Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENGARUH TEKANAN SUCTION


TERHADAP PENURUNAN SATURASI OKSIGEN
DI RUANGAN PICU

DISUSUN OLEH

DEFIKA JENLIS JOSEPH

Pelatihan Petalaksaan Pasien PICU NICU Bagi Perawat


RSUP Dr. KARIADI SEMARANG
2019
Pelatihan PICU NICU | RSUP Dr. Kariadi Semarang 2019

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Oksigen merupakan komponen gas yang sangat berperan dalam proses metabolisme
tubuh dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup seluruh tubuh secara normal.
Gagal nafas masih merupakan angka kesakitan dan kematian yang tinggi di perawatan
intensif. Gagal nafas terjadi ketika pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-
paru tidak dapat melebihi laju konsumsi oksigen dan pembentukan karbondioksida dalam
sel-sel tubuh. Hal ini mengakibatkan tekanan oksigen arteri kurang dari 50 mmHg
(hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg
(hiperkapnia). (Smeltzer & Bare, 2004)
Pasien yang mengalami gagal nafas dan membutuhkan bantuan ventilasi mekanis akan
dipasang Endotrachel Tube atau Tracheostomy Tube untuk memfasilitasi hubungan antara
ventilator mekanik dan pasien. Intubasi endotrakeal mencegah reflek batuk sehingga akan
meningkatkan produksi sekresi jalan nafas dan mengurangi kemampuan untuk
membersihkan sekresi. (Twomey, 2016)
Pada pasien yang terpasang Endotrakeal Tube pasti akan dilakukan tindakan hisap lendir
atau suction. Suction dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kateter atau kanul
suction melalui mulut/hidung/Endotrakeal Tube (ETT) untuk membersihkan serta
memperlancar jalan nafas, mengurangi retensi sputum dan mencegah terjadinya infeksi
paru. Pada umumnya, pasien dengan ETT memiliki reflek tubuh yang kurang untuk
mengeluarkan benda asing, sehingga perlu suatu tindakan penghisapan lendir.
Suction atau hisap lendir merupakan tindakan untuk mempertahankan kepatenan jalan
nafas dengan mengeluarkan sekret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri
dengan memasukkan catheter suction ke endotracheal tube sehingga memungkinkan
terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat.

Wiyoto tahun 2010 menyatakan, bila tindakan hisap lendir (suction) tidak segera
dilakukan pada pasien dengan gangguan bersihan jalan nafas maka dapat menyebabkan

2
Defika J. Joseph | RSUD Tobelo
Pelatihan PICU NICU | RSUP Dr. Kariadi Semarang 2019

pasien tersebut mengalami kekurangan suplai oksigen (hipoksemia), yang dapat


menyebabkan kerusakan otak permanen bila tidak terpenuhi oksigen selama 4 menit.
Pada saat dilakukan suction pada pasien yang terpasang ETT, bukan hanya secret tetapi
juga oksigen pasien juga ikut tersuction dan dapat menyebabkan pasien mengalami
hipoksia. Pengaturan penggunaan tekanan suction dan pemberian hiperoksigenasi sebelum
suctioning dapat meminimalkan efek samping yang terjadi. Tekanan suction yang dianjurkan
untuk anak adalah 95-100 mmHg (Timby 2009).
Selama penulis melakukan praktek lapangan di ruangan Pediatric Intensive Care Unit
(PICU), rata-rata di ruangan saat melakukan suction pada setiap pasien (anak) yang dirawat
dengan tekanan lebih dari atau sama dengan 20 kPa. Hal ini yang melatarbelakangi penulis
untuk melakukan studi kasus tentang penerapan tekanan suction di ruangan PICU RSUP DR
Kariadi, Semarang.

B. TUJUAN
Tujuan Umum
Untuk mengetahui tekanan suction yang aman dan efektif bagi pasien yang dilakukan
suctioning.

Tujuan Khusus
1. Mengetahui tentang pengertian Suction
2. Mengetahui tentang tujuan suction
3. Mengetahui tentang prinsip suction
4. Mengetahui tentang tekanan dan efek samping suction

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. DEFENISI SUCTION
Suctioning atau penghisapan lendir adalah suatu cara unruk mengeluarkan sekret dari
saluran nafas dengan menggunakan dengan menggunakan catheter suction yang dimasukan
melalui hidung atau rongga mulut ke dalam pharing atau sampai trachea. Suctioning atau

3
Defika J. Joseph | RSUD Tobelo
Pelatihan PICU NICU | RSUP Dr. Kariadi Semarang 2019

pengisapan lendir adalah prosedur yang rutin dilakukan untuk membebaskan jalan nafas
sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara
mengeluarkan sekret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri (Sundana,
2014)
Tindakan suction merupakan suatu prosedur penghisapan lendir, yang dilakukan dengan
memasukkan selang catheter suction melalui selang endotracheal (Syafni, 2012).

