Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN TUTORIAL

SGD 10 LBM 2

Buatkan gigi tiruan yang paling bagus ya dok!

ANGGOTA KELOMPOK :
1. ACHMAD ALIEF UTAMA (31101800001)
2. ANGGRAENIFA NURUL A. (31101800008)
3. AURELLIA VINTA A. B. (31101800019)
4. CINDY JULIETA (31101800022)
5. FITRADI RIONO PANJI (31101800038)
6. GESTI BENING AULIA (31101800039)
7. GHEA TRI KHUSNUL K. (31101800040)
8. SILVI ALIFAH SUDIRO (31101800091)
9. YUFA SEKAR ARUM Y. (31101800097)

FAKULTAS KEDOTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN TUTORIAL
SGD 10 LBM 1

Buatkan gigi tiruan yang paling ya dok!

Telah Disetujui oleh :

Tutor Semarang, Februari 2021

drg. Niluh Ringga Woroprobosari, M.Kes ----------------------------------

2
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Skenario..................................................................................................................4
C. Identifikasi Masalah...............................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................6
A. Landasan Teori.......................................................................................................6
1. Jenis-jenis dental implan.......................................................................................6
2. omponen pada dental implan..............................................................................10
3. Bahan-bahan pada dental implan.......................................................................13
4. Indikasi dan kontraindikasi pemasangan dental implan...................................16
5. Pertimbangan dalam melakukan dental implan.................................................19
6. Pemeriksaan yang dilakukan sebelum pemasangan dental implan....................
7. Prosedur pemasangan implan................................................................................
8. Perspektif islam mengenai dental implan..............................................................
B. Kerangka Konsep.................................................................................................22
BAB III KESIMPULAN......................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 24

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Implan gigi adalah alat yang digunakan untuk menggantikan gigi yang hilang selama
lebih dari setengah abad (Ibieyou N., et al. 2017). Implan gigi berfungsi untuk
menggantikan akar gigi, yang nantinya implant akan menyatu dalam tulang. Implan gigi
juga dapat berfungsi untuk menstabilkan gigi tiruan lepasan dan cekat.
Implan dental akan menyatu dalam tulang,
akan berfungsi menggantikan akar gigi. Implan
dental dapat menstabilkan baik gigitiruan lepasan
maupun gigitiruan cekatProsedur pembedahan gigi impkasi dapat dilakukan dengan
prosedur pembedahan dengan pembuatan desain flap (Poernomo, H., 2017). Flap ini
sendiri merupakan metode pencabutan gigi pada bedah mulut yang termasuk dalam
open methode, dimana terjadi pembukaan gingiva atau mukosa dari jaringan gigi untuk
memperluas lapang pandang dan akses pada permukaan tulang (Poernomo, H., 2017).
Flap memiliki berbagai tipe atau jenis tergantung dari desain dan kebutuhan dalam
tindakan bedah. Pada saat tindakan pembedahan dengan pembuatan flap, jika flap
tidak dibentuk degan indikasi yang sesuai akan menyebabkan komplikasi pasca
pembedahan yaitu flap nekrosis, flap dehiscence, dan flap tearing (Hupp, James R., et
al. 2019).
Untuk pencabutan gigi yang sulit atau mengalami komplikasi, atau gigi impaksi,
pembedahan dimulai dengan pembuatan flap mukoperiosteal untuk mencapai jalan
masuk ke tulang rahang. Kemudian jalan masuk ke gigi dicapai dengan mengambil
tulang secara konservatif sehingga jalan masuk menjadi tidak terhalang atau lebih baik
dengan memotong gigi secara terencana sebelum giginya dikeluarkan. Pada tahap
akhir prosedur ini, jaringan lunak dikembalikan ke tempatnya dan distabilisasi dengan
penjahitan (Hupp, James R., et al. 2019).
B. Skenario
Judul : Buatkan gigi tiruan yang paling bagus ya dok!
Skenario :
Seorang artis wanita mengeluhkan kesulitan karena gigi gerahamnya
ada yang hilang. Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan cekat. Pasien tidak
mempermasalahkan biaya. Hasil pemeriksaan menunjukkan gigi 35 dan 36
hilang, radiograf menunjukkan densitas dan ketinggian tulang alveolar cukup.
Dokter gigi menyarankan pembuatan gigi tiruan implant yang ditanam pada
rahang. Dokter gigi memilihkan bahan yang tepat untuk gigi tiruan tersebut.

