SGD 10 LBM 2
ANGGOTA KELOMPOK :
1. ACHMAD ALIEF UTAMA (31101800001)
2. ANGGRAENIFA NURUL A. (31101800008)
3. AURELLIA VINTA A. B. (31101800019)
4. CINDY JULIETA (31101800022)
5. FITRADI RIONO PANJI (31101800038)
6. GESTI BENING AULIA (31101800039)
7. GHEA TRI KHUSNUL K. (31101800040)
8. SILVI ALIFAH SUDIRO (31101800091)
9. YUFA SEKAR ARUM Y. (31101800097)
LAPORAN TUTORIAL
SGD 10 LBM 1
2
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Skenario..................................................................................................................4
C. Identifikasi Masalah...............................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................6
A. Landasan Teori.......................................................................................................6
1. Jenis-jenis dental implan.......................................................................................6
2. omponen pada dental implan..............................................................................10
3. Bahan-bahan pada dental implan.......................................................................13
4. Indikasi dan kontraindikasi pemasangan dental implan...................................16
5. Pertimbangan dalam melakukan dental implan.................................................19
6. Pemeriksaan yang dilakukan sebelum pemasangan dental implan....................
7. Prosedur pemasangan implan................................................................................
8. Perspektif islam mengenai dental implan..............................................................
B. Kerangka Konsep.................................................................................................22
BAB III KESIMPULAN......................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 24
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Implan gigi adalah alat yang digunakan untuk menggantikan gigi yang hilang selama
lebih dari setengah abad (Ibieyou N., et al. 2017). Implan gigi berfungsi untuk
menggantikan akar gigi, yang nantinya implant akan menyatu dalam tulang. Implan gigi
juga dapat berfungsi untuk menstabilkan gigi tiruan lepasan dan cekat.
Implan dental akan menyatu dalam tulang,
akan berfungsi menggantikan akar gigi. Implan
dental dapat menstabilkan baik gigitiruan lepasan
maupun gigitiruan cekatProsedur pembedahan gigi impkasi dapat dilakukan dengan
prosedur pembedahan dengan pembuatan desain flap (Poernomo, H., 2017). Flap ini
sendiri merupakan metode pencabutan gigi pada bedah mulut yang termasuk dalam
open methode, dimana terjadi pembukaan gingiva atau mukosa dari jaringan gigi untuk
memperluas lapang pandang dan akses pada permukaan tulang (Poernomo, H., 2017).
Flap memiliki berbagai tipe atau jenis tergantung dari desain dan kebutuhan dalam
tindakan bedah. Pada saat tindakan pembedahan dengan pembuatan flap, jika flap
tidak dibentuk degan indikasi yang sesuai akan menyebabkan komplikasi pasca
pembedahan yaitu flap nekrosis, flap dehiscence, dan flap tearing (Hupp, James R., et
al. 2019).
Untuk pencabutan gigi yang sulit atau mengalami komplikasi, atau gigi impaksi,
pembedahan dimulai dengan pembuatan flap mukoperiosteal untuk mencapai jalan
masuk ke tulang rahang. Kemudian jalan masuk ke gigi dicapai dengan mengambil
tulang secara konservatif sehingga jalan masuk menjadi tidak terhalang atau lebih baik
dengan memotong gigi secara terencana sebelum giginya dikeluarkan. Pada tahap
akhir prosedur ini, jaringan lunak dikembalikan ke tempatnya dan distabilisasi dengan
penjahitan (Hupp, James R., et al. 2019).
B. Skenario
Judul : Buatkan gigi tiruan yang paling bagus ya dok!
Skenario :
Seorang artis wanita mengeluhkan kesulitan karena gigi gerahamnya
ada yang hilang. Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan cekat. Pasien tidak
mempermasalahkan biaya. Hasil pemeriksaan menunjukkan gigi 35 dan 36
hilang, radiograf menunjukkan densitas dan ketinggian tulang alveolar cukup.
Dokter gigi menyarankan pembuatan gigi tiruan implant yang ditanam pada
rahang. Dokter gigi memilihkan bahan yang tepat untuk gigi tiruan tersebut.
4
Naun pasien masih ragu apakah islam memperbolehkan menggunakan gigi
tiruan implant serta bagaimana hukumnya jika pasien meninggal nanti.
