Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas segala rahmat dan hidayah –
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
Perawatan Trekeostomi.
Penulis juga berharap supaya makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran
mahasiswa keperawatan untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta menjadi acuan
dalam praktek keperawatan.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan di sana sini . oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan masukkan
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar ………………………………………………………………………
Daftar isi ……………………………………………………………………..
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG …………………………………………………………………….
1.2 TUJUAN …………………………………………………………………….
1.3 RUMUSAN MASALAH ……………………………………………………………………
1.4 MANFAAT …………………………………………………………………….
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi Trakea ………………………………………………………………………
2.2 Defiisi ………………………………………………………………………
2.3 Fungsi Trakeostomi ……………………………………………………………………….
2.4 Indikasi dan kontraindikasi ……………………………………………………………………….
2.5 Klasifikasi ………………………………………………………………………
2.6 Penatalaksanaan ………………………………………………………………………
2.7 Perawatan Trakeostomy ……………………………………………………………………
2.8 Komplikasi ……………………………………………………………………..
2.9 Indikasi Pelepasan Trakeostomi …………………………………………………………..
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan ………………………………………………………………………..
Saran ………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trakeostomi adalah operasi membuat jalan udara melalui leher langsung ke trakea
untuk mengatasi asfiksi apabila ada gangguan pertukaran udara pernapasan. Trakeostomi
diindikasikan untuk membebaskan obstruksi jalan napas bagian atas, melindungi trakea
serta cabang-cabangnya terhadap aspirasi dan tertimbunnya discharge bronkus, serta
pengobatan terhadap penyakit (keadaan) yang mengakibatkan insufisiensi respirasi.
Perawatan pasca trakeostomi besar pengaruhnya terhadap kesuksesan tindakan dan
tujuan akhir trakeostomi.
Perawatan pasca trakeostomi yang baik meliputi pengisapan discharge, Pemeriksaan
periodik kanul dalam, humidifikasi buatan, perawatan luka operasi, pencegahan infeksi
sekunder dan jika memakai kanul dengan balon (cuff) yang high volume-low pressure cuff
sangat penting agar tidak timbul komplikasi lebih lanjut. Perawatan kanul trakea di rumah
sakit dilakukan oleh paramedis yang terlatih dan mengetahui komplikasi trakeostomi, yang
dapat disebabkan oleh alatnya sendiri maupun akibat perubahan anatomis dan fisiologis
jalan napas pasca trakeostomi.
Selain itu, pasien juga harus mengetahui bagaimana cara membersihkan dan
mengganti kanul trakheostomi, agar pasien dapat secara mandiri menjaga kesehatan
tubuhnya, apabila pasien pulang dengan kanul trakhea masih terpasang. Dalam hal ini peran
perawat sangat penting sebagai educator dan role mode dalam perawatan mandiri pasien
trakheostomi. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dijelaskan berbagai macam hal
mengenai trakheostomi.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan trakheostomi
1.2.2 Tujuan Khusus
Mengetahui definisi trakeostomi
Mengetahui fungsi dari trakeostomi
Mengetahui indikasi dilakukannya prosedur trakheostomi
Mengetahui kontraindikasi dilakukannya prosedur trakheostomi
Mengetahui klasifikasi dan jenis trakheostomi
Mengetahui penatalaksanaan pemasangan dan perawatan trakheostomi
Mengetahui komplikasi yang timbul dari penggunaan trakheostomi
Mengetahui asuhan keperawatan pada trakeostomi
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang terpasang trakeostomi?
1.4 Manfaat
Manfaat penulisan dari pembuatan makalah yaitu:
a. Bagi institusi kesehatan
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapt menjadi masukan bagi rumah sakit dan petugas
kesehatan yang lainnya untuk mengevaluasi maslah tifus abdominalis pada anak dan
dapat pula digunakan sebagai bahan pemikiran dalam upaya mengembangkan dan
meningkatkan pelayanan kesehatan.
b. Bagi institusi pendidikan
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi bagi peserta
didik dimasa yang akan datang.
c. Bagi penulis
Makalah ini untuk menambah pengetahuan,wawasan,dan pengalaman penulis tentang penyakit
trakeostomi pada anak serta menerapkan ilmu didapat dibangku kuliah.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi Trakea
Trakea merupakan tabung berongga yang disokong oleh cincin kartilago. Panjang
trakea pada orang dewasa 10-12 cm. Trakea berawal dari kartilago krikoid yang berbentuk
cincin meluas ke anterior pada esofagus, turun ke dalam thoraks di mana ia membelah
menjadi dua bronkus utama pada karina. Pembuluh darah besar pada leher berjalan sejajar
dengan trakea di sebelah lateral dan terbungkus dalam selubung karotis.
Kelenjar tiroid terletak di atas trakea di setelah depan dan lateral. Ismuth melintas
trakea di sebelah anterior, biasanya setinggi cincin trakea kedua hingga kelima. Saraf
laringeus rekuren terletak pada sulkus trakeoesofagus. Di bawah jaringan subkutan dan
menutupi trakea di bagian depan adalah otot-otot supra sternal yang melekat pada
kartilago tiroid dan hioid.