4
Naun pasien masih ragu apakah islam memperbolehkan menggunakan gigi
tiruan implant serta bagaimana hukumnya jika pasien meninggal nanti.

C. Identifikasi Masalah
1. Apa saja jenis-jenis dental implant?
2. Apa saja komponen pada dental implant?
3. Apa saja bahan-bahan yang terkandung di dalam dental implant?
4. Indikasi dan kontraindikasi dental implant beserta alasannya?
5. Pertimbangan dalam melakukan dental implant?
6. Apa saja pemeriksaan yang harus dilakukan sebelum pemasangan implant?
7. Bagaimana prosedur pemasangan dental implant?
8. Bagaimana perspektif islam tentang dental implant?

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Jenis-jenis dental implant
Dental implant dapat diklasifikaikan menjadi Tiga jenis implan, yaitu: (Jubhari,
Eri H., Pangiawan, W. 2020).

1) Endosteal Dental Implant,


Endosteal Dental Implant merupakan suatu jenis implant yang diletakkan ke
dalam tulang alveolar atau tulang basal melalui tindakan bedah dan merupakan jenis
implant yang paling umum digunakan untuk perawatan edentulous parsial maupun
edentulous totalis.
Implan endosteal terdiri atas plate implant atau blade yang merupakan dental
implan yang paling pertama digunakan dengan tingkat keberhasilan yang cukup
besar meski cukup sulit penempatannya, dan root-form implant yang memiliki
adaptasi yang baik pada berbagai area intraoral, efek samping yang rendah, dan
preparasi yang seragam pada daerah yang akan dipasangi. Umumnya implan jenis
ini terbuat dari bahan titanium atau campuran logam titanium dengan atau tanpa
dilapisi hidroksiapatit.

(Kotha, M., et al. 2017)

2) Subperiosteal
Dental implant subperiosteal merupakan jenis implant yang diletakkan di
bawah bagian periosteum. Implan biasanya digunakan pada kasus resorpsi tulang
alveolar yang parah, volume tulang sisa tidak mencukupi untuk insersi implan ini.

6
Adapun retensi dari implan subperiosteal oleh integrasi periosteum yang
merupakan lapisan terluar,memberikan densitas fibrous dan penjangkar implant
terhadap tulang melalui serat Sharpey’s. Implan subperiosteal juga dapat dibedakan
menjadi: unilateral, complete, dan circumferential;

(Kotha, M., et al. 2017)


3) Transosteal
Dental implant jenis Transosteal diletakkan hanya pada bagian bawah dari
bagian anterior mandibula. Sekrup implan ini dibaut melalui plat kortikal dari tulang
alveolar pada mandibula dan meluas ke rongga mulut.Tiga hingga tujuh sekrup
dipasang meluas pada rongga mulut, gigi tiruan lengkap atau gigi tiruan sebagian.
Adapun jenis-jenis implan transosteal, yaitu staple, single pin dan multiple pin.

7
2. Komponen pada dental implant
Sistem implant mempunyai 3 komponen dasar (Rahajoeningsih, 2013) :

1. Dental implant body (implant/fixture)


Bagian ini yang tertanam dalam tulang sehingga berfungsi sebagai akar gigi
alami
2. Abutmen
Abutmen merupakan bagian implant yang berada diatas tulang dan
menghubungkan implant body dengan suprastrukturnya
3. Suprastruktur
Suprastruktur merupakan bagian implant yang berfungsi sebagai gigi tiruan itu
sendiri

Morfologi bagian-bagian dari implan (Arista, 2018) :

1. Bevel
Bevel merupakan bagian teratas implant yang dibentuk agar mempunyai
adaptasi yang lebih baik, dan retensi yang baik
2. Collar

8
Collar merupakan bagian dari implant yang berada pada atas gingiva
3. Apex
Bentuk apical dari akar/aoex kebanyakan implant berbentuk akar sirkular atau
berulir (walaupun tidak semua implant berbentuk berulir). Desain paling umum pada
bagian akar adalah membuat lubang (bone collection chamber) sehingga tulang
dapat tumbuh melewati lubang di apical tersebut yang berguna untuk mencegah
teradinya gaya putar dan geser
4. Body implant
Body implant didesain dengan groove di sepanjang body implant/ hanya bagian
akar untuk menahan gaya rotasi
5. Thread
Tujuan dari desain thread adalah untuk ,menghindari/meminimalkan beban yang
teradi pada puncak tulang. Kedalaman thread memainkan peranan penting untuk
menjaga stabilitas pada tulang trabecular dalam bentuk kortikal