B. TUJUAN SUCTION
Menurut Kozier & Erb, 2004, tujuan penghisapan lendir adalah
1. Membersihkan lendir dari jalan nafas, sehingga patensi jalan nafas dapat dipertahankan
2. Meningkan ventilasi pernafasan
3. Meningkatkan oksigenasi jaringan
4. Meminimalkan resiko atelektasis

C. INDIKASI SUCTION
Menurut Smeltzer & Bare, (2004) indikasi penghisapan lendir lewat endotrakeal adalah
untuk
1. Menjaga jalan napas tetap bersih (airway maintenance), apabila pasien tidak mampu
batuk efektif atau diduga aspirasi
2. Membersihkan jalan napas (bronchial toilet), apabila ditemukan:
a. Pada auskultasi terdengar suara napas yang kasar atauu ada suara napas tambahan
b. Diduga ada sekresi mukus pada saluran pernapasan
c. Apabila klinis memperlihatkan adanya peningkatan beban kerja sistem pernafasan
3. Pengambilan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium
4. Sebelum dilakukan radiologis ulang untuk evaluasi
5. Untuk mengetahui kepatenan dari pipa endotrakeal

D. EFEK SUCTION
Efek samping suction menurut penelitian Manggorie (2013) :
1. Penurunan saturasi oksigen : berkurang hingga 5%
2. Cairan perdarahan : terdapat darah dalam sekret suction
3. Hipertensi : peningkatan tekanan darah sistolik hingga 200 mmHg
4. Hipotensi : penurunan tekanan diastolik hingga 80 mmHg

E. JENIS KANUL SUCTION


1. Open suction
Open suction adalah tindakan hisap lendir dengan menggunakan kanul konvensional,
dalam penggunaannya harus membuka konektor sirkuit antara ventilator dengan ETT

4
Defika J. Joseph | RSUD Tobelo
Pelatihan PICU NICU | RSUP Dr. Kariadi Semarang 2019

atau pasien. Prosedur hisap lendir dilakukan denngan menggunakan sekali pakai kanul
suction steril yang ditempatkan di tepi sistem vakum (Ozden, 2012)
a. Keuntungan
Mengurangi pertumbuhan bakteri pada selang kateter karena penggunaan selang
kateter selalu baru setiap kali akan melakukan tindakan hisap lendir/suctioning
b. Kerugian
Penggunaannya selalu harus baru dan steril setiap melakukan hisap lendir sehingga
biaya yang dikeluarkan akan meningkat
2. Closed suction
Closed suction adalah kanul dengan sistem tertutup yang selalu terhubung dengan
sirkuit ventilator dan penggunaannya tidak perlu membuka konektor sehingga aliran
udara yang masuk tidak terinterupsi

a. Keuntungan
1) Closed suction digunakan untuk mencegah kontaminasi udara luar, kontaminasi
pada petugas dan pasien
2) Mencegah kehilangan suplai udara paru
3) Mencegah terjadinya hipoksemia
4) Mencegah penurunan saturasi oksigen selama dan sesudah melakukan suction,
menjaga tekanan positif pressure ventilasi PEEP, terutama pasien yang sensitif
bila lepas dari ventilator seperti pasien apnue atau pasien yang butuh PEEP tinggi
(Masry, 2005)
Secara unit cost menggunakan closed suction lebih efektif dibanding open
suction karena tidak memerlukan dua tenaga perawat, tidak menggunakan glove
steril, dan tidak sering mengganti kateter suction (Rabitsch, 2004)
b. Kerugian
Penggunaan closed suction dalam waktu 24 jam akan menyebabkanpertumbuhan
bakteri secara signifikan pada permukaan kateter (Vonberg et al, 2006)

F. PRINSIP SUCTION
1. Aseptik
Segala upaya yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam
tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi.
2. Asianotik
Tindakan yang tidak bole menimbulkan sianosis

