mengalami penurunan berat badan lebih dari 5% dari berat badannya
➢ Memiliki persentase lemak tubuh kurang dari 10%
➢ Merasa mual
➢ Merasa kenyang meski baru makan dengan porsi yang sedikit

-Created By NMH & NRA-


➢ Mengalami anemia
➢ Merasa sangat lelah dan lemah
➢ Tidak nafsu makan
➢ Penanganan kaheksia kanker harus dilakukan dengan tepat. Bila tidak, hal ini akan
membahayakan nyawa pasien.

Apakah setiap pasien kanker pasti mengalami kaheksia?


Suatu studi menyatakan bahwa 15-40% kasus turunnya berat badan pasien kanker disebabkan
oleh kaheksia. Biasanya sindrom kanker kaheksia ini diderita oleh pasien kanker stadium
lanjut. Enam dari 10 orang yang mengalami kaheksia adalah orang-orang yang memiliki stadium
kankernya sudah memasuki tahap lanjut. Cukup jarang ditemukan pada pasien dengan kanker
stadium awal.

Apa penyebab kaheksia kanker?


Sampai saat ini belum diketahui pasti apa yang jadi penyebab kaheksia sebagai komplikasi
kanker. Namun, para ahli berpendapat bahwa sel-sel kanker yang tumbuh di dalam tubuh juga
menghasilkan zat kimia yang disebut dengan sitokin. Sitokin ini yang kemudian membuat rusak
organ-organ di tubuh. Saat organ tubuh menjadi rusak, kebutuhan energi menjadi meningkat,
tetapi akibat pasien tidak nafsu makan dan tak ada makanan yang masuk, maka tubuh akan
mengambil makanan dari cadangan yang tersisa. Semakin lama cadangan tersebut semakin habis,
sehingga massa otot serta jaringan lemak berkurang sebagai pengganti energi darurat. Pada
beberapa kasus, penurunan berat badan drastis dan hilangnya lemak serta massa otot tubuh ini
menyebabkan penampilan pasien kanker tampak seperti kerangka tulang dibalut kulit saja.

Bagaimana cara mengatasi kaheksia kanker ini?


Karena kondisi ini cukup rumit dan disebabkan oleh berbagai hal, mengubah pola makan saja
tidak cukup mengatasi kaheksia. Maka dari itu, kaheksia kanker biasanya ditangani dengan cara
memberikan obat-obatan untuk menurunkan kadar sitokin dalam tubuh, meningkatkan nafsu
makan, serta membuat kadar hormon tetap normal, sehingga tidak menyebabkan penurunan
berat badan. Beberapa jenis obat yang mungkin diberikan pada pasien dengan kanker kaheksia
adalah:
➢ Dexamethasone
➢ Methylprednisolone
➢ Prednisone
➢ Dronabinol

Melakukan olahraga dengan rutin juga dapat menolong pasien untuk membentuk massa otot
kembali. Bila ingin melakukan aktivitas fisik, biasanya pasien akan dibantu oleh ahli fisioterapi.

-Created By NMH & NRA-


1. Definisi
• (WHO, 2005) perawatan paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang bertujuan
meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri dan penderitaan lain,
memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa ditegakkan sampai akhir
hayat dan dukungan terhadap keluarga yang kehilangan/berduka.
• Menurut WHO palliative care merupakan pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah yang berkaitan dengan masalah yang
mengancam jiwa, melalui pencegahan dan menghentikan penderitaan dengan identifikasi
dan penilaian dini, penangnanan nyeri dan masalah lainnya, seperti fisik, psikologis, sosial
dan spiritual (WHO, 2017).
• Palliative care meliputi seluruh rangkaian penyakit melibatkan penanganan fisik,
kebutuhan intelektual, emosional, sosial dan spiritual untuk memfasilitasi otonomi pasien,
dan pilihan dalam kehidupan (Ferrell, 2015).
• Program Paliatif pasien kanker adalah pendekatan terintegrasi oleh tim paliatif untuk
mencapai kualitas hidup pasien dan kematian yang bermartabat serta memberikan
dukungan bagi keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan kondisi
pasien dengan mencegah dan mengurangi penderitaan melalui identifikasi dini, penilaian
yang seksama, serta pengobatan nyeri dan masalah masalah lain, baik masalah fisik,
psikososial dan spiritual (WHO, 2002). (Pedoman Nasional Program Paliatif Kanker, 2014)