3. Bahan-bahan yang terkandung dalam dental implant


A. Titanium  pada implant body/fixture, Abutment, healing cap
Kelebihan implan gigi yang terbuat dari titanium yaitu:
1. Biokompatibilitas yang sangat baik karena sifat resistensi korosinya tinggi dan
lapisan oksida yang melindungi jaringan lunak maupun jaringan keras rongga
mulut
2. Berat jenis rendah dan memiliki kekuatan tinggi
3. Dapat dipakai dalam jangka waktu yang sangat lama
4. Dapat bertahan pada suhu yang tinggi
5. Bersifat osseointegrasi  menunjukkan karakter jaringan keras titanium yang
sangat baik dan merupakan syarat material implant yang baik. Titanium akan
membentuk lapisan titanium oksida (TiO2) yang stabil terhadap pengaruh
kondisi sekitarnya sehingga mempunyai resistensi yang baik terhadap korosi.
Ikatan antara logam dan jaringan lunak sangat penting dalam penyangga
implant gigi. Apabila ikatan tidak cukup baik maka akan menyebabkan invasi
bakteri yang menghasilkan peradangan yang diikuti implant mulai longgar,
bergerak, dan bahan mengalami kegagalan implantasi.
6. Tidak toksik dan tidak menimbulkan alergi
7. Dapat dicampur dengan logam lain.

Kekurangan implan gigi dari titanium yaitu:


1. Tidak dapat diwarnai
9
2. Mahal
3. Bersifat paramagnet

B. Zirkonia  badan implant, abutment, dan healing cap


Implant gigi berbasis zirkonia digolongkan ke dalam implantologi gigi sebagai
alternatif dari implant berbahan titanium. Karakteristik implant gigi zirkonia memiliki
biomekanik dan biokompatibilitasnya yang sangat baik, dan warnanya seperti gigi.
Zirkonia memiliki sifat fisis, mekanis, kimia dan biologis yang sangat cocok sehingga
dipergunakan sebagai dental material.
Pemilihan zirconium oksida dalam dental gigi tiruan bersifat biokompatibel,
radiopasitas yang baik, resistensi terhadap faktur yang tinggi dan penyebaran
partikel yang terjadi lebih baik dan tahan lama. Implant gigi zirkonia telah terbukti
menunjukan penurunan tingkat plak dan lapisan biofilm dari permukaan implan. Butz
dkk. juga menyatakan bahwa abutment implan dari bahan dasar zirkonia memiliki
kekuatan yang sebanding dengan implan titanium untuk melawan fraktur akibat
simulasi gaya pengunyahan yang diberikan, dengan demikian implan zirkonia sangat
baik bila digunakan untuk implan gigi anterior maupun posterior

C. Polimer
Dapat digunakan sebagai
bahan untuk implant telah

10
mengalami beberapa kegagalan, namun jenis ini dapat ditoleransi secara biologis
oleh tubuh.
Kelebihan:
1. Karakteristik polimer dapat dipilih dan diubah berdasarkan penggunaanya.
Polimer dpat diubah menjadi lebih berporos atau lebih lembut
2. Polimer tidak menghasilkan gelembung mikro atau aliran elektrolit
3. Menunjukkan perlekatan jaringan ikat fibrosa
4. Polimer dapat dimanipulasi dengan mudah dan memungkinkan reproduksi yang
lebih baik
5. Lebih baik secara estetika

Kekurangan:

1. Sifat mekanik yang lebih rendah


2. Kurangnya daya lekat pada jaringan tubuh
3. Reaksi imunologis yang merugikan
4. Indikasi dan kontraindikasi dental implant
Indikasi dental implant secara umum :