5
Defika J. Joseph | RSUD Tobelo
Pelatihan PICU NICU | RSUP Dr. Kariadi Semarang 2019

3. Afektif
Tindakan yang dilandaskan gaya atau makna yang menunjukan perasaan dan emosi
4. Atraumatik
Tindakan yang mencegah terjadinya trauma

G. UKURAN KANUL SUCTION


Ukuran kanul suction yang direkomendasikan Lynn (2011) antara lain :
1. Anak usia 2 - 5 tahun : 6 – 8 F
2. Anak usia 6 – 12 tahun : 8 – 10F
3. Remaja dewasa : 10 – 16F

H. TEKANAN SUCTION
Tekanan suction yang direkomendasikan Timby (2009) :
1. Bayi : 50 – 95 mmHg
2. Anak : 95 – 100 mmHg
3. Dewasa : 100 – 140 mmHg

Tekanan suction sangat berpengaruh terhadap penurunan saturasi oksigen pasien.


Suctioning dengan pemberian tekanan 100 mmHg mengalami penurunan hingga 2 %,
tekanan 120 mmHg mengalami penurunan hingga 4 % dan suctioning pada tekanan 150
mmHg mengalami penurunan saturasi hingga 5 %. Penerapan ketiga tekanan tersebut
menyebabkan penurunan saturasi oksigen setelah suctioning dalam tingkatan yang berbeda-
beda, dimana semakin besar tekanan maka akan semakin besar penurunan saturasi oskigen
setelah suctioning. (Lesmana 2015)

6
Defika J. Joseph | RSUD Tobelo
Pelatihan PICU NICU | RSUP Dr. Kariadi Semarang 2019

BAB III
MASALAH YANG DITEMUKAN

Dari pengamatan penulis, hampir semua pasien yang dirawat diruangan PICU RSUP dr
Kariadi Semarang, terpasang ventilator. Pada pasien yang terpasang Endotrakeal Tube pasti
akan dilakukan tindakan hisap lendir atau suction untuk membersihkan serta memperlancar
jalan nafas, mengurangi retensi sputum dan mencegah terjadinya infeksi paru. Menurut
pengamatan penulis, penerapan penggunaan suction di ruangan pada setiap pasien (anak)
yang dirawat dengan tekanan lebih dari atau sama dengan 20 kPa yang artinya sudah terlalu
tinggi dan dapat berbahaya bagi jalan napas pasien yang dapat menurunkan saturasi oksigen
pasien.

7
Defika J. Joseph | RSUD Tobelo
Pelatihan PICU NICU | RSUP Dr. Kariadi Semarang 2019

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pasien gagal nafas yang terpasang ventilator mekanik, tindakan suction sangat
dibutuhkan bagi pasien untuk menjaga kepatenan jalan nafas, oleh karena itu kita sebagai
perawat harus tahu dan terampil dalam melakukan suction sesuai dengan prosedur agar tidak
menimbukan masalah ataupun komplikasi terhadap pasien. Sejalan dengan hal itu menurut
penelitian yang dilakukan oleh Manggorie (2013) , efek samping yang paling utama pada pasien
yang di lakukan suctioning yaitu terjadi penurunan saturasi oksigen hingga 5% hal ini
disebabkan karena Pada saat dilakukan suction bukan hanya secret tetapi juga oksigen pasien
juga ikut tersuction dan dapat menyebabkan pasien mengalami hipoksia

Tekanan suction yang direkomendasikan Timby (2009) :

1. Bayi : 50 – 95 mmHg
2. Anak : 95 – 100 mmHg
3. Dewasa : 100 – 140 mmHg

Ukuran tekanan suction selain menggunakan satuan mili meter hidrargirum (mmHg) ada
juga jenis suction yang menggunakan satuan kilo pascal (kPa). Rumus konversi dari satuan
mmHg ke kPa adalah : 1 mmHg = 7,5 kPa dan 1 kPa = 0,13mmHg.

Penelitian yang dilakukan oleh Anang (2014), mengungkapkan bahwa tekanan suction yang
paling tepat adalah 80-100 mmHg, tekanan tersebut aman untuk melakukan suctioning karena
penurunan saturasi oksigen yang terjadi tidak terlalu besar.

