Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PEMILIHAN ANASIR GIGI TIRUAN

DOSEN PEMBIMBING:
drg. I Wayan Arya K. F., M.Kes

DISUSUN OLEH
KELOMPOK5:

Yanuar Agung Priambodo 1711111210036


Andi Istiqamah 1711111220006
Andi Yuyun Indah Cahyani 1711111220007
Aspiani 1711111220008
Daaniyah Rahmasari 1711111220009
Danika Dita Maharani 1711111220010
Dhya Aurellia Salsabila Karno 1711111220011
Farida 1711111220012
Isty Assadjadah Noor Mahmudah Saleh 1711111220014

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya kami selaku kelompok limadapat menyelesaikan
makalahpemilihan anasir gigi tiruan sebagian lepasan di blok empatbelasFakultas
Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat tahun ajaran 2019/2020.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pembaca dan untuk pembelajaran
selanjutnya.
Kami selaku kelompok lima mengucapkan terima kasih, terutama kepada
drg. I Wayan Arya K. F.,M.Kes.,selaku dosen pengampu mata kuliah tersebut.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan pada penulisan
makalah ini. Oleh karena itu, dengan terbuka kami memohon maaf atas segala
kekurangan kami dan kami bersedia menerima saran dan masukkan dari pembaca.
Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Banjarmasin, 20 Maret 2020

ii
Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar Isi ................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................1
1.4Manfaat Penulisan...............................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DefinisiAnasir Gigi Tiruan Sebagian Lepasan..................................................4
2.2 Faktor Penentu dalam Pemilihan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan........................
2.2Pemilihan Anasir Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Anterior.................................4
2.3 Pemilihan Anasir Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Posterior.................................
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................17
3.2 Saran.................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehilangan gigi-geligi dapat menyebabkan beberapa masalah pada rongga
mulut dan jaringan pendukungnya.Ruang gigi hilang yang tidak segera diganti
dengan gigi baru dapat menyebabkan beberapa masalah seperti penurunan
dimensi vertikal wajah, gangguan sendi temporomandibular (TMJ), gangguan
bicara, dan juga estetika. Salah satu perawatan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi hal tersebut adalah menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan
(GTSL) .Penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) berperan penting dalam
pengembalian fungsi gigi-geligi.GTSL terdiri dari beberapa komponen, salah
satunya adalah anasir gigi yang berperan untuk menggantikan gigi yang hilang
(Mangundap et al., 2019).
Anasir gigi adalah bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) yang
berfungsi untuk mengganti gigi asli yang hilang.Pemilihan anasir dilakukan
berdasarkan beberapa pertimbangan seperti bentuk wajah, jenis kelamin, dan
sebagainya.Pemilihan anasir gigi tiruan bertujuan untuk memenuhi fungsi
mastikasi, estetis, fonetik, dan tidak melukai jaringan di atas lingir alveolar.
Estetis merupakan pertimbangan utama bagi pasien yang mendapat perawatan
prostodontik. Oleh karena itu, penulis akan membahas lebih lanjut tentang
bagaimana pemilihan anasir gigi tiruan sebagian lepasan (Sipayung & Nasution,
2019).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Apa definisi anasir gigi tiruan sebagian lepasan?
b. Apa saja faktor yang mempengaruhi pemilihan anasir gigi tiruan sebagian
lepasan?
c. Bagaimana pemilihan anasir gigi tiruan sebagian lepasan anterior?
d. Bagaimana pemilihan anasir gigi tiruan sebagian lepasan posterior?

1
2

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
a. Mengetahui definisi anasir gigi tiruan sebagian lepasan.
b. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pemilihan anasir gigi tiruan sebagian
lepasan.
c. Mengetahui bagaimana pemilihan anasir gigi tiruan sebagain lepasan.
d. Mengetahui bagaimana pemilihan anasir gigi tiruan sebagian lepasan posterior.