2.2 Definisi
Trakeostomi adalah tindakan membuat stoma atau lubang agar udara dapat masuk ke
paru-paru dengan memintas jalan nafas bagian atas (adams, 1997). Trakeostomi merupakan
tindakan operatif yyang memiliki tujuan membuat jalan nafas baru pada trakea dengan
mebuat sayatan atau insisi pada cincin trakea ke 2,3,4.
Trakeostomi merupakan suatu prosedur operasi yang bertujuan untuk membuat
suatu jalan nafas didalam trakea servikal. Perbedaan kata – kata yang dipergunakan dalam
membedakan “ostomy” dan “otomy” tidak begitu jelas dalam masalah ini, sebab lubang yang
diciptakan cukup bervariasi dalam ketetapan permanen atau tidaknya. Apabila kanula telah
ditempatkan, bukaan hasil pembedahan yang tidak dijahit dapat sembuh dalam waktu satu
minggu. Jika dilakukan dekanulasi (misalnya kanula trakeostomi dilepaskan), lubang akan
menutup dalam waktu yang kurang lebih sama. Sudut luka dari trakea yang dibuka dapat
dijahit pada kulit dengan beberapa jahitan yang dapat diabsorbsi demi memfasilitasi
kanulasi dan, jika diperlukan, pada rekanulasi; alternatifnya stoma yang permanen dapat
dibuat dengan jahitan melingkar (circumferential). Kata trakeostomi dipergunakan, dengan
kesepakatan, untuk semua jenis prosedur pembedahan ini. Perkataan tersebut dianggap
sebagai sinonim dari trakeotomi.
2.3 Fungsi Trakeostomi
Fungsi dari trakheostomi antara lain:
Mengurangi tahanan aliran udara pernafasan yang selanjutnya mengurangi kekuatan yang
diperlukan untuk memindahkan udara sehingga mengakibatkan peningkatan regangan total
dan ventilasi alveolus yang lebih efektif. Asal lubang trakheostomi cukup besar (paling
sedikit pipa 7)
Proteksi terhadap aspirasi
Memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang sangat penting pada pasien
dengan gangguan pernafasan
Memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk pembersihan
Memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke traktus respiratorius
Mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah pemindahan secret ke perifer oleh
tekanan negative intra toraks yang tinggi pada fase inspirasi batuk yang norma.
2.5 Klasifikasi
2.5.1 Menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan menjadi
Trakeostomi elektif : Insisi horisontal
Trakeostomi emergensi : Insisi vertikal
2.5.2 Menurut waktu dilakukannya tindakan, trakeostomi dibedakan menjadi
trakeostomi darurat dan segera dengan persiapan sarana sangat kurang
trakeostomi berencana (persiapan sarana cukup) dan dapat dilakukan secara baik
2.7 Perawatan Trakeostomy
2.7.1. Perawatan trakeostomi meliputi:
Pembersihan secret atau biasa disebut trakeobronkial toilet,
Perawatan luka pada trakeostomi
Perawatan anak kanul
Humidifikasi untuk menjaga kelembapan
2.7.2 Tujuan Perawatan Trakeostomi
Untuk mencegah sumbatan pipa trakeostomi (Pluging)
Untuk mencegah infeksi
Meningkatkan fungsi pernafasan (ventilasi dan oksigenasi)
Bronkial toilet yang efektif
2.7.3 Prosedur trakeobronkial Toilet
Jelaskan prosedur pada klien & keluarga sebelum memulai dan berikan ketenangan selama
pengisapan.
Siapkan alat – alat yang diperlukan
Cuci tangan
Hidupkan mesin suction (portable atau wall dengan tekanan sesuai kebutuhan)
Buka kit kateter pengisap
Isi kom dengan normal salin
Ventilasi klien dengan bagian resusitasi manual dan aliran oksigen yang tinggi.
Kenakan sarung tangan pada kedua tangan ( steril )
Ambil kateter pengisap dengan tangan non dominan dan hubungkan ke pengisap
Masukkan selang kateter sampai pada karina tanpa memberikan isapan, untuk
menstimulasi reflek batuk
Beri isapan sambil menarik kateter, memutar kateter dengan perlahan 360 derajat tanpa
menyentuh lapisan mucus saluran napas (lakukan pengisapan maksimal 10-15 detik karena
pasien dapat hipoksia)
Reoksigenasikan dan inflasikan paru pasien selama beberapa kali nafas
Ulangi 4 langkah sebelumnya sampai jalan nafas bersih.
Bilas kateter dg normal salin antara tindakan pengisapan
Hisap kavitas orofaring setelah menyelesaikan pengisapan trakea
Bilas selang pengisap
Buang kateter, sarung tangan ke dalam tempat pembuangan kotor.
2.7.4 Prosedur Perawatan Luka Trakeostomy
a. Tujuan : Untuk mencegah infeksi
b. Persipan Alat dan Bahan
2.8 Komplikasi
2.8.1 Waktu tindakan operasi
Perdarahan
Cardiac arrest
Perforasi
Emboli udara
Ruptur pleura servikalis
Apneu
Sumbatan darah / sekret
2.8.2 Setelah operasi
Infeksi
Perdarahan
Sumbatan kanul
Pergeseran stenosis
Pembentukan jar. granulasi
Aspirasi, atelektasis
Pneumotoraks
Pipa trakeostomi tercabut
Somantri, Irman. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. 2008. Jakarta : Salemba Medika.
Doenges, dkk. Rencana Asuhan Keperawata