Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas segala rahmat dan hidayah –
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
Perawatan Trekeostomi.
Penulis juga berharap supaya makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran
mahasiswa keperawatan untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta menjadi acuan
dalam praktek keperawatan.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih   banyak terdapat
kekurangan di sana sini . oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan masukkan
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.

Pinrang, 25 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar                    ………………………………………………………………………
Daftar isi                             ……………………………………………………………………..
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1          LATAR BELAKANG               …………………………………………………………………….
1.2          TUJUAN                               …………………………………………………………………….
1.3          RUMUSAN MASALAH          ……………………………………………………………………
1.4          MANFAAT                            …………………………………………………………………….
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1       Anatomi Fisiologi Trakea      ………………………………………………………………………
2.2       Defiisi                                     ………………………………………………………………………
2.3       Fungsi Trakeostomi               ……………………………………………………………………….
2.4       Indikasi dan kontraindikasi ……………………………………………………………………….
2.5       Klasifikasi                               ………………………………………………………………………
2.6       Penatalaksanaan                     ………………………………………………………………………
2.7       Perawatan Trakeostomy       ……………………………………………………………………
2.8       Komplikasi                              ……………………………………………………………………..
2.9      Indikasi Pelepasan Trakeostomi …………………………………………………………..
BAB 3 PENUTUP
         Kesimpulan                                ………………………………………………………………………..
         Saran                                        ………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA                   …………………………………………………………………………
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Trakeostomi adalah operasi membuat jalan udara melalui leher langsung ke trakea
untuk mengatasi asfiksi apabila ada gangguan pertukaran udara pernapasan. Trakeostomi
diindikasikan untuk membebaskan obstruksi jalan napas bagian atas, melindungi trakea
serta cabang-cabangnya terhadap aspirasi dan tertimbunnya discharge bronkus, serta
pengobatan terhadap penyakit (keadaan) yang mengakibatkan insufisiensi respirasi.
Perawatan pasca trakeostomi besar pengaruhnya terhadap kesuksesan tindakan dan
tujuan   akhir trakeostomi.
 Perawatan pasca trakeostomi yang baik meliputi pengisapan discharge, Pemeriksaan
periodik kanul dalam, humidifikasi buatan, perawatan luka operasi, pencegahan infeksi
sekunder dan jika memakai kanul dengan balon (cuff) yang high volume-low pressure cuff
sangat penting agar tidak timbul komplikasi lebih lanjut. Perawatan kanul trakea di rumah
sakit dilakukan oleh paramedis yang terlatih dan mengetahui komplikasi trakeostomi, yang
dapat disebabkan oleh alatnya sendiri maupun akibat perubahan anatomis dan fisiologis
jalan napas pasca trakeostomi.
 Selain itu, pasien juga harus mengetahui bagaimana cara membersihkan dan
mengganti kanul trakheostomi, agar pasien dapat secara mandiri menjaga kesehatan
tubuhnya, apabila pasien pulang dengan kanul trakhea masih terpasang. Dalam hal ini peran
perawat sangat penting sebagai educator dan role mode dalam perawatan mandiri pasien
trakheostomi. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dijelaskan  berbagai macam hal
mengenai trakheostomi. 