2. Prinsip Palliative care


a. Fokus perawatan terhadap kualitas hidup, termasuk kontrol gejala yang tepat
b. Pendekatan personal, termasuk pengalaman masalalu dan kondisi sekarang
c. Peduli terhadap sesorang dengan penyakit lanjut termasuk keluarga atau orang
terdekatnya
d. Peduli terhadap autonomy pasien dan pilihan untuk mendapat rencana perawatan
lanjut, eksplorasi harapan dan keinginan pasien
e. Menerapkan komunikasi terbuka terhadap pasien atau keluarga kepada profesional
kesehatan (Cohen and Deliens, 2012)

3. Peran dan Fungsi Perawat


Dalam menjalankan peran dan fungsi perawat dalam palliative care, perawat harus
menghargai hak-hak pasien dalam menentukan pilihan, memberikan kenyamanan pasien dan
pasien merasa bermartabat yang sudah tercermin didalam rencana asuhan keperawatan.
Perawat memiliki tanggung jawab mendasar untuk mengontrol gejala dengan mengurangi
penderitaan dan support yang efektif sesuai kebutuhan pasien. Peran perawat sebagai pemberi
layanan palliative care harus didasarkan pada kompetensi perawat yang sesuai kode etik
keperawatan (Combs, etal.,2014)

Perawat Paliatif (Pedoman Nasional Program Paliatif Kanker, 2014)

Perawat harus memiliki pengetahuan dan keterampilan sesuai prinsip-prinsip pengelolaan


paliatif. Perawat paliatif bertang-gung jawab dalam penilaian, pengawasan, dan pengelolaan
asuhan keperawatan pasien paliatif.

1) Perawat sebagai koordinator layanan paliatif:


a) Menyiapkan pelaksanaan program paliatif, baik rawat jalan, rawat inap atau rawat
rumah.
b) Menyiapkan peralatan medis yang diperlukan.

-Created By NMH & NRA-


c) Mendistribusikan dan menghubungi tenaga pelaksana kepada anggota tim atau ke unit
layanan lain.
d) Menyusun jadwal kunjungan dan tenaga paliatif yang diperlukan.
e) Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan program paliatif.

2) Perawat sebagai tenaga pelaksana:


a) Menerima permintaan asuhan keperawatan dari koordinator program paliatif.
b) Berkoordinasi dengan anggota tim lain.
c) Menganalisa, menegakkan dan melakukan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan dan
kondisi pasien
d) Menginformasikan dan mengedukasi pelaku rawat atau penanggung jawab pasien
e) Melaporkan setiap perkembangan pasien kepada dokter penanggung jawab dan
koordinator program paliatif
f) Evalusi asuhan keperawatan yang telah dilakukan secara langsung atau tidak lasung
melalui laporan harian pelaku rawat
g) Mengusulkan asuhan keperawatan baru atau lanjutan kepada dokter penanggung jawab
atau koordinator bila diperlukan
h) Merubah asuhan keperawatan sesuai kesepakatan dan persetujuan dokter penanggung
jawab serta menginfor-masikan kepada pelaku rawat
i) Melakukan pencatatan dan pelaporan
j) Mengontrol pemakaian obat dan pemeliharaan alat medis

3) Perawat Homecare:
a) Menerima permintaan perawatan homecare dari dokter penanggung jawab pasien
melalui koordinator program paliatif.
b) Berkoordinasi dan menganalisa program homecare dan dokter penanggung jawab
dan koordinator program paliatif.
c) Melakukan asuhan keperawatan sesuai program yang direncanakan.
d) Reevaluasi atau evaluasi asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan.
e) Melaporkan setiap perkembangan pasien kepada dokter penangung jawab pasien.
f) Mengusulkan asuhan keperawatan baru bila diperlukan.
g) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.

4) Pelaku rawat (caregiver)


a) Melakukan atau membantu pasien melakukan perawatan diri dan kegiatan sehari
hari (memandikan, memberi makan, beraktifitas sesuai kemampuan pasien, dll)
b) Memberikan obat dan tindakan keperawatan sesuai anjuran dokter
c) Melaporkan kondisi pasien kepada perawat
d) Mengidentifikasi dan melaporkan gejala fisik dan gejala lain kepada perawat

4. Tempat-tempat Pelayanan Palliatif


Berdasarkan Permenkes Nomor 812/ Menkes/SK/VII/2007 dijelaskan tempat untuk layanan
paliatif meliputi:
a. Rumah Sakit : untuk pasien yang harus mendapatkan perawatan yang memerlukan
pengawawasan ketat, tindakan khusus atau perawalatan khusus.
b. Puskesmas : untuk pasien yang memerlukan perawatan rawat jalan
c. Rumah singgah / panti (hospice) : untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat,
tindakan khusus atau peralatan khsus tetapi belum dapat dirawat dirumah karena
memerlukan pengawasan

-Created By NMH & NRA-


d. Rumah pasien : untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat tindakan khsusus
atau peralatan khusus atau keterampilan perawatan yang tidak mungkin dilakukan oleh
keluarga (PERMENKES, 2007).