a) Meningkatkan fungsi pengunyahan. Karena gigi memainkan peran kunci dalam


mengunyah makanan, ketidakhadirannya sering menyebabkan gangguan dalam
fungsi mengunyah dan mungkin juga secara tidak langsung memengaruhi status
gizi dengan memengaruhi pilihan makanan.
b) Untuk meningkatkan fungsi bicara. Kehadiran gigi dan struktur alveolar sangat
penting dalam produksi suara bicara tertentu. Ketidakhadiran mereka dapat
memengaruhi kejelasan ucapan (bagaimana seseorang dapat berkomunikasi
melalui ucapan)
c) Untuk meningkatkan estetika
d) Untuk mendapatkan kembali gigi yang hilang. Kehilangan bagian tubuh (misalnya
gigi) dapat dikaitkan dengan keinginan yang kuat untuk mengganti apa yang
hilang, terlepas dari peran yang dimainkan oleh bagian anatomis.
e) Untuk menghindari persiapan gigi dan kemungkinan gejala sisa. Pencabutan
struktur gigi, pemaparan permukaan gigi yang dipotong ke bakteri dalam air liur
yang tak terhindarkan, dan prosedur lain yang terlibat dalam pemasangan
penahan jembatan ke gigi dikaitkan dengan risiko nekrosis pulpa dan kebutuhan
pencabutan atau perawatan endodontik (Qassadi, Alshehri and Alshehri, 2018).
f) Tidak mampu menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan atau gigi tiruan lengkap
g) Kebutuhan menggunakan gigi tiruan cekat dalam jangka waktu yang lama

11
h) Jumlah dan area yang tidak mendukung gigi penyangga
i) Pasien yang menolak gigi diasah untuk pembuatan gigi tiruan (Jubhari and
Pangiawan, 2020).

Kontraindikasi dental implant secara umum

Terdapat kontraindikasi medis tertentu terhadap terapi implan, karena


komplikasi yang mungkin timbul dapat berakibat serius atau bahkan fatal pada
kondisi tertentu. Kontraindikasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori:

1. Kontraindikasi absolut: implan gigi tidak dapat dipertimbangkan.


Kontraindikasi absolut
a. Infark miokard baru-baru ini
b. Prostesis katup
c. Gangguan ginjal yang parah
d. Diabetes yang tidak terkontrol
Diabetes melitus terdiri dari sekelompok penyakit metabolik yang
ditandai dengan hiperglikemia, sebagai akibat dari sekresi yang berkurang
dan / atau gangguan kerja insulin. Telah banyak dibuktikan bahwa
hiperglikemia memiliki efek negatif pada metabolisme tulang, biasanya
disebut sebagai 'osteopati' diabetik. Secara khusus, ini telah dikaitkan
dengan penurunan kepadatan mineral tulang, peningkatan risiko patah
tulang, penurunan sifat mekanik tulang, gangguan pembentukan tulang
endokondral dan intramembran dan gangguan kualitas mikroarsitektur
tulang. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, mungkin dapat masuk akal
untuk menyarankan bahwa diabetes mellitus dapat mengganggu
osseointegrasi dan hasil terkait implant (Donos and Calciolari, 2014).
e. Hipertensi yang tidak terkontrol
f. Osteoporosis umum
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang sangat umum yang ditandai
dengan penurunan kepadatan tulang dan perubahan struktur mikro tulang
yang menyebabkan peningkatan risiko patah tulang. Hipotesis bahwa
gangguan metabolisme tulang pada pasien osteoporosis dapat mengganggu
penyembuhan tulang di sekitar implan gigi dan mempengaruhi
osseointegrasi secara biologis (Donos and Calciolari, 2014).
g. Alkoholisme parah kronis
h. Sedang menjalani radioterapi

12
Radioterapi yang dilakukan pada 60-80% pasien yang terkena kanker
kepala dan leher dapat mengurangi pertumbuhan seluler dan vaskular dan
oleh karena itu dapat secara signifikan mengganggu osseointegrasi implan
gigi dan meningkatkan risiko komplikasi (misalnya, osteoradionekrosis).
Radioterapi tampaknya memiliki efek awal dan akhir; efek awal
mempengaruhi terutama kelenjar ludah, kulit dan mukosa mulut, sedangkan
efek akhir melibatkan perubahan tulang dan dapat menyebabkan
demineralisasi, fibrosis, peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan
nekrosis avascular (Donos and Calciolari, 2014).
i. Perokok berat (20 batang sehari)

2. Kontraindikasi relatif: implan gigi dapat dipertimbangkan hanya setelah


masalah tertentu diatasi.
Kontraindikasi relatif utama dari implan adalah ukuran tulang alveolar
penerima yang tidak mencukupi. Kondisi yang menentukan kontraindikasi dapat
memengaruhi umur implan gigi jika tindakan khusus tidak dilakukan. Kebanyakan
kontraindikasi relatif hanya berlaku selama tubuh mengalami dekompensasi.
Setelah menurunkan parameter ke tingkat yang dapat diterima, implan
dimasukkan. Kasus-kasus ini memerlukan program pemantauan yang melibatkan
kebersihan yang ketat dan kunjungan konstan ke dokter gigi untuk sesi
profilaksis.

