PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Sistem saraf perifer atau sistem saraf tepi merupakan susunan saraf
diluar sistem saraf pusat yang membawa pesan dari dan ke sistem saraf
pusat. Pada sistem saraf perifer, berhubungan langsung dengan reseptor
yang merupakan organ indera yang ada pada manusia seperti mata (indera
penglihatan), hidung (indera penciuman), telinga (indera pendengaran),
lidah (indera pengecap), dan kulit (indera peraba).
Pada makalah ini, akan membahas mengenaisistem saraf perifer
penghidu (penciuman). Saraf penghidu atau penciuman adalah system
saraf perifer yang berhubungan dengan organ hidung, dan persarafan yang
mengatur fungsi penciuman adalah nervus olfaktorius yang merupakan
saraf sensoris. Reseptor untuk menangkap bau-bauan adalah sel-sel
olfaktorius yang merupakan sel saraf dipolar dan berada di mukosa
olfaktorius(bagian atas rongga hidung). Serabut aferen neuron ini
bersinapsis di bulbus olfaktorius dan dari sini keluar serabut yang
menghubungkan bulbus olfaktorius dengan otak yang disebut traktus
olfakori torius. Setelah sampai di otak, sinyal okfaktori memiliki beberapa
target :
3
B. Bagian dan Fungsi Organ Penghidu
Hidung adalah organ indera penciuman. Ujung saraf yang
mendeteksi penciuman berada di atap hidung di area lempeng kribriformis
tulang etmoid dan konka superior. Ujung saraf ini distimulasi oleh bau di
udara. Impuls saraf dihantarkan oleh saraf olfaktori ke otak dimana sensasi
bau dipersepsikan.
Hidung merupakan organ pada manusia yang memiliki dua fungsi
sekaligus ,yaitu sebagai alat indra penciuman (pembau) dan sebagai organ
pernafasan. Untuk menjalankan fungsi nya sebagai alat indra penciuman
(pembau) hidung dilengkapi dengan beragam bagian penting. Anatomi
hidung terdiri dari bagian-bagian yang lebih spesifik dengan fungsinya
masing-masing, yaitu:
1. Rongga hidung, merupakan lubang tempat melekatnya beragam organ
hidung dalam menjalankan fungsinya, baik sebagai indra pembau
maupun alat pernapasan. Rongga hidung manusia dilengkapi dengan
bulu hidung yang berfungsi menyaring setiap kotoran yang masuk
melalui pernapasan.
2. Tulang Rawan dan Tulang Nasal, tulang rawan terletak di ujung
hidung, teksturnya sangat lunak dan bisa digerak-gerakan. Sementara
tulang nasal letaknya berada diantara tulang rawan dan dahi. Keduanya
berfungsi sebagai alat bela diri.
4
3. Rongga Sinus, hidung memiliki 4 rongga sinus yang letaknya terpisah-
pisah. Keempatnya yaitu sinus maksileris (di pipi), sinus frontalis (di
dahi), sinus eitmodalis (antara kedua mata), dan sinus sfenoidalis (di
belakang dahi). Fungsi rongga sinus yaitu :
a. Memproduksi lendir yang mengalir dalam dan melembabkan
hidung dan menguras lendir hidung,
b. Untuk menjaga kelembaban hidung dan udara saat seseorang
bernapas,
c. Menjaga pertukaran udara di daerah hidung,
d. Meringankan kepala yang terasa berat,
e. Melindung organ vital, dan
f. Memaksimalkan kualitas suara.
4. Bulbus Olfaktori, bagian-bagian hidung dan fungsinya pada bagian
bulbus olfaktori ini antara lain:
a. Tonjolan olfaktori berperan dalam menerima semua impuls yang
dikirim akson dan membawanya menujuotak. Kecepatannya sangat
luar biasa inilah yang membuat kita dapat menerjemahkan suatu
bau saat pertama kali menghirup udara.
b. Akson (neurit), merupakan selsaraf penghubung yang mengangkut
impuls hasil kerja saraf pembau. Impuls atau informasi yang
diterima berupa informasi tentang seperti apa aroma atau bau dari
udara yang terhirup oleh hidung. Ukuran akson di hidung 1
mikrometer.