1.2  Tujuan
1.2.1        Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan trakheostomi
1.2.2        Tujuan Khusus
         Mengetahui definisi trakeostomi
         Mengetahui fungsi dari trakeostomi
         Mengetahui indikasi dilakukannya prosedur trakheostomi
         Mengetahui kontraindikasi dilakukannya prosedur trakheostomi
         Mengetahui klasifikasi dan jenis trakheostomi
         Mengetahui penatalaksanaan pemasangan dan perawatan trakheostomi
         Mengetahui komplikasi yang timbul dari penggunaan trakheostomi
         Mengetahui asuhan keperawatan pada trakeostomi
1.3  Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang terpasang trakeostomi?
1.4  Manfaat
Manfaat penulisan dari pembuatan makalah yaitu:
a.    Bagi institusi kesehatan
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapt menjadi masukan bagi rumah sakit dan petugas
kesehatan yang lainnya untuk mengevaluasi maslah tifus abdominalis pada anak dan
dapat  pula digunakan sebagai bahan pemikiran dalam upaya mengembangkan dan
meningkatkan pelayanan kesehatan.
b.    Bagi institusi pendidikan
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi bagi peserta
didik dimasa yang akan datang.
c.    Bagi penulis
Makalah ini untuk menambah pengetahuan,wawasan,dan pengalaman penulis tentang penyakit
trakeostomi pada anak serta menerapkan ilmu didapat dibangku kuliah.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Anatomi Fisiologi Trakea
Trakea merupakan tabung berongga yang disokong oleh cincin kartilago. Panjang
trakea pada orang dewasa 10-12 cm. Trakea berawal dari kartilago krikoid yang berbentuk
cincin meluas ke anterior pada esofagus, turun ke dalam thoraks di mana ia membelah
menjadi dua bronkus utama pada karina. Pembuluh darah besar pada leher berjalan sejajar
dengan trakea di sebelah lateral dan terbungkus dalam selubung karotis.
Kelenjar tiroid terletak di atas trakea di setelah depan dan lateral. Ismuth melintas
trakea di sebelah anterior, biasanya setinggi cincin trakea kedua hingga kelima. Saraf
laringeus rekuren terletak pada sulkus trakeoesofagus. Di bawah jaringan subkutan dan
menutupi trakea di bagian depan adalah otot-otot supra sternal yang melekat pada
kartilago tiroid dan hioid.
2.2  Definisi
Trakeostomi adalah tindakan membuat stoma atau lubang agar udara dapat masuk ke
paru-paru dengan memintas jalan nafas bagian atas (adams, 1997). Trakeostomi merupakan
tindakan operatif yyang memiliki tujuan membuat jalan nafas baru pada trakea dengan
mebuat sayatan atau insisi pada cincin trakea ke 2,3,4.
Trakeostomi merupakan suatu prosedur operasi yang bertujuan untuk membuat
suatu jalan nafas didalam trakea servikal. Perbedaan kata – kata yang dipergunakan dalam
membedakan “ostomy” dan “otomy” tidak begitu jelas dalam masalah ini, sebab lubang yang
diciptakan cukup bervariasi dalam ketetapan permanen atau tidaknya. Apabila kanula telah
ditempatkan, bukaan hasil pembedahan yang tidak dijahit dapat sembuh dalam waktu satu
minggu. Jika dilakukan dekanulasi (misalnya kanula trakeostomi dilepaskan), lubang akan
menutup dalam waktu yang kurang lebih sama. Sudut luka dari trakea yang dibuka dapat
dijahit pada kulit dengan beberapa jahitan yang dapat diabsorbsi demi memfasilitasi
kanulasi dan, jika diperlukan, pada rekanulasi; alternatifnya stoma yang permanen dapat
dibuat dengan jahitan melingkar (circumferential). Kata trakeostomi dipergunakan, dengan
kesepakatan, untuk semua jenis prosedur pembedahan ini. Perkataan tersebut dianggap
sebagai sinonim  dari trakeotomi.
2.3  Fungsi Trakeostomi
Fungsi dari trakheostomi antara lain:
         Mengurangi tahanan aliran udara pernafasan yang selanjutnya mengurangi kekuatan yang
diperlukan untuk memindahkan udara sehingga mengakibatkan peningkatan regangan total
dan ventilasi alveolus yang lebih efektif. Asal lubang trakheostomi cukup besar (paling
sedikit pipa 7)
         Proteksi terhadap aspirasi
         Memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang sangat penting pada pasien
dengan gangguan pernafasan
         Memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk pembersihan
         Memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke traktus respiratorius
         Mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah pemindahan secret ke perifer oleh
tekanan negative intra toraks yang tinggi pada fase inspirasi batuk yang norma.