C. Identifikasi Masalah
1. Apa saja jenis-jenis dental implant?
2. Apa saja komponen pada dental implant?
3. Apa saja bahan-bahan yang terkandung di dalam dental implant?
4. Indikasi dan kontraindikasi dental implant beserta alasannya?
5. Pertimbangan dalam melakukan dental implant?
6. Apa saja pemeriksaan yang harus dilakukan sebelum pemasangan implant?
7. Bagaimana prosedur pemasangan dental implant?
8. Bagaimana perspektif islam tentang dental implant?
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Jenis-jenis dental implant
Dental implant dapat diklasifikaikan menjadi Tiga jenis implan, yaitu: (Jubhari,
Eri H., Pangiawan, W. 2020).
2) Subperiosteal
Dental implant subperiosteal merupakan jenis implant yang diletakkan di
bawah bagian periosteum. Implan biasanya digunakan pada kasus resorpsi tulang
alveolar yang parah, volume tulang sisa tidak mencukupi untuk insersi implan ini.
6
Adapun retensi dari implan subperiosteal oleh integrasi periosteum yang
merupakan lapisan terluar,memberikan densitas fibrous dan penjangkar implant
terhadap tulang melalui serat Sharpey’s. Implan subperiosteal juga dapat dibedakan
menjadi: unilateral, complete, dan circumferential;
7
2. Komponen pada dental implant
Sistem implant mempunyai 3 komponen dasar (Rahajoeningsih, 2013) :
1. Bevel
Bevel merupakan bagian teratas implant yang dibentuk agar mempunyai
adaptasi yang lebih baik, dan retensi yang baik
2. Collar
8
Collar merupakan bagian dari implant yang berada pada atas gingiva
3. Apex
Bentuk apical dari akar/aoex kebanyakan implant berbentuk akar sirkular atau
berulir (walaupun tidak semua implant berbentuk berulir). Desain paling umum pada
bagian akar adalah membuat lubang (bone collection chamber) sehingga tulang
dapat tumbuh melewati lubang di apical tersebut yang berguna untuk mencegah
teradinya gaya putar dan geser
4. Body implant
Body implant didesain dengan groove di sepanjang body implant/ hanya bagian
akar untuk menahan gaya rotasi
5. Thread
Tujuan dari desain thread adalah untuk ,menghindari/meminimalkan beban yang
teradi pada puncak tulang. Kedalaman thread memainkan peranan penting untuk
menjaga stabilitas pada tulang trabecular dalam bentuk kortikal
C. Polimer
Dapat digunakan sebagai
bahan untuk implant telah
10
mengalami beberapa kegagalan, namun jenis ini dapat ditoleransi secara biologis
oleh tubuh.
Kelebihan:
1. Karakteristik polimer dapat dipilih dan diubah berdasarkan penggunaanya.
Polimer dpat diubah menjadi lebih berporos atau lebih lembut
2. Polimer tidak menghasilkan gelembung mikro atau aliran elektrolit
3. Menunjukkan perlekatan jaringan ikat fibrosa
4. Polimer dapat dimanipulasi dengan mudah dan memungkinkan reproduksi yang
lebih baik
5. Lebih baik secara estetika
Kekurangan:
11
h) Jumlah dan area yang tidak mendukung gigi penyangga
i) Pasien yang menolak gigi diasah untuk pembuatan gigi tiruan (Jubhari and
Pangiawan, 2020).
12
Radioterapi yang dilakukan pada 60-80% pasien yang terkena kanker
kepala dan leher dapat mengurangi pertumbuhan seluler dan vaskular dan
oleh karena itu dapat secara signifikan mengganggu osseointegrasi implan
gigi dan meningkatkan risiko komplikasi (misalnya, osteoradionekrosis).
Radioterapi tampaknya memiliki efek awal dan akhir; efek awal
mempengaruhi terutama kelenjar ludah, kulit dan mukosa mulut, sedangkan
efek akhir melibatkan perubahan tulang dan dapat menyebabkan
demineralisasi, fibrosis, peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan
nekrosis avascular (Donos and Calciolari, 2014).
i. Perokok berat (20 batang sehari)
6) Bruxism
7) Anatomi sinus maksilaris yang tidak menguntungkan
13
8) Volume atau kepadatan tulang alveolar tidak mencukupi (Qassadi, Alshehri
and Alshehri, 2018).
b. Ketersediaan tulang
Tulang yang tersedia adalah bagian dari tulang alveolar. Bagian dari tulang
memiliki tiga dimensi: Panjang, lebar dan dalam.
14
c. Panjang tulang yang tersedia atau dimensi mesiodistal dari edentulous
Bergantung pada gigi yang akan diganti, ruang mesiodistal yang memadai
harus ada untuk memberikan restorasi yang mensimulasikan kontur gigi alami.