1.4 ManfaatPenulisan
Berdasarkan tujuan penulisan di atas, manfaat penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
a. Didapatkan definisi anasir gigi tiruan sebagian lepasan.
b. Didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan anasir gigi tiruan
sebagian lepasan.
c. Didapatkan penjelasan tentang pemilihan anasir gigi tiruan sebagian lepasan.
d. Didapatkan penjelasan tentang pemilihan anasir gigi tiruan sebagian lepasan
posterior.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Anasir Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


Anasir gigi merupakan bagian GTSL yang berfungsi untuk menggantikan
gigi asli yang hilang. Penentuan anasir yang digunakan berdasarkan bentuk wajah
dan warna gigi yang masih ada. Pemilihan dan penyusunan anasir gigitiruan harus
dapat memperbaiki penampilan, selain untuk memperbaikifungsi lainnya dari
gigitiruan. Dalam pemilihan dan penyusunan anasir gigitiruan, baik anterior
maupun posterior, adafaktor-faktor yang harus diperhatikan. Faktor-faktor
tersebut antara lain ukuran, bentuk, warna,bahan, jenis kelamin, umur, serta
inklinasi dari anasir gigitiruan dapat memenuhi fungsinya (Sipayung & Nasution,
2019; Syafrinani, 2017).

2.2 Faktor Penentu Pemilihan Anasir Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


Saat menentukan pemakaian anasir gigi untuk GTSL, ada beberapa faktor
yang harus diperhatikan, antara lain sebagai berikut:
a. Bahan
Bahan anasir gigi tidak boleh berubah saat mendapat tekanan pengunyahan.
Kemudian syarat lain dari bahan anasir GTSL adalah resisten terhadap cairan
rongga mulut, memiliki estetika yang baik, melekat baik dengan basis gigi
tiruan, memiliki kekuatan yang tinggi, dan memiliki ketahanan yang tinggi
terhadap abrasi.
1) Metachrylate resin (PPMA)
PPMA dibuat dengan teknik kompresi atau injeksi molding. Kelebihan dari
bahan ini antara lain mudah dibentuk kembali, bisa di grinding untuk
menyesuaikan artikulasi, dan memiliki ketahanan lebih tinggi dibandingkan
dengan porselain. Sedangkan kekurangannya antara lain mudah mengalami
abrasi, tidak tahan panas, dan tidak stabil dalam air.
2) Resin komposit
Resin komposit memiliki kelebihan berupa ketahanan terhadap aus yang
tinggi, kekuatannya baik, dan permukaannya baik. Sedangkan kekurangan

3
4

dari anasir gigi berbahan resin komposit adalah hanya dapat digunakan
pada gigi tiruan yang berlawanan dengan gigi asli.
3) Porselain
Anasir gigi berbahan porselain memiliki beberapa kelebihan seperti dapat
dilakukan rebased tanpa harus mengganti gigi tiruan, tidak larut dalam
cairan rongga mulut, dimensi lebih stabil dan keras daripada soft resin lain,
dan tidak menyebabkan deformasi permanen akibat tekanan pengunyahan.
b. Bentuk anasir gigi
Pemilihan bentuk anasir gigi dipengaruhi oleh hal-hal di bawah ini:
1) Bentuk lengkung
Bentuk lengkung rahang secara umum diklasifikasikan menjadi bentuk
square, tapering, dan ovoid. House mengklasifikasikan bentuk lengkung
rahang menjadi 3 yaitu:
a) Class I: Square
b) Class II: Tapering
c) Class III: Ovoid
Bentuk lengkung rahang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
tersebut antara lain genetik, lingkungan, ras, dan jenis kelamin. Menurut
Zarb pada tahun 2012, bentuk lengkung rahang yang ditunjukkan oleh
linggir dari sudut pandang oklusal dapat digunakan sebagai pedoman dalam
pemilihan anasir gigi tiruan. Pada setiap bentuk lengkung rahang, gigi
terlihat seperti bentuk lengkungnya. Menurut Ahmad dkk pada tahun 2013,
metode pemilihan bentuk anasir gigi tiruan dapat dilakukan dengan melihat
bentuk lengkung rahang.
2) Bentuk Wajah
Menurut Leon Williams dalam Koralakunte, bentuk wajah dapat
diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu square, tapering, dan ovoid. Bentuk
wajah memiliki hubungan yang sama dengan bentuk gigi insisivus sentralis
atas sesuai dengan bentuk garis luar wajah dalam arah terbalik. Menurut
Vasantha dkk. pada Nallaswamy, bentuk wajah dapat menjadi panduan
dalam pemilihan bentuk gigi anterior. Pada setiap bentuk wajah, gigi
terlihat seperti bentuk lengkungnya.
2