2.4  Indikasi dan kontraindikasi


2.4.1 Indikasi dari trakeostomi antara lain:
         Terjadinya obstruksi jalan nafas atas
         Sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis, misalnya pada pasien
dalam keadaan koma.
         Untuk memasang alat bantu pernafasan (respirator).
         Apabila terdapat benda asing di subglotis
         Penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas ( misal angina ludwig), epiglotitis dan lesi
vaskuler, neoplastik atau traumatik yang timbul melalui mekanisme serupa
         Obstruksi laring
         karena radang akut, misalnya pada laryngitis akut, laryngitis difterika, laryngitis
membranosa, laringo-trakheobronkhitis akut, dan abses laring
         karena radang kronis, misalnya perikondritis, neoplasma jinak dan ganas, trauma laring,
benda asing, spasme pita suara, dan paralise Nerus Rekurens
         Sumbatan saluran napas atas karena kelainan kongenital, traumaeksterna dan interna,
infeksi, tumor.
         Cedera parah pada wajah dan leher
         Setelah pembedahan wajah dan leher
         Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan sehingga mengakibatkan
resiko tinggi terjadinya aspirasi
         Penimbunan sekret di saluran pernafasan. Terjadi pada tetanus, trauma kapitis berat,
Cerebro Vascular Disease (CVD), keracunan obat, serta selama dan sesudah operasi laring
2.4.2     Kontraindikasi dari trakheostomi antara lain :
Infeksi pada tempat pemasangan, dan gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol,
seperti hemofili.

2.5   Klasifikasi
2.5.1 Menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan menjadi
Trakeostomi elektif             : Insisi horisontal
Trakeostomi emergensi       : Insisi vertikal 
2.5.2 Menurut waktu dilakukannya tindakan, trakeostomi dibedakan menjadi
trakeostomi darurat dan segera dengan persiapan sarana sangat kurang
trakeostomi berencana (persiapan sarana cukup) dan dapat dilakukan secara baik