Ini memberikan indikasi jumlah implan yang dapat ditampung; Jika ada ruang
prostetik yang tidak memadai, itu harus dibuat melalui enameloplasti gigi yang
berdekatan atau reposisi ortodontik.
d. Jarak
Untuk memilih ukuran implant dan mengevaluasi ruangan mesiodistal untuk
penempatan impan, dapat dilihat sebagai berikut:
15
Untuk mengembangkan kontak yang tepat dan kontur dalam restorasi. Untuk
memungkinkan adanya jaringan lunak yang cukup lebar antara implan dan
gigi yang berdekatan.
Agar komponen prostetik tidak saling berdampak satu sama lain.
Untuk pembersihan prostesis yang efektif oleh pasien.
Untuk mengembangkan oklusi yang harmonis. Untuk memungkinkan jarak
minimal 1 mm dari implan ke akar yang berdekatan.
Mempertimbangkan pedoman di atas, implan platform biasa berukuran 4mm
akan membutuhkan jarak 7mm mesiodistal antara gigi yang berdekatan di regio
koronal. Jika implan ditempatkan terlalu dekat dengan gigi yang berdekatan,
kontur yang terganggu dan kehilangan jaringan keras dan lunak yang tidak perlu
yang berdekatan dengan implan akan terjadi. Menempatkan restorasi terlalu jauh
dari gigi yang berdekatan juga menghasilkan kontur yang tidak menguntungkan
dan perkembangan gaya tipe kantilever pada restorasi.
e. Penilaian lebar tulang yang tersedia
Lebar tulang yang tersedia tidak dapat diukur pada radografi intraoral karena dua
dimensi dan harus ditenukan secara klinis.
16
h. Crown Height Space
Ruang tinggi mahkota dianggap sebagai parameter vertikal utama dalam
perencanaan perawatan untuk restorasi implan. Ruang tinggi mahkota adalah
jarak dari bidang oklusal ke puncak punggung alveolar di regio posterior dan dari
tepi insisal lengkung yang dimaksud di regio anterior.
Ini akan memengaruhi jenis prostesis, pilihan bahan, dan teknik bedah yang
akan digunakan. Untuk menyediakan ruang yang cukup untuk komponen
prostetik, ruang yang cukup harus ada antara edentulous ridge dan gigi yang
berlawanan. Idealnya, untuk protesa yang dipertahankan semen, dibutuhkan
ruang setinggi mahkota 8-12 mm, mengukur dari jaringan lunak edentulous ridge
ke bidang oklusal di tengah lokasi reseptor implant.
Dimensi vertikal ideal tiap daerah adalah 3 mm untuk jaringan lunak, 5 mm
untuk tinggi abutment, dan 2 mm untuk logam oklusal atau porselen. Restorasi
penahan sekrup umumnya memerlukan ruang dengan ketinggian mahkota yang
lebih rendah dibandingkan dengan prostesis penahan semen karena dapat
disekrup langsung ke badan implan.
(Shenoy, 2012)
17
Pemeriksaan yang dilakukan sebelum pemasangan dental implant :
Pada pemeriksaan ekstra oral ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
a. Proporsi wajah
b. Simetri wajah
c. Kerangka wajah
d. Hubungan intermaxillary (dimensi vertical & jarak interoklusal saat istirahat)
e. Gerakan & fungsi TMJ
1. Pemeriksaan gigi
a. Gigi yang rusak / ditambal
b. Penilaian OHIS
c. Pemeriksaan periodontal
d. Uji pulpa
e. Deteksi gigi malposisi
2. Daerah Edentulous
a. Defek ridge
b. Jarak antara posisi ideal mahkota klinis dan tulang di bawahnya
c. Kompensasi defek dengan jaringan lunak dan jaringan keras yang
memungkinkan / diperlukan basis proteksi.
18
3. Kualitas & kuantitas mukosa dan kontur tulang
a. Dapat dinilai dengan palpasi
b. Mukosa keratin yang tebal lebih mudah dibentuk untuk ligament antar implant
daripada jaringan tipis yang tidak berkeratin.
4. Status oklusal dan pemeriksaan fungsional
Diagnosis kebiasaan parafungsional (bruxism, clenching).
1. Tahap pertama, setelah dilakukan anestesi dilanjutkan insisi pada daerah tempat
implan ditanam. Mukoperiosteum dibuka dengan menggunakan scalpel tajam dan
flap mukoperiosteal harus dipisahkan dengan hati-hati menggunakan elevator
periosteal.
2. Setelah itu gunakan lance drill untuk menembus tulang kortikal sebagai tempat
insersi implan. Kecepatan yang digunakan antara 800-1200rpm.