3) Jenis Kelamin
Pria cenderung memiliki gigi yang lebih persegi dan permukaan labial yang
melengkung.Sedangkan wanita memiliki bentuk gigi seperti bulat telur dan
permukaan labialnya lebih datar.
4) Usia
Seiring bertambanya usia seseorang, maka tepi insisalnya akan mengalami
perubahan akibat pemakaian.
c. Warna anasir gigi
Pemilihan warna anasir gigi untuk GTSL bergantung pada usia, jenis kelamin,
warna kulit, dan kondisi lingkungan.
1) Usia
Warna gigi menjadi lebih gelap dan kekuningan seiring bertambahnya usia.
2) Jenis kelamin
Wanita memiliki warna gigi yang cenderung lebih terang daripada pria
pada usia yang sama.
3) Warna kulit
Orang dengan warna kulit yang lebih gelap cenderung memiliki warna gigi
yang lebih terang.
4) Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan berhubungan dengan warna pakaian pasien, warna
dinding, dan efek yang kontras saat pemilihan warna anasir gigi.
Waktu yang ideal untuk melakukan pemilihan warna adalah saat hari yang
cerah (12.00-15.00) dengan sumber cahaya matahari (Zarb et al., 2012; Shay et
al., 2011; McCord & Grant, 2000; Sharma et al., 2010).

2.3 Pemilihan Anasir Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Anterior


a. Pertimbangan fungsional
Kenyamanan dan kebebasan pergerakan gigitiruan adalah konsep dasar
fungsional. Masalah fungsional terdiri dari dua hal penting, yaitu:
1) Oklusi
Gigitiruan harus sesuai dengan oklusi sentrik dan tidak mengganggu
keseimbangan oklusi pasien.
4

2) Fonetik
Masalah fonetik dapat dilihat dari pengucapan huruf “M”, “F”, dan “S”.
Bunyi huruf ‘M’ diartikan sebagai posisi istirahat, yaitu ketika gigi geligi
dipisahkan oleh freeway space. Bunyi huruf ‘F’ menentukan inklinasi
sagital insisivus rahang atas. Sepertiga insisal bukal insisivus rahang atas
harus berkontak dengan mukosa bibir bawah. Jika tidak terdapat kontak
tersebut, mungkin insisivus terlalu pendek atau protrusi. Bunyi dari
pengucapan huruf ‘S’ akan memiliki jarak yang disebut closest speaking
space.
b. Pertimbangan estetis
1) Bentuk wajah
Penentuan bentuk anasir gigi untuk GTSL anterior disesuaikan dengan
kebalikan dari bentuk wajah pasien. Pasien yang memiliki bentuk wajah
persegi atau square dan rahang lebar memerlukan gigi yang bentuknya
persegi, Sedangkan bentuk anasir gigi segitiga dengan kontur membulat
disarankan lebih baik untuk wanita.
2

2) Tekstur
Tekstur anasir gigi yang tidak teratur dan kontur bulat akan membuat gigi
terlihat lebih alami. Tekstur gigi juga berpengaruh terhadap warna gigi.
Permukaan gigi dengan tekstur halus akan memantulkan cahaya secara
merata pada permukaan gigi.
3) Warna Bahan
Warna anasir gigi tiruan harus disesuaikan dengan warna gigi-geligi asli,
warna kulit, warna rambut, dan juga warna mata.Cahaya matahari pada hari
yang cerah merupakan waktu yang ideal untuk melakukan pemilihan
warna.Selain itu, pengamatan juga perlu dilakukan di bawah sinar lampu
jika pasien merupakan individu yang sering menghabiskan waktu di dalam
ruangan.
4) Bahan
Bagi pasien yang memiliki jaringan periodontal kurang kuat, maka
penggunaan bahan untuk anasir gigi GTSL disarankan untuk menggunakan
resin akrilik.
5) Ukuran
a) Panjang gigi
Pedoman yang dapat digunakan untuk menentukan panjang gigi adalah
posisi istirahat. Tepi insisal gigi anterior maksila akan terlihat 2-3 mm
dalam keadaan istirahat, tetapi hal tersebut tergantung pada umur dan
panjang bibir atas. Pada pasien yang lebih tua, ukuran tersebut bisa jadi
lebih pendek karena gigi sudah aus akibat pemakaian. Bila bibir atas
panjang, maka gigi yang terlihat pada pasien tersebut saat tertawa (akan
terlihat sampai 2/3).
b) Lebar gigi
Pedoman yang dipakai dalam menentukan lebar gigi adalah indeks
nasal dan sudut mulut. Indeks nasal yaitu ketika lebar dasar hidung
sama dengan jarak antara puncak kaninus rahang atas. Jarak tersebut
diukur secara garis lurus. Sedangkan sudut mulut digunakan sebagai
pedoman untuk menentukan lebar gigi dengan cara mengamati letak
tepi distal dari gigi kaninus maksila pada saat oklusi statik (posisi
4