5. Langkah-langkah dalam Pelayanan Palliatif


a. Menentekun tujuan perawatan dan harapan pasien
b. Membantu pasien dalam membuat advance care planning
c. Pengobatan penyakit penyerta dari aspek sosial yang muncul
d. Tata laksana gejala
e. Dukungan psikologis, kultural dan sosial
f. Respon pada fase terminal : memberikan tindakan sesuai wasiat atau keputusan keluarga bila
wasiat belum dibuat.
g. Pelayanan terhadap pasien dan keluarga termasuk persiapan duka cita. (KEMENKES, 2013).

6. Layanan Palliative Home Care


Palliative home care merupakan pelayanan palliative care yang dilakukan dirumah pasien
oleh tenaga palliative dan atau keluarga atas bimbingan dan pengawasan tenaga palliative
(KEPMENKES, 2007). Palliative home care dinilai baik dan pilihan yang tepat untuk dapat
menghindari perawatan di rumah sakit yang dinilai mahal dan tidak efektif bagi pasien terminal,
hal ini juga dapat membantu dan melatih pasien, keluarga dan pemberi layanan dalam
menghadapi situasi yang sulit (Pompili et al., 2014). Berbagai manfaat pelayanan palliative home
care yang dapat dirasakan oleh pasien ataupun keluarga diantaranya merasa lebih nyaman,
bermartabat dan juga dapat menghemat biaya dari pada meninggal dirumahsakit (Ventura et al.,
2014)

Perawatan palliative dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan kunjungan/rawat. Perawatan
Palliative dapat dilaksanakan melalui pendekatan sebagai berikut:
a. Menyediakan bantuan untuk rasa sakit dan gejala lain yang menganggu klien.
b. Menegaskan hidup dan menganggap mati sebagai proses yang normal
c. Tidak bermaksud untuk mempercepat atau menunda kematian
d. Mengintegrasikan aspek-aspek psikologis dan spiritual perawatan pasien
e. Meredakan nyeri dan gejala fisik lain yang mengganggu

Palliatif Care Plan: Palliative care plan dapat di laksanakan dengan partnership antara pasien,
keluarga, orang tua, teman sebaya dan petugas kesehatan yangprofessional, suport fisik,
emosinal, pycososial, dan spiritual khususnya. Melibatkanpasien dalam kebutuhan memahami
gambaran dan kondisi penyakit terminalnyasecara bertahap, tepat dan sesuai. 1enyediakan
diagnostik atau kebutuhaninter'ensi terapeutik guna memperhatikan/memikirkan konteks
tujuan danpengaharapan dari pasien dan keluarga (Doyle, Hanks and Macdonald, 2003:42)

Peran Spiritual Dalam Paliative Care: Beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan
dramatis dalam agama dankeyakinan spiritual sebagai sumber kekuatan dan dukungan dalam
penyakit fisikyang serius. Profesional kesehatan yang memberikan perawatan medis menyadari
pentingnya memenuhi “kebutuhan spiritual dan keagamaan” pasien (Woodruff , 2004)

5ebuah pendekatan kasih sayang akan meningkatkan kemungkinan pemulihan atauperbaikan.


Dalam contoh terburuk, ia menawarkan kenyamanan dan persiapan untuk individu melalui
proses traumatis penyakit terakhir sebelum kematian (Doyle,Hanks and Macdonald, 2003 : 101).

-Created By NMH & NRA-


Studi pasien dengan penyakit kronis atauterminal telah menunjukkan kejadian insiden tinggi
depresi dan gangguan mentallainnya. Dimensi lain menunjukkan bahwa tingkat depresi
sebanding dengan tingkatkeparahan penyakit dan hilangnya fungsi tambahan. 5umber depresi
adalah sekitar isu yang berkaitan dengan spiritualitas dan agama. Pasien di bawah
perawatanpalliati'e dan dalam keadaan seperti itu sering mempunyai keprihatinan rohani
yangberkaitan dengan kondisi mereka dan mendekati kematian (Ferrell & Coyle, 2007 : 848).

Spiritual dan keprihatinan keagamaan dengan pasien biasanya bersinggungan dengan isu sehari-
hari penyakit yang tidak dapat disembuhkan, dengan orang tua dan mereka yang menghadapi
kematian yang akan datang. Kekhawatiran semacamitu telah diamati, bahkan pada pasien yang
telah dirawat di rumah sakit denganpenyakit serius non-terminal (Ferrell & Coyle, 2007 : 52).