2.4.3        Menurut lamanya pemasangan, trakheostomi dibagi menjadi


Tracheal stoma post laryngectomy: merupakan tracheostomy permanen. Tracheal
cartilage diarahkan kepermukaan kulit, dilekatkan pada leher. Rigiditas cartilage
mempertahankan stoma tetap terbuka sehingga tidak diperlukan tracheostomy tube
(canule).
Tracheal stoma without laryngectomy: merupakan tracheostomy temporer. Trachea
dan jalan nafas bagian atas masih intak tetapi terdapat obstruksi. Digunakan tracheostomy
tube (canule) terbuat dari metal atau Non metal (terutama pada penderita yang sedang
mendapat radiasi dan selama pelaksanaan MRI Scanning)
2.6      Penatalaksanaan
2.6.1        Jenis Tindakan Trakeostomi
Surgical trakeostomy
          Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang operasi. Insisi
dibuat diantara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm.
  Percutaneous Tracheostomy
          Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat. Dilakukan
pembuatan lubang diantara cincin trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang
dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak meninggalkan scar.
Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil.
Mini tracheostomy
          Dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan trakeostomi mini ini
dimasukan menggunakan kawat dan dilator.
2.6.2   Jenis Pipa Trakeostomi
Cuffed Tubes
Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga memperkecil risiko timbulnya
aspirasi.
Uncuffed Tubes
     Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang tidak mempunyai risiko
aspirasi.
Trakeostomi dua cabang (dengan kanul dalam)
     Dua bagian trakeostomi ini dapat dikembangkan dan dikempiskan sehingga kanul dalam
dapat dibersihkan dan diganti untuk mencegah terjadi obstruksi
Silver Negus Tubes
     Terdiri dua bagian pipa yang digunakan untuk trakeostomi jangka panjang. Tidak perlu
terlalu sering dibersihkan dan penderita dapat merawat sendiri.
Fenestrated Tubes
Trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di sebelah posteriornya, sehingga
penderita masih tetap merasa bernafas melewati hidungnya. Selain itu, bagian terbuka ini
memungkinkan penderita untuk dapat berbicara.
2.6.3   Alat-Alat Trakeostomi
Alat yang diperlukan untuk melakukan trakeostomi adalah semprit yang berisi obat
analgesia, pisau, pinset anatomi, gunting panjang tumpul, sepasang pengait tumpul, klem
arteri, gunting kecil yang tajam serta kanul trakea dengan ukuran sesuai.
2.6.4   Teknik Trakeostomi
Pasien tidur terlentang, bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga memudahkan
kepala untuk diekstensikan pada persendian atalantooksipital. Dengan posisi seperti ini
leher akan lurus dan trakea akan terletak di garis median dekat permukaan leher. Kulit
leher dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik dan ditutup dengan kain
steril. Obat anestetikum disuntikkan di pertengahan krikoid dengan fossa suprasternal
secara infiltrasi. Sayatan kulit dapat vertikal di garis tengah leher mulai dari bawah krikoid
sampai fosa suprasternal atau jika membuat sayatan horizontal dilakukan pada pertengahan
jarak antara kartilago krikoid dengan fosa suprasternal atau kira-kira dua jari dari bawah
krikoid orang dewasa. Sayatan jangan terlalu sempit, dibuat kira-kira lima sentimeter.
Dengan gunting panjang yang tumpul kulit serta jaringan di bawahnya dipisahkan
lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul sampai tampak trakea yang
berupa pipa dengan susunan cincin tulang rawan yang berwarna putih. Bila lapisan ini dan
jaringan di bawahnya dibuka tepat di tengah maka trakea ini mudah ditemukan. Pembuluh
darah yang tampak ditarik lateral. Ismuth tiroid yang ditemukan ditarik ke atas supaya
cincin trakea jelas terlihat. Jika tidak mungkin, ismuth tiroid diklem pada dua tempat dan
dipotong ditengahnya. Sebelum klem ini dilepaskan ismuth tiroid diikat keda tepinya dan
disisihkan ke lateral. Perdarahan dihentikan dan jika perlu diikat. Lakukan aspirasi dengan
cara menusukkan jarum pada membran antara cincin trakea dan akan terasa ringan waktu
ditarik. Buat stoma dengan memotong cincin trakea ke tiga dengan gunting yang tajam.
Kemudian pasang kanul trakea dengan ukuran yang sesuai. Kanul difiksasi dengan tali pada
leher pasien dan luka operasi ditutup dengan kasa.
Untuk menghindari terjadinya komplikasi perlu diperhatikan insisi kulit jangan
terlalu pendek agar tidak sukar mencari trakea dan mencegah terjadinya emfisema kulit.

2.7      Perawatan Trakeostomy
2.7.1. Perawatan trakeostomi meliputi:
         Pembersihan secret atau biasa disebut trakeobronkial toilet,
         Perawatan luka pada trakeostomi
         Perawatan anak kanul
         Humidifikasi untuk menjaga kelembapan
 2.7.2 Tujuan Perawatan Trakeostomi
         Untuk mencegah sumbatan pipa trakeostomi (Pluging)
         Untuk mencegah infeksi
         Meningkatkan fungsi pernafasan (ventilasi dan oksigenasi)
         Bronkial toilet yang efektif
       2.7.3 Prosedur trakeobronkial Toilet
         Jelaskan prosedur pada klien & keluarga sebelum memulai dan berikan ketenangan selama
pengisapan.
         Siapkan alat – alat yang diperlukan
         Cuci tangan
         Hidupkan mesin suction (portable atau wall dengan tekanan sesuai kebutuhan)
         Buka kit kateter pengisap
         Isi kom dengan normal salin
         Ventilasi klien dengan bagian resusitasi manual dan aliran oksigen yang tinggi.
         Kenakan sarung tangan pada kedua tangan ( steril )
         Ambil kateter pengisap dengan tangan non dominan dan hubungkan ke pengisap
         Masukkan selang kateter sampai pada karina tanpa memberikan isapan, untuk
menstimulasi reflek batuk
         Beri isapan sambil menarik kateter, memutar kateter dengan perlahan 360 derajat tanpa
menyentuh lapisan mucus saluran napas (lakukan pengisapan maksimal 10-15 detik karena
pasien dapat hipoksia)
         Reoksigenasikan dan inflasikan paru pasien selama beberapa kali nafas
         Ulangi 4 langkah sebelumnya sampai jalan nafas bersih.
         Bilas kateter dg normal salin antara tindakan pengisapan
         Hisap kavitas orofaring setelah menyelesaikan pengisapan trakea
         Bilas selang pengisap
         Buang kateter, sarung tangan ke dalam tempat pembuangan kotor.
2.7.4 Prosedur Perawatan Luka Trakeostomy
a. Tujuan : Untuk mencegah infeksi
b. Persipan Alat dan Bahan