c. Saraf pembau, adalah reseptor yang menerima stimulus dari gas
yang dihirup. Bagian ini terdiri atas 7 macam sel reseptor yang
mampu mengenali lebih dari 400 macam aroma.
d. Silia, bulu hidung di bagian rongga hidung luar memiliki ukuran
yang besar. Semakin kedalam , bulu-bulu ini akan memiliki ukuran
yang lebih halus dan kecil. Bulu hidung inilah yang disebut dengan
silia. Selain berfungsi menyaring, partikel yang terlewatkan oleh
bulu hidung, silia juga mendorong mucus atau lendir yang
5
dihasilkan oleh rongga sinus. Lendir ini mengalir keluar dan
membersihkan permukaan rongga hidung dari segala macam
kotoran.
5. Nasofaring, berasal dari 2 kata yaitu naso atau hidung dan faring atau
tenggorokan. Nasofaring adalah bagian sistem pernapasan yang
menghubungkan hidung dan tenggorokan. Saat tersedak, bagian inilah
yang menstimulasi rasa sakit pada hidung.
6. Korteks olfaktorius,terdapat 3 komponen korteks olfaktorius yaitu pada
korteks frontal merupakan pusat persepsi terhadap penghidu.10 Pada
area hipotalamus dan amygdala merupakan pusat emosional terhadap
odoran, dan area enthorinal merupakan pusat memori dari odoran.
C. Mekanisme Pembauan
Terjadi Diterima
kesan atau Menuju otak saraf
respon bau pembau
9
D. Gangguan Fungsi Penciuman
Rasa penciuman dapat meningkat pada keadaan lapar dan melemah
pada kedaan flu, usia lanjut, dan perokok. Kemampuan untuk
menghidu(penciuman) yang normal disebut normosmia.Gangguan fungsi
penciuman dapat disebabkan oleh gangguan saraf olfaktorius oleh
gangguan saraf olfaktorius maupun gangguan hidung local. Kerusakan
saraf dapat menyebabkan hilangnya penciuman (anosmia) , atau
berkuranganya penciuman hiposmia.Selain itu, terdapat beberapa
gangguan lain yang berhubungan dengan penciuman yaitu:
- Parosmi: tidak dapat mengenali bau-bauan
- Kakosmia: mempresepsi adanya bau busuk padahal tidak ada.
- Halusinasi penciuman: biasanya terbentuk bau yang tidak
sedap, dapat dijumpai pada serangan epilepsy yang berasal dari
girus unsinat pada lobus temporal.
- Agnosiayaitutidakbisamenghidusatumacamodoran.
- Parsial anosmia
yaituketidakmampuanmenghidubeberapaodorantertentu.
- Hiposmiayaitupenurunankemampuanmenghidubaikberupasensi
tifitasataupunkualitaspenghidu.
- Disosmiayaitupersepsibau yang salah,
termasukparosmiadanphantosmia.
Parosmiayaituperubahankualitassensasipenciuman,
sedangkanphantosmiayaitusensasibautanpaadanya stimulus
odoran/ halusinasiodoran.
- Presbiosmiayaitugangguanpenghidukarenaumurtua.
Penyebabgangguanpenghidudapatdiklasifikasikanmenjadi 3,
yaitugangguantransporodoran, gangguansensoris, dangangguansaraf.
Gangguantranspordisebabkanpenguranganodoran yang
sampaikeepiteliumolfaktorius, misalnyapadainflamasikronikdihidung.
Gangguansensorisdisebabkankerusakanlangsungpadaneuroepiteliumolfakt
10
orius, misalnyapadainfeksisalurannafasatas, ataupolusiudaratoksik.
Sedangkangangguansarafdisebabkankerusakanpadabulbusolfaktoriusdanja
lursentralolfaktorius, misalnyapadapenyakitneurodegeneratif, atau tumor
intrakranial.Penyakit yang seringmenyebabkangangguanpenghiduadalah
trauma kepala, infeksisalurannafasatas, danpenyakitsinonasal.
11
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA
Wibowo, D. S., & Paryana, W. (2009). Anatomi Tubuh Manusia. Graha Ilmu.
http://www.ebiologi.com/2016/06/bagian-bagian-hidung-dan-
fungsinya.html?m=1
repository.unand.ac.id
13