Skenario
Seorang wanita berusia 35 tahun, didiagnosis dengan kanker payudara stadium 4 tulang metastasis
(kankernya sudah mengarah kea rah tulang), hari ke 7 pasca mastektomi / Post mastektomi dan dia
menderita asites. kondisinya sangat lemah dan tidak bisa bergerak karena nyeri tulang belakang skala
8. pasien hanya ditemani ibunya. suaminya dan 2 anak kecil belum pernah ke rumah sakit. pasien
mengatakan dia ingin pulang karena dia merindukan anak-anaknya dan menolak untuk pasangan NGT.
dia terlihat sangat lemah, cachexia, tidak mau makan, semua kebutuhan dasar dibantu oleh perawat
dan ibunya. dia seorang moslemah tetapi tidak sholat karena dia merasa kotor karena lukanya. dia
ingin pulang dan berkumpul bersama keluarganya, tetapi dokter tidak mengizinkan, karena kondisinya
tidak membaik.
Kata Sulit
1. Metastase Tulang
Metastasis (bahasa Yunani: "perubahan status") adalah penyebaran kanker dari situs awal ke
tempat lain di dalam tubuh (misalnya otak atau hati). Sel kanker dapat melepaskan diri dari tumor
utama, masuk ke pembuluh darah, ikut bersirkulasi dalam aliran darah, dan tumbuh di jaringan
normal yang jauh dari tumor asalnya.
Metastasis adalah gerakan atau penyebaran sel kanker dari satu organ atau jaringan ke organ
atau jaringan lainnya. Sel kanker tersebut biasanya menyebar melalui darah atau kelenjar getah
bening. Penyebaran kanker ini dapat terjadi di mana saja, baik di dalam jaringan, ke organ
terdekat maupun organ yang jauh.
Metastasis tulang adalah suatu kondisi di mana sel kanker telah berpindah dari daerah asal
dan menetap pada tulang manapun di tubuh sehingga terbentuk tumor baru. Kondisi ini berbeda
dari jenis kanker lain yang bermula pada tulang.
Tulang merupakan salah satu bagian tubuh yang dapat terkena metastasis, selain hati dan
paru-paru. Pasien dapat terserang lebih dari satu metastasis (di mana kondisi ini dinamakan
metastase.
Metastasis tulang bukan penyakit kambuhan, yang ditandai dengan munculnya kembali
kanker baik pada daerah asal maupun di dekatnya. Namun, ada kalanya kanker terdeteksi melalui
metastasis, di mana kondisi ini disebut penyakit kambuh berjarak.
Orang yang memiliki kanker payudara, ginjal, gondok, dan paru-paru lebih mungkin terserang
metastasis tulang dibandingan jenis kanker lainnya. Tingkat potensinya lebih dari 60%. Sementara
itu, pria dan wanita yang mengalami pertumbuhan tulang tidak normal (yang dapat dideteksi
melalui tes pencitraan) ketika berada pada usia tua, seperti 45 tahun ke atas, perlu memeriksakan
dirinya sendiri untuk penyakit kanker primer atau sekunder. Pertumbuhan tulang mencapai
puncaknya pada umur 20-an dan kemudian turun setelah itu.
Karena sel kanker juga dapat membelah, sel kanker tunggal dapat menjadi tumor dan dapat
menempel pada jaringan dan pembuluh darah pada daerah asal terbentuknya (situs utama).
Meskipun beberapa sel kanker membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk berkembang dan
menyebar, kanker lain dapat sangat agresif.
Sel kanker yang sudah menyerang pembuluh darah akhirnya dapat mencapai aliran darah
(atau sistem limfatik). Sel kanker dapat bergerak ke seluruh tubuh sampai mereka menetap pada
daerah tertentu (situs sekunder) seperti tulang.