3. Kontraindikasi lokal: implan gigi dapat dipertimbangkan dengan mengambil


tindakan pencegahan ekstra terkait masalah yang melibatkan mulut atau
rahang.
1) Lesi di mulut (dermatosis)
2) Kebersihan mulut yang buruk atau infeksi gigi di dekat lokasi perawatan
endodontik bekas kegagalan implan.
3) Maloklusi
4) Posisi saraf alveolus bawah dan struktur anatomi rahang bawah yang tidak
menguntungkan
5) Kualitas dan kuantitas gusi tidak mencukupi (mis., Resesi gingiva atau
penyakit periodontal lainnya)

6) Bruxism
7) Anatomi sinus maksilaris yang tidak menguntungkan

13
8) Volume atau kepadatan tulang alveolar tidak mencukupi (Qassadi, Alshehri
and Alshehri, 2018).

5. Pertimbangan dalam melakukan dental implant


a. Kuantitas dan Kualitas tulang  penilaian terhadap densitas tulang karena
merupakan penentu utama dalam melakukan perencanaan perawatan implan

b. Ketersediaan tulang
Tulang yang tersedia adalah bagian dari tulang alveolar. Bagian dari tulang
memiliki tiga dimensi: Panjang, lebar dan dalam.

14
c. Panjang tulang yang tersedia atau dimensi mesiodistal dari edentulous
Bergantung pada gigi yang akan diganti, ruang mesiodistal yang memadai
harus ada untuk memberikan restorasi yang mensimulasikan kontur gigi alami.
Ini memberikan indikasi jumlah implan yang dapat ditampung; Jika ada ruang
prostetik yang tidak memadai, itu harus dibuat melalui enameloplasti gigi yang
berdekatan atau reposisi ortodontik.
d. Jarak
Untuk memilih ukuran implant dan mengevaluasi ruangan mesiodistal untuk
penempatan impan, dapat dilihat sebagai berikut:

 Jarak implan minimal 1,5 mm dari gigi yang berdekatan.


 Jarak implan minimal 3 mm dari implan yang berdekatan.
 Implan dengan diameter yang lebih baik harus dipilih untuk gigi molar karena
beban oklusal yang tinggi.

Spasi diperlukan untuk menyediakan yang berikut ini:


 Untuk memungkinkan 1,5 mm tulang crestal interproksimal, ini pada
gilirannya akan memungkinkan perkembangan papilla yang sehat.

15
 Untuk mengembangkan kontak yang tepat dan kontur dalam restorasi. Untuk
memungkinkan adanya jaringan lunak yang cukup lebar antara implan dan
gigi yang berdekatan.
 Agar komponen prostetik tidak saling berdampak satu sama lain.
 Untuk pembersihan prostesis yang efektif oleh pasien.
 Untuk mengembangkan oklusi yang harmonis. Untuk memungkinkan jarak
minimal 1 mm dari implan ke akar yang berdekatan.
Mempertimbangkan pedoman di atas, implan platform biasa berukuran 4mm
akan membutuhkan jarak 7mm mesiodistal antara gigi yang berdekatan di regio
koronal. Jika implan ditempatkan terlalu dekat dengan gigi yang berdekatan,
kontur yang terganggu dan kehilangan jaringan keras dan lunak yang tidak perlu
yang berdekatan dengan implan akan terjadi. Menempatkan restorasi terlalu jauh
dari gigi yang berdekatan juga menghasilkan kontur yang tidak menguntungkan
dan perkembangan gaya tipe kantilever pada restorasi.
e. Penilaian lebar tulang yang tersedia
Lebar tulang yang tersedia tidak dapat diukur pada radografi intraoral karena dua
dimensi dan harus ditenukan secara klinis.

f. Penilaian visual dan palpasi


Tinggi, lebar bukolingual, dan kontur punggung bukit dapat dinilai secara visual.
Palpasi ridge yang cermat akan mendeteksi adanya cekungan. Jika jaringan di
atasnya berserat atau lebih tebal, penilaian yang akurat mungkin sulit dilakukan
dengan penilaian visual dan palpasi.
g. Ridge mapping
Ridge mapping prosedur yang memungkinkan ahli bedah implan untuk
menentukan ketebalan atau lebar tulang alveolar. Ini memberikan gambaran
tentang perkiraan lebar punggungan serta perkiraan kasar dari kontur
punggungan. Meskipun memberikan gambaran profil ridge yang lebih baik dari
pada penilaian visual, masih rawan kesalahan.