Penelitian yang serupa dilakukan juga oleh Lesmana (2015), penelitiannya membandingkan
efek pemberian tekanan suction terhadap penurunan saturasi oksigen pasien. Suctioning
dengan pemberian tekanan 100 mmHg mengalami penurunan hingga 2 %, tekanan 120 mmHg
mengalami penurunan hingga 4 % dan suctioning pada tekanan 150 mmHg mengalami
penurunan saturasi hingga 5 %. Penerapan ketiga tekanan tersebut menyebabkan penurunan
saturasi oksigen setelah suctioning dalam tingkatan yang berbeda-beda.

8
Defika J. Joseph | RSUD Tobelo
Pelatihan PICU NICU | RSUP Dr. Kariadi Semarang 2019

Semakin besar penggunaan tekanan suction yang digunakan pada saat suctioning maka
akan semakin besar terjadi penurunan nilai saturasi oksigen, hal ini tergambar pada nilai rata-
rata saturasi oksigen setelah suctioning pada masing-masing tekanan suction yg digunakan.
Terdapat perbedaan yang bermakna nilai saturasi oksigen setelah suction dengan tekanan 100
mmHg, 120 mmHg dan 150 mmHg. Penggunaan tekanan suction 100 mmHg terbukti
menyebabkan penurunan saturasi oskigen yang paling minimal bila dibandingkan dengan
tekanan 120 mmHg dan 150 mmHg. Ketiga penggunaan tekanan suction (100 mmHg, 120
mmHg dan 150 mmHg) tidak menyebabkan penurunan saturasi oksigen > 5 %, sehingga dapat
digunakan sebagai acuan untuk melakukan suctioning. Penggunaan ketiga tekanan tersebut
mempertimbangkan kondisi pasien terutama nilai saturasi oksigen dan jumlah produksi mukus.
Penggunaan tekanan suction dilahan praktik dapat diterapkan berdasarkan hasil penelitian yang
menunjukkan tekanan suction 100 mmHg dapat menurunkan saturasi oksigen yang minimal,
sehingga lebih tepat digunakan pada pasien yang membutuhkan suctioning dengan saturasi
oksigen setelah hiperoksigenasi <95%.

Didalam jurnal penelitian yang dilakukan oleh Lesmana, dibahas juga penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Cereda et al. (2001), pada penggunaan tekanan suction 100 mmHg akan
menyebabkan kehilangan volume udara pada paru hingga 1200 ml terutama dengan
menggunakan teknik open suction, dan juga penelitian yang dilakukan oleh Fernandez et al.
(2004), bahwa penggunaan tekanan suction 150 mmHg dapat menyebabkan kehilangan udara
paru sebesar 1,281 + 656 ml. Semakin besar tekanan suction maka semakin besar jumlah udara
yang terisap dari paru-paru, hal ini akan berdampak pada penurunan jumlah oksigen yang akan
berdifusi dari alveoli ke kapiler paru dan berikatan dengan hemoglobin yang kemudian akan
terlihat pada penurunan nilai saturasi oksigen.

Disaat perawat melakukan suction diharapkan tujuan dapat terpenuhi yaitu : membersihkan
lendir dari jalan nafas, sehingga kepatenan jalan nafas dapat dipertahankan, meningkatkan
ventilasi pernafasan, meningkatkan oksigenasi jaringan serta meminimalkan resiko atelektasis,
oleh sebab itu tekanan suction hendaknya selalu menjadi pertimbangan khusus saat melakukan
suction dengan tidak mengabaikan prinsip 4A suction. Tekanan suction yang berlebihan dapat
mengakibatkan terjadi penurunan saturasi pasien.

9
Defika J. Joseph | RSUD Tobelo
Pelatihan PICU NICU | RSUP Dr. Kariadi Semarang 2019

Penerapan tekanan suction di ruangan PICU yang lebih dari batas aman 100 mmHg atau
lebih dari 13 kPa, menurut salah satu keterangan perawat PICU, disesuaikan dengan kondisi
pasien karena jika menggunakan tekanan kurang dari atau sama dengan 13 kPa, secret yang
kental pada pasien tidak terhisap sehingga perawat sering menggunakan tekanan yang lebih
dari 13 kPa, selain itu juga perawat selalu memperhatikan penurunan saturasi oksigen pasien,
yaitu selalu memberikan tambahan oksigen (menekan tombol increase oksigen) dan pada saat
melakukan suction ketika saturasi oksigen pasien turun lebih dari 2% maka selang suction di
angkat dari ett dan menyambungkan kembali ett ke ventilator agar pasien dapat memperoleh
oksigen kembali, sambil dada pasien di mamase atau di tepuk-tepuk di punggung sehingga
secret yang masi menempel dapat terlepas dan dapat terhisap di suction berikutnya ketika
saturasi oksigen pasien terpenuhi.