Setelah kanker menyebar, kemungkinan sel kanker bertahan hidup turun secara signifikan
sebagaimana tidak adanya pengobatan apapun untuk metastasis tulang. Satu-satunya pilihan
adalah untuk memperlambat pertumbuhan atau menghentikan berkembangnya penyakit, serta
untuk membuat gejalanya lebih mudah ditangani melalui pengobatan, operasi, dan pengobatan
non-bedah seperti kemoterapi dan terapi radiasi.
Gejala ini terjadi baik karena kerusakan maupun hancurnya sel osteolitik, yaitu salah satu sel
yang ditemukan pada tulang. Ini berarti mineral tulang telah larut. Kemungkinan hasil akhir
lainnya adalah pembentukan tulang baru. Karena tulang telah terbentuk akibat berkembangnya
sel kanker, tulang dapat tumbuh dengan tidak normal dan maka itu dapat menjadi cacat. Kondisi
ini juga dapat digambarkan dengan masa tulang yang lebih padat. Meskipun biasanya kondisi
tersebut merupakan gabungan dari keduanya.
Tidak terdapat pengobatan untuk metastasis tulang. Penanganan yang ada sering kali
merupakan gabungan dari beberapa metode untuk menghentikan perkembangan kondisi
secepat mungkin. Karena itu, pasien diberikan obat nyeri yang tepat seperti ibuprofen. Jika nyeri
semakin memburuk, dokter mungkin akan memberikan morfin. Obat yang digunakan untuk
mengobati osteoporosis juga biasanya menjadi bagian dari perawatan.
Jenis pengobatan baru saat ini semakin sering dipilih untuk mengurangi rasa sakit pada pasien.
Pengobatan ini termasuk melakukan kemoterapi dengan obat-obatan seperti bifosfonat, yang
dapat mencegah kerusakan tulang.
Operasi juga merupakan pilihan lainnya, dan biasanya dilakukan untuk menjaga kestabilan
tulang dan mencegah patah tulang. Peralatan seperti sekrup dan pelat juga dapat digunakan.
Pengobatan yang disebutkan di atas memiliki risiko yang beragam. Misalnya, kemoterapi
standar bahkan dapat membunuh sel normal, yang dapat membahayakan kekebalan pasien
sementara operasi dapat menyebabkan infeksi. Di sisi lain, terapi radiasi dapat menyebabkan luka
bakar pada daerah tindakan.
Dokter bersama pasien harus berhati-hati mengukur apakah manfaat dari pengobatan lebih
besar daripada risikonya. Jika tidak, pasien dapat beralih ke perawatan paliatif yang bertujuan
untuk mengurangi kuatnya gejala dan menjaga kualitas hidup pasien.
2. Kanker Payudara
Kanker payudara adalah kondisi ketika sel kanker terbentuk di jaringan payudara. Kanker bisa
terbentuk di kelenjar yang menghasilkan susu (lobulus), atau di saluran (duktus) yang membawa
air susu dari kelenjar ke puting payudara. Kanker juga bisa terbentuk di jaringan lemak atau
jaringan ikat di dalam payudara.
Kanker payudara terbentuk saat sel-sel di dalam payudara tumbuh tidak normal dan tidak
terkendali. Sel tersebut umumnya membentuk tumor yang terasa seperti benjolan. Meski
biasanya terjadi pada wanita, kanker payudara juga bisa menyerang pria.
Kanker payudara pada pria dapat terjadi pada usia berapa pun. Namun biasanya, penyakit ini
lebih sering dialami oleh pria berusia 60-70 tahun. Beberapa faktor yang meningkatkan risiko pria
terkena kanker payudara adalah keturunan, paparan radiasi di bagian dada, obesitas, sindrom
Klinefelter, penyakit hati yang sudah parah, dan penggunaan hormon estrogen untuk mengobati
kanker prostat.
Kanker payudara yang paling umum terjadi, terbagi dalam beberapa jenis.