16
h. Crown Height Space
Ruang tinggi mahkota dianggap sebagai parameter vertikal utama dalam
perencanaan perawatan untuk restorasi implan. Ruang tinggi mahkota adalah
jarak dari bidang oklusal ke puncak punggung alveolar di regio posterior dan dari
tepi insisal lengkung yang dimaksud di regio anterior.

Ini akan memengaruhi jenis prostesis, pilihan bahan, dan teknik bedah yang
akan digunakan. Untuk menyediakan ruang yang cukup untuk komponen
prostetik, ruang yang cukup harus ada antara edentulous ridge dan gigi yang
berlawanan. Idealnya, untuk protesa yang dipertahankan semen, dibutuhkan
ruang setinggi mahkota 8-12 mm, mengukur dari jaringan lunak edentulous ridge
ke bidang oklusal di tengah lokasi reseptor implant.
Dimensi vertikal ideal tiap daerah adalah 3 mm untuk jaringan lunak, 5 mm
untuk tinggi abutment, dan 2 mm untuk logam oklusal atau porselen. Restorasi
penahan sekrup umumnya memerlukan ruang dengan ketinggian mahkota yang
lebih rendah dibandingkan dengan prostesis penahan semen karena dapat
disekrup langsung ke badan implan.
(Shenoy, 2012)

6. Pemeriksaan yang harus dilakukan sebelum pemasangan implant

17
Pemeriksaan yang dilakukan sebelum pemasangan dental implant :

1. Initial observation and patient history


Berisi beberapa pertanyaan seperti ;

a. Apa saja keluhan yang dirasakan ?


b. Rencana perawatan yang diinginkan oleh pasien .
2. Riwayat kesehatan pasien :
Dilakukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan pasien dalam menjalani
prosedur perawatan yang telah direncanakan agar berjalan dengan aman dan untuk
menyembuhkan luka bedah.
Beberapa kondisi psikologis / mental dapat dianggap sebagai konraindikasi,
tergantung pada kondisi pasien tersebut. Pasien dengan syndrome kejiwaan seperti
(skizofrenia), gangguan mental (neurotis, demensia, Alzheimer). Mereka tidak
berperilaku kooperatif dan mereka memiliki ketakutan yang irasional sehingga
menjadi kandidat yang buruk dalam perawatan dental implant.

Pemeriksaan ekstra Oral :

Pada pemeriksaan ekstra oral ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :

a. Proporsi wajah
b. Simetri wajah
c. Kerangka wajah
d. Hubungan intermaxillary (dimensi vertical & jarak interoklusal saat istirahat)
e. Gerakan & fungsi TMJ

Pemeriksaan Intra Oral :

1. Pemeriksaan gigi
a. Gigi yang rusak / ditambal
b. Penilaian OHIS
c. Pemeriksaan periodontal
d. Uji pulpa
e. Deteksi gigi malposisi
2. Daerah Edentulous
a. Defek ridge
b. Jarak antara posisi ideal mahkota klinis dan tulang di bawahnya
c. Kompensasi defek dengan jaringan lunak dan jaringan keras yang
memungkinkan / diperlukan basis proteksi.

18
3. Kualitas & kuantitas mukosa dan kontur tulang
a. Dapat dinilai dengan palpasi
b. Mukosa keratin yang tebal lebih mudah dibentuk untuk ligament antar implant
daripada jaringan tipis yang tidak berkeratin.
4. Status oklusal dan pemeriksaan fungsional
Diagnosis kebiasaan parafungsional (bruxism, clenching).

7. Prosedur pemasangan dental implant


Dilaksanakan setelah seleksi pasien dan telah dilakukan analisa secara seksama.
Pengamatan klinis dan analisa data akan memberikan gambaran keberhasilan suatu
implan.
Teknik prosedur pembedahan dilaksanakan sesuai dengan jenis implan yang akan
dipasang. Tiap jenis implan oleh pabriknya telah ditetapkan prosedur penanamannya
termasuk alat yang dipergunakan pada prosedur pembedahannya Berikut adalah tahap
pembedahan implan SS II (Choi, 2007)

1. Tahap pertama, setelah dilakukan anestesi dilanjutkan insisi pada daerah tempat
implan ditanam. Mukoperiosteum dibuka dengan menggunakan scalpel tajam dan
flap mukoperiosteal harus dipisahkan dengan hati-hati menggunakan elevator
periosteal.
2. Setelah itu gunakan lance drill untuk menembus tulang kortikal sebagai tempat
insersi implan. Kecepatan yang digunakan antara 800-1200rpm.