Hal yang seirama juga dijelaskan oleh kepala ruangan PICU, alasan di ruangan PICU selalu
melakukan pemberian tekanan suction lebih dari atau sama dengan 20 kPa yaitu :

1. Suction di dinding merupakan suction sentral yang berhubungan juga dengan IBS (Instalasi
Bedah Sentra), di IBS sering memakai tekanan suction yang lebih tinggi lagi untuk pasien
oprasi, selain itu juga kapasitas di ruangan PICU dengan 9 tenpat tidur, 90% pasien
membutuhkan suction sehingga tekanan pada suction central terbagi-bagi. Pada saat
dilakukan suction yang bersamaan, tekanan yang diberikan harus besar karena bisa saja
tujuan suction tidak terpenuhi, ketika pemberian suction dengan tekanan 20 kPa ataupun
lebih, tidak semua tekanan tersebut murni ke pasien karena harus terbagi dengan suction di
pasien lain dan juga suction di IBS, ketika pemberian tekanan yang rendah maka secret
pasien tidak akan terhisap.
2. Di ruangan PICU selalu memakai selang suction yang kecil, sehingga ketika melakukan
suction dengan tekanan yang kecil, maka secret pasien tidak terhisap dan tujuan suction
intuk membersihkan jalan nafas tidak terpenuhi.

BAB V

10
Defika J. Joseph | RSUD Tobelo
Pelatihan PICU NICU | RSUP Dr. Kariadi Semarang 2019

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Suction atau pengisapan lendir adalah prosedur yang rutin dilakukan untuk membebaskan
jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan
cara mengeluarkan sekret pada pasien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri. Tujuan
dari suction yaitu dapat membersihkan lendir dari jalan nafas, sehingga kepatenan jalan
nafas dapat dipertahankan, meningkatkan ventilasi pernafasan, meningkatkan oksigenasi
jaringan serta meminimalkan resiko atelektasis, oleh sebab itu tekanan suction hendaknya
selalu menjadi pertimbangan khusus saat melakukan suction. Suctioning dengan pemberian
tekanan 100 mmHg dapat menyebabkan penurunan hingga 2 %, tekanan 120 mmHg
mengalami penurunan hingga 4 % dan suctioning pada tekanan 150 mmHg mengalami
penurunan saturasi hingga 5 %. Tekanan efektif untuk melakukan suction yaitu 100mmHg
atau setaraa dengan 13-14 kPa.

B. SARAN
Tekanan suction hendaknya menjadi salah satu perhatian bagi perawat yang akan
melakukan suction dengan menggunakan tekanan efektif yaitu 100 mmhg atau setara
dengan 13 kPa sehingga penurunan saturasi oksigen yang terjadi sangat minimal yaitu 2%
dan tujuan dari suction dapat tercapai serta tidak menimbulkan masalah atau komplikasi
terhadap pasien.

DAFTAR PUSTAKA

11
Defika J. Joseph | RSUD Tobelo
Pelatihan PICU NICU | RSUP Dr. Kariadi Semarang 2019

Lesmana H, dkk. (2015). Analisis Dampak Penggunaan Varian Tekanan Suction terhadap Pasien Cedera
Kepala Berat. http://jkp.fkep.unpad.ac.id

Kozier & Erb. (2012). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi ke 5. Jakarta : EGC

Manggiore, S.M et al (2013). Decreasing The Adverse Effect off Endotrakeal Suctioning During
Mechanical Ventilation by Changging Practice Continuining Respiratory Care Education. Vol 58

Modul Pelatihan Penatalaksanaan Pasien PICU NICU Bagi Perawat. (2019)

Timby, B. K. (2009). Fundamental Nursing and Concept

Wiyonto. (2010). Hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang prosedur suction dengan perilaku
perawat dalam melakukan tindakan suction di ICU Rumah Sakit Dr Kariadi Semarang

12
Defika J. Joseph | RSUD Tobelo

Anda mungkin juga menyukai