         Pinset anatomis dan cirurgis


         Sarung tangan
         Asa minimal 3
         Kom/mangkuk kecil
         NaCL 0.9%
         Gunting perban
         Antibiotik
         Bengkok
         Perlak
          Tali trakeostomy

  c. Persiapan Pasien


         Pasien dberi tahu tentang tindakanyang akan dilaksanakan
         Mengatur posisi yang nyaman
         Prosedur Kerja
         Mencuci tangan dengan menggunakan sabun atau larutan anti septik
         Pemasangan perlak
         Pasang sarung tangan
         Angkat kasa dari luka
         Kaji kondisi luka
         Bersihkan luka dengan NaCL 0,9 % dari pusat luka kea rah luar
         Keringkan luka dengan kasa steril yang lembut
         Berikan obats esuai indikasi
         Tutup luka dengan kasa steril dan paten (hindari luka dari serabut-serabut kasa)

2.8        Komplikasi
2.8.1 Waktu tindakan operasi

         Perdarahan          
         Cardiac arrest
         Perforasi                
         Emboli udara
         Ruptur pleura servikalis
         Apneu
         Sumbatan darah / sekret

2.8.2   Setelah operasi

         Infeksi
         Perdarahan
         Sumbatan kanul
         Pergeseran stenosis   
         Pembentukan jar. granulasi
         Aspirasi, atelektasis
         Pneumotoraks
         Pipa trakeostomi tercabut

2.8.3   Komplikasi Jangka panjang


         Obstruksi jalan nafas atas
         Infeksi
         Fistula trakeoesofagus
         Stenosis trakea
         Iskemia atau nekrosis trakea

2.9      Indikasi Pelepasan Trakeostomi


Indikasi utama pelepasan trakeostomi adalah jika klien menunjukkan kondisi atau
kemampuan paru yang adekuat. Kondisi paru yang membaik ditandai dengan :
         Hasil rontgen baik, tidak terdapat bercak putih pada paru.
         Gejala klinis penyakit yang diderita klien berkurang atau tidak ada.
         Tidak terdapat infeksi lanjutan.
         Tanda-tanda vital klien
BAB 3
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Trakeostomi merupakan suatu prosedur operasi yang bertujuan untuk membuat
suatu jalan nafas didalam trakea servikal. Perbedaan kata – kata yang dipergunakan dalam
membedakan “ostomy” dan “otomy” tidak begitu jelas dalam masalah ini, sebab lubang yang
diciptakan cukup bervariasi dalam ketetapan permanen atau tidaknya.
Terdapat 2 macam tracheostomy
Tracheal stoma post laryngectomy: merupakan tracheostomy permanen. Tracheal
cartilage diarahkan kepermukaan kulit, dilekatkan pada leher. Rigiditas cartilage
mempertahankan stoma tetap terbuka sehingga tidak diperlukan tracheostomy tube
(canule).
Tracheal stoma without laryngectomy: merupakan tracheostomy temporer. Trachea
dan jalan nafas bagian atas masih intak tetapi terdapat obstruksi. Digunakan tracheostomy
tube (canule) terbuat dari metal atau Non metal (terutama pada penderita yang sedang
mendapat radiasi dan selama
4.2  Saran
Setelah membaca makalah kami ini, kami berharap kepada pembaca, khususnya pada
mahasiswa keperawatan dapat lebih memahami lebih dalam mengenai pemasangan
trakeostomy.
DAFTAR PUSTAKA

Somantri, Irman. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. 2008. Jakarta : Salemba Medika.
Doenges, dkk. Rencana Asuhan Keperawata

Anda mungkin juga menyukai