3. Kemudian gunakan twist drill. Panjang drill disesuaikan berdasarkan kode ukuran
implan.
19
4. Dengan menggunakan depth gauge, kedalaman lubang dan kondisi dasar lubang
diperiksa.
5. Gunakan parallel pin untuk memeriksa posisi dan arah lubang. Selain itu gunakan
juga untuk menetapkan hubungan oklusal dengan gigi antagonis.
20
7. Setelah menggunakan pilot drill, kemudian perlebar dengan menggunakan twist drill
Ø3,0 dan Ø3,6 secara berurutan.
9. Kemudian sambungkan implan dengan mount driver. Pada tahap akhir gunakan
torque wrench tanpa menggunakan tenaga putaran yang berlebih.
10. Lepaskan mount fixture dan tutup implan dengan menggunakan cover screw yang
sesuai.
21
11. Terakhir, lakukan penjahitan pada ginggiva dengan menggunakan bahan jahitan
non-absorbable. Sebuah jahitan ditempatkan pada setiap sisi implan untuk
memastikan bahwa sudut luka akan beradaptasi terhadap implan tanpa mengalami
tekanan. Gunakan jahitan interrupted dengan hati-hati dan tidak terlalu kencang
sehingga papilla dan margin gusi tetap terjaga (Straumann, 1995).
23
Kerangka Konsep
Evaluasi
Jaringan Lunak
Pertimbangan melakukan dan Keras
Implan gigi dalam
prosedur implant pada
perspektif islam
pasien (indikasi, kontra
indikasi, kelebihan, dan
kekurangan)
Pemilihan Bahan
Implan
Pelaksanaan Prosedur
Implan
BAB III
KESIMPULAN
Flap merupakan suatu prosedur pembukaan gingiva, mukosa alveolar atau
periosteum yang dipisahkan dari gigi dan prosesus alveolar dengan syarat tetap menjaga
24
aliran suplai darah didaerah tersebut (Poernomo, H., 2017). Secara umum, tujuan dilakukan
flap yaitu membantu operator untuk meluaskan lapang pandang dan akses menuju tulang
dan permukaan akar.
Flap memiliki beberapa jenis ada yang berdasarkan komposisi jaringan yaitu Flap
Mucoperiosteal dan Flap Mukosa (Hupp, James R., et al. 2019). Kemudian, Klasifikasi flap
berdasarkan bentuk / desain flap yaitu Flap Trapezoid, Triangular, Envelope, Semilunar,
Pedicle, dan Flap dengan insisi tepi bentuk Y & X (Fragiskos, F. D., 2007). Dalam
pembuatan flap ini, operator harus memperhatikan prosedur pembuatannya serta pada
masing-masing flap memiliki kelebihan dan kekurangan serta indikasi dan kontraindikasinya
sendiri. Apabila operator memperhatikan prosedur pembuatan flap dengan saksama maka
rasa nyeri serta timbulnya komplikasi dapat diminimalkan sehingga proses penyembuhan
pada pasien dapat optimal.
25
DAFTAR PUSTAKA
Rahajoeningsih, poedji dan Rosida Marunung. 2013. Jenis-Jenis Gigi Tiruan Dukungan
Implan. Journal of Dentomaxillofacial Science. Vol 12. No 1: 44.
Arista, Dede dan Yosi Kusuma E. 2018. Desain dan Fungsi Implan Kedokteran Gigi yang
Beredar di Pasaran. Jurnal Kedokteran Gigi UNPAD. Vol 30. No 3: 168-174
Puspitasari, D., & Herda, E. 2013. Implan Zirkonia Tipe Y-TZP Sebagai Piranti Alternatif
Pilihan Selain Implan Titanium: Type Y-TZP Zirconia Implant as an Alternative Choice
Besides Titanium Implant. Dentika Dental Journal, 17(4), 397-401.
Dewi, M. S., & Peornomo, H. 2020. The Effect of Zirconia Material for Dental Implant To
Osseointegrated Process. SONDE (Sound of Dentistry), 5(2), 39-46.
Fitriani, C. Y., & Wibawa, A. 2019. Biokompatibilitas Material Titanium Implan Gigi. Insisiva
Dental Journal: Majalah Kedokteran Gigi Insisiva, 8(2), 53-58.
Qassadi, W., Alshehri, T. and Alshehri, A. (2018) ‘Review on Dental Implantology’, The
Egyptian Journal of Hospital Medicine, 71(1), pp. 2217–2225. doi: 10.12816/0045293.
Majalah Mawaddah, Edisi 10, Tahun 1, Rabiul Akhir–Jumadil Ula 1429 H (Mei 2008).
26