➢ Ductal carcinoma in situ. Kanker ini tumbuh di duktus, dan tidak menyebar ke jaringan
sekitarnya. Jenis kanker ini termasuk kanker stadium awal dan mudah diobati. Namun
demikian, kanker ini bisa menyebar ke jaringan sekitarnya jika tidak segera ditangani.
➢ Lobular carcinoma in situ. Adalah kanker yang tumbuh di lobulus. Sama seperti ductal
carcinoma in situ, kanker ini tidak menyebar ke jaringan sekitarnya.
➢ Invasive ductal carcinoma. Kanker ini tumbuh di duktus dan bisa menyebar ke jaringan
sekitarnya, bahkan bisa menyebar ke area tubuh yang lain. Jenis kanker ini terjadi pada 70-
80% kasus kanker payudara.
➢ Invasive lobular carcinoma. Adalah kanker yang tumbuh di lobulus dan bisa menyebar ke
jaringan sekitarnya. Kanker ini terjadi pada 10% kasus kanker payudara.
Belum diketahui apa penyebab sel-sel tersebut berubah menjadi sel kanker, namun para ahli
menduga adanya interaksi antara faktor genetik dengan gaya hidup, lingkungan, dan hormon,
sehingga sel menjadi abnormal dan tumbuh tidak terkendali.
Tes mammografi adalah tes yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis kanker payudara,
khususnya pada stadium awal. Meski umumnya tes ini bisa mendeteksi benjolan pada payudara
ganas atau tidak, namun tetap bisa terjadi kesalahan 10 hingga 15 persen, karena mammografi
bukan merupakan tes untuk memastikan kanker payudara. Tes lain yang umum dijalankan untuk
kanker payudara adalah USG mammae. Pada tes ini, gelombang suara akan menghasilkan
gambaran di dalam payudara, sehingga diketahui apakah benjolan yang muncul berupa struktur
padat atau kista yang berisi cairan. Jika diperlukan, tes MRI bisa dilakukan untuk memberi
gambaran yang lebih jelas daripada hasil yang didapatkan dari tes mammografi atau USG.
Untuk mengetahui secara pasti apakah pasien menderita kanker payudara, dokter akan
melakukan biopsi yaitu, yaitu dengan memeriksa sampel jaringan di laboratorium. Sampel akan
diteliti untuk mengetahui jenis sel yang menyebabkan benjolan atau kanker, tingkat agresifitas
kanker, dan apakah sel tersebut mengandung reseptor hormon atau protein (ER, PR, dan HER2).
Stadium Kanker Payudara
Setelah hasil biopsi menunjukkan jaringan tersebut merupakan kanker payudara, dokter akan
menentukan stadium kanker pada pasien. Stadium ini diklasifikasikan berdasarkan seberapa luas
area penyebaran kanker payudara. Klasifikasi ini membantu dokter menentukan jenis
pengobatan yang akan dipilih.
➢ Stadium 0
Kanker tidak berkembang lebih jauh dari tempat tumbuhnya di duktus atau lobulus, dan
belum menyebar ke jaringan di sekitarnya. Kondisi ini disebut in situ.
➢ Stadium 1
✓ Stadium 1a – Tumor berukuran hingga 20 mm dan belum menyebar ke kelenjar getah
bening di ketiak.
✓ Stadium 1b – Kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di ketiak, dengan ukuran
lebih besar dari 0,2 mm namun kurang dari 2 mm. Sedangkan pada payudara terdapat
tumor dengan ukuran tidak lebih dari 20 mm atau bisa tidak nampak tumor.
➢ Stadium 2
✓ Stadium 2a – Kanker payudara sudah masuk pada stadium ini jika:
Kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di ketiak dengan ukuran 2 mm atau
lebih, dengan tumor di payudara tidak lebih dari 20 mm atau tidak tampak tumor di
payudara.
Ukuran tumor lebih besar dari 50 mm, namun tidak menyebar ke kelenjar getah
bening.