istirahat). Jarak antara kedua sudut mulut sama dengan lebar keenam
gigi anterior maksila. Cara pengukuran lebar keenam gigi anterior
maksila adalah sebagai berikut.
i. Intercanine Tip Width (ICTW)
Pengukuran ICTW dilakukan dengan mengukur lebar gigi anterior
maksila menggunakan kaliper digital dari titik puncak kaninus
regio 1 ke regio 2 secara horizontal.
ii. Mesio-Distal Width
WDC merupakan pengukuran lebar mesio-distal enam gigi anterior
maksila dengan kaliper digital, kemudian hasil keenamnya
dijumlahkan.
iii. Width of Distal Canine (WDC
Pengukuran WDC dilakukan dengan kaliper digital dari distal
kaninus maksila secara horizontal.
iv. Metode keliling kranial
Metode keliling kranial menggunakan pengukuran horizontal
kranial yang memotong titik glabella anterior dan titik oksipital
pada posterior dengan measuring tape.
v. Metode jarak interpupil
Jarak interpupil diukur dari jarak tengah antara pupil kedua mata
saat pandangan lurus ke depan. Hasil pengukuran metode ini
memiliki hasil yang lebih constant dari metode lainnnya.
vi. Metode jarak interkantal
Jarak interkantal adalah jarak sudut median mata dari fisura
palpebral kedua mata. Metode ini menggunakan alat yang disebut
boley gauge dan bisa juga dengan kaliper digital
vii. Metode interalar
Metode interalar dilakukan dengan mengukur jarak interkaninus
melalui puncak kaninus pada pasien tanpa pre-extraction
record.Metode interalar menggunakan kaliper digital dan pasien
diminta untuk menahan napas sejenak untuk menghindari
kesalahan selama pengukuran.
2

viii. Metode lebar interkomisural


Metode ini dilakukan dengan mengukur jarak dari kedua sudut
mulut ketika pasien dalam posisi istirahat.
ix. Metode canine eminence
Eminen kaninus berada di antara gigi kaninus dan gigi premolar
satu maksila.
Berdasarkan golden proportion, proporsi lebar dan panjang kedua
insisivus sentralis maksila adalah 1,618 kali lebih besar dari
panjangnya.

c. Penyusunan anasir GTSL anterior


1) Inklinasi labio-palatal
Anasir gigi posterior disusun dengan inklinasi labio-palatal yang mengarah
ke labial.
a) Jika gigi anterior hilang kurang dari dua gigi, maka inklinasi
disesuaikan dengan gigi yang masih tersisa.
b) Bila semua gigi anterior hilang, maka inklinasi gigi yang disusun
mengarah ke labial harus diperhatikan juga dari samping.
2) Inklinasi mesio-distal
Penyusunan mesio-distal harus memerhatikan lengkung rahang.
4

3) Hubungan dengan gigi antagonis


Hubungan overjet (2-4 mm) dan overbite (1-2 mm) harus diperhatikan
karena berkaitan dengan pengucapan huru “f”.

2.4 Pemilihan Anasir Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Posterior


a. Ukuran gigi
1) Mesio-distal
Ukuran mesio-distal yang sudah ditentukan oleh kedua gigi yang
membatasi daerah edentulous merupakan kasus pada GTSL basis
tertutup.Sedangkan pada kasus GTSL dengan basis terbuka, mesio-distal
diukur dari tepi distal gigi yang paling dekat dengan edentulous sampai
mesial retromolar pad.
2) Okluso-gingiva
Ruangan interoklusal menjadi penentu ukuran okluso-gingiva.Letak garis
servikal gigi tiruan harus sesuai dengan letak garis servikal gigi
tetangganya.
3) Buko-lingual/palatal
Ukuran buko-lingual/palatal disesuaikan dengan ukuran mesio-
distalnya.Ukuran oklusal yang lebih sempit diperlukan pada seperti linggir
alveolus yang datar.
b. Bentuk anasir gigi tuntuk GTSL
1) Gigi anatomik
Bentuk oklusal memiliki tonjol-tonjol dengan sudut beragam.
2) Gigi non anatomik
Oklusalnya memiliki permukaan yang datar.Biasanya digunakan untuk
kasus linggir datar.Makin besar permukaan oklusal, makin besar pula daya
yang diterima oleh jaringan pendukung.Pengurangan permukaan oklusal
dapat dilakukan dengan menghilangkan premolar atau molar, bisa juga
dengan molar diganti premolar.
c. Warna
Warna harus disesuaikan dengan gigi asli yang masih tersisa.
d. Bahan anasir
2