3. Kemudian gunakan twist drill. Panjang drill disesuaikan berdasarkan kode ukuran
implan.

19
4. Dengan menggunakan depth gauge, kedalaman lubang dan kondisi dasar lubang
diperiksa.

5. Gunakan parallel pin untuk memeriksa posisi dan arah lubang. Selain itu gunakan
juga untuk menetapkan hubungan oklusal dengan gigi antagonis.

6. Kemudian gunakan pilot drill untuk memudahkan jalan masuk drill

20
7. Setelah menggunakan pilot drill, kemudian perlebar dengan menggunakan twist drill
Ø3,0 dan Ø3,6 secara berurutan.

8. Pembedahan pada tulang dengan kepadatan D1 memerlukan tapping, sedangkan


pada tulang dengan kepadatan D2 tergantung kebijaksanaan operator. Untuk tulang
dengan kepadatan D3 dan D4 proses tapping tidak dilakukan. Pada proses taping
digunakan torque wrench. Saat tap menyentuh tulang, proses tapping dilanjutkan
dengan menggunakan hand tapping.

9. Kemudian sambungkan implan dengan mount driver. Pada tahap akhir gunakan
torque wrench tanpa menggunakan tenaga putaran yang berlebih.

10. Lepaskan mount fixture dan tutup implan dengan menggunakan cover screw yang
sesuai.

21
11. Terakhir, lakukan penjahitan pada ginggiva dengan menggunakan bahan jahitan
non-absorbable. Sebuah jahitan ditempatkan pada setiap sisi implan untuk
memastikan bahwa sudut luka akan beradaptasi terhadap implan tanpa mengalami
tekanan. Gunakan jahitan interrupted dengan hati-hati dan tidak terlalu kencang
sehingga papilla dan margin gusi tetap terjaga (Straumann, 1995).

8. Perspektif islam mengenai dental implant


Hukum memasang gigi tiruan dalam islam diperbolehkan, dengan tujuan bahwa
pemasangan tersebut untuk pengobatan, jika dilakukan dengan tujuan untuk
mempercantik maka hukumnya haram. Berdasarkan hasist Nabi SAW:
“Allah SWT melaknat orang-orang yang membuat tatto, menyambung rambut, dan
menjarangkan gigi dengan tujuan mempercantik diri” (H.R. Al Bukhari: 5481)
Penjelasan hukum pemasangan implant lebih lanjut dapat dilihat pada fatwa Nur’ala
Ad-darb dijelaskan: boleh ketika ada seseorang yang giginya rontok untuk diganti
dengan gigi palsu karena tindakan ini merupakan suatu bentuk menghilangkan cacat
tubuh, sebagaimana Rasulluah SAW mengizinkan salah satu sahabatnya yang
22
terpotong hidungnya kemudian menambalnya dengan perak. Namun malah membusuk,
kemudian beliau mengizinkan menambal dengan emas.
Demikian pula jika ada gigi yang hilang boleh memasang gigi palsu sebagai
pengganti dan hukumnya tidak masalah. Hanya saja perlu diperhatikan bahan yang
digunakan dalam pembuatan itu halal/haram.
Hukum gigi palsu pada mayit, dalam kitab al-fushul mengatakan “jika ada orang
yang butuh untuk mengikat giginya dengan emas, kemudian giginya diikat
menggunakan kawat emas atau dia butuh hidung emas kemudian dia diberi hidung
emas lalu diikat kemudian mati, maka tidak wajib dilepaskan dan dikembalikan pada
pemiliknya karena melepasnya menyebabkan menyayat si mayit” (al-anshaf-2/555) jika
benda itu bernilai boleh diambil tetapi jika dalam proses pengambilan menyakiti si mayit
sebaiknya jangan.
Para ulama menegaskan bahwa tidak wajib mengambil benda asing yang ada
ditubuh mayit. Makna tidak wajib artinya keberadaan benda tersebut ditubuh mayit tidak
memberikan dampak apapun bagi mayit seperti benda tersebut tidak membuat
amalannya tertahan atau tidak tenang atau keyakinan semacamnya (Majalah
Mawaddah, 2008).