Studi lain telah menunjukkan bahwa persentase yang tinggi dari pasien di atas usia 60 tahun
menemukan hiburan dalam ketekunan bergama yang memberi mereka kekuatan dan
kemampuan untuk mengatasi kehidupan, sampai batas tertentu. Kekhawatirandi saat sakit
parah mengasumsikan berbagai bentuk seperti hubungan seseorang dengan Allah, takut akan
neraka dan perasaan ditinggalkan oleh komunitas keagamaan mereka. Sering menghormati dan
memvalidasi individu pada dorongan agama dan keyakinan adalah setengah perjuangan ke arah
menyiapkan merekapada sebuah kematian yang baik (Ferrell & Coyle, 2007 : 11718)

7. Etika Palliative (Pedoman Nasional Program Paliatif Kanker, 2014)


a. Autonomy
Hak individu dalam membuat keputusan terhadap tindakan yang akan dilakukan atau tidak
dilakukan setelah mendapatkan informasi dari dokter serta memahami informasi tersebut
secara jelas. Pada pasien anak, autonomy tersebut diberikan pada orangtua atau wali.
b. Beneficence
Tindakan yang dilakukan harus memberikan manfaat bagi pasien dengan memperhatikan
kenyamanan, kemandirian, kesejahteraan pasien dan keluarga, serta sesuai keyakinan dan
kepercayaannya.
c. Non-maleficence
Tindakan yang dilakukan harus tidak bertujuan mencederai atau memperburuk keadaan
kondisi yang ada.
d. Justice
Memperlakukan semua pasien tanpa diskriminasi (tidak membe-dakan ras, suku, agama,
gender dan status ekonomi)

8. Prinsip Program Palliative Pasien Kanker (Pedoman Nasional Program Paliatif Kanker,
2014)
Prinsip tersebut di bawah ini merupakan acuan dalam melaksana-kan program paliatif pasien
kanker (Adaptasi WHO, 2007):
a. Menghilangkan nyeri dan gejala fisik lain.
b. Menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses normal.
c. Tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian.
d. Mengintegrasikan aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.
e. Memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin.
f. Memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita.

-Created By NMH & NRA-


g. Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya.
h. Menghindari tindakan yang sia sia.
i. Bersifat individual tergantung kebutuhan pasien.

9. Indikasi Pelayanan Paliatif (Pedoman Nasional Program Paliatif Kanker, 2014)


Program Paliatif dimulai sejak diagnosis kanker ditegakkan serta bila didapatkan satu atau lebih
kondisi di bawah ini :
a. Nyeri atau keluhan fisik lainnya yang belum dapat diatasi.
b. Gangguan psikologis terkait dengan diagnosis atau terapi kanker.
c. Penyakit penyerta yang berat dan kondisi sosial yang diakibat-kannya.
d. Permasalahan dalam pengambilan keputusan tentang terapi yang akan atau sedang dilakukan.
e. Pasien/keluarga meminta untuk dirujuk ke perawatan paliatif (sesuai dengan prosedur rujukan).
f. Angka harapan hidup < 12 bulan (ECOG> 3 atau Karnofsky < 50%, metastasis otak dan
leptomeningeal, metastasis di cairan interstisial, sindromvena cava superior, kaheksia, serta
kondisi berikut bila tidak dilakukan tindakan atau tidak respon terhadap tindakan, yaitu kompresi
tulang belakang, bilirubin ≥2,5 mg/dl, kreatinin ≥3 mg/dl ) *.
g. Pasien kanker stadium lanjut yang tidak memberikan respon dengan terapi yang diberikan

Langkah-langkah dalam Program Paliatif: (tidak berlaku pada pasien kanker anak)
a. Melakukan penilaian aspek fisik, psikologis, sosial dan kultural, dan spiritual.
b. Menentukan pengertian dan harapan pasien dan keluarga.
c. Menentukan tujuan perawatan pasien.
d. Memberikan informasi dan edukasi perawatan pasien.
e. Melakukan tata laksana gejala, dukungan psikologis, sosial dan kultural, dan spiritual.
f. Memberikan tindakan sesuai wasiat atau keputusan keluarga bila wasiat belum dibuat, misalnya:
penghentian atau tidak memberikan pengobatan yang memperpanjang proses menuju kematian
(resusitasi, ventilator, cairan, dan lain-lain).
g. Membantu pasien dalam membuat Advanced Care Planning (wasiat atau keingingan terakhir).
h. Pelayanan terhadap pasien dengan stadium terminal.

-Created By NMH & NRA-

Anda mungkin juga menyukai