Bahan anasir GTSL posterior terdiri dari akrilik, porselain, dan metal.Jika
beban kunyahnya besar, maka bahan logam lebih baik digunakan.
e. Penyusunan anasir
Penyusunan anasir GTSL posterior harus memerhatikan hal-hal berikut:
1) Tepat di atas linggir alveolus.
2) Mengikuti lengkung rahang.
3) Menyesuaikan gigi antagonis sehingga tercipta oklusi yang harmonis.
4

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Gigi Tiruan
Sebagian Lepasan (GTSL) merupakan gigi tiruan yang menggantikan satu atau
beberapa gigi yang hilang pada rahang atas maupun rahang bawah. Dimana gigi
tiruan sebagian lepasan terdiri atas beberapa komponenen, salah satunya anasir
gigi. Anasir gigi adalah bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) yang
berfungsi untuk mengganti gigi asli yang hilang. Pemilihan anasir gigi tiruan
bertujuan untuk memenuhi fungsi mastikasi, estetis, fonetik, dan tidak melukai
jaringan di atas lingir alveolar. Pemilihan anasir dilakukan berdasarkan beberapa
pertimbangan seperti bentuk wajah, jenis kelamin, dan sebagainya. Juga terdapat
faktor penentu yang harus diperhatikan, yaitu: bahan, bentuk dan juga warnanya.
Tidak hanya itu, pemilihan anasir gigi juga harus memperhatikan berbagai
pertimbangan antara gigi anterior dan gigi posterior. Untuk gigi anterior
pertimbangan yang perlu diperhatikan, seperti pertimbangan estetis dan juga
fungsional. Sedangkan pada gigi posterior dapat memperhatikan ukuran, bentuk
anasir gigi, bahan yang akan digunakan serta penyusunan dari anasir gigi tersebut.

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan, dalam melakukan
pemilihan anasir gigi tiruan, sebaiknya memperhatikan beberapa faktor yang
sudah dijelaskan dalam makalah ini. Pemilihan anasir gigi tiruan yang tepat dapat
memberikan rasa nyaman pada penggunanya, dan tidak menyebabkan masalah
lain dalam rongga mulutnya. Namun, keberhasilan pembuatan anasir gigi tiruan
juga harus mendapat dukungan dari penggunanya agar kiranya dapat selalu
menjaga kebersihan rongga mulut sehingga dapat menjaga ketahanan gigi tiruan
sebagian lepasan selama digunakan.
.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Habibi Awalu. September 2016. Deskripsi Fraktur Mandibula Pada px


RSUD Ulin Banjarmasin.Dentino Jurnal Kedokteran Gigi; Vol 1(2).

Balaji S.M. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. Elsevier. 2009

JF McCord, AA Grant. Prosthetics: Stage III - Selection of the teeth. British Dent
J 2000 June; 188 (12): 665.

Pridana S, Syafrinani. 2017. Overdenture sebagai perawatan ortodontik preventif:


laporan kasus. Journal of syiah kuala dentistry society; 2(2):85-89.

Sharma V, Punia V, Khandelwal M, Punia S, Lakshmana R. 2010. A Study of


Relationship Between Skin Color and Tooth Shade Value in Population of
Udaipur, Rajasthan. Int J Dent Clinics;2: 26-8.

Shay K, Grasso JE, Barrack KS. The Complete Denture Prosthesis: Clinical and
Laboratory Applications-Fabricating the Trial Denture. Continuing
Education Course. 2011 August: 2-3.

Sipayung NV, Nasution ID. 2019. Hubungan Bentuk Lengkung Rahang dan
Wajah Berdasarkan Jenis Kelamin pada Pasien Edentulus Penuh. J Ked Gi
Unpad: 31(2); 129-133.

Zarb, GA, Hobkirk, Eckert, Jacob. Prosthodontic Treatment for Edentulous


Patients. Complete Dentures and Implant-supported Prostheses. Edisi 13,
2012: 139-144.

Anda mungkin juga menyukai