➢ Stadium 3
Kanker semakin membesar dan menyebar ke dinding payudara atau ke kulit di sekitar
payudara. Sel kanker juga menyebar ke lebih banyak kelenjar getah bening.
✓ Stadium 3a – Kanker payudara sudah masuk pada stadium ini jika:
Kanker sudah menyebar ke 4 hingga 9 kelenjar getah bening di ketiak atau kelenjar
getah bening di dalam payudara, dengan ukuran tumor di payudara hingga 50 mm. Bisa
juga tidak ada tumor di payudara.
Ukuran tumor lebih besar dari 50 mm, dan sudah menyebar ke 1 hingga 3 kelenjar
getah bening di ketiak.
➢ Stadium 4
Pada stadium ini, ukuran tumor bisa bervariasi, dan telah menyebar jauh ke organ
lain, seperti tulang, paru-paru, hati, atau otak.
Kanker yang telah menyebar atau mengalami metastasis akan menjadi kanker metastatik.
Kanker metastatik tidak selalu menimbulkan gejala. Bila gejala terjadi, jenis dan frekuensinya
akan bergantung pada ukuran dan lokasi penyebaran tumor tersebut.
Beberapa tanda umum dari kanker metastatik adalah sakit dan patah tulang saat kanker telah
menyerang tulang; sakit kepala, kejang, atau pusing saat kanker sudah menyebar ke otak; sesak
napas saat kanker sudah menyebar ke paru-paru; penyakit kuning atau bengkak di perut saat
kanker telah menyebar ke hati.
Secara garis besar, kanker payudara dikategorikan ke dalam empat tahapan, yaitu:
➢ Stadium 1: merupakan tahap paling awal dari kanker payudara. Diameter tumor pada tahap
ini biasanya tidak melebihi dua centimeter. Tumor-tumor kecil berkelompok mungkin
ditemukan pada kelenjar getah bening.
➢ Stadium 2: proses penyebaran kanker dimulai di tahap ini. Kanker mungkin tampak di
beberapa kelenjar getah bening, dan tumor dalam payudara akan membesar namun tidak
melebihi lima centimeter.
➢ Stadium 3: dokter mengklasifikasikan tahapan ini sebagai stadium lanjut, di mana
penyebaran sel kanker sudah memengaruhi hampir keseluruhan kelenjar getah bening dan
jaringan dada. Di tahap ini kanker terkadang menjalar ke jaringan kulit dada, menyebabkan
peradangan dan luka.
➢ Stadium 4: kanker telah menyebar ke berbagai organ tubuh.
Kanker payudara stadium 4 digolongkan sebagai stadium terparah yang membutuhkan terapi
intensif dan berkelanjutan. Berikut ini adalah 10 tanda dan gejala paling umum dari kanker
payudara stadium 4:
➢ Benjolan di payudara
Benjolan tumor payudara pada tahapan awal kanker sangat jarang bisa dilihat atau
dirasakan. Untuk mendeteksi adanya benjolan dan tanda-tanda kanker sejak dini, dokter
akan melakukan pemindaian gambar dengan mammogram.
Di setiap kasus stadium 4, benjolan akan tampak kasat mata dan dapat dirasakan.
Benjolan tumor biasanya terdapat di bawah ketiak atau sekitarnya. Dokter biasanya akan
merekomendasikan untuk menjalani operasi pengangkatan tumor. Pasien juga dapat
merasakan perubahan yang terjadi pada payudara mereka, seperti pembengkakan payudara
dan daerah sekitarnya.
➢ Perubahan kulit
Kanker payudara dapat memengaruhi penampilan kulit. Umumnya, penampakan
abnormal terjadi di kulit sekitar puting dan adanya kehadiran tumor-tumor kecil dalam
payudara. Perubahan tidak hanya terjadi pada struktur dan penampilan, namun kulit juga
akan terasa gatal atau kesemutan, terlihat memerah dan menebal. Beberapa pasien
melaporkan kulit di daerah payudara mereka mengering dan pecah-pecah.
