Anda di halaman 1dari 5

Inisial Pasien : Tn.

Diagnosa Medis : Susp SNH, Hipertensi Grade II

Tanggal Masuk : 30 Oktober 2019

1. Diagnosa Keperawatan dan Dasar Pemikiran


 Diagnosa Keperawatan
 DS
a. Pasien mengatakan merasa lemas dan pusing
b. Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi
 DO
a. Kaki kiri pasien terasa berat ketika digerakkan, kekuatan otot pada kaki kiri 2-
2-2-2
b. Berbicara tidak jelas (pelo)
c. TD : 187/117 mmHg
d. MAP : 140,3 mmHg

Berdasarkan data diatas diagnosa keperawatan yaitu resiko ketidakefektifan resiko


perfusi jaringan otak berhubungan dengan hipertensi

 Dasar Pemikiran
Elektrokardiogram adalah suatu sinyal fisiologis yang dihasilkan oleh aktivitas
listrik jantung. Informasi penting yang dapat diambil dari sinyal EKG adalah
aktivitas kelistrikan jantung yang membentuk gelombang PQRST. Parameter ini
digunakan untuk melihat keadaan jantung normal dan tidak normal (Permana , W.S.,
& Aliah , 2015 ).
Listrik tersebut dibentuk oleh nodus sinuatria (SA) sebagai sumber primer dan
nodus atrio-ventrikular (AV) sebagai cadangan listrik sekunder. Listrik jantung ini
dapat pula dibentuk oleh bagian lain dari jantung. Gelombang P dibentuk oleh aliran
listrik yang berasal dari nous SA di atrium sedangkan kompleks QRS terbentuk oleh
aliran listrik di ventrikel, sedangkan PR interval terbentuk ketika aliran listrik
tersebut melwati bundle his. Gelombang T terbentuk ketika terjadi repolarisasi
jantung (Sijabat, Ticoalu, & Tanudjaja, 2017). Diagnosa medis dalam pasien ini
adalah susp SNH. Kejadian penyakit SNH yang dapat dimodifikasi yaitu penyakit
jantung. Faktor risiko tinggi dalam penyakit jantung yaitu fibriliasi atrium. Penyakit
jantung yang dapat menyebabkan SNH biasanya merupakan emboli jantung.
2. Tindakan Keperawatan yang dilakukan
Melakukan pemasangan EKG
3. Prinsip-prinsip tindakan dan prosedur tindakan
Pemasangan EKG bukan tindakan keperawatan yang steril, karena EKG
bukanlah tindakan invasif maka termasuk bersih. Umumnya prinsip-prinsip
pemasangan EKG persiapan alat-alat (mesin EKG, jelly, dan tissue), posisikan pasien
supinasi. Anjurkan pasien untuk rileks dan tenang.
Prosedur tindakan pemasangan EKG :
a. Fase Prainteraksi
1) Cek program pemasangan EKG
2) Menyiapkan alat
b. Fase Orientasi
1) Memberi salam/ menyapa pasien
2) Memperkenalkan/ mengingatkan identitas perawat
3) Menjelaskan tujuan tindakan
4) Menjelaskan langkah prosedur
5) Menanyakan kesiapan pasien
c. Fase Kerja
1) Mencuci tangan
2) Menjaga privacy pasien
3) Mengatur posisi pasien
4) Membebaskan daerah dada dari pakaian
5) Mengoleskan jelly/ memasang elektroda di tempat sadapan
6) Memasang AVR di tangan kanan
7) Memasang AVL di tangan kiri
8) Memasang AVF di kaki kiri
9) Memasang groun/ netral di kaki kanan
10) Memasang V1 di ICS 4 dextra
11) Memasang V2 di ICS 4 sinistra
12) Memasang V4 di ICS 5 sinistra sejajar dengan garis midclavicula
13) Memasang V3 diantara V2 dan V4
14) Memasang V5 di ICS 5/ sejajar V4 di garus axila anterior sinistra
15) Memasang V6 di ICS 5/ sejajar V5 di garis mid axila sinistra
16) Menyalakan mesin EKG dan mengeprint kertas EKG
17) Mematikan mesin EKG
18) Melepas sadapan
19) Merapihkan pasien dan alat
20) Mencuci tangan
d. Fase Terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan
2) Menyampaikan rencana tindakan lanjut
3) Pamit
4. Analisa tindakan keperawatan
Tujuan dilakukan EKG yaitu untuk mengetahui aktivasi kelistrikan jantung.
Perawat menyiapkan peralatan yang akan dipakai ketika pemasangan EKG. Perlunya
di cek apakah mesin EKG masih ada baterai atau sudah habis. Karena jika habis maka
perlu dihubungkan sumber listrik. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemasangan EKG yaitu
1) Posisi pasien ketika akan dilakukan pemasangan sadapan. Untuk memudahkan
maka pasien harus tidur terlentang. Perlu juga diperhatikan mengenai
pemakaian logam pada pasien, seperti sabuk, jam tangan atau yang lain. Pasien
pun dilarang memegang besi pada bed, dikhawatirkan akan memengaruhi hasil.
2) Menjaga privasi pasien
3) Menentukan pemasangan elektroda pada pasien. Pemasangan yang tepat maka
akan menghasilkan hasil yang akurat pula. Perlu juga pemasangan elektroda
yang sesuai.
4) Jika rekaman telah lengkap, elektroda yang terpasang dilepaskan selanjutnya
menyobek kertas tersebut dan kertas diberi nama serta nomor RM pasien
5. Bahaya yang dapat terjadi
6. Hasil yang di dapat dan interpretasinya
Hasil rekaman EKG dapat dibaca dengan jelas
 Subjektif
Pasien mengatakan pusing dan lemas
 Obyektif
Pasien tampak lemas, TD : 187/117 mmHg, MAP 140,3 mmHg, berbicara tidak
jelas, kaki kiri terasa berat jika digerakan.
 Actually
Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak belum teratasi
 Planning
 Perawat
Anjurkan pasien untuk beristirahat, lapor dokter terkait hasil EKG
 Pasien
Pasien dianjurkan untuk beristirahat dan tetap tenang
 Keluarga
Motivasi pasien secara psikis dan spiritual
7. Tindakan keperawatan lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa
keperawatan
1) Posisikan kepala 30o untuk meminialkan tekanan intracranial
2) Memonitor tanda-tanda vital
3) Memberi cairan kristaloid
4) Kolaborasi untuk pemeriksaan laboratorium
5) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
8. Evaluasi diri
Ketika pemasangan EKG sudah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan
SOP. Untuk membaca hasilnya perlu belajar lebih dalam lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Permana , D., W.S., M. S., & Aliah , H. (2015 , Juli 31). Desain dan Implementasi Perancangan
EKG (Elektrokardiograf) berbasis bluetooth . Alhazen Journal of Physics , 2(1), 38-46.
Retrieved November 03, 2019, from http://journal.alhazen.id/index.php/ajop

Sijabat, R. R., Ticoalu, S. H., & Tanudjaja, G. N. (2017, Juli-Desember ). Gambaran EKG pada
Individu dengan Kebiasaan Makan Ayam KFC. Jurnal e-Biomedik , 5(2). Retrieved
November 3, 2019

Anda mungkin juga menyukai