23
Kerangka Konsep

Edentulous Anamnesis dan


Pemeriksaan
Klinis

Pemeriksaan Pasien dan Pemeriksaan


Evaluasi Jaringan Radiografis

Evaluasi
Jaringan Lunak
Pertimbangan melakukan dan Keras
Implan gigi dalam
prosedur implant pada
perspektif islam
pasien (indikasi, kontra
indikasi, kelebihan, dan
kekurangan)

Pasien Setuju Pasien Tidak Setuju

Pemilihan Bahan
Implan

Pelaksanaan Prosedur
Implan

BAB III
KESIMPULAN
Flap merupakan suatu prosedur pembukaan gingiva, mukosa alveolar atau
periosteum yang dipisahkan dari gigi dan prosesus alveolar dengan syarat tetap menjaga
24
aliran suplai darah didaerah tersebut (Poernomo, H., 2017). Secara umum, tujuan dilakukan
flap yaitu membantu operator untuk meluaskan lapang pandang dan akses menuju tulang
dan permukaan akar.
Flap memiliki beberapa jenis ada yang berdasarkan komposisi jaringan yaitu Flap
Mucoperiosteal dan Flap Mukosa (Hupp, James R., et al. 2019). Kemudian, Klasifikasi flap
berdasarkan bentuk / desain flap yaitu Flap Trapezoid, Triangular, Envelope, Semilunar,
Pedicle, dan Flap dengan insisi tepi bentuk Y & X (Fragiskos, F. D., 2007). Dalam
pembuatan flap ini, operator harus memperhatikan prosedur pembuatannya serta pada
masing-masing flap memiliki kelebihan dan kekurangan serta indikasi dan kontraindikasinya
sendiri. Apabila operator memperhatikan prosedur pembuatan flap dengan saksama maka
rasa nyeri serta timbulnya komplikasi dapat diminimalkan sehingga proses penyembuhan
pada pasien dapat optimal.

25
DAFTAR PUSTAKA
Rahajoeningsih, poedji dan Rosida Marunung. 2013. Jenis-Jenis Gigi Tiruan Dukungan
Implan. Journal of Dentomaxillofacial Science. Vol 12. No 1: 44.

Arista, Dede dan Yosi Kusuma E. 2018. Desain dan Fungsi Implan Kedokteran Gigi yang
Beredar di Pasaran. Jurnal Kedokteran Gigi UNPAD. Vol 30. No 3: 168-174

Puspitasari, D., & Herda, E. 2013. Implan Zirkonia Tipe Y-TZP Sebagai Piranti Alternatif
Pilihan Selain Implan Titanium: Type Y-TZP Zirconia Implant as an Alternative Choice
Besides Titanium Implant. Dentika Dental Journal, 17(4), 397-401.

Dewi, M. S., & Peornomo, H. 2020. The Effect of Zirconia Material for Dental Implant To
Osseointegrated Process. SONDE (Sound of Dentistry), 5(2), 39-46.

Fitriani, C. Y., & Wibawa, A. 2019. Biokompatibilitas Material Titanium Implan Gigi. Insisiva
Dental Journal: Majalah Kedokteran Gigi Insisiva, 8(2), 53-58.

Donos, N. and Calciolari, E. (2014) ‘Dental implants in patients affected by systemic


diseases’, British Dental Journal, 217(8), pp. 425–430. doi: 10.1038/sj.bdj.2014.911.

Jubhari, E. H. and Pangiawan, W. (2020) ‘Pentingnya perencanaan prostetik untuk gigi


tiruan dukungan implan di zona estetika’, Makassar Dental Journal, 9(2), pp. 138–142. doi:
10.35856/mdj.v9i2.335.

Qassadi, W., Alshehri, T. and Alshehri, A. (2018) ‘Review on Dental Implantology’, The
Egyptian Journal of Hospital Medicine, 71(1), pp. 2217–2225. doi: 10.12816/0045293.

Shenoy, V. (2012) ‘Single tooth implants: Pretreatment considerations and pretreatment


evaluation’, Journal of Interdisciplinary Dentistry, 2(3), p. 149. doi: 10.4103/2229-
5194.113239.

Straumann. 1995. Concept and surgical Procedure. Straumann Dental. Quintessenze


Verlag, Berlin.

Majalah Mawaddah, Edisi 10, Tahun 1, Rabiul Akhir–Jumadil Ula 1429 H (Mei 2008).

26

Anda mungkin juga menyukai