➢ Pembengkakan
Pada tahap awal kanker, walau ukuran dan penampilan payudara terlihat normal,
namun sel kanker sedang tumbuh dan berkembang di dalamnya. Di tahapan lanjutan, pasien
mungkin akan mulai menyadari adanya pembengkakan di area payudara dan di bawah
ketiak, di mana kelenjar getah bening berada. Pembengkakan akan mulai terasa sangat jelas
dan menyakitkan di stadium 4.
➢ Kelelahan
Kelelahan merupakan gejala yang paling sering dilaporkan muncul pada pasien kanker
payudara. Kelelahan melanda setidaknya seperempat populasi pasien selama terapi
berlangsung, lainnya merasakan kelelahan setelah usai menjalani terapi. Pada stadium 4,
kelelahan akan menjadi semakin tak tertahankan dan sulit untuk ditangani.
➢ Insomnia
Beberapa pasien melaporkan menopause sebagai hasil terapi kanker payudara, dan
mengalami “kepanasan” (hot flashes) yang membuat mereka sulit tidur nyenyak di malam
hari. Kanker payudara stadium 4 dapat menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman yang
mengganggu tidur.
Kehadiran insomnia pada pasien kanker payudara seringkali luput untuk untuk
ditangani. Para ahli merekomendasikan pasien untuk menjalankan terapi kognitif dan
perubahan gaya hidup daripada mengharuskan mereka untuk mengonsumsi pil tidur untuk
membantu memperbaiki pola tidur mereka.
➢ Napas terengah-engah
Sesak dada, sulit untuk menarik napas dalam-dalam, dan kesulitan bernapas mungkin
dapat terjadi pada kanker stadium 4. Terkadang, gejala ini mengindikasikan bahwa kanker
telah menjalar hingga paru-paru. Kemo dan terapi radiasi adalah salah satu faktor risiko dari
gejala ini. Kesulitan bernapas di tahap ini akan diikuti oleh batuk kering kronis.
➢ Bedah Mastektomi
Pilihan prosedur bedah yang lain adalah mastektomi, yaitu bedah yang dilakukan
oleh dokter bedah onkologi untuk mengangkat seluruh jaringan di payudara. Mastektomi
dilakukan jika pasien tidak bisa ditangani dengan lumpektomi. Ada beberapa tipe bedah
mastektomi, yaitu:
✓ Simple/total mastectomy – Dokter mengangkat seluruh payudara, termasuk putting,
areola, dan kulit yang menutupi Pada beberapa kondisi, beberapa kelenjar getah bening
bisa ikut diangkat.
✓ Skin-sparing mastectomy – Dokter hanya mengangkat kelenjar payudara, putting, dan
areola. Jaringan dari bagian tubuh lain akan digunakan untuk merekonstruksi ulang
payudara.
✓ Nipple-sparing mastectomy – Jaringan payudara diangkat, tanpa menyertakan kulit
payudara dan puting. Namun jika ditemukan kanker pada jaringan di bawah puting dan
areola, maka puting payudara juga akan diangkat.
✓ Modified radical mastectomy – Prosedur ini mengombinasikan simple mastectomy dan
pengangkatan seluruh kelenjar getah bening di ketiak.
Komplikasi yang timbul dari bedah untuk kanker payudara tergantung dari prosedur yang
dilakukan. Secara umum, prosedur bedah bisa menyebabkan pendarahan, nyeri, dan
pembengkakan lengan (limfedema).
➢ Radioterapi
Pilihan pengobatan lain bagi pasien kanker payudara adalah radioterapi atau terapi
radiasi dengan menggunakan sinar berkekuatan tinggi, seperti sinar-X dan proton.
Radioterapi bisa dilakukan dengan menembakkan sinar ke tubuh pasien menggunakan
mesin (radioterapi eksternal), atau dengan menempatkan material radioaktif ke dalam
tubuh pasien (brachytherapy)
Radioterapi atau terapi radiasi pada kanker payudara dapat berlangsung selama 3 hari
hingga 6 minggu, tergantung dari jenis terapi yang dilakukan. Radioterapi bisa menimbulkan
komplikasi seperti kemerahan pada area yang disinari, serta payudara juga mungkin dapat
menjadi keras dan membengkak.
➢ Terapi Hormon
Pada kasus kanker yang dipengaruhi hormon estrogen dan progesteron, dokter bisa
menyarankan pasien menggunakan penghambat estrogen, seperti tamoxifen. Obat ini bisa
diberikan pada pasien selama 5 tahun. Sedangkan obat penghambat aromatase,
seperti anastrozole, letrozole, dan exemestane, diresepkan dokter untuk menghambat
produksi hormon estrogen pada wanita yang telah melewati masa menopause.
➢ Kemoterapi
Kemoterapi yang dilakukan setelah bedah (adjuvant chemotherapy), bertujuan untuk
membunuh sel kanker yang mungkin tertinggal saat prosedur bedah, atau sel kanker sudah
menyebar namun tidak terlihat meski dengan tes pemindaian. Sel kanker yang tertinggal
tersebut bisa tumbuh dan membentuk tumor baru di organ lain.
Jenis obat yang umum digunakan pada adjuvant chemotherapy dan neoadjuvant
chemotherapy adalah anthracylines (doxorubicin dan epirubicin), taxanes (paclitaxel dan d
ocetaxel), cyclophosphamide, carboplatin, dan 5-fluorouracil. Umumnya dokter
mengombinasikan 2 atau 3 obat di atas.
Kemoterapi juga bisa digunakan pada kanker stadium lanjut, terutama pada wanita
dengan kanker yang telah menyebar hingga ke area ketiak. Lama terapi tergantung pada
seberapa baik respon pasien. Jenis obat yang umumnya digunakan
adalah vinorelbine, capecitabine, dan gemcitabine. Untuk kanker stadium lanjut, dokter bisa
menggunakan satu obat, atau mengombinasikan dua obat.
Obat kemoterapi umumnya diberikan secara intravena, bisa dengan suntikan atau
dengan infus. Pasien diberikan obat dalam siklus yang diikuti masa istirahat untuk
memulihkan diri dari efek yang ditimbulkan obat. Siklus ini biasanya berlangsung dalam 2
hingga 3 minggu, dengan jadwal pemberian tergantung pada jenis obatnya.
Efek samping yang timbul dari kemoterapi tergantung dari obat yang digunakan,
namun umumnya pasien mengalami kerontokan rambut, infeksi, mual, dan muntah. Dalam
beberapa kasus, kemoterapi bisa menyebabkan menopause yang terlalu dini, kerusakan
saraf, kemandulan, serta kerusakan jantung dan hati. Meski sangat jarang terjadi,
kemoterapi juga bisa menyebabkan kanker darah.
➢ Terapi Target
Terapi lain untuk pasien kanker payudara adalah terapi target. Terapi ini menghambat
pertumbuhan dan penyebaran sel kanker, tanpa merusak sel-sel yang sehat.
Terapi target umumnya diterapkan pada kanker HER2 positif. Obat yang digunakan
pada terapi target ditujukan untuk menghambat perkembangan protein HER2, yang
membantu sel kanker tumbuh lebih agresif. Beberapa obat yang digunakan dalam terapi
target adalah trastuzumab, pertuzumab, dan lapatinib. Obat-obat tersebut ada yang
diberikan secara oral atau melalui suntikan, dan bisa digunakan untuk mengobati kanker
stadium awal maupun stadium lanjut.
3. Post Mastectomy
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Kini mastektomi tidak hanya dilakukan
sebagai tindakan untuk penderita kanker payudara, namun juga bisa dilakukan sebagai tindakan
pencegahan guna menekan risiko munculnya penyakit tersebut.
➢ Mastektomi parsial
Tindakan ini akan mengangkat bagian payudara yang terkena tumor, kemudian biasanya
dilanjutkan dengan terapi radiasi untuk membunuh dan mencegah penyebaran sel kanker.
Mastektomi parsial umumnya dilakukan untuk penderita kanker payudara stadium 1 atau
2.
➢ Mastektomi preventif
Tindakan ini dilakukan terutama pada wanita dengan risiko tinggi kanker payudara secara
genetik. Menurut penelitian, mastektomi preventif dapat mengurangi risiko kanker
payudara hingga 90 persen pada kelompok wanita yang berisiko tinggi. Tindakan ini dapat
berupa pengangkatan payudara dan puting secara keseluruhan ataupun tetap
mempertahankan keberadaan puting susu.Mastektomi preventif juga umum dilakukan
pada wanita yang menderita kanker payudara pada satu payudara, kemudian dilakukan
tindakan pencegahan pada payudara lainnya.
Beragam efek samping yang umum dirasakan antara lain terasa nyeri, bengkak di tempat
operasi, pembentukan darah di luka (hematoma), penumpukan cairan bening di luka (seroma),
mati rasa di dada atau lengan atas
Nyeri saraf (neuropatik), terkadang digambarkan sebagai rasa terbakar atau tertusuk-tusuk,
di dinding dada, ketiak, dan/atau lengan, yang tidak hilang seiring berjalannya waktu. Kondisi ini
disebut PMPS (post-mastectomy pain syndrome).
Seperti semua operasi, pendarahan dan infeksi di tempat operasi juga mungkin terjadi. Jika
kelenjar getah bening di ketiak ikut diangkat, dapat terjadi efek samping lain, seperti
lymphedema.
4. Cachexia
Kanker kaheksia adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan sekelompok gejala
(sindrom) yang muncul akibat kanker itu sendiri maupun pengobatannya. Kakesia ditandai
dengan penurunan berat badan, gejala anoreksia, dan hilangnya sel lemak dan massa otot secara
terus-menerus seiring waktu sebagai respons pertumbuhan sel kanker ganas.
Di samping itu, pasien kanker yang mengalami kaheksia biasanya tidak merasakan lapar dan
tak memiliki nafsu makan sama sekali. Oleh karena itu, masalah ini bukan sekadar kehilangan
berat badan yang bisa ditangani dengan mengonsumsi makanan yang cukup. Masalah yang
dihadapi oleh pasien kanker yang mengalami kakeksia jauh lebih rumit. Pasalnya, kondisi ini juga
ditandai dengan peradangan sistemik, hilangnya protein tubuh, serta keseimbangan energi.
Melakukan olahraga dengan rutin juga dapat menolong pasien untuk membentuk massa otot
kembali. Bila ingin melakukan aktivitas fisik, biasanya pasien akan dibantu oleh ahli fisioterapi.
3) Perawat Homecare:
a) Menerima permintaan perawatan homecare dari dokter penanggung jawab pasien
melalui koordinator program paliatif.
b) Berkoordinasi dan menganalisa program homecare dan dokter penanggung jawab
dan koordinator program paliatif.
c) Melakukan asuhan keperawatan sesuai program yang direncanakan.
d) Reevaluasi atau evaluasi asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan.
e) Melaporkan setiap perkembangan pasien kepada dokter penangung jawab pasien.
f) Mengusulkan asuhan keperawatan baru bila diperlukan.
g) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.
Perawatan palliative dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan kunjungan/rawat. Perawatan
Palliative dapat dilaksanakan melalui pendekatan sebagai berikut:
a. Menyediakan bantuan untuk rasa sakit dan gejala lain yang menganggu klien.
b. Menegaskan hidup dan menganggap mati sebagai proses yang normal
c. Tidak bermaksud untuk mempercepat atau menunda kematian
d. Mengintegrasikan aspek-aspek psikologis dan spiritual perawatan pasien
e. Meredakan nyeri dan gejala fisik lain yang mengganggu
Palliatif Care Plan: Palliative care plan dapat di laksanakan dengan partnership antara pasien,
keluarga, orang tua, teman sebaya dan petugas kesehatan yangprofessional, suport fisik,
emosinal, pycososial, dan spiritual khususnya. Melibatkanpasien dalam kebutuhan memahami
gambaran dan kondisi penyakit terminalnyasecara bertahap, tepat dan sesuai. 1enyediakan
diagnostik atau kebutuhaninter'ensi terapeutik guna memperhatikan/memikirkan konteks
tujuan danpengaharapan dari pasien dan keluarga (Doyle, Hanks and Macdonald, 2003:42)
Peran Spiritual Dalam Paliative Care: Beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan
dramatis dalam agama dankeyakinan spiritual sebagai sumber kekuatan dan dukungan dalam
penyakit fisikyang serius. Profesional kesehatan yang memberikan perawatan medis menyadari
pentingnya memenuhi “kebutuhan spiritual dan keagamaan” pasien (Woodruff , 2004)
Spiritual dan keprihatinan keagamaan dengan pasien biasanya bersinggungan dengan isu sehari-
hari penyakit yang tidak dapat disembuhkan, dengan orang tua dan mereka yang menghadapi
kematian yang akan datang. Kekhawatiran semacamitu telah diamati, bahkan pada pasien yang
telah dirawat di rumah sakit denganpenyakit serius non-terminal (Ferrell & Coyle, 2007 : 52).
Studi lain telah menunjukkan bahwa persentase yang tinggi dari pasien di atas usia 60 tahun
menemukan hiburan dalam ketekunan bergama yang memberi mereka kekuatan dan
kemampuan untuk mengatasi kehidupan, sampai batas tertentu. Kekhawatirandi saat sakit
parah mengasumsikan berbagai bentuk seperti hubungan seseorang dengan Allah, takut akan
neraka dan perasaan ditinggalkan oleh komunitas keagamaan mereka. Sering menghormati dan
memvalidasi individu pada dorongan agama dan keyakinan adalah setengah perjuangan ke arah
menyiapkan merekapada sebuah kematian yang baik (Ferrell & Coyle, 2007 : 11718)
8. Prinsip Program Palliative Pasien Kanker (Pedoman Nasional Program Paliatif Kanker,
2014)
Prinsip tersebut di bawah ini merupakan acuan dalam melaksana-kan program paliatif pasien
kanker (Adaptasi WHO, 2007):
a. Menghilangkan nyeri dan gejala fisik lain.
b. Menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses normal.
c. Tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian.
d. Mengintegrasikan aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.
e. Memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin.
f. Memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita.
Langkah-langkah dalam Program Paliatif: (tidak berlaku pada pasien kanker anak)
a. Melakukan penilaian aspek fisik, psikologis, sosial dan kultural, dan spiritual.
b. Menentukan pengertian dan harapan pasien dan keluarga.
c. Menentukan tujuan perawatan pasien.
d. Memberikan informasi dan edukasi perawatan pasien.
e. Melakukan tata laksana gejala, dukungan psikologis, sosial dan kultural, dan spiritual.
f. Memberikan tindakan sesuai wasiat atau keputusan keluarga bila wasiat belum dibuat, misalnya:
penghentian atau tidak memberikan pengobatan yang memperpanjang proses menuju kematian
(resusitasi, ventilator, cairan, dan lain-lain).
g. Membantu pasien dalam membuat Advanced Care Planning (wasiat atau keingingan terakhir).
h. Pelayanan terhadap pasien dengan